Kerja Politik dari War Room Istana
Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Politik Merah Putih
HAMPIR semua perguruan tinggi memiliki Jurusan Teknologi Informasi, merupakan jurusan yang mempelajari tentang sistem atau teknologi olah data termasuk implementasinya pada berbagai hal, termasuk pengembangan software, artificial intelligence, dan pengembangan sistem informasi berbasis cloud.
Salah seorang anggota Kajian Politik Merah Putih mengatakan bahwa : "Secanggih apapun alat komunikasi, dengan pengamanan sekuat apapun pada dasarnya bisa diretas baik skala internasional maupun nasional, karena semua berada yang sama dalam dunia maya"
Kehidupan di Istana tidak akan bisa lepas dari kepungan para ahlinya untuk mengikuti apa yang sedang terjadi dan apapun yang akan direncanakan.
Terekam dugaan kuat ( perlu chek rechek ulang faktualnya ) info bahwa setiap pukul 04.00 WIB, ada rapat bersama oligarki, lembaga survei yang dihadiri menteri utama di sebuah ruangan di Istana, indikasi kuat bukan hoak.
Ruang yang dipakai kadang berganti ganti tetapi baru baru ini ada ruangan yang beridentitas "War Room"
Di situ petinggi politik yang ahir ahir ini melibatkan lembaga survei, ada wakil oligarki untuk menentukan langkah taktis yang akan dilakukan dan evaluasi harian apa yang sedang terjadi.
Konon semua jasa survey yang telah disewa sesuai kontrak kerja harus membuat headline yang mesti diajukan supaya headlinenya sesuai sasaran yang ingin dicapai.
Lembaga survei, mendapatkan panduan taktis apa yang harus direkayasa dan memunculkan data data sesuai kontrak kerja politik, menggiring opini, cuci otak masyarakat.
Hasil dari rapat dibuat fabrikasi. Ahir ahir ini bahkan untuk menyerang Megawati, misi mereka antara lain menekan Ketua Umum PDIP Megawati untuk mendeklarasikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Pertahanan Megawati tentu memiliki kualitas tersendiri tetapi fakta telah terjadi dengan alasan politik yang dimiliki telah mendeklarasikan Ganjar Pranowo yang sebagian masyarakat umum menjustifikasi kualitas kurang memadai sebagai capres dibandingkan tokoh nasional lainnya yang memiliki kualifikasi negarawan
Jasa survei menyiapkan masyarakat yang bergejolak atas penunjukkan Ganjar Pranowo sebagai capres lambat laun bisa menerima sebagai capres paling tepat untuk Indonesia.
Angka angka survei wajib mengawali, menyelaraskan dan menggiring opini. Angka elektabilitas Ganjar Pranowo harus dinaikkan bahwa penunjukan Ganjar sudah on the track sesuai kehendak rakyat atau masyarakat luas.
Harus tersedia big data (standar alasan yang sering digunakan LBP) dari semua survey, dukungan kepada Jokowi tetap tinggi dan hanya tokoh sehebat Ganjar Pranowo lah yang tepat dan bisa meneruskan semua mimpi mimpi besar Jokowi .
Angka angka survey, kenaikan elektabilitas Ganjar Pranowo, akan disandingkan bisa memunculkan angka puja puji kepada Jokowi Presiden yang telah berhasil membawa perubahan di Indonesia.
Dari istana khusus nya dari ruang "War Room" nama yang cukup serem, setiap sore hari mengevaluasi daily politik dan today merencanakan, mengolah dan menyusun rencana tindakan yang harus dilakukan bahwa kekuasaan tetap aman dalam genggamannya.
Sasaran ahir fokus kerjanya adalah kemenangan karena hanya dengan kemenangan semua akan aman. Harus memunculkan capres yang mutlak harus bisa menang pada Pilpres 2024.
"Kalau perlu angka kemenangan untuk capres 2024 sudah ditentukan", semua energi tenaga survey yang telah di kontrak harus menyesuaikan diri. Tidak sulit untuk ditebak dan bukan tebakan ngawur, dengan meraih kemenangan dengan cara apapun semua gejolak proses, termasuk protes kecurangan akan mudah diatasi dan dikendalikan.
Keresahan masyarakat luas bahwa Pilpres 2924 akan di warnai ulang kecurangan akan terulang kembali dan semua dalam kendali dan kemenangan Taipan Oligarki sungguh bukan hanya imajinasi dan angan angan, tetapi memang itu akan terjadi.
Tidak peduli soal kualitas capres yang bloon, koplak, sontoloyo, terlibat korupsi adalah fariabel yang tidak menentukan. Parameter mereka harus lahir kembali Presiden boneka di Indonesia.
Telah penulis tuangkan dalam artikel lainnya pendapat Prof. Ihsanudin Nursi bahwa mereka sangat percaya diri karena bahwa : "Kekuasaan pemerintahan di tangan mereka, dana tersedia, mesin birokrasi terkendali, teknologi dikuasai, parpol oportunis akan ikut, masyarakat sudah apatis tpi pragmatis, tidak ada kontrol dari pihak manapun".
Pendapat ini rasanya bisa mewakili suara para akademisi yang sedang berkembang saat ini.
Ahirnya kemana kapal istana ini akan berlabuh.. mereka mestinya sadar bahwa apa yang dikerjakan adalah cara tidak etis dan bermoral dan harus dihentikan. Semua terpulang pada pemilik kekuasaan yaitu semua rakyat Indonesia. Akan dibiarkan atau ada cara untuk menghentikan rekayasa jahat yang justru bersumber dari Istana. ***