olahraga

Timnas BMX Junior Buat Sejarah dengan Tembus Semifinal Kejuaraan Dunia

Jakarta, FNN - Dua dari empat atlet tim nasional BMX junior Indonesia mencetak sejarah dengan menembus babak semifinal dalam Kejuaraan Dunia BMX di Papendal, Belanda pada 21-22 Agustus 2021. Kedua atlet tersebut adalah Jasmine Azzahra dan Amellya Nur Sifa. Namun, baik Jasmine Azzahra maupun Amellya Nur Sifa belum mampu bersaing di babak final setelah keduanya gagal menempati posisi pertama saat semifinal. Dalam laga semifinal yang berlangsung Minggu (22/8), Jasmine menempati posisi keenam dari delapan peserta yang tergabung dalam Heat 1. Sedangkan Amellya finis di urutan kedelapan Heat 2, demikian catatan resmi Federasi Balap Sepeda Internasional (UCI). Hasil tersebut menjadi catatan sejarah bagi Indonesia sebagai satu-satunya negara Asia yang meloloskan atlet junior putri ke semifinal Kejuaraan Dunia. Sementara itu, dua atlet putra timnas BMX junior, yakni Aditya Putu dan Alfauzan kandas sejak babak penyisihan. Adapun gelar juara kelas men dan women junior masing-masing direbut oleh pebalap Prancis Louison Rousseau dan Mariane Beltrado. Di kelas elite, podium utama Kejuaraan Dunia di Papendal diraih oleh pebalap Inggris Raya Bethany Shriever dan pebalap tuan rumah Niek Kimmann yang sebelumnya memenangi medali emas di Olimpiade Tokyo. Usai Kejuaraan Dunia, timnas BMX junior tidak akan langsung pulang ke Tanah Air. Mereka akan bermukim selama tiga tahun di Belanda untuk melanjutkan program pelatihan (staycamp) demi mengumpulkan poin supaya lolos kualifikasi Olimpiade 2024 Paris. Belanda dipilih sebagai tempat pelatihan karena merupakan salah satu negara terbaik di dunia untuk balap sepeda. Pada Olimpiade Tokyo 2020, Negeri Kincir Angin itu meraih medali perunggu di kategori BMX putri dan medali emas BMX putra hanya dengan berlatih di sirkuit supercross mereka di Papendal. Selain berlatih di Belanda, para atlet Indonesia juga diagendakan mengikuti berbagai kejuaraan BMX di Eropa, mulai dari kejuaraan level C1 Series, European Series, hingga World Cup dan World Championships. (mth)

Persija Dipastikan Berkantor di Jakarta International Stadion

Jakarta, FNN - Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta (Persija) dipastikan berkantor di Jakarta International Stadion (JIS), Jakarta Utara. Namun, stadion bertarap inernasional tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi Persija. Kepastian tersebut disampaikan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, di Jakarta Selatan. Ahad, 22 Agustus 2021. “Persija akan berkantor di situ (JIS). Tentu kita akan prioritaskan,” kata Riza. Stadion bertaraf internasional tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi Persija saja. Akan tetapi, juga bagi seluruh warga Jakarta untuk menjadikan stadion itu sebagai wadah mencetak atlet sepak bola nasional. Dia menuturkan, penandatanganan kontrak dengan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) ditujukan mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan kawasan stadion tersebut di bidang olahraga khususnya sepak bola. “Stadion JIS diperuntukan untuk masyarakat Jakarta dan seluruh masyarakat Indonesia tentunya. Itu kan kerjasama pengelolaan dengan PSSI agar selalu bermanfaat bagi seluruh warga Jakarta dan Indonesia,” kata dia, sebagaimana dikutip dari Antara. Sebelumnya PT Jakarta Propertindo (Jakpro) menandatangani perjanjian kerja sama dengan PSSI untuk mengoptimalkan pemanfaatan JIS. “Tujuannya untuk optimalisasi, utamanya bagaimana kami memajukan olah raga secara umum, khususnya sepak bola,” kata Direktur Utama Jakpro, Dwi Wahyu Daryoto di Jakarta Utara, Selasa (17/8). Perjanjian itu pun akan menjadi acuan utama pelaksanaan kegiatan dan pertandingan serta komersialisasi stadion dan kawasan di stadion tersebut. Tidak hanya itu, kesepakatan kedua belah pihak juga akan menjadi dasar pengembangan lapangan dan kawasan serta pengembangan sepak bola nasional dengan standar internasional. “Mudah-mudahan area tersebut bisa menumbuhkan bibit unggul sehingga muncul atlet, khususnya sepak bola di kanca regional dan internasional,” kata Dwi Wahyu. (MD).

