Tangkap Komedian Songong Si Penghina Habib Rizieq, Jika Tidak Ingin Umat Bertindak Sendiri

Oleh Ady Amar *)

APAKAH ia sudah kehilangan sense of humor sudah tidak punya lagi kreatifitas menghibur yang membuat orang terbahak, sehingga mesti harus menghina atau melecehkan nama ulama tertentu. Sepertinya ia sudah kering, tak punya bahan lawakan, tak mampu mengundang audiens untuk tertawa.

Maka, yang keluar dari mulutnya ucapan atau lebih tepat umpatan ngaco mengundang orang lain untuk dijadikan bahan candaan yang tidak semestinya. Bahkan sampai tingkat melecehkan dengan sebutan kotor. Setidaknya itu video singkat yang beredar sejak kemarin (16 Oktober). Mengundang keprihatinan bahkan kemarahan umat, menghendaki Kepolisian bersikap dengan menangkap komedian itu.

Ialah Dani Wijaya Wardhana, atau biasa memakai nama panggung McDanny, dikenal sebagai stand up komedian. Candaannya menyasar ulama yang tengah meringkuk dalam penjara, bukan karena laporan berpuluh umat ditipu ulama dalam proyek fiktif atau atas bisnis kotornya. Tapi ulama yang jadi sasaran pelecehannya itu mendekam dalam penjara karena dianggap "berbohong" atas Hasil Swab Covid-19 pada RS Ummi, Bogor. Jika saja bisa dibuktikan bahwa benar ia "berbohong", maka dicukupkan hanya disanksi administratif. Sanksi pidana yang dikenakan, itu oleh praktisi dan pengamat hukum disebut hal mengada-ada.

Tanpa ada perkataan pemula atau kontekstual dari lawakannya, yang mengharuskan ulama satu ini mesti dihinakan. Tiba-tiba dari mulut kotor McDanny keluar umpatan, _fuck_ Rizieq Shihab. Apakah ini spontanitas yang diproduksi otak songongnya, atau itu memang sudah direncanakan bahwa dengan menghina ulama satu ini ia aman-aman saja. Bahkan berharap dengan menghina ulama satu ini ia bisa dapatkan kelucuan tersendiri, atau agar ia dianggap nekat, sehingga tarifnya naik.

Apa salah Habib Rizieq Shihab padanya sehingga harus dilecehkan, itu banyak pertanyaan muncul dari para netizen dan karenanya muncul (tagar) #tangkapmcdanny menjadi trending topic. Kita lihat saja apakah pihak Kepolisian peka dan tanggap pada hal-hal demikian. Pada soal-soal demikian mestinya polisi hadir, sebelum umat mencari jalannya sendiri menghakimi yang bersangkutan, tentu itu hal tidak diinginkan.

Jika komedian _gareng_ ini bebas merdeka, tidak mendapat sanksi atau diproses hukum. Maka itu artinya, perlakuan penghinaan/pelecehan atas ulama yang kebetulan berseberangan dengan rezim tidak dianggap sesuatu. Hal biasa, seperti yang sudah-sudah, justru pihak pembuat video atau yang meng-upload video dikejar seolah dianggap pelaku yang turut menyebarkan berita yang memancing kemarahan umat. Sedang aktor utamanya melenggang bebas, ini aneh dan bagian dari akrobat hukum.

Pelaku yang sesungguhnya menjadi tidak tersentuh hukum, karena yang dilecehkan itu musuh rezim, maka ia aman-aman saja. Jika lalu muncul dugaan, bahwa apa yang dikatakan McDanny itu hal yang memang disengaja itu bisa dibenarkan, jika pihak Kepolisian tidak menangkap dan memprosesnya. Mereka seolah mendapat keistimewaan. Mereka semacam manusia yang diprogram untuk menghina Habib Rizieq Shihab.

Ini semacam buzzerRp, yang sulit bisa disentuh hukum. Melakukan pelecehan bahkan fitnah sekalipun menjadi bebas merdeka. Dilaporkan tapi tidak ada tindak lanjut bisa menyentuh "mesin" manusia jenis itu. Maka para penghina, semacam McDanny, pada mereka yang berseberangan dengan rezim ke depan bisa jadi akan makin "kreatif", bahkan akan makin semarak dengan tingkat intensitas lebih dahsyat lagi.

Penghinaan terhadap Habib Rizieq Shihab, tentu mustahil bisa menjatuhkan namanya. Meski hinaan dan cacian merendahkan disuarakan terus-menerus sekalipun, tidak lantas membuat nama Habib Rizieq runtuh. Namanya akan tetap semerbak mewangi. Tidak ada yang mampu mengecilkan dan membuat busuk namanya.

Melaporkan itu bagian dari mencari keadilan, meski itu sulit bisa didapat. Itu tidak masalah, itu bagian dari ikhtiar mencari keadilan, meski sulit bisa didapat, jika masih memposisikan diri ada di barisan yang berseberangan dengan rezim.

Pada saatnya semua akan berakhir, dan itu jika hukum sudah tidak tertekuk dalam kuasa politik. Kapan waktunya, tidak ada yang mampu memprediksi. Terus dan tetaplah bersabar, karena Tuhan tidak sedang diam. Dia melihat semuanya, dan jika sampai waktunya, maka dengan mudah Dia mampu untuk menyudahi itu semua.

Jangan tanya kapan waktunya itu datang, tapi tanyalah pada diri sendiri, apakah Tuhan sudah kita jadikan sandaran, tentu sembari ikhtiar keras dan sistemik untuk menyudahi itu semua. Percayalah Tuhan tidak sedang diam, apalagi tertidur. (*)

*) Kolumnis

712

Related Post