Stop Menebar Ketakutan dan Pesimistis

Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Politik Merah Putih

Everything is hard before it is easy. (Semuanya sulit sebelum menjadi mudah)

Setelah sekian waktu masyarakat sedikit tenang karena mengira rezim sudah menyadari dan surut dari keinginan untuk menambah masa jabatannya. 

Saat ini bergolak kembali karena nafsunya untuk terus berkuasa, masih eksis atau hidup. 

Mereka terus merekayasa menebarkan ketakutan  agar semangat rakyat semakin lemah dan menurun.  Sebagian  telah sampai pada kelelahan dan rasa pesimis.

Ketika keadaan justru menuntut kita harus menyatukan diri, bangun satu persepsi "Selamatkan Indonesia", siap bangkit serentak pada saat yg tepat.

Bangkitkan rakyat dan jauhkan dari rasa takut dan pesimis membuka hati dan pikiran untuk bangkit, bersatu untuk merebut kembali kedaulatan rakyat yang tergadaikan.

Terdengar suara masyarakat yang resah, gejala rasa putus asa dan pesimis, karena sepertinya rezim ini sudah tidak peduli dengan konstitusi yang membatasi kekuasaannya. 

Ada kekuatan lebih besar yang memaksa kekuasaan, dominasinya selamanya ini tidak boleh lepas dari genggamannya.

Keadaan ini bisa meledak sewaktu waktu  masyarakat tidak akan bisa menghindari. Keadaan yang menakutkan dan melelahkan ini bukan untuk dihindari dan ditakuti tetapiharus dihadapi .

Harus ada pencerahan terus menerus kepada masyarakat bahwa kesempitan dan kesulitan adalah peluang sebuah kemuliaan harus dilawan, untuk keselamatan bangsa dan negara.

Rezim  akan melakukan apa saja sesuka hatinya, tidak peduli hal itu baik atau buruk, tidak peduli negara akan rusak atau hancur . Yang terpenting ia tetap berkuasa untuk kesenangan dan kepentingan kelompoknya.

Keadaan ini harus dicegah, dihentikan bahkan harus dimusnahkan potensi potensi yang akan membawa bencana bagi anak cucu kita mendatang.

Berkaca dari skenario Musa untuk menghancurkan Fir'aun cukup lama, unik dan indah. Sampai suatu saat datang perintah Tuhan. “Pergilah engkau berdua (Musa dan Harun) kepada Fir’aun karena ia telah thagha”.

Thagha adalah manusia yang telah melampaui batas dalam kesombongan dan melakukan penindasan (diktator), rakyat dianggap sampah. Negara untuk mainan dan berjudi, bahkan dirinya berani mengaku sebagai Tuhan.

Ada alasan yang jelas kenapa Fir’aun harus diluruskan bahkan dihancurkan karena ia melampaui batas, sombong, menindas, sesat, kufur. Inilah ciri khas penguaza zalim, bisa terjadi pada siapa saja, di mana saja dan kapan saja. 

Ketika enguasa makin diktator pada saat bersamaan akan ada  banyak orang dilanda ketakutan. Sebagian mereka rame rame melakukan kompromi dengan penguasa, diam, menjauh bahkan lari untuk mengindari rasa takut.

Menghindari rasa takut dengan kompromi atau menyerah dianggap dan merasa telah menang dan terhindar dari ancaman, itu fatal.

Sesungguhnya masalah dan ancaman harus dihadapi  secara langsung, sebagaimana Musa a.s. menghadapi Fir'aun

Dihantui rasa takut sering datang dari dirinya sendiri  berpikir berlebihan tentang objek atau situasi yang terus dipersepsikan menakutkan. Atau jiwanya memang penakut dan pengecut .

"Jangan biarkan kesulitan membuatmu takut dan gelisah. Karena bagaimanapun juga hanya di malam yang paling gelap bintang-bintang tampak bersinar lebih terang" (Ali bin Abi Thalib). Dan malam paling gelap adalah menjelang terbit fajar.

Saat ini negara membutuhkan lahirnya kembali anak bangsa pemberani untuk mengembalikan negara kembali ke kiblat negara sesuai tujuan negara sesuai pembukaan UUD 45.

Hentikanlah dan musnahkan kaum kapitalis dan feodalis yang dikendalikan oleh para taipan  yang sedang terus merusak bangsa dan negara. Dan buang rasa takut,  bergerak dan berdiri tegak lawan terhadap nafsu penguasa yang  terang terangan akan melakukan kudeta konstitusi ingin terus berkuasa, sekalipun keadaan negara terus terpuruk karena ulah mereka.

Songsong dan hadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Perpanjangan masa jabatan presiden bukan merupakan deal politik, tetapi karena di belakangnya ada kekuatan  oligarki yang dapat mengatur kekuasaan saat ini.

Inilah momentum tokoh pergerakan secepatnya melakukan konsolidasi guna terhimpun sebuah kekuatan besar hingga mampu melakukan gerakan perubahan besar dan mendasar untuk menyelamatkan Indonesia*

Maka jika benar-benar menghendaki perubahan, Presiden tetap bandel tak ada lagi pilihan selain penggantian Presiden dengan kekuatan people power, sebagai pintu perubahan dan perbaikan..***

355

Related Post