Serang Anies dengan Isu Rasis, Itu Laku Bodoh!

Oleh Ady Amar - Kolumnis 

Manusia semacam Laode Umar Bonte, itu cuma mampu melihat politik hanya sejengkal. Melihat politik hanya hari-hari ini saja. Pikirannya tidak sampai menjangkau jauh, bahwa akan tiba masa perubahan itu. Dan, in Syaa Allah itu sebentar lagi.

RASISME itu laku primitif. Mestinya tidak punya ruang hidup dalam masyarakat beradab. Bahkan dipikiran pun tertolak untuk hadir. Rasisme itu nista bagi peradaban manusia. Jika dipaksa muncul, maka rasisme mestinya jadi musuh bersama.

Akhir-akhir ini dalam suasana politik mengeras menuju Pilpres 2024, rasisme coba ditiup-tiupkan sekadar untuk menjatuhkan lawan politik. Tentu lawan politik yang tak disuka. Rasisme seperti mendapat ruang, yang difasilitasi kekuatan tertentu, guna merebut kekuasaan dengan segala cara.

Negara abai (seakan) semai rasisme sebagai sesuatu yang dianggap biasa-biasa saja, dan wajar. Negara tidak mengambil sikap tegas menghentikan. Bahkan tampak memilihnya sebagai pembiaran. Menganggap sikap/laku rasis sebagai kebebasan berekspresi di ruang terbuka, itu lalu jadi hal biasa. Sampai pada tingkat mengoreksi dengan jahat etnis personal seseorang yang tak lagi dilihat itu sebagai keniscayaan.

Rasisme dianggap sebagai koreksi atas ketidaksukaan pada pilihan tertentu, dan aneh jika itu dianggap sah-sah saja. Perbedaan ras/etnis tidak dilihat sebagai hal biasa, yang tidak patut dikoreksi apalagi dipertentangkan.

Teranyar Laode Umar Bonte, menyebut diri sebagai Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), tiba-tiba ingin mengerek namanya tinggi-tinggi jadi populer. Memang lalu jadi populer dalam beberapa hari ini dengan terus dibicarakan, dan itu tentang ucapan rasis yang keluar dari mulutnya.

Tidak berpikir dampak yang muncul dari apa yang diucapkan, yang itu akan dikenang panjang. Bahkan saat ia mati pun kelak, laku rasis yang diucapkannya itu tak akan ikut mati, terus dikenang dengan tidak baik sepanjang masa.

Sebelum aksi niradabnya itu, tidak banyak yang mengenal namanya. Tiba-tiba namanya begitu cepat dikenal, tapi dengan cemoohan tidak baik, bahkan sumpah serapah. Itu karena ia berujar lewat video singkat, bahwa ia berkeberatan Anies Baswedan sebagai presiden.

Katanya, ia bisa terima saat Anies jadi menteri, lalu jadi gubernur. Tapi tidak menjadi presiden. Anies bukan anak bangsa (asli bangsa Indonesia), katanya. Maka, silakan Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo jadi presiden, tapi tidak Anies. Lebih kurang demikian ocehannya itu.

Emang lho siapa, sahut netizen. Lalu muncul beragam komentar busuk tentangnya. Sampai hal tidak sepatutnya diungkap, meski tidak ada sangkut paut dengan rasisme. Tapi lebih pada perbuatan asusila masa lalunya yang nista memalukan. Tidak perlulah diungkap di sini. Menjijikan.

Laode Umar Bonte ini pastilah bodoh sejarah, atau boleh juga jika mau disebut buta sejarah. Aneh juga ia bisa terpilih sebagai Ketua KNPI, seperti tidak ada orang lain saja yang sedikit lebih pintar darinya. Terutama "pintar" mengelola mental spiritual, tahu apa yang boleh dan tidak boleh keluar dari mulutnya.

Anies Baswedan tentu tidak bisa disamakan dan diukur dengannya, jika melihat prestasi yang diukirnya selama ini. Apalagi jika mau diukur bibit, bebet, dan bobotnya, yang bisa jadi jauh lebih tinggi dari seorang Laode Umar Bonte. Anies Baswedan terlahir dari ayah dan ibu seorang pendidik, dan kakeknya Abdurrahman (AR) Baswedan adalah Pahlawan Nasional. Emang lho siapa, (lagi-lagi) kata netizen.

Laode Umar Bonte bicara rasisme, ini pasti tidak terlepas dari pilihan politiknya. Mustahil itu arahan dari partainya untuk menyerang Anies dengan isu rasis. Ia melakukan itu lebih pada kenekatan--beda tipis dengan bodoh -- menganggap diri hero bisa menghentakkan massa saat menghantam Anies. Manusia pas-pasan semacamnya, pas-pasan dalam segala hal, jika ingin terlihat menonjol, maka sikap nekat jadi pilihan.

Manusia semacam Laode Umar Bonte, itu cuma mampu melihat politik hanya sejengkal. Melihat politik hanya hari-hari ini saja. Pikirannya tidak sampai menjangkau jauh, bahwa akan tiba masa perubahan itu. Dan, In Syaa Allah itu sebentar lagi.**

652

Related Post