olahraga
Tokyo Serahkan Bendera Olimpiade ke Paris
Jakarta, FNN - Olimpiade Tokyo 2020 berakhir pada Ahad, 8 Agustus 2021. Penutupan diikuti dengan acara serah terima bendera Olimpiade secara simbolis ke Paris selaku tuan rumah pesta olahraga empat tahunan tersebut pada 2024 mendatang. Bendera Olimpiade dikembalikan oleh Gubernur Tokyo Yuriko Koike selaku tuan rumah Olimpiade 2020 kepada Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach. Selanjutnya bendera tersebut diserahkan kepada Wali Kota Paris Anne Hidalgo. Acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Prancis “La Marseillaise.” Sementara itu, di belahan benua lain, warga Prancis menyambut gembira penyerahan bendera tersebut sekaligus. Mereka merayakan status sebagai tuan rumah Olimpiade yang akan digelar tiga tahun mendatang di depan Menara Eiffel. Pada Juli 2017, Paris akhirnya memenangi status tuan rumah pesta olahraga empat tahunan setelah tiga kali gagal dalam pencalonan untuk Olimpiade 1992, 2008, dan 2012. Olimpiade 2024 sekaligus menandai ketiga kalinya kota mode itu menyelenggarakan Olimpiade. Hal itu bertepatan dengan 100 tahun setelah mereka terakhir kali menjadi tuan rumah pada 1924 silam. Sebagaimana dikutip dari Antara, Paris akan menjadi kota kedua yang menyelenggarakan Olimpiade Musim Panas untuk ketiga kalinya setelah London (1908, 1948, dan 2012). Olimpiade Paris yang dijadwalkan berlangsung mulai 26 Juli sampai 11 Agustus 2024 akan mempertandingkan 32 cabang olahraga yang mencakup 329 disiplin. Amerika Serikat keluar sebagai juara umum dalam 16 hari pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020. Negara tersebut berhasil meraih 39 medali emas, 41 perak dan 33 perunggu. Posisi kedua dipegang China dengan 38 emas, 32 perak dan 18 perunggu. Negeri Paman Sam itu melanjutkan dominasi mereka yang selalu menjadi juara umum Olimpiade dalam enam dari tujuh edisi terakhir sejak Atlanta 1992. Kecuali saat China menjadi raja di tanah sendiri dalam Beijing 2008. (MD).
Indonesia Berada di Peringkat ke-55 Olimpiade Tokyo
Jakarta, FNN - Indonesia finis di peringkat ke-55 dengan perolehan lima medali, terdiri atas satu emas, satu perak dan tiga perunggu pada hari terakhir Olimpiade Tokyo 2020, Minggu, 8 Agustus 2021. Indonesia, yang sudah mengakhiri perjuangannya di Tokyo sejak 2 Agustus, berada di posisi kedua terbaik di antara negara-negara Asia Tenggara, di bawah Filipina yang berada di peringkat ke-50 dengan raihan satu emas, dua perak dan satu perunggu, demikian catatan resmi Olimpiade. Sementara itu, Thailand finis di urutan ke-59 dengan satu emas dan satu perunggu, disusul Malaysia di posisi ke-74 dengan satu perak dan satu perunggu. Merah Putih sempat berada di posisi ke-35, peringkat tertingginya di Tokyo, pada 2 Agustus berkat raihan emas Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan satu perunggu dari Anthony Sinisuka Ginting pada cabang bulu tangkis. Namun posisi Indonesia merosot hingga ke urutan ke-55 karena sudah tidak bisa menambah medali mengingat tidak ada lagi atlet Tanah Air yang berlaga di Tokyo sejak 2 Agustus. Sementara itu, negara-negara lain menambah pundi-pundi medalinya hingga hari terakhir Olimpiade. Sebagaimana dikutip dari Antara, pada Olimpiade 2016 Rio, Indonesia mengirimkan 28 atlet yang bertanding pada tujuh cabang olahraga dan finis di peringkat ke-46 dengan raihan satu medali emas dari cabang bulu tangkis serta dua perak dari angkat besi. Kontingen Merah Putih sebelumnya diberi target oleh pemerintah bisa mengalami peningkatan peringkat dari posisi ke-46 di Rio 2016 menjadi posisi ke-40 di Olimpiade 2020 Tokyo. (MD).
