Netizen: Kesalahan Risma dalam Cluster Sampoerna

Oleh Mochamad Toha

Jakarta, FNN - Seorang netizen, Mila Machmudah Djamhari, menulis sebuah status di Facebook-nya terkait Virus Corona Cluster Sampoerna. Berikut petikan statusnya dengan judul, “Kesalahan Risma Cluster Sampoerna”:

  1. Tanggal 2 April sudah tahu PDP dan dirujuk ke RS mengapa pasien tidak dirawat di RS… kok bisa kerja? Di mana pengawasannya? Teman intel Polrestabes pun cerita ke saya susah untuk mendapatkan data ODP - PDP - Positif… Kalau sampai ada PDP lepas kerja itu kesalahan Pemkot Surabaya… Teman saya dari Jakarta pulang ke Madiun dikarantina mandiri 14 hari, setiap hari dari puskesmas datang cek n ricek…
  2. Pasien meninggal dan terkonfirmasi positif tanggal 14 April… kok baru ketemu manajemen tanggal 18 April… Halooooooo… yang punya kekuasaan di Surabaya itu Walikota bukan pengusaha… Kondisi sudah darurat bila perlu dalam waktu kurang dari satu jam sudah menghadap itu managemen Sampoerna… Detik itu juga perintahkan untuk Pabrik ditutup…
  3. 18 April - 26 April tim satgas koordinasi dengan Sampoerna… Tanggal 26 April pihak Sampoerna baru datang ke Balai Kota bertemu Walikota… diminta untuk Pabrik ditutup… Ga menyisan bar lebaran haji ketemunya?Terus tanggal 18-26 April itu bahas apa kok cek suwineeeeee….
  4. Penutupan pabrik baru dilakukan tanggal 27 April…. Astaghfirullah… 14 April sampai 27 April kerja apa ibu cantik jelita? Dibilang lelet ga terima… Lalu apa sebutannya?? Bisa diduga Pemkot tidak segera menutup pabrik ada sesuatu yang diperoleh dari pihak pengusaha…
  5. Tanggal 28-29 April baru diadakan rapid test dan karantina yang reaktif… byuuuuuuuhhhhh… Tanggal 2-28 April berapa orang yang kemungkinan terpapar… Ajuuuuuuurrrrr juuuummmm….
  6. Wes embuhlah… Ojo mocok tok… melok mikir… Ngelu ndasku…

#Caleg Gagal Nesu

Seperti diberitakan berbagai media, total karyawan Pabrik Rokok PT HM Sampoerna yang positif Virus Corona (Covid-19) mencapai 65 orang. Sebelumnya sudah 34 orang dinyatakan positif corona dan dua lainnya meninggal dan terbukti positif corona.

Sebanyak 34 orang itu menjalani Tes SWAB Polymerase Chain Reaction (PCR) gelombang pertama kelompok karyawan di RSUD dr Soetomo, Surabaya. Kemudian, 29 orang lainnya bagian dari gelombang kedua kelompok karyawan, juga menjalani tes serupa.

“Tes swab tahap kedua, tadi malam, kira-kita tengah malam kami dapat hasil lagi 29 yang positif,” ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dilansir CNNIndonesia.com, Minggu (3/5/2020).

Kini pihaknya terus berkoordinasi agar para karyawan tersebut bisa segera dirawat intensif di rumah sakit. Sebab, sejauh ini baru 25 yang dirujuk. Sementara, sisanya masih berada dan ditempatkan di salah satu hotel di Surabaya.

“Tentunya mereka membutuhkan perawatan rumah sakit. Karena kemarin baru 25 yang dirujuk ke RS, sebagian diantaranya masih ada di ruang observasi, di salah satu hotel yang ada di Surabaya,” katanya.

Tak hanya itu, Tim Tracing Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim juga telah melakukan penelusuran ke pondokan-pondokan tempat tinggal para pegawai Sampoerna yang positif tersebut.

