Uthak-athik Gathuk Pilpres 2024
Oleh Djony Edward | Wartawan Senior FNN
PERGOLAKAN politik jelang Pilpres 2024 di tanah air amat sangat dinamis. Banyak fenomena menarik yang menghiasi suasana jelang Pilpres 2024, baik untuk calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres). Ada ketegangan, ada upaya-upaya penyingkiran, sampai upaya kriminalisasi. Pendek kata, dinamis.
Dari tiga capres yang muncul ke permukaan—Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Rasyid Baswedan--sepertinya dinamika yang paling tinggi terjadi pada capres Anies. Bahkan kalau tidak boleh dikatakan paling dramatis, walaupun juga ada romantika terkait capres Prabowo maupun Ganjar.
Kita masih ingat ketika calon presiden pertama yang dideklarasikan yakni Anies Rasyid Baswedan oleh Partai Nasional Demokrat (Nasdem) pada 3 Oktober 2022 di Nasdem Tower. Sebelumnya, pada 7 September 2022, Anies sempat di panggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena dugaan korupsi Formula E. Namun setelah pemeriksaan Anies tidak ditahan karena belum cukup dua alat bukti, itu sebabnya Nasdem segera mendeklarasikan Anies sebagai capresnya untuk mengurangi tekanan kriminalisasi.
Upaya penjegalan Anies tak hanya sampai di situ, ketika Anies berkunjung ke berbagai daerah disambut berbagai spanduk yang menjelekkan dirinya. Seperti isu khilafah, isu teroris, isu radikal sampai isu politisasi agama, nyatanya capres Ganjar Pranowo malah menggunakan video dirinya berwudu, sholat dan berdzikir dalam tayangan adzan di RCTI dan MNC TV.
Termasuk peniadaan Pilkada DKI Jakarta dan sejumlah pilkada daerah lainnya pada saat masa kepemimpinan Anies sebagai Gubernur DKI yang baru satu periode. Hal ini dicermati sebagai upaya penjegalan Anies untuk bisa tampil sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk periode kedua.
Selain itu sejumlah BuzzerRp begitu gencar memfitnah dan membangun framing negatif tentang Anies, bahkan menuding dengan tudingan keji, dianggap sebagai bagian upaya untuk menurunkan citra Anies.
Termasuk saat tiga partai pengusung Anies sudah memenuhi presidential treshold 20%, partai pengusungnya yang tergabung dalam Kolisi Perubahan dan Persatuan (KPP)—Nasdem, PKS dan Partai Demokrat—terutama Partai Demokrat dirayu agar bisa keluar dari koalisi, bahkan akan dibajak oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Untung saja tidak terjadi, walaupun pada akhirnya Partai Demokrat keluar dari koalisi dan posisinya digantikan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Ujian Anies lainnya, ketika sejumlah tokoh seperti Gubernur Jatim Khofifah Indarparawansa akan dipasangkan sebagai cawapres, KPK segera menggeledah ruang kerjanya karena dugaan kasus dana Bansos. Termasuk Airlangga Hartarto ketahuan bertemu Anies, seharian diperiksa oleh Kejaksaan Agung terkait kasus ekspor crude palm oil (CPO).
Sebelumnya sempat beredar kabar Presiden Jokowi minta perpanjangan masa jabatan kepresidenan dari 5 tahun menjadi 7 tahun. Juga minta perpanjangan masa kepresidenan dari 2 periode menjadi 3 periode, langkah ini disinyalir sebagai upaya menjegal Anies sebagai kandidat terkuat. Walaupun akhirnya isu itu dilawan keras oleh Ketua PDIP Megawati Soekarnoputri.
Isu terakhir, bahwa APBN tidak cukup membiayai Pilpres dan Pemilu 2024 yang diperkirakan mencapai Rp76,6 triliun, sehingga ada skenario penundaan Pilpres dan Pemilu 2024. Ini juga diduga sebagai bagian upaya menjegal tampilnya Anies sebagai capres paling potensial.
Meski demikian Anies mencoba menghibur diri atas segala upaya penjegalan demi penjegalan itu dengan menyatakan,”Jalan yang kita lalui memang cukup terjal, tapi insya Allah ujungnya adalah kemenangan.”