Greysia Polii Belum Putuskan Pensiun, Tunggu Waktu yang Tepat
Jakarta, FNN - Pebulu tangkis Indonesia Greysia Polii akhirnya angkat bicara terkait rencana pensiun yang kembali mencuat setelah raihan medali emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama pasangannya, Apriyani Rahayu. Capaian emas Olimpiade itu pun memunculkan banyak pertanyaan apakah Greysia akan menunda niat pensiun atau justru gantung raket. Namun ia mengaku masih menunggu waktu yang tepat untuk menemukan jawaban itu. “Sekarang tinggal menunggu waktu yang tepat untuk pensiun dari bulu tangkis. Karena saya sudah menikah, saya punya prioritas. Sebelum Olimpiade priroitas saya masih di bulu tangkis dan keluarga suami sangat mendukung luar biasa,” ungkap Greysia dalam jumpa pers virtual bersama Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Jumat. Greysia kembali mengenang masa-masa saat ia terpuruk setelah didiskualifikasi di Olimpiade London 2012 bersama pasangannya kala itu, Meiliana Jauhari. Momen tersebut sempat membuat dia berpikir untuk pensiun meski umurnya masih 25 tahun. Namun perempuan yang akan menginjak usia 34 tahun itu memilih bangkit dan kembali tampil di Rio 2016 bersama tandem barunya, Nitya Krishinda Maheswari. Setelah itu, Greysia kembali berniat pensiun setelah pasangannya itu mengalami cedera dan harus menjalani operasi. “Pada saat itu saya sudah ancang-ancang harus pensiun, saya juga punya pasangan dan kami berencana menikah dan itu normal sekali di pikiran saya sebagai atlet wanita,” kenang atlet kelahiran 11 Agustus 1987 itu. “Tapi ternyata Tuhan berkata lain, meminta saya untuk do the extra miles. Ada Apri dan saya melihat pelatih minta tolong untuk menunggu sebentar, setelah 2016 itu enam bulan sampai setahun, terutama untuk mengangkat ganda putri agar berprestasi.” Ia pun kembali mengurungkan niatnya untuk mengakhiri kariernya sebagai atlet demi kemajuan para juniornya. Seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, dan dengan statusnya sebagai pemain paling senior, Greysia pun semakin merasakan perubahan dalam menjalani setiap pertandingan. Ia merasa bisa tampil tanpa beban karena sadar sulit untuk bisa bersaing kompetitif dengan pemain-pemain muda. “Sebenarnya empat tahun ini saya jalan nothing to lose. Kalau dulu masih muda saya menggebu-gebu tapi sewaktu sudah menikah dan senior saya hanya nothing to lose, saya mencintai apa yang lakukan…Suami dan keluarga juga mendukung luar biasa.” Meski mendapat dukungan dari suami dan keluarganya, Greysia sadar bahwa pada suatu hari ia harus berhenti demi melanjutkan kehidupan selanjutnya. “Di dalam kehidupan ada season di mana kita harus tahu kapan harus berhenti dan melanjutkan kehidupan lain. Jadi saya tidak bisa bilang kapan waktunya (pensiun),” pungkas dia. (mth)
Seluruh Tim Indonesia pada Olimpiade Tokyo Tiba di Tanah Air