Anies Berharap JIS Lahirkan Atlet Berprestasi Internasional

Jakarta, FNN - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengharapkan Jakarta International Stadium (JIS) menjadi tempat melahirkan atlet berprestasi di kancah internasional melalui upaya kolaborasi semua pihak termasuk pemerintah. “Lokasinya standar internasional, prestasinya harus internasional,” kata Anies Baswedan ketika menyaksikan penandatanganan kerja sama Jakpro dengan PSSI di JIS, Jakarta, Selasa, 17 Agustus 2021. Menurut dia, pembinaan terhadap atlet harus dilakukan dengan sistem meritokrasi atau sistem yang berdasarkan kemampuan atau prestasi seseorang, bukan dilihat dari latar belakangan sosial atau ekonomi. Ia mencontohkan Brazil yang membina pemain sepak bola dengan 100 persen sistem meritokrasi sehingga negara itu selalu mendapat tempat dalam ajang sepak bola dunia salah satunya Piala Dunia. "Selama kegiatan pengembangan olahraga harus mengandalkan latar belakang keluarga maka kita akan sulit menumbuhkan atlet kelas dunia,” ucap Anies, sebagaimana dikutip dari Antara. Orang nomor satu di Pemprov DKI ini juga mengharapkan negara dan pemerintah memfasilitasi termasuk pemanfaatan tempat untuk latihan. Dengan begitu, tempat latihan di antaranya JIS dapat menjamin keberlanjutan operasional mengingat stadion berstandar internasional itu juga memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi. “Karena mengelola lapangan seperti ini perlu biaya, mengelola lembaga pendidikan olahraga perlu biaya, bila itu tidak diambil alih oleh tangan negara, maka kita tidak akan mungkin memunculkan pribadi terbaik untuk menjadi atlet,” katanya. Anies mengharapkan kerja sama Jakpro selaku pengelola JIS dengan PSSI menjadi babak baru kolaborasi untuk meningkatkan prestasi olahraga khususnya sepak bola. Jakpro, lanjut dia, juga diharapkan menjaga perawatan JIS termasuk lapangannya sebagai sarana latihan hingga kegiatan olahraga. "Bibit baik dari rumah, tanah subur tempat pelatihan itu tanggung jawab kita, iklimnya pemerintah, KONI, PSSI sama-sama bangun iklim sehat sehingga mereka bisa tumbuh,” katanya. (MD).

Agen Tegaskan Lautaro Martinez Ingin Bertahan di Inter Milan

Jakarta, FNN - Agen dari Lautaro Martinez, Alejandro Camano menegaskan bahwa kliennya masih ingin bertahan dan tetap percaya dengan target Inter Milan musim ini. Dikutip dari football-italia, Selasa, Camano mengatakan Lautaro saat ini menargetkan untuk meraih gelar Serie A Italia bersama Inter. "Lautaro ingin bertahan di Inter. Dia percaya kepada proyek Nerazzuri dan menargetkan scudetto lainnya," jelas Camano. Ia juga melanjutkan akan ada pertemuan antara dirinya dengan pihak Inter yang direncanakan akan digelar pada Rabu (18/8) waktu setempat. Camano mengatakan dirinya dan pihak Inter akan melakukan semua yang bisa agar Lautaro Martinez bisa bertahan bersama Inter dan menjelaskan kliennya menjalani hubungan yang baik dengan rekan setim serta pelatih. "Ada pertemuan dengan Inter yang direncanakan pada Rabu. Kami akan melakukan semua yang mungkin sehingga dia (Lautaro) bisa tetap bersama Nerazzuri. Martinez senang berada di Milan, berhubungan sangat baik dengan rekan setimnya dan pelatih baru," ujar Camano. Ia menegaskan Lautaro sudah mendengar banyak kabar soal kepindahannya dari Inter dan pemain asal Argentina itu tidak menanggapinya dengan serius. “Dia mendengar banyak yang dikatakan, tetapi tidak menganggapnya serius. Dia percaya, dan kami percaya, bahwa masih ada kehidupan di Inter,” ungkap Camano. Sebelumnya sempat muncul kabar klub Liga Premier Inggris Arsenal dan Tottenham Hotspur mencoba untuk mendatangkan Lautaro Martinez pada jendela transfer musim panas ini. Meski pun begitu, pihak Inter dikabarkan menolak setelah mereka kehilangan Romelu Lukaku yang memilih pindah ke Chelsea seharga Rp1,9 triliun. Sejak membela Inter Milan pada Juli 2018 lalu, Lautaro Martinez tercatat sudah tampil di 132 pertandingan di berbagai ajang serta mencetak 49 gol dan 20 assist. Pada musim lalu, Martinez sukses mencetak 19 gol dan 11 assist dari 48 penampilan di berbagai ajang serta membantu Inter meraih gelar Serie A Italia pertama sejak 2010 lalu. (mth)

