Pupus Sudah Menjadikan Pilpres All Jokowi's Men: Anies Baswedan Resmi Bacapres 2024
Oleh Ady Amar - Kolumnis
SESUAI prediksi, PKS menyusul Partai Demokrat, secara resmi mencalonkan Anies Rasyid Baswedan sebagai bakal calon presiden (Bacapres) 2024. Pernyataan resmi PKS itu disampaikan setibanya Wakil Ketua Dewan Syuro PKS Muhammad Sohibul Iman dari kunjungan menemui Ketua Dewan Syuro Dr. Salim Segaf Al-Jufri, dan Presiden PKS Ahmad Syaikhu, di Istambul, Turki.
Setelah pertemuan tim kecil di kediaman Anies, yang diikuti 3 partai penggagas Koalisi Perubahan, Jum'at (27 Januari 2023), malam harinya sekitar pukul 21.00 Sohibul Iman yang dibersamai orang dekat Anies, Sudirman Said, berangkat menemui dua petinggi PKS, melaporkan perkembangan dinamika politik yang terjadi. Intinya, Dr. Salim setuju untuk disegerakan dukungan resmi PKS untuk Anies Baswedan dalam pencapresannya.
Seolah ada kegentingan memaksa, konferensi pers sampai perlu disegerakan sesaat mereka tiba, dan itu di kawasan Bandara Internasional Soekarno Hatta, sebagai dukungan resmi PKS. Dengan demikian, tiga partai (NasDem, Demokrat, dan PKS) telah resmi mendukung pencapresan Anies. Artinya, 20 persen presidential threshold syarat pencapresan Anies sudah terpenuhi. Anies Baswedan resmi telah mengantongi tiket sebagai Bacapres dalam Pilpres 2024 yang akan datang.
Perjalanan mengusung Anies sebagai Bacapres, itu bukan perkara mudah. Banyak tantangan bahkan rintangan yang dihadapi dari setiap partai pengusung, baik internal maupun eksternal. Masing-masing punya tantangan dan godaannya tersendiri. Terutama NasDem pastilah punya tantangan tidak kecil. Sebagai partai yang sampai saat ini berkoalisi dengan pemerintahan Jokowi, risiko ditendang menterinya dari kabinet Indonesia Maju, seperti hanya tunggu waktu. Itu baru satu hal. Tidak menutup kemungkinan, ada hal lain yang akan diterima NasDem, dan itu bukan masalah kecil. Semoga saja tidak terjadi.
Begitu pula yang dialami Partai Demokrat, mestinya muncul juga gesekan internal saat akan memutuskan mendukung resmi Anies Baswedan sebagai Bacapres, meski tidak sampai tercium keluar. Partai Demokrat di bawah Ketua Umum Agus Harymurti Yudhoyono (AHY) dalam membangun soliditas partai patut diacungi jempol. Semua yang dihadapi berikutnya serasa ringan, setelah ujian dahsyat "pembegalan" partainya oleh Moeldoko, yang menjabat selaku kepala Kantor Staf Presiden (KSP), di tahun 2022, itu mampu digagalkan. Soliditas partai yang dipimpinnya terasa sampai ke daerah, terlihat hampir tidak ada gejolak berarti di daerah. Konon ada tawaran istana pada Demokrat agar tidak mengusung Anies, dan jabatan 2 menteri diberikan. Demokrat bergeming, dan tetap dengan keputusannya, yang itu disampaikan AHY, Kamis (26 Januari 2023), sikap resmi partainya mengusung Anies Baswedan.
Gesekan dan cobaan lain pasti juga diterima PKS untuk tidak mendukung Anies. Santer terdengar tawaran-tawaran menggiurkan baik nilai nominal uang yang fantastis, sampai diberikan posisi kursi menteri di kabinet. Semua itu terdengar, meski jika saja itu cuma isu, bahwa ada kelompok internal di PKS yang berkeberetan mengusung Anies. Kelompok yang memilih pilihan politik lebih pragmatis.
Tapi ada kelompok lain, sepertinya lebih dominan yang tetap berpikir membesarkan partai dengan mendengarkan suara konstituennya. Dan, itu dengan mengusung Anies Baswedan. Perlawanan internal, sekali lagi jika itu benar ada, maka kelompok yang menghendaki mengusung Anies lah yang menang. Itu tampak dari pernyataan semalam (30 Januari 2023), bahwa PKS secara resmi mengusung Anies bersama NasDem dan Demokrat, sebagai Bacapres 2024.