Jakarta, FNN - Rombongan terakhir tim Indonesia di Olimpiade Tokyo pada Rabu malam, sekitar pukul 00.00, tiba di tanah air setelah menyelesaikan seluruh pertandingan dalam pesta olahraga terbesar empat tahunan tersebut. Rombongan terakhir yang dipimpin oleh Chef de Mission (CdM) Indonesia untuk Olimpiade Tokyo Rosan P Roeslani itu terdiri dari Greysia Polii, Apriyani Rahayu, Anthony Sinisuka Ginting, Praveen Jordan dari cabang bulu tangkis. Selain itu, ada pula Lalu Muhammad Zohri dan Alvin Tehupeiory dari atletik, atlet menembak Vidya Rafika, serta lifter Rahmat Erwin Abdullah dan Nurul Akmal. Kedatangan mereka disambut oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali di Bandara Soekarno-Hatta. “Saya atas nama pemerintah, dan seluruh rakyat Indonesia, menyampaikan selamat datang kepada kontingen Indonesia. Saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya terhadap perjuangan yang telah dilakukan, baik para atlet, pelatih, maupun tenaga pendukung, yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020,” kata Zainudin dalam jumpa pers yang diikuti secara virtual di Jakarta. Zainudin meminta kepada para atlet dan pelatih untuk tetap semangat dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang. Ia juga berpesan kepada atlet supaya mulai menatap Olimpiade Paris 2024 yang babak kualifikasinya akan dimulai tahun 2021. Sementara itu, CdM Rosan menyampaikan, seluruh atlet dan rombongan dalam kondisi sehat. Kendati demikian, ia juga mengaku bahwa Olimpiade Tokyo 2020 di era pandemi tidak mudah bagi para atlet dan ofisial. “Selama dua pekan di sana (Tokyo), atlet dan ofisial hanya boleh ada di kampung atlet, tempat bertanding dan tempat latihan. Mereka tidak diperbolehkan keluar bubble,” ujar Rosan sebagaimana dikutip dari Antara. . “Tapi semangat para atlet tidak luntur sama sekali. Terbukti, kita bisa mempersembahkan satu medali emas, satu perak, dan tiga perunggu,” kata dia. Setibanya di Indonesia, para atlet akan menjalani karantina delapan hari sesuai dengan aturan pemerintah tentang protokol kesehatan perjalanan internasional di era pandemi Covid-19. Kontingen Indonesia membawa pulang lima medali dari Olimpiade Tokyo 2020 yang berlangsung pada 23 Juli - 8 Agustus. Tiga medali pertama datang dari cabang angkat besi. Lifter belia Windy Cantika Aisah membuka perolehan medali Merah Putih dengan raihan medali perunggu di kelas 49 kg putri. Eko Yuli Irawan menyusul dengan medali perak di kelas 61 kg putra, diikuti Rahmat Erwin Abdullah yang meraih perunggu dari kelas 73kg putra. Sementara itu, medali emas diperoleh dari cabang bulu tangkis nomor ganda putri lewat Greysia/Apriyani. Anthony Sinisuka Ginting menambah medali perunggu Indonesia di nomor tunggal putra. (MD).
Ketika Barshim Memukul Wajah Dunia Yang Penuh Egoisme
Catatan kisah Barshim-Tamberi Final lompat tinggi Olimpiade Tokyo 2021 Oleh M. Nigara RASANYA kita ingin terus dan terus mengulang kehebatan Mutaz Essa Barshim atlet lompat tinggi Qatar dan Gianmarco Tamberi, Italia. Keduanya suka atau tidak, langsung atau tidak, telah menampar wajah siapa pun yang selalu mendahulukan kepentingan diri sendiri. Memukul mereka yang mengedepankan ego. Kisahnya tak perlu saya ulang, ya keduanya sama-sama mampu melompati mistar 2,37 meter. Tapi pada titik tertentu, atlet Italia, Tamberi mengalami cedera. Barshim tinggal sendiri. Ia bisa melakukan apa saja. Hebatnya, atlet Qatar itu justru meminta pejabat yang berwenang untuk berdiskusi. Pertanyaannya sederhana. "Mungkinkah kami bisa memperoleh medali emas bersama?" Barshim tidak mengatakan, lawannya sudah cedera, maka dia berhak atas medali emas apa pun yang terjadi pada kesempatan terakhirnya. Sang pejabat yang berwenang pun tak ragu menjawab: "Bisa!" Maka terjadilah