To Kill or to be Killed or Buldozer
Waspada pada jurus katak kungfu hustle, jurus wing chun, rajawali sakti condor heroes atau drunken master si dewa mabuk. Siapkan tepak satu Cimande, naga terbang tapak suci, pulo kali, brajamusti atau lainnya.
Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
TUHAN baru telah muncul di Indonesia yang bernama “Investasi”. Menteri terdepan penyembah berhala ini adalah Luhut Binsar Panjaitan. Bukan hanya sudah sujud tetapi tersungkur menghamba. Dengan puja-puji berbagai negara akan kehebatan Indonesia yang mungkin basa-basi saja Pak Menteri sudah menggembung hidung.
Pikirnya investasi adalah dewa penyelamat negeri. Fatamorgana itu muncul dari bayang-bayang kemakmuran palsu. Keterpurukan dan keputus-asaan rupanya telah membuat halusinasi tentang banjir investasi. Berkokok dengan slogan to kill or to be killed. Lebih gila lagi dengan ancaman akan main buldozer.
Emang rakyat itu gundukan tanah yang seenaknya dibuldozer?
“Saya akan turun dengan kewenangan saya untuk membuat Anda susah, kalau Anda bermain-main dengan itu tadi. Karena latar belakang saya tentara, buat saya ada satu titik to kill or to be killed. Jadi, gak bisa main-main”. Begitu kata Luhut di Rakornas Investasi, Rabu, 30 Nopember 2022.
Ada tiga hal ngawur-nya Luhut di sini, yaitu:
Pertama, investasi adalah jurus mabuk cinta eh China yang membuat sang jagal terus minum dan minum hingga hilang kesadaran. Berjalan oleng mengoceh tanpa jelas arah. Main ancam sok jago. Investasi itu bagi Luhut tampaknya sudah menjadi candu. Sebenarnya investor itu tak percaya ketika rakyat tidak mendukung rezim.
Kedua, bahwa ada slogan 'to kill or to be killed' tentu iya, akan tetapi menjeneralisasi bahwa latar belakang tentara harus pada titik ini tentu berlebihan. Tentara itu bukan tukang bunuh. Tukang bunuh namanya pembunuh. Ada aturan main dalam peperangan. Sebenarnya ingin tanya juga kapan ya bapak Luhut berperang ? Kok sombong amat sudah jadi tukang “to kill”
Ketiga, Luhut mau bikin Anda susah. Aneh pemimpin model apa seperti ini. Menteri itu pembantu Presiden dalam upaya menggembirakan atau membahagiakan rakyat. Bukan membuat susah.
Hanya gerombolan yang suka petantang petenteng kesana sini yang kerjanya menakut-nakuti masyarakat. Geng kampak dengan ketua yang berwajah sinis dan cengengesan. Mungkin berambut putih berkulit keriput.
Fokus investasi yang dimaksud Luhut adalah asing atau Foreign Direct Investment. Antara investasi dan penjajahan ekonomi sebenarnya tipis-tipis. Apa kurangnya investasi Belanda di Indonesia dulu, ujungnya ya menjajah. Pembangunan bangsa Indonesia di bawah Jokowi dengan tukang pukul Luhut ini bukan untuk memandirikan ekonomi tapi membuka jalan bagi kolonialisasi.
Rakyat dan pelaku ekonomi pribumi harus semakin intensif berlatih mempersiapkan jurus-jurus perlawanan terhadap kedatangan para pebisnis asing yang terang-terangan difasilitasi dan dilindungi oleh centeng-centeng bayaran. Mencoba mengganggunya “Anda akan dibuat susah”.
Waspada pada jurus katak kungfu hustle, jurus wing chun, rajawali sakti condor heroes atau drunken master si dewa mabuk. Siapkan tepak satu Cimande, naga terbang tapak suci, pulo kali, brajamusti atau lainnya.
Pribumi mandiri dan pribumi usaha bersatu perlu dibangun agar tidak tergerus oleh kekuatan investasi asing dan aseng yang kini digelar karpet merah oleh para penjual atau penggadai kedaulatan bangsa. “Plis inpest tu may kantri”. (*)