OJK Penyidik Tunggal Kejahatan Keuangan Sebagai Solusi Cerdas (Bag-2)

 Oleh Kisman LatumakulitaWartawan Senior FNN

 KEJAHATAN yang terjadi di industri keuangan mana saja di muka bumi bukanlah sebagai kejahatan yang biasa-biasa saja. Pada umumnya disebut dengan kejahatan kerah putih (white collar crime). Namun ada juga yang menyebut kejahatan di sektor keuangan ini dengan kejahatan yang sangat luar biasa (extra ordinary crime).

Tingkat kerusakan dari kejahatan white collar crime atau extra ordinary crime bisa mengganggu stabilitas ekonomi nasional sebuah negara. Kejahatan kelompok ini juga hampir dipastikan melibatkan ahli-ahli akuntansi dan pembukuan laporan keuangan. Sangat sulit untuk bisa diketahui atau dideteksi masyarakat umum. Penegak hukum juga tidak mudah untuk mendeteksi kejahatan kelompok ini sejak dini.

Para penegak hukum seperti penyidik kejaksaan, kepolisian serta KPK (gabungan penyidik dari jaksa dan polisi) umumnya juga kesulitan. Kejahatan akuntansi tidak mudah untuk bisa dideteksi sejak dini. Penyidik kejaksaan, kepolisian dan KPK biasanya baru melakukan penyelidikan jika dampak dari kejahatan akuntansi sudah meluas. Sudah merugikan masyarakat dalam jumlah yang besar.

Menyembunyikan kejahatan akuntansi melalui rekayasa laporan keuangan rutin atau pembukuan tahunan pasti dilakukan dengan sangat rapi. Terlihat seperti tidak ada masalah yang menimpa perusahaan. Apalagi kalau kita tidak punya keahlian akuntansi untuk membacanya.

Untuk bisa mendeteksinya kejahatan akuntansi sejak dini, sangat butuh sumber daya manusia yang punya kemampuan dan keahlian akuntansi di atas rata-rata. Paling kurang punya kemampuan atau kebiasaan untuk membaca neraca laporan keuangan. Tidak cukup untuk mereka para penegak hukum yang biasa-biasa saja.

Skandal rekayasa laporan pembukuan yang terjadi pada Enron baru diketahui tahun 2001. Kasus Enron sangat mengguncang bursa saham Amerika Wall Street. Kasus besar yang menimpa Enron ini melibatkan perusahaan akuntansi terbesar dunia, yaitu Arthur Andersen. Padahal Arthur Andersen adalah satu lima perusahaan akuntansi terbaik dan terbesar dunia. Tiga perusahaan akuntansi lainnya adalah Ernst & Young, Deloitte & Touche, Pricewaterhouse Coopers (Pwc) dan Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG).

Skandal Enron yang terjadi 2001 itu, sebagai kejahatan akuntansi terbesar di dunia. Kasus ini berakibat perusahaan gas alam dan energi terbesar di Amerika yang berkantor pusat di Houston Texas itu bangkrut untuk selamanya. Perusahaan akuntansi Arthur Andersen, yang dibangun oleh Arthur E. Andersen tahun 1913. Ketika itu perusahaan mempekerjakan 85.000 karyawan di seluruh dunia.

Akibat skandal Enron, Arthur Andersen yang menyandang predikat sebagai perusahaan akuntansi terbaik dan tertua di dunia itu tutup. Perusahaan akuntansi yang berkantor pusat di Chicago, Illinois itu tutup untuk selama-lamanya. Padahal penerimaan Arthur Andersen tahun 2001 adalah U$ 9,3 miliar dollar. Arthur Andersen dinyatakan bersalah oleh Securities and Exchange Commission (SEC), karena merekayasa pembukuan keuangan Enron.

Rekayasa keuangan Enron yang dilakukan perusahaan akuntansi yang mempekerjakan 85.000 karyawan di seluruh dunia itu nyaris sempurna. Kejadian tahun 1997, namun baru diketahui awal 2001. Kejahatan yang dilakukan Arthur Andersen untuk Enron adalah menampilkan data penghasilan yang tidak sebenarnya. Melakukan modifikasi neraca keuangan untuk memperoleh penilaian kinerja keuangan yang positif.

