Membaca "Logika Rocky Gerung" (dalam tanda kutip)
Oleh: Ady Amar - Kolumnis
ROCKY Gerung acap berucap pada tataran logika. Karenanya, apa yang dituturkan kerap disalahpahami, itu jika tidak dicermati dengan logika akal sehat. Apa yang ia sampaikan sering bikin pendengarnya berpikir keras bisa mencernanya. Sering gak nyambung.
Tidak cukup di situ, Rocky sering juga ucapkan hal tak biasa, yang luput sebelumnya dipikirkan orang kebanyakan. Lalu muncul perdebatan luas, salah tafsir, dan syak wasangka. Dan, itu bisa berhari-berbulan, bahkan terus dibicarakan dengan tetap meninggalkan kesan suka atau tidak suka.
Juga tidak cukup sampai di situ untuk mampu memahami logika seorang Rocky. Perlu lagi memahami apa yang ada di baliknya. Atau dalam narasi lain, membaca logika yang dimunculkannya, mestinya dimaknai dalam tanda kutip. Dengan demikian, kita bisa menyikapi lebih wise tanpa memunculkan amarah karena ketersinggungan.
Saat Rocky bicara tentang "Kitab Suci Itu Fiksi", tanpa ia menyebut kitab suci agama apa, syak wasangka pun muncul, itu karena tak mampu melihatnya dalam tanda kutip. Rocky menyebutnya dengan "fiksi" bukan fiktif. Apa itu fiksi? Khayalan pada sebuah kejadian yang belum pernah dialami, dan itu di antaranya tentang surga dan neraka.
Muncul gelombang protes, khususnya dari kawan non-muslim, yang merasa terusik dengan apa yang dikatakan Rocky tentang kitab suci(nya) itu fiksi. Memilih melaporkan ke Kepolisian dengan sangkaan penistaan agama. Rocky sepertinya dipanggil sekali, dan closed case.
Jika tidak "fiksi" lalu apa, kata Rocky. Tidak cukup di situ, karena itu hal sensitif, Rocky perlu memberi semacam panduan. Katanya, meski itu fiksi, tapi melihatnya dengan bekal iman untuk sampai mempercayainya. Rocky melempar hal itu dalam sebuah acara di ILC tvOne. Semua serasa dibuat tersengat, berpikir sejenak, atau bahkan sampai acara selesai pun tak mampu menangkap apa yang dimaksud dengan fiksi, tetap di benaknya itu sebagai fiktif.
Membaca logika Rocky tanpa tanda kutip akan memunculkan syak wasangka yang tak henti. Dan, Rocky memang sepertinya terus mengajarkan logika plus tanda kutip untuk menafsir pada apa yang disampaikan, itu agar tak muncul salah tafsir.
Logika yang dibangunnya memaksa orang lain untuk bisa menerima dan ikut dengannya. Rocky tak hendak menurunkan maqamnya untuk sedikit menurun agar bisa dipahami khalayak, tapi justru menarik memaksa orang kebanyakan ke maqamnya, diajaknya untuk naik kelas.
Lalu, dimunculkan kata "dungu" yang disematkan pada Presiden Jokowi, itu bukan individu Jokowi. Tapi jabatan selaku presiden yang dilihatnya salah dalam mengambil kebijakan. Menurutnya, pantas disebut dengan dungu. Tak perduli protes muncul menghardiknya seolah melecehkan Jokowi. Teriaknya, tidak pada individu Jokowi, tapi "dungu" itu disematkan pada jabatan selaku presiden. Rocky tak menyerah pada penyadaran kapan kata "dungu" itu dipakai, dan kapan kata itu disimpannya.
Kemudian lagi, hari-hari ini muncul riuh demo dari kelompok relawan Jokowi yang marah, melihat ujaran yang dilesakkan Rocky. Disebutnya Presiden Jokowi, bajingan tolol, sekaligus bajingan pengecut. Sampai muncul kata tak biasa, itu tentu ada sebab yang melatarbelakangi. Dan, itu tentang IKN.
Ujaran Rocky itu disampaikan di hadapan buruh di Bekasi, yang akan berdemonstrasi tanggal 10 Agustus nanti, Rocky memberi semangat untuk kepung istana. Di tengah sambutan panjangnya muncul kata "bajingan tolol, bajingan pengecut".
Jika saja melihat itu sebagai logika dengan tanda kutip, maka tak perlu ada relawan "pembela" Jokowi yang marah dan minta polisi menangkapnya segala. Apalagi Jokowi sendiri menganggap itu sesuatu yang remeh temeh. Katanya, "Itu hal kecillah, dibanding tugasnya untuk memajukan bangsa". Sikap Jokowi amatlah tepat, seolah ia beri isyarat bahwa yang disasar Rocky, itu jabatan presiden yang melekat padanya, bukan pribadinya. Tapi relawan pembelanya justru bersikap berkebalikan.
Sikap Jokowi yang tidak ngefek ke relawan, itu seperti diorkestrasi entah oleh siapa, yang perlu sampai ramai-ramai menswiping aktivitas Rocky di beberapa kampus negeri. Hal yang tak sepantasnya dilakukan di alam demokrasi. "Demo-demo relawan itu cuma cari muka," sahut politisi Partai Demokrat Benny K. Harman.
Juga sikap tidak simpati ditampakkan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko vulgar tampil dengan bahasa kekuasaan. Moeldoko pastilah tak mampu menangkap esensi logika yang dibangun Rocky, dan yang lalu memilih "pasang badan" untuk Presiden Jokowi. Sikap Moeldoko yang menantang seperti ngajak gelut ditanggapi Rocky santai, itu sebagai gaya preman.
Rocky akan terus ngoceh dengan logikanya, jika ia temukan kebijakan salah. Ia tak akan berhenti. Tak ada kata jera untuk menyudahi kekritisan yang mengintegral di dirinya. Dan, Rocky akan makin asyik jika dinikmati menggunakan logika dengan tanda kutip, agar semuanya tampak benderang. Tak ada lagi salah tafsir dan syak wasangka, yang ada saling pengertian dan memetik maslahat darinya.**