adegan indah, sang atlet Italia melompat memeluknya. Mereka bergembira bersama. Dan gemparlah dunia. Nama Barshim dan Tamberi serta merta melonjak ke puncak pujian dunia. Andai saja Barshim egois, maka Tamberi hanya akan memperoleh perak, dan dunia juga tidak akan mengecam Barshim, karena olimpiade adalah tempat pertarungan. Lazimnya pertarungan pasti ada yang kalah atau menang. Tapi tidak bagi atlet yang di dalam jiwanya bersemayam falsafah: Peacefull (Kedamaian), Friendship (Persahabatan), Exellence (Keunggulan), dan Respect (Menghargai). Itulah yang diperlihatkan oleh tiga pihak Barshim, Tamberi, dan pejabat yang bertugas. Bukan yang pertama Meski tidak sama persis, tapi karena keempat unsur di atas, beberapa peristiwa juga pernah terjadi. Sekali lagi napas olahraga yang murni adalah persahabatan. Jadi, jika hanya untuk menang atlet, ofisial, atau siapapun mau menggunakan hal-hal kotor, saya kira kita patut 'menghukum' mereka. Arip Nurhidayat, atlet _longboard_ Indonesia di Sea Games, Filiphina 2019. Bertarung di ronde ketiga melawan Roger Casugay, atlet tuan rumah. Dalam satu hempasan ombak di pantai Monaliza Point, San zjuan, La Union, Arif terhempas. Tali di kakinya terlepas, ia tenggelam dalam gulungan ombak. Roger, melihat adegan itu. Ia melompat, menerjang gelombang untuk menolong sang lawan. Lho, kok? Bukankah itu kesempatan bagi roger untuk menang? "Tidak, Arip adalah sahabat. Nyawanya jauh lebih berharga dari sekedar kemenangan untuk saya," katanya. Sikapnya ini membuahkan rasa bangga sang Presiden Rodrigo Duterte. "Saya bangga kepadamu!" tukas Duterte singkat. Buahnya Roger diberikan penghargaan sebagai Atlet Fair Play, Seag 2019. Dalam Kejuaraan Atletik Dunia 2018 di Doha, Qatar. Di nomor 5000 meter putra, adegan yang mirip juga terjadi. Drama menyelamatkan lawan ketimbang meraih kemenangan. Adalah Braima Suncar Dabo, pelari asal Guinea-Bissau di final 5000 meter melepas kesempatannya untuk menang dan memilih membantu Johnathan Busby dari Aruba. Sekali lagi, sang atlet mengatakan kemenangan tak seberharga ketimbang menolong orang. Pelari dari Aruba itu oleng dan mengalami kesulitan. Dabo menghentikan larinya, ia hampiri sang pesaing, ia rangkul dan ia papah hingga mereka berdua mencapai garis finis sebagai pelari terakhir. Nomor itu dimenangkan olrh pelari asal Ethiopia, Selemon Barega. Tapi Dabo memenangkan hati puluhan juta pemerhati atletik dunia. Sikapnya terus jadi pembicaraan yang baik bagi banyak orang. Tidak ada yang kebetulan dalam dunia ini, ketiganya sepertinya, maaf, dikirim oleh Allah untuk kita semua. Roger dan Dabo jauh sebelum pandemi, sementara Barshim dan Tamberi di saat pandemi covid-19 masih menggila. Sepertinya kita semua ditegur. Kita semua harus mau menurunkan ego masing-masing untuk menghadapi pandemi ini. Mereka mempertontonkan kejujuran, kemuliaan, persahabatan, dan kebersamaan jauh lebih indah ketimbang mengedepankan ego sendiri-sendiri yang ujungnya merugikan orang yang lebih banyak... Tak ada yang bisa diselesaikan dengan baik tanpa campur tangan orang lain. Saatnya kita benar-benar bergandengan tangan. Tanpa itu, maka siapa pun kita, sebesar apa pun kita, pasti hancur. Semoga bermanfaat.... Penulis adalah Wartawan Olahraga Senior dan Mantan Wa-Sekjen PWI