Hal simpatik pun ditampakkan PKS, yang menyerahkan Bacawapres pada Anies selaku Bacapres. Sebagaimana sebelumnya juga disampaikan Partai Demokrat, yang juga tidak memaksakan jagoannya AHY sebagai Bacawapres yang mendampingi Anies.
Jauh sebelumnya, NasDem pun menyerahkan Bacawapres pada Anies. Sikap kedewasaan yang dihadirkan ketiga partai itu pastilah dicatat di benak rakyat, berimbas nantinya untuk juga dipilih dalam pemilihan legislatif (pileg) tidak cuma di tingkat pusat tapi sampai pileg tingkat Kabupaten/Kota. Pilihan rakyat pada presiden, itu seperti tidak bisa dipisahkan dari pilihan rakyat pada wakil rakyat di parlemen (legislatif).
Sikap tiga partai Koalisi Perubahan, itu boleh disebut sikap antitesis terhadap pilihan istana pada nama tertentu, yang digadang-gadang sebagai penerus Presiden Jokowi kelak. Maka, endorse Jokowi pada nama tertentu, atau penyebutan ciri fisik yang bersangkutan dengan "si rambut putih", itu identik dengan Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah. Sepertinya itulah pilihan istana.
Karenanya, istana seperti mati-matian dengan sekuat daya yang dipunya untuk menghentikan langkah Anies agar gagal dicapreskan. Mulai dari memakai tangan KPK untuk mentersangkakan Anies dalam kasus Formula E, dan itu tidak berhasil. Alat bukti untuk mentersangkakan Anies tidak ditemukan. Maka mustahil penyelidikan bisa ditingkatkan jadi penyidikan. Anies bersih soal-soal demikian.
Maka upaya merayu keras partai yang punya kecenderungan mengusung Anies dilakukan dengan segala cara, dan itu pun tidak berhasil. NasDem, Demokrat, PKS tetap kukuh dengan pendiriannya. Pendirian mengusung Anies sebagai Bacapres 2024.
Anies menjadi satu-satunya Bacapres yang mengantongi tiket resmi sebagai Bacapres 2024. Sementara partai-partai lain masih kerepotan mencalonkan siapa, atau yang dicalonkan belum mendapat restu penuh dari koalisi partai yang ada. PDI Perjuangan yang bisa mencalonkan sendiri Bacapres, masih kesulitan memilih siapa yang akan dipilih, puteri mahkota Puan Maharani yang dimajukan, atau desakan istana untuk memberikan tiket pada "si rambut putih" yang lalu dipilihnya. Semua menjadi belum pasti.
Sedangkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), yang berkoalisi atas "arahan" istana, terdiri dari Partai Golkar, PAN dan PPP, masih kesulitan menentukan Bacapres-nya. PAN dan PPP menghendaki Ganjar Pranowo sebagai Bacapres, sedang Golkar bersikukuh menjagokan ketua umumnya, Airlangga Hartarto, sebagai Bacapres. Sepertinya Golkar akan ditekan keras istana untuk mengusung Ganjar. Lalu apakah Partai Golkar, partai dengan segala kebesaran dan pengalaman panjangnya, akan menjatuhkan marwahnya menerima tekanan itu, atau justru melawan dengan caranya.
Sedang koalisi yang dibangun dua partai, Gerindra dan PKB, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, meski sudah membuat sekretariat bersama, masih kerepotan menentukan Bacawapres, yang diinginkan PKB untuk ketua umumnya, Muhaimin Iskandar. Gerindra sudah jelas mengusung Prabowo Subianto sebagai Bacapres, tapi seperti belum klop dengan Bacawapresnya. Koalisi ini dimungkinkan bubar, jika kedua partai tetap pada keinginan masing-masing.
Satu hal yang patut disyukuri dari pengumuman resmi PKS semalam, dalam menghadirkan Koalisi Perubahan, itu mampu membuyarkan keinginan istana mengusung Capres yang All Jokowi's Men, dan itu tidak akan terjadi. Maka, Pilpres 2024 menjadi menarik untuk diikuti, yang akan memunculkan Presiden Rakyat, yang itu bisa dinisbatkan pada Anies Baswedan, atau Presiden hasil endorse istana, yang entah siapa orangnya. (*)