Menyibak Tabir Misteri Nusantara: Alamat Budak Angon

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih 

Sejenak kita perhatikan serat di bawah ini, masa kehidupan Joyoboyo dan Prabu Siliwangi berbeda tetapi pada serat wangsitnya (ramalannya sambung menyambung).

Alamat Budak Angon ada petunjuk dari serat Prabu Siliwangi, selanjutnya :

"Nu garelut laju rareureuh, laju kakara arengeuh, kabéh gé taya nu meunang bagian. Sabab warisan sakabeh beak, beakna ku nu nyarekel gadean. Buta-buta laju nyarusup, nu garelut jadi kareueung, sarieuneun ditempuhkeun leungitna nagara. Laju nareangan budak angon, nu saungna di birit leuwi nu pantona batu satangtung, nu dihateup ku handeuleum ditihangan ku hanjuang. Nareanganana budak tumbal. sejana dek marenta tumbal. Tapi, budak angon enggeus euweuh, geus narindak babarengan jeung budak anu janggotan, geus mariang pindah ngababakan, parindah ka Lebak Cawene”

”Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. Para penguasa lalu menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka mencari *Budak Angon, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi Budak Angon sudah tidak ada, sudah pergi bersama Budak Janggotan, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!"

Perselisihan yang terjadi adalah sia-sia belaka. Karena selalu saja pihak penguasa membantu yang kuat, berdiri angkuh di atas yang lemah. Ada saat dimana ”wong cilik” sebagai lambang ”si lemah yang tertindas” mencari penuh harap sosok ”Budak Angon dan Budak Janggotan.” 

"Namun yang dicari sulit ditemukan karena telah pergi ke Lebak Cawene. Di manakah Lebak Cawene. Lebak Cawene adalah suatu lembah seperti cawan, yang dikatakan di dalam Serat Musarar Joyoboyo sebagai Gunung Perahu. Tempat itu digambarkan sebagai suatu lembah atau bukit dimana permukaannya cekung seperti tertumbuk perahu besar, di tempat itu terdapat 2 sumber air besar dan ditandai dengan 3 pohon beringin (Ringin Telu)". 

Dikatakan lebih lanjut :

”Nu kasampak ngan kari gagak, keur ngelak dina tutunggul. Darengekeun, Jaman bakal ganti deui. tapi engke, lamun Gunung Gede anggeus bitu, disusul ku tujuh gunung. Genjlong deui sajajagat. Urang Sunda disarambat, urang Sunda ngahampura. Hade deui saka­behanana. Sanagara sahiji deui. Nusa Jaya, jaya deui, sabab ngadeg ratu adil; ratu adil nu sajati. Tapi ratu saha? Ti mana asalna eta ratu. Engke oge dia nyaraho. Ayeuna mah, siar ku dia éta budak angon! Jig geura narindak. Tapi, ulah ngalieuk ka tukang!”

”Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati. Dengarkan, jaman akan berganti lagi, tapi nanti, setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi. Orang sunda dipanggil-panggil, orang sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. *Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati. Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu*. Sekarang, carilah Anak Gembala. Segeralah pergi. Tapi ingat, jangan menoleh ke belakang!”

"Perlambang gagak berkoar di dahan mati bermakna situasi dimana banyak suara-suara tanpa arti. Rakyat menjerit-jerit, penguasa mengumbar janji-janji kosong". Sedangkan negara digambarkan banyak ditimpa bencana.

Sekarang ini banyak gunung di Nusantara sedang aktif bahkan beberapa gunung telah meletus. Ribut seluruh bumi merupakan lambang keresahan dunia internasional.  Hal ini ditandai dengan banyak bencana yang terjadi di banyak negara.

Tampaknya kita sedang memasuki tahapan situasi ini. Mari kita renungkan dan perhatikan dengan apa yang sedang terjadi di seluruh negeri ini. Gunung-gunung telah mulai aktif, banyak terjadi bencana dengan unsur Air, Api, Angin dan Tanah dimana-mana, banyak pula terjadi huru-hara ( demonstrasi/kerusuhan ) sebagai lambang ketidakpuasan di berbagai tempat.

Apakah ini terjadi secara kebetulan? Tentu bagi yang memahami, ini semua adalah merupakan skenario langit.

Lalu, siapakah ”Budak Angon” itu?

Dari bait tersebut diperlambangkan bahwa Budak Angon adalah orang sunda atau berdarah sunda. Hal ini akan kita bedah lagi setelah kita mengkaji karya-karya leluhur lainnya.

(Bersambung - masuk ke Serat Musarar JOYOBOYO).

100

Related Post