Pebulutangkis Apriyani Mendapat Hadiah Rp 100 Juta dari Anggota Dewan
Kendari, FNN - Anggota DPR RI Hj Tina Nur Alam menyerahkan hadiah uang tunai sebesar Rp 100 juta kepada peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 Apriyani Rahayu. Uang tersebut diterima Amiruddin, ayah Apriyani, di kediamannya Desa Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, Selasa, 3 Agustus 2021. "Ini hadiah Rp 100 juta sebagai apresiasi atas prestasi adinda Apriyani Rahayu merebut medali emas ganda putri pertama di ajang Olimpiade. Salam dari Pak Nur Alam," kata Hj. Tina Nur Alam seperti dikutip dari Antara. Sontak hadiah uang tunai yang diterima ayahanda Apriyani Rahayu disambut dengan ucapan syukur oleh keluarga dan kerabat yang turut menyaksikan momentum membahagiakan itu. Ayahanda Apriyani Rahayu, Amiruddin larut dalam suasana haru bahagia saat menerima hadiah yang diserahkan legislator Nasdem DPR RI tersebut. "Terima kasih, alhamdulillah. Salam kepada Pak Nur Alam. Semoga bapak Nur Alam dan Ibu senantiasa sehat, mudah rezeki dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala," kata Amiruddin dengan suara terbata-bata. Mantan Gubernur Sulawesi Tenggara dua periode (2008 - 2018) Nur Alam melalui pesan Whatsapp mengajak generasi muda menjadikan pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu sebagai motivator dalam mengasah bakat olahraga. "Prestasi merebut medali emas yang disumbangkan Greysia Polii/Apriyani Rahayu untuk Bangsa Indonesia bukan hadiah dari pasangan ganda putri Tiongkok tetapi sebagaimana kita saksikan melalui perjuangan tidak kenal lelah di lapangan," kata Nur Alam yang juga Ketua KONI Sultra dua periode yang lalu. Sukses pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu merebut medali emas Olimpiade di saat tim Merah Putih krisis medali emas patut menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. "Pasangan ganda putri terbaik Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu telah mengangkat harkat martabat bangsa di pentas olahraga dunia," ujar Nur Alam. (MD).
Pasangan Greysia/Apriyani Persembahkan Emas Buat Indonesia
Jakarta, (FNN) - Pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu menyabet medali emas Olimpiade Tokyo 2020 setelah menyingkirkan ganda putri China Chen Qing Chen/Jia Yi Fan pada Senin, 2 Agustus 2021. Dalam pertandingan final bulu tangkis ganda putri yang bergulir selama 55 menit di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Greysia/Apriyani memetik kemenangan dalam dua gim dengan skor 21-19, 21-15, seperti dilansir laman BWF. Chen/Jia merebut poin pembuka pada gim pertama. Namun mereka dapat disusul oleh Greysia/Apriyani dan kedudukan imbang 1-1. Setelah itu, Wakil Garuda berbalik unggul dan meraih poin-poin berikutnya, dengan kondisi Chen/Jia yang terus menempel ketat. Kedua pasangan itu kembali imbang 12-12. Greysia/Apriyani meningkatkan tempo permainan. Mereka unggul dan memperlebar jarak 19-14 dengan Chen/Jia. Lawannya berusaha mengejar. Namun Greysia/Apriyani lebih cepat mengamankan poin-poin terakhir, sehingga merebut gim pertama 21-19. Gim kedua, giliran Greysia/Apriyani yang mencuri poin pembuka. Akan tetapi, mereka berdua lagi-lagi imbang 1-1. Beruntung, lawannya banyak membuat kesalahan, sehingga Greysia/Apriyani unggul sampai 7-2 dan terus menambah poin-poin berikutnya. Chen/JIa