“Sudah men-tracing di mana pondokan-pondokan karyawan itu, para tetangga terdekat juga di-tracing, sudah mulai dilakukan,” ujarnya.

Sebelumnya, pada gelombang pertama ada 46 orang yang menjalani tes swab PCR, hasilnya 34 orang diantaranya terkonfirmasi positif Covid-19. Jika ditambah dengan hasil gelombang kedua, dan 2 orang karyawan yang meninggal dunia, total kasus corona di Sampoerna mencapai 65 orang.

Klaster penularan Covid-19 di PT HM Sampoerna Tbk, Rungkut Surabaya, bermula dari dua orang karyawan yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Mereka sempat menjalani perawatan di rumah sakit, namun kemudian nyawa keduanya tak terselamatkan.

Penelusuran orang-orang yang ditengarai memiliki kontak erat dengan dua karyawan itu pun dilakukan. Sebanyak 500-an pekerja menjalani rapid test, 100 diantaranya menunjukkan hasil rapid tesnya reaktif, mereka kemudian melakukan tes Swab PCR dan diobservasi.

Kemunculan Klaster Sampoerna ini sempat menimbulkan polemik antara Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya. Hal itu bermula ketika Gubernur Khofifah menyebut, Pemkot Surabaya terlambat memberikan respon saat pertama kali kasus corona tersebut baru ditemukan.

Pemkot Surabaya yang tak terima pun membantahnya. Kini Khofifah enggan memperpanjang polemik dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini itu.

Menurut Gubernur Jatim, apa yang dilakukan pihaknya dengan menangani klaster penularan Covid-19 di Sampoerna, tak lain adalah untuk mencari jalan keluar agar penularannya tidak semakin parah.

“Saya mohon kita tidak berpolemik, karena yang kita lakukan adalah how to solve the problem, how to solve the problem, how to solve the problem,” kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Sabtu (2/5/2020).

Menurut Khofifah, salah satu tugas pemimpin yang paling penting adalah melindungi nyawa dan jiwa rakyatnya. Hal itu, menurutnya, merupakan kewajiban yang harus diemban oleh pemimpin di level apapun.

Menurut Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi, Dinas Kesehatan Surabaya memang pernah menangani penularan Covid-19, saat pertama kali ditemukan kasus infeksi di Sampoerna, pada pertengahan April lalu.

Tapi, pihak Sampoerna kemudian meminta pertolongan kepada Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, pada 28 April 2020. Artinya, kataJoni, ada yang belum tuntas dalam hal penanganan di pabrik tersebut.

“Tanggal 28 itu kan beliau [Sampoerna] kesini, kalau dari manajemen Sampoerna ke Ibu Gubernur, ke Grahadi, artinya itu ada yang belum selesai kan, karena mereka tahu masalah ini besar,” kata Joni, di lokasi yang sama.

Menanggapi pernyataaan itu, Pemkot Surabaya menampik adanya keterlambatan informasi maupun penanganan Covid-19 yang terjadi di lingkungan karyawan PT HM Sampoerna Tbk, Rungkut Surabaya.

Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M. Fikser mengatakan, pihak Pemkot Surabaya sendiri yang memanggil pihak perusahaan untuk mendorong agar semua karyawannya dilakukan rapid test secara masif.

“Bahwa pemkot tidak pernah terlambat. Ibu Gubenur tidak benar. Awalnya pada tanggal 2 April yang bersangkutan itu sakit dan berobat ke klinik perusahaan. Pada 9 April 2020 pasien dirujuk di rumah sakit dan 13 April 2020 pasien melakukan pemeriksaan tes swab di rumah sakit yang berbeda,” kata Fikser, Sabtu (2/5/2020).

Sampoerna sendiri sudah menutup pabriknya di Rungkut dan mengisolasi karyawannya. Disinfektasi dilakukan ke pabrik rungkut. Selain itu Sampoerna juga menjamin produknya aman dari corona karena sudah dikarantina lima hari sebelum didistribusikan.


Penulis Wartawan Senior.

581

Related Post