Karma Anies
Oleh Sholihin MS - Pemerhati Sosial dan Politik
ISTILAH "karma" bisa jadi tidak tepat, tapi yang dimaksud "karma" di sini adalah balasan yang berbalik bagi siapa yang menzalimi Anies, pada akhirnya keburukan itu malah menimpa orang yang berbuat buruk kepada Anis. Karma di sini bisa disebut 'tuah", "pulung" atau "kelebihan dari Allah'.
Ada kekuatan yang luar biasa yang menaungi Anies Baswedan. Tapi kekuatan itu bukan datang dari para "King Maker* : SBY, JK, Salim Segaf, atau Surya Paloh. Kekuatan itu kekuatan ghaib yang terus menyertai Anies.
Jika itu dikaitkan dengan pertolongan Allah sangat mungkin, karena Allah telah menyatakan :
Haqqan 'alainaa nashrul-mu'miniin (Sudah jadi kepastian bagi Kami untuk menolong orang beriman) dan ayat ;
"Haqqan 'alainaa nunjil-mu'miniin* (Sudah jadi kepastian bagi Kami untuk menyelamatkan orang beriman)
Walaupun Anies terus di-down grade,, dibully, difitnah, dijegal, disingkirkan, bahkan ada upaya pembunuhan (karakter dan fisik), tapi nyatanya Anies tetap berjalan dengan tegap dan tegar.
Jika peristiwa itu terjadi sekali atau dua kali, mungkin kebetulan. Tapi ini terjadi terus menerus. Dan alam semesta selalu berada di pihaknya.
Coba ingat-ingat kejadian berikut :
Pertama, Bagaimana dukun Rara mencoba menghentikan hujan di gelaran Moto GP di Mandalika. Gara kedatangan Anies hujan tanpa bisa dihentikan.
Kedua, ketika gelaran formula E di Ancol, rezim Jokowi sudah dengan segala cara memboikot gelaran itu supaya gagal, tapi yang terjadi malah sukses besar. Bahkan yang waktu sedang musim hujan tapi Anies tidak pakai pawang hanya bertawakal kepada Allah, nyatanya cuaca cerah sampai akhir.
Ketiga, Anies coba djjebak dengan sekawanan ular kobra ketika di Banten, tapi Anies tidak tersentuh.
Keempat, rezim Jokowi sudah buat skenario kalau Anies tidak akan dapat dukungan partai yang bisa mencapai PT 20%, sampai-sampai seorang cebonger, Hasan Nasbu pemilik Lembaga Survei Cyrus bertaruh mobil Alphard jika Anies bisa maju nyapres, tapi nyatanya Anies didukung 3 partai;
Kelima, Rezim Jokowi membujuk Nasdem dan PKS dengan iming-iming jabatan Menteri dan lain-lain supaya mencabut dukungannya kepada Anies, tapi gagal.
Keenam, rezim telah mengerahkan para buzzer rp dan penjilat rezim dengan mengeluarkan dana sangat besar untuk menjatuhkan Anies, antara lain dengan memunculkan politik identitas, pendukung khilafah, HTI, dan intoleran, tapi semua itu gagal.
Ketujuh, Rezim Jokowi menugaskan Heru Budi menjadi pejabat DKI untuk mengacak-acak, menghancurkan, dan menghilangkan semua jejak karya Anies, tapi malah jadi bumerang : Heru Budi dimusuhi seluruh warga Jakarta.
Kesembilan, Anies coba disalahkan Bawaslu lewat "kampanye" dini, padahal itu silaturahmi biasa, demikian juga ketika Anies shalat di Masjid Al-Akbar di Surabaya dianggap kampanye, sementara tokoh PDIP bagi-bagi bingkisan di Masjid dengan jelas-jelas pakai logo PDIP dibenarkan Bawaslu.
Kesepuluh, Anies coba dituding korupsi beras bansos DKI, langsung digoreng para buzzer. Tapi nyatanya itu beras bulog DKI.
Rezim Jokowi yang ditopang oligarki taipan masih belum puas sebelum Anies gagal nyapres. Tapi dengan kuasa Allah, semua makar rezim tidak akan mempan untuk menumbangkan Anies.
Bahkan baru-baru ini istana coba menjegal dengam cara kasar dan aroga :
Pertama, menekan KPK Firli Bahuri untuk mengkriminalisasi Anies melalui gelaran formula E*
Kedua, menyuruh Moeldoko sang "pembegal" untuk "membegal" partai Demokrat tujuan sebenarnya agar Anies gagal maju nyapres.* Begitu jahatnya istana (Jokowi) demi memuluskan menghalalkan segala cara untuk melampiaskan syahwat politiknya.
Insya Allah, dengan "tuah" Anies, semua rekayasa itu akan jadi bumerang berbalik kepada mereka sendiri. Bagaimana karma Anies kepada Firli sudah mulai kena batunya yang dilawan oleh seluruh elemen rakyat, termasuk para pegawai KPK.
Dan insya Allah sebentar lagi Moeldoko juga akan jatuh tersungkur jika tidak segera bertobat.
Siapa mencoba menjatuhkan Anies, maka insya Allah dia sendirilah yang akan terjatuh.
Firman Allah ;
Jaa-al-haqqu wa zahaqal-baathil, innal baathila kaana zahuuqa. (Kebenarantelah datang, kebatilan pun hancur, sesungguhnya kebatilan pasti hancur)
Bandung, 25 Ramadhan 1444