tertinggal 8-13 dan masih membuat beberapa kesalahan. Kondisi itu pun dimanfaatkan dengan baik oleh Greysia/Apriyani untuk meraup banyak poin. Semakin memimpin, Greysia/Apriyani melepaskan smash terakhir dengan penuh percaya diri dan menutup laga tersebut dengan kemenangan 21-15. Sebagaimana diberitakan Antara, dengan hasil tersebut, maka Greysia/Apriyani mendapatkan mahkota juara dan membawa pulang medali emas Olimpiade Tokyo 2020. Secara head-to-head, Chen/Jia sebetulnya lebih unggul karena mereka merupakan pasangan nomor dua dunia, sedangkan Greysia/Apriyani berada di urutan keenam. Selain itu, Chen/Jia juga unggul dengan agregat 6-3 dari total sembilan pertemuan mereka dengan Greysia/Apriyani. Selanjutnya, Indonesia masih memiliki tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting yang akan berjuang memperebutkan medali perunggu melawan pemain peringkat 58 asal Guatemala Kevin Cordon pada pukul 18.00 WIB. (MD)
Greysia/Apriyani Bertekad Meraih Emas di Olimpiade Tokyo
Jakarta, FNN - Tim Indonesia terus berusaha meraih medali emas pada Olimpiade Tokyo 2020. Peluang tersebut ada di pundak ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang akan bertanding di babak final bulu tangkis di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Senin, 2 Agustus 2021. Dalam pertandingan memperebutkan medali emas tersebut, Greysia/Apriyani akan menghadapi wakil China Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Pertandingan sendiri bakal berlangsung pukul 11.50 WIB. Langkah pasangan Greysia/Apriyani ke final merupakan sejarah bagi sektor ganda putri Indonesia karena selama ini sering terganjal. Jadi apa pun hasilnya, ganda putri terbaik tanah air itu pantas mendapatkan apresiasi yang tinggi. Greysia/Apriyani tertinggal secara head-to-head dari Qing/Yi dengan agregat 3-6. “Kami ingin terus menjaga pikiran seperti awal datang ke Tokyo, yaitu menikmati gim agar bisa menunjang performa di lapangan. Kami tidak mau berpikir lawan seperti apa. Persiapan yang harus kami lakukan adalah menjaga ketenangan agar dapat mengontrol permainan serta mempersiapkan diri supaya recovery,” kata Greysia sebagaimana dikutip dari Antara. Selain pasangan Greysia/Apriyani, tunggal putra Anthony Ginting juga akan berusaha mengejar medali perunggu dengan menghadapi wakil dari Guatemala, Kevin Cordon. Pertandingan akan berlangsung pukul 18.00 WIB. "Ini (medali) akan sangat berarti bagi saya. Ini Olimpiade pertama saya, dan saya sudah berusaha keras. Mencapai tahap ini (semifinal) adalah mimpi yang jadi kenyataan. OLeh karena itu, saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini," kata Ginting. Selanjutnya atlet Tim Indonesia yang berjuang untuk mengejar medali adalah lifter putri Nurul Akmal yang akan turun di kelas +87 kg dan sesuai dengan jadwal pertandingan berlangsung di Tokyo International Forum pukul 17.50 WIB Berikut jadwal atlet Indonesia pada Senin (2/8/2021) 1. Greysia/Apriyani vs Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (bulu tangkis) di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo pukul.11.50 WIB. 2. Anthony Ginting vs Kevin Cordon (bulu tangkis) di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo pukul 18.00 WIB. 3. Nurul Akmal (angkat besi) di Tokyo International Forum pukul 17.50 WIB. (MD).
