Jalan Buntu Kekuasaan
Oleh Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI
Keadilan Tuhan tak akan pernah diam, tak terbatas waktu dan kepada siapa saja. Kebijaksanaan akan berbuah kebaikan, begitupun sebaliknya Kedzoliman akan mendapatkan pembalasan yang setimpal. Hukum Tuhan akan berlaku betapapun kuatnya manusia menggengam kekuasan di dunia. Siapa menabur keji, maka dia akan menuai api, maha panas apinya neraka di dunia dan akhirat.
Dua periode pemerintahan, cukup sudah rakyat Indonesia menyaksikan dan merasakan negara telah keluar dari jalurnya. Bukan hanya gagal mewujudkan negara kesejahteraan, rezim juga membahayakan keberadaan dan eksistensi NKRI. Distorsi penyelenggaraan negara seperti menjadi wabah mematikan yang menyelimuti rakyat Indonesia dalam pelbagai aspek kehidupan. Tak berhenti dengan pandemi Covid-19 yang absurd, rakyat kini menghadapi kehilangan pekerjaan secara massal, kemiskinan, kelaparan dan bahkan kematian. Lebih dari sekedar tak tahan karena tekanan hidup yang berat, penderitaan rakyat juga kerap bersumber dari kebijakan struktural dan sistemik yang menyimpang dilakukan rezim.
Tak punya kapasitas dan integritas, bahkan tak sedikitpun menyisakan rasa nasionalisme dan patriotisme. Rezim kekuasaan tanpa kemanusiaan, hanya mementingkan dirinya dan keluarga, kelompok dan golongannya, serta negara dan bangsa asing yang eksploitatif. Membesarkan dan memperkaya oligarki, para pejabat, pemimpin dan komunitas ternak rente seperti buzzer dan penghianat lainnya. Merepresentasikan pemerintah yang mengatasnamakan negara, mereka tak ubahnya seperti mosnter yang buas dan ganas memangsa rakyatnya sendiri. Kekayaan negara yang berlimpah yang menjadi warisan Tuhan pun dirampok dari rakyat dengan senjata, aparat dan tukang pukul serta dengan tindakan kekerasan dan brutal. Rakyat teraniaya, terkapar dan meregang nyawa diperlakukan oleh bangsanya sendiri yang menjadi budak bangsa asing.
Konstitusi, demokrasi, dan beragam kepentingan hajat hidup orang banyak tergilas oleh syahwat mengejar materi, jabatan dan kepuasan pada kenikmatan dunia. Banyak pemimpin yang mengabaikan sumpah jabatan dan meminggirkan amanat penderitaan rakyat. Alih-alih menjadi pelayan dan pengabdi rakyat, rezim kekuasan justru totalitas mengabdi dan melindungi oligarki. Pemerintahan yang jahil membuat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia ditukar dengan pesta pora-pora kelompok minoritas yang menjadi tirani atas mayoritas. Segelintir orang, sekelompok kecil dunia usaha bermodal besar, politisi-birokrat kapitalis dan komunis semakin sempurna membentuk kejahatan yang integral holistik dalam NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Tak ada lagi moralitas dan ahlak yang bisa menjadi teladan. Harga diri dan kehormatan dijual murah dengan materi yang memanjakan dan menjadi kesenangan sementara. Semua berlomba-lomba menjilat dan merendahkan dirinya dihadapan majikan dan bos besar. Tak lagi ada rasa malu terhadap kekurangan dan kelemahannya sendiri, malah kebodohannya dipertontonkan di hadapan publik. Ketidakmampuan dan ketidakcakapan kerja ditutup-tutupi dengan berkilah dan menggunakan kewenangannya untuk membungkap suara kritis dan gerakan kesadaran. Perilaku korup jadi trend, tindakan asusila dibiarkan, pelbagai pelaku kejahatan dilindungi sementara korbannya yang dihukum. Negeri yang benar-benar membuat rakyat muak dan jijik.
Menjadi pesuruh dalam bidang politik. Menjadi budak dalam bidang ekonomi. Menjadi pengekor tanpa kepribadian dan konsumen yang dungu dalam kebudayaan. Sosial politik hancur digulung proyek rente dan jebakan utang, sosial ekonomi mewujud kemelaratan yang menjadi menu santapan saban hari rakyat Indonesia. Hukum dan pertahanan negara jadi barang dagangan, ibarat rentan diserang, diterkam dan disembelih oleh kekuatan uang dan jabatan. Tak ada lagi kebanggaan, tak ada lagi kemampuan yang bisa diandalkan untuk menjaga dan menyelamatkan negeri ini. Penyelenggara negara dalam beragam pemangku kepentingan publik, masif dan serba permisif merusak dan menghancurkan tatanan ipolesosbudhankam.
Terlalu banyak pemimpin dan pejabat yang jika berbicara sering dusta, berjanji tak ditepati dan diberi kepercayaan tak amanah. Mirisnya, orang-orang itu yang sekarang duduk dalam kursi empuk dan dalam posisi penentu kebijakan publik. Sungguh bencana dan sangat mengerikan ketika negara dikuasai oleh para penjahat bengis berdasi. Pelaku kriminal tingkat berat seperti korupsi, pelanggaran HAM, merusak habitat dan ekositem sembari merampok kekayaan alam, bahkan tak segan-segan melakukan pembunuhan massal. Menjadi penguasa yang tak tersentuh hukum sedikitpun, angkuh dan arogan memamerkan kekuatan kejahatannya.
Rakyat memang lemah dan tak berdaya. Tapi ada yang dilupakan rezim bahwa penderitaan rakyat sejatinya menjadi kekuatan rakyat. Dalam keputus-asaan dan rasa frustasi rakyat, sesungguhnya ada doa-doa rakyat yang tertindas, yang pesanya mampu mengetuk dan menembus pintu langit. Setiap usaha rakyat dalam menegakkan kebenaran, menuntut keadilan dan mengambil hak-haknya untuk hidup layak dan lebih baik, tak akan sia-sia. Bukan cuma atas nama demokrasi dan dilindungi konstitusi, amanat penderitaan rakyat itu di lihat, didengar dan diawasi kekuatan Tuhan Yang Tak Terbatas dan Maha Besar. Dalam gubuk-gubuk si miskin, dalam setiap aniaya yang dirasa dan dalam setiap kematian orang-orang yang lemah dantak berdaya, sesungguhnya ada kehadiran Tuhan untuk menjadi hakim yang adil.
Tuhan akan menunjukkan langsung kekuasaannya, menolong orang-orang yang tertindas sembari menghukum orang-orang yang dzalim yang melampaui batas. Cepat atau lambat, Tuhan akan membuktikan kasih sayangnya bagi rakyat yang sabar atas penderitaannya sekaligus menghujam siksanya bagi rezim kekuasaan tiran yang otoriter dan diktator bak Firaun. Jauh di atas kekuasaan presiden, masih ada kekuasaan rakyat dan jauh di atas kekuasaan rakyat ada kekuasaan Tuhan yang tak terbatas. Keadilan Tuhan yang rahmatan lil' a'lamin yang berlaku bagi orang-orang yang teguh di jalan lurus bukan bagi orang-orang yang sesat. Bersabarlah wahai rakyat Indonesia, perubahan akan datang mewujudkan harapan kebaikan bagi Indonesia semua tanpa terkecuali. Rezim yang hianat dan keji ini, sedang dalam kesesatan dan berada pada jalan buntu kekuasaan.
*) Dari pinggiran catatan kritis dan relung kesadaran perlawanan. Bekasi Kota Patriot, 05 Februari 2023/ 14 Rajab 1444 H.