Terhadap Kekuasaan Tirani dan Otoriter Tidak Ada Kompromi dan Jalan Tengah
Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Politik Merah Putih
"Rotten fish from its head (ikan busuk dari kepalanya). Stop jadi jongos ekonomi dan politik (Prof Daniel M Rasyid).
Cepat atau lambat rakyat dengan caranya sendiri-sendiri pasti akan bangkit melawan. "When justice fails, public opinion takes over. When the law is lost in the extremes of legalism, or bends under the weight of money, mobs begin to burn and murder.”
(Ketika keadilan gagal, opini publik mengambil alih. Ketika hukum tersesat pada kejumudan Undang-Undang atau bengkok karena uang, massa mulai akan membakar dan membunuh).
Saat ini tidak ada pilihan lain untuk menyelamatkan Indonesia, pintunya hanya People Power - Revolusi atau Kudeta oleh Rakyat.
Setiap kudeta bisa bermakna Ilegal.
Hanya satu kudeta yang legal, yaitu kudeta dalam rangka menegakkan kedaulatan rakyat. Dalam rangka menggulingkan tirani.
Adalah hak rakyat untuk mengubah atau menghentikan pemerintahan tirani, dan mengganti dengan pemerintahan sesuai dengan cita-cita kemerdekaan. Karena, karakter pemimpin tirani tidak bisa diterima untuk memimpin bangsa yang merdeka.
Pilihan bagi penguasa yang legitimasi politiknya semakin rendah, maka tak ada pilihan bagi penguasa selain mengoperasikan kekuasaannya dengan:
1. Manipulasi politik melalui propaganda politik dan agitasi politik untuk maksud pencitraan politik;
2. Mobilisasi politik melalui:
(a) suap politik (uang, barang, jasa, pangkat, jabatan, dan sek);
(b) koersi politik (pembunuhan karakter dan penghilangan nyawa).
Kesalahan tidak akan berubah karena perjalanan waktu (Muhammad Abduh). Proses pembenaran waktunya hanya sesaat. Cepat atau lambat akan menghantam balik pelakunya ketika kebenaran sudah menyeruak ke permukaan.
Gerakan besar mengembalikan negara kepada kiblatnya sesuai tujuan negara seperti tertulis dalam pembuatan UUD 45 adalah mutlak harus diperjuangkan dalam keadaan dan cuaca makin gelap.
Inilah momentum tokoh nasional secepatnya melakukan konsolidasi guna terhimpun sebuah kekuatan besar hingga mampu melakukan gerakan perubahan besar dan mendasar untuk menyelamatkan Indonesia.
Maka jika benar-benar menghendaki perubahan, tak ada lagi pilihan selain penggantian Presiden dengan kekuatan people power, sebagai pintu perubahan dan perbaikan.
Menghadapinya kondisi seperti ini Jangan Naif: "Terhadap kekuasaan yang telah berubah menjadi tirani dan otoriter tidak boleh ada kompromi dan tidak boleh ada jalan tengah." (*)