IOC Tolak Permintaan Heningkan Cipta Bom Hiroshima
Jakarta, FNN - Komite Olimpiade Internasional (IOC) menolak permintaan dilangsungkannya mengheningkan cipta khusus untuk memperingati peristiwa bom atom Hiroshima pada 6 Agustus nanti dan menyatakan akan memberi penghormatan mereka dalam rangkaian upacara penutupan Olimpiade Tokyo 2020. Sebelumnya, Wali Kota Hiroshima Kazumi Matsui mengirimkan surat tertanggal 28 Juli kepada Presiden IOC Thomas Bach mengajukan permintaan agar Olimpiade Tokyo 2020 melangsungkan peringatan khusus terhadap peristiwa yang terjadi pada 1945 itu. "Saya berharap bahwa atlet dan orang-orang yang bersentuhan dengan Olimpiade akan menyentuh realitas bom atom dalam cara tertentu," kata Matsui dalam surat yang belakangan disiarkan di laman resmi pemerintah kota Hiroshima. "Saya ingin tahu apakah Anda dapat meminta mereka mengheningkan cipta pada 6 Agustus pukul 8.15 di kampung atlet atau di mana pun mereka berada dan berpartisipasi dalam Upacara Peringatan Perdamaian yang akan dilangsungkan di Hiroshima dalam pikiran mereka," tulisnya dalam surat yang sama. Bom atom yang dijatuhkan tentara Amerika Serikat kala itu meratakan kota Hiroshima dan menewaskan 140 ribu jiwa hingga akhir tahun 1945. Bach sempat mengunjungi Hiroshima pada 16 Juli, sepekan sebelum upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020, meletakkan karangan bunga di tugu makan Hiroshima Peace Memorial Park dan menyebut Olimpiade bisa menjadi "obor harapan" perdamaian masa depan. Kendati demikian permintaan Hiroshima belakangan ditolak dan salah seorang juru bicara panitia Olimpiade Tokyo 2020 menyatakan peringatan tragedi itu akan dimasukkan ke dalam upacara penutupan. "Seturut IOC, sejak Olimpiade Rio, program penghormatan terhadap orang-orang yang kehilangan nyawa akibat peristiwa menyedihkan dalam sejarah dan berbagai alasan lain selalu dimasukkan ke dalam upacara penutupan," kata Masa Takaya dalam email yang dilansir Reuters, Minggu. "Saya memahami kebijakan IOC untuk berbagi pikiran dengan orang-orang di Hiroshima pada kesempatan itu," ujarnya menambahkan. Upacara penutupan Olimpiade Tokyo 2020 dijadwalkan berlangsung pada 8 Agustus. (sws)
Ginting Berharap Menangi Mendali Perunggu Dari Olimpiade Perdana
Jakarta, FNN - Pebulu tangkis Anthony Sinisuka Ginting menuturkan harapannya supaya bisa membawa pulang medali perunggu bagi Indonesia dari Olimpiade perdananya di Tokyo. Pernyataan itu ia sampaikan setelah gagal melaju ke babak final setelah dikalahkan pebulu tangkis asal China, Chen Long, pada babak empat besar tunggal putra Olimpiade Tokyo, Ahad, 1 Agustus 2021. "Ini (medali) akan sangat berarti bagi saya. Ini Olimpiade pertama saya, dan saya sudah berusaha keras. Mencapai tahap ini (semifinal) adalah mimpi yang jadi kenyataan, karenanya saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini," kata Ginting lewat informasi resmi BWF di laman resminya. Lawan yang dihadapi Ginting pada babak semifinal merupakan atlet yang kenyang asam garam. Dari pengalamannya yang lebih panjang, Chen Long sudah mengoleksi dua medali Olimpiade. Medali pertamanya adalah perunggu yang didapat di London 2012. Baru di Rio 2016, Chen Long menyabet medali emas. Ginting mengaku kesulitan bermain melawan Chen Long. Dalam pertandingan selama 56 menit itu, Ginting yang sudah bermain maksimal tetap tidak bisa mendobrak dominasi lawannya. "Saya lihat permainannya hari ini berbeda dari pertemuan kami sebelumnya. Dia tidak sering angkat bola, itulah sebabnya dia bisa mengendalikan permainan dari awal sampai selesai. Dia juga tidak membuat kesalahan, dia pemain yang sangat fokus," ujar Ginting soal permainan Chen Long. Meski menelan kekecewaan, namun peraih medali perak Asian Games 2018 ini masih bersikukuh untuk menggondol medali perunggu dari Olimpiade Tokyo. Sebagamana dikutip dari Antara. pada pertandingan penentuan hari Senin pukul 18.00 WIB, ia akan menghadapi pebulu tangkis Guatamela, Kevin Cordon. "Saya kecewa dengan permainan tadi karena tidak mudah sampai sini (semifinal), tapi ya mau bagaimana lagi. Pasti ada pemenang dan yang kalah, tapi saya harus bangkit secepat mungkin karena besok ada satu pertandingan penting lainnya," Ginting menuturkan. Setelah ini Ginting akan fokus untuk beristirahat dan berharap staminanya bisa pulih untuk laga penentuan besok. (MD).