Nasib Prabowo Subianto pun tak luput dari serangan para Buzzer dan musuh politiknya. Isu pelanggaran HAM pada 1997-1998 kerap dihidupkan kembali, bahkan ketika Budiman Sudjatmiko jadi jurkam Prabowo, diinisiasi sebagai upaya pencucian citra Prabowo sebagai pelanggar HAM berat.
Kegagalan program food estate juga menjadi isu miring untuk Prabowo Subianto, bahkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menuding kegagalan program ketahanan pangan food estate sebagai kejahatan lingkungan.
Bahkan kabar terbaru, Prabowo difitnah oleh pendiri sekaligus pemilik Seword TV Alifurahman Asyari telah mencekik dan menampar Wakil Menteri Pertanian Harvick Husnul Qolbi sebelum sidang kabinet beberapa waktu lalu. Istana pun membantah fitnah itu sebagai hoax, alasannya Prabowo belum pernah bertemu dengan Harvick, bagaimana mungkin bisa mencekik dan menamparnya.
Demikian juga dengan Ganjar Pranowo, sebagai capres dia sering disudutkan dengan isu korupsi e-KTP. Dasar isu tersebut adalah pengakuan mantan Bendahara Partai Demokrat Nazarudin dan mantan Ketua Partai Golkar Setya Novanto di persidangan korupsi e-KTP. Dikatakan Ganjar memang menolak diberikan uang korupsi e-KPT sebesar US$150.000, tapi dia minta dinaikkan menjadi US$500.000. Meski Ganjar membantah, banyak pihak masih meyakini bahwa ia menerima dana e-KTP tersebut.
Belum lagi isu miring soal pengakuan Ganjar soal kegemarannya menonton film porno, isu miring ini terungkap dari pengakuan Ganjar sendiri saat menjadi tamu dalam youtube Deddy Corubuzer, dimana Ganjar menyatakan,”Kalau saya nonton film porno salahnya di mana?”
Makin Dinamis
Tampaknya uthak athik gathuk Pilpres 2024 belakangan makin dinamis. Ada tragedi batalnya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi cawapres Anies yang melahirkan sumpah serapah, bahwa Anies pengkhianat, tidak sidik, tidak amanah, bak musang berbulu domba dan sumpah serapah lainnya dari mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tapi akhirnya memang AHY akhirnya lepas dan Anies secara simultan memberi klarifikasi yang bisa mengimbangi fitnah yang ditebarkan SBY dan AHY, bahkan publik cenderung lebih mempercayai penjelasan Anies di berbagai flatform media sosial ketimbang penjelasan SBY dan AHY. AHY sendiri menyatakan move on dari peristiwa tersebut.
Kita tahu akhirnya memang AHY bergabung dalam Koalisi Indonesia Maju pimpinan Prabowo Subianto. AHY tidak menargetkan menjadi cawapres Prabowo, tapi sebagai menteri pun dia akan menerima.
Kabar paling dramatis juga terjadi pada hengkangnya Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar dari Koalisi Indonesia Maju lantaran sudah setahun suntuk belum kunjung dideklarasikan sebagai cawapres Prabowo. Cak Imin hanya butuh tiga hari akhirnya bisa menjadi cawapres Anies setelah sebelumnya bertemu Ketua Partai Nasdem Surya Paloh. King Maker nomor wahid.
Banyak ulama mendukung pasangan Anies-Muhaimin karena dianggap ini pertama kalinya koalisi yang didukung suara Nahdatul Ulama sekaligus Muhammadiyah, dua organisasi keagamaan terbesar di tanah air. Koalisi ini diibaratkan koalisi semut merah, pergerakannya akan dirasakan tajam dan dapat merepresentasikan kepentingan umat Islam mayoritas. Sehingga inilah saatnya umat Islam menjadi tuan di negeri sendiri lewat koalisi Anies-Muhaimin.