Persekongkolan Enron dan Arthur Andersen adalah menerapkan praktek akuntasi yang dikenal dengan mark to market accounting. Pencatatan aset tidak didasarkan pada nilai bukunya, tetapi nilai pasar. Praktek akuntansi model ini barakibat pada Enron mempublikasikan keuntungan berdasarkan proyeksi bisnis. Bukan berdasarkan profit yang sebenarnya.

Setelah membeli perusahaan pembangkit listrik Portland General Electric Corporation tahun 1997 senilai U$ 2 miliar, di laporan keuangan, pendapatan Enron meningkat drastis. Pendapatan Enron yang semula hanya U$ 2 miliar, meningkat menjadi U$ 7 miliar masih di tahun yang sama. Dampaknya Enron memposisikan diri sebagai perusahaan gas dan listrik terbesar di Amerika.

Tidak puas dengan membeli perusahaan lain. Ambisi Enron makin menjadi-jadi dengan membentuk unit usaha Enron Online (EOL) pada oktober 1999. EOL adalah unit usaha Enron yang bertugas memasarkan produk energi Enron secara online melalui website. Dampaknya, hanya dalam waktu singkat EOL berhasil melakukan transaksi sebesar U$ 335 miliar pada tahun 2000. Laporan keuangan Enron menjadi kinclong.

Kondisi ini semakin mengaburkan publik, karena rencana ambisius Enron membangun jaringan elektronik broadband yang berkecepatan tinggi (high speed broadband). Untuk proyek ini, Enron merogok kas ratusan juta dollar. Dampaknya, walaupun keuntungan belum tampak di pembukuan, namun harga saham Enron di bursa saham Wall Street meningkat drastis dari US 9 menjadi menjadi U$ 40 per saham. Bahkan naik lagi menjadi U$ 90,56 per saham.

Enron lantas mendapat pujian setinggi langit dari media massa Amerika dan Eropa. Majalah FORTUNE memuji Enron sebagai perusahaan Amerika yang paling Inovatif selama enam tahun berturut-turut (one of the most admired and innovative companies in the world). Namun kejahatan laporan keuangan Enron yang sangat kreatif, rapih, dan sistematis sejak tahun 1997 itu mulai terkuak di akhir 2001.

Pada 30 November 2001 Enron di Eropa melaporkan kebangkrutannya. Lalu dua hari kemudian, Enron yang di Amerika mengajukan permohonan perlindungan akibat bangkrut. Kasus Enron merupakan kebangkrutan perusahaan dengan aset terbesar di Amerika. Sekitar 4.000 karyawan kehilangan pekerjaan.

Tuntutan kepada direksi dan pemegang saham Enron dimulai enam tahun kemudian, yaitu 2002. Namun rancangan kejahatan keuangan Enron sudah dimulai sejak 1997. Kasus Enron sebagai contoh bahwa kejahatan akuntansi pembukuan tidak mampu untuk dideteksi sejak dini oleh para penyidik sekaliber Federal Bureau of Investigation (FBI) sekalipun. Masalah terlalu rumit dan njelimet (sophisticated and maticulous).

Kejahatan laporan keuangan yang melibatkan Enron dan Arthur Andersen ini tidak cukup untuk dipahami penyidik yang biasa-biasa saja. Diperlukan penyidik yang punya kemampuan di atas rata-rata. Penyidik yang mengerti akuntansi. Mampu membaca neraca pembukuan rugi-laba. Paham tentang proyeksi bisnis berdasarkan nilai pasar. Proyeksi bisnis berdasarkan nilai buku (book value), sebab sangat berdampak terhadap pergerakan harga saham di pasar modal (capital market).

Untuk mendapatkan para penyidik dengan kualifikasi seperti ini hanya adanya di pasar modal, institusi perbankan, asuransi, multifinance dan dana pensiun. Mereka ini terbiasa membaca laporan keuangan tahunan atau triwulan. Mengerti proyeksi bisnis berdasarkan market value. Memahami proyeksi bisnis berdasarkan book value. Kini sebagian besar dari mereka ada dan berkumpul di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sangatlah cerdas, tepat dan rasionil bila pembuat norma hukum (Pemerintah dan DPR) kini mempercayakan OJK sebagai penyidik tunggal kejahatan di industri keuangan. Kejahatan di industri keuangan berbeda antara langit dengan bumi dengan kejahatan tindak pidana pencucian uang (money loundering). Bersambung.

380

Related Post