Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga, Arus Kemarahan Rakyat Membesar
Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih
HANYA beberapa jam usai kembali menegaskan kesetiannya pada Jokowi, bahkan seolah menuding ada yang akan memecah belah, mengadu domba dan memisahkan dirinya dari Jokowi,.sontak reaksi kemarahan rakyat kembali membara.
Ada yang meyakini bahwa : "itu hanya taktik politik Prabowo merangkul kepala, menebas kaki dan tangan loyalis Jokowi. Prabowo sedang bermanuver untuk melucuti dan akan memperbaiki dari dalam"
Itu hanya omong kosong dari pikiran lemah, watak menyerah, mengalah bahkan memiliki tipe oportunis.
Teori politik murahan dari gorong - gorong, manusia pengkhianat, aktor perusak negara dirangkul dan diposisikan istimewa dengan alasan akan memperbaiki dari dalam.
Membuat narasi konyol sekadar hanya untuk menutupi kelemahan dan kekurangannya dengan pernyataan hiperbola.
Hiperbola adalah gaya bahasa yang menggambarkan sesuatu secara berlebihan, sehingga seringkali sulit dipahami atau kurang masuk akal"
Benar komentar netizen bahwa dalam sejarah perubahan politik, perjuangan dari dalam kekuasaan tak pernah menghasilkan perubahan yang dapat menjawab berbagai persoalan yang terjadi di tengah kehidupan, yang muncul justru konspirasi kejahatan.
Sejak menjadi Menhan Prabowo tengelam masuk kedalam pikiran dan angan-angan Jokowi, sampai mengakui Jokowi sebagai guru politiknya. Sadar atau tidak selama itu Prabowo di warnai bukan mewarnai keadaan.
Ucapan Presiden Prabowo akan tetap melindungi Jokowi, membawa dampak politik fundamental : "Rusak susu sebelanga - karena nila setitik rusak susu sebelanga". mungkin itu kesalahan kecil dapat menyebabkan semua hal menjadi kacau.
Simpati dan dukungan rakyat untuk Prabowo Subianto yang mulai membesar, pudar seketika karena meremehkan hal-hal kecil yang dapat berdampak besar.
Prabowo menuai kemarahan, cemoohan dan spekulasi bahwa Prabowo tidak berbeda dengan Jokowi. Media sosial mendidih, memotret aneka ekspresi kekecewaan yang mendalam.
Arus kemarahan rakyat akan terus membesar menuntut keadilan dalam bernegara. Bahkan desakan adili Jokowi telah menjadi jargon revolusi, tidak akan bisa di padamkan.
Semua terpulang pada Presiden Prabowo Subianto akan ikuti Jokowi (oligarki) atau berpihak kepada rakyat sesuai amanah Pembukaan UUD 45, semua omon - omon atau omong kosong sudak tidak ada tempatnya lagi. (*)