Tidak menutup kemungkinan masih akan terjadi dinamika lain, terutama di kubu koalisi Prabowo, dimana kader-kader Golkar sudah bersuara keras bahwa Airlangga harus jadi cawapres Prabowo. Kalau Prabowo mengambil cawapres lain selain Airlangga, misalnya Erick Thohir atau Gibran Rakabuming Raka, maka Golkar akan pindah koalisi.
Begitu juga sosok Sandiaga Salahudin Uno berpotensi keluar dari koalisi PDIP jika tidak dijadikan cawapres Ganjar Pranowo. Apalagi fungsionaris PDIP Ahmad Basarah sempat menyindir, kalau PPP mau keluar dari koalisi pendukung Ganjar kalau ngotot Sandi harus jadi cawapres, toh PDIP bisa maju sendirian.
Pasangan Capres-Cawapres
Menurut penulis, melihat dinamika politk yang berkembang begitu cepat dan keras, paling tidak ada beberapa skenario pasangan capres dan cawapres dalam Pilpres 2024.
Pertama, skenario dua pasang. Melihat begitu dinamisnya pergerakan politik Indonesia dan begitu kerasnya serangan demi serangan, pasangan yang akan maju hanya dua calon, yakni Anies-Muhaimin melawan Prabowo-Ganjar.
Alasannya, sehari setelah Muhaimin mendeklarasikan bergabung dengan KPP, Ketua DPR Puan Maharani mendatangi Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan. Begitu juga Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf mendatangi istana, ada upaya melakukan konsolidasi politik tingkat tinggi untuk menghadapi Anies-Muhaimin.
Jika melihat skenario dua pasang, maka komposisi dukungan sementara suara Anies-Muhaimin didukung oleh Nadem, PKS dan PKB menguasai 26,95% kursi di DPR. Sementara suara Prabowo-Ganjar didukung oleh PDIP, Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PPP menguasai kursi di DPR 63,34%. Belum lagi ditambah partai non parlemen yang bergabung dalam koalisi seperti PBB, Berkarya, PSI, Merdeka, Perindo, Hanura, Gelora dan PKPI yang mendukung Prabowo-Ganjar.
Sementara partai baru yang juga bergabung ke pasangan Anies-Muhaimin seperti Partai Ummat dan Partai Masyumi, diperkirakan akan meramaikan kontestasi dukungan yang militan.
Kedua, skenario tiga pasang. Diperkirakan ada pasangan Prabowo-Erick (Airlangga, Gibran, AHY), Ganjar-Mahfud (Sandi), dan Anies-Muhaimin. Sekanrio ini diduga paling realistis dan paling mungkin berjalan, karena memang pendekatan-pendekatannya sudah demikian intensif.
Ketiga, skenario empat pasang. Boleh jadi Airlangga, AHY dan Zulkifli Hasan kecewa karena dirinya atau orang yang dijagokannya tidak masuk dalam bacawapres, ketiga tokoh itu membawa serta partainya membentuk koalisi baru Golkar-Demokrat-PAN untuk bisa maju dalam Pilpres 2024.
Semua kemungkinan-kemungkinan itu masih terbuka, tinggal sekarang bagaimana dinamika yang akan berlangsung ke depan. Seberapa intensif, seberapa keras dan seberapa guyub tokoh-tokoh penentu atau King Maker bisa mengarahkan arah koalisi terjadi.
Di luar tokoh pimpinan parpol dan para King Maker, ada juga korporasi dan lembaga yang turut serta meramaikan lahirnya calon pemimpin 2024. Tentu saja sesuai porsi dan kecenderungannya masing-masing. Sehingga pada akhirnya akan seperti apa wajah pemimpin kita ke depan akan ditentukan oleh para pengambil keputusan.
Tapi di luar itu semua, di luar pimpinan parpol, para King Maker, para sponsor, sebenarnya ada yang Maha Menentukan siapa calon Presiden dan Wakil Presiden ke depan, yaitu Allah SWT. Siapa calon pemimpin kita ke depan sudah dicatat di lauhul mahfudz, wamakaru wamakarallah, wallahu khoirul makirin. Dan mereka (orang kafir) membuat rekayasa, dan Allah pun membalas rekayasa mereka. Dan Allah adalah sebaik-baiknya pembuat rekayasa (Ali Imron 54). (*)