Pesepak Bola Titus Bonai Bergabung ke Partai Gelora

Jakarta, FNN – Eks penyerang Timnas Senior Indonesia Titus Bonai atlet asal Papua menyusul rekannya Okto Maniani bergabung ke Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia. Tibo, sapaan akrab Titus Bonai secara resmi bergabung dengan Partai Gelora pada Senin (16/8/2021) siang ini di Papua. Dengan bergabungnya Okto Maniani dan Titus Bonai, Partai Gelora yakin menjelang Pemilu 2024 bisa menarik simpati masyarakat. “Menyusul Okto Maniani, Siang ini (Senin, 16/8/2021), Titus Bonay (Tibo), mantan pemain Timnas Indonesia asal Papua, pemain Persipura dan klub-klub lainnya, bergabung bersama Partai Gelora Indonesia,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah dalam keterangannya, Senin (16/8/2021). Menurut Fahri, bergabungnya Okto Maniani dan Titus Bonai merupakan hadiah yang luar biasa bagi Partai Gelora menjelang peringatan Kemerdekaan RI ke-76. “Ini hadiah bertubi-tubi yang luar biasa menjelang peringatan Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-76. Okto Maniani dan Titus Bonai juga akan meramaikan peristiwa PON di Papua bulan Oktober mendatang,” kata Fahri. Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini menegaskan, bergabungnya Okto dan Tibo ke Partai Gelora menandakan bahwa Partai Gelora mendapatkan sambutan luas dari tokoh-tokoh dan masyarakat Papua. “Penerimaan yang luas dari tokoh-tokoh dan masyarakat Papua kepada Partai Gelora adalah perlambang bahwa partai ini memang mencerminkan warna ke-Indonesiaan yang kuat,” tegas Fahri. Visi ke-Indonesiaan Partai Gelora dengan Arah Baru Indonesia Menuju Lima Besar Dunia, lanjutnya, tidak hanya ‘ditangkap’ oleh orang-orang besar di Indonesia Barat saja, tetapi juga di Indonesia Timur. “Orang-orang besar dari barat dan timur dari seluruh Indonesia sudah menyambutnya dengan baik sejak pawai kebangsaan dan Gerakan Arah Baru yang kita rancang pada tahun-tahun sebelumnya,” katanya. Fahri berharap dengan keanggotaan dua pemain sepak bola nasional asal Papua ini, akan menjadikan penanda pilihan politik masyarakat Papua dan rakyat Indonesia pada umumnya dalam menyalurkan aspirasi dalam Pemilu 2024 mendatang. “Mudah-mudahan keanggotaan dua pemain fenomenal kita dari Papua ini, akan menjadi tonggak penanda, bahwa Partai Gelombang Rakyat Indonesia akan menjadi pilihan masyarakat Indonesia ke depan. Ini harus kita syukuri karena momen-momen ini, kita mendapatkan kebahagiaan berkali-kali,” tandas Fahri Hamzah. Ketua Bidang Rekrutmen Anggota DPN Partai Gelora Indonesia Endy Kurniawan mengatakan, sejak awal mendengar Titus Bonai akan menyusul bergabung ke Partai Gelora. Karena itu, ia mengapresiasi kinerja DPW Papua yang secara gigih berhasil merekrut tokoh-tokoh Papua seperti Okto Maniani dan Titus Bonai. “Platform Gelora yang terbuka dan kolaboratif saya kira menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia yang sangat majemuk seperti di Papua,” kata Endy. Partai Gelora, kata Endy, bersyukur atas bergabungnya Tibo. Hal ini akan jadi pendorong untuk terus meningkatkan kerja teritorial dan kerja digital seluruh fungsionaris baik di DPN, DPW maupun DPD se-Indonesia. Titus Bonai bukanlah sosok asing di dunia sepak bola tanah air yang berposisi sebagai penyerang. Pria bernama lengkap Titus John Londouw Bonai ini lahir di Jayapura, Papua, pada 4 Maret 1989. Tibo mengawali kariernya bersama Persipura Jayapura U-21 pada tahun 2008. Sebelum pandemi, Titus Bonai kembali bermain untuk Borneo FC, yang sempat dibelanya selama dua musim. Selain bermain di Persipura Jayapura, Tibo juga sempat bermain di Sriwijaya FC, PSM Makassar, Semen Padang, Bontang FC dan Persiram Raja Ampat. Tibo juga sempat membela klub Thailand, BEC Tero Sasana. Di Timnas Indonesia, Titus Bonai pernah bermain untuk Timnas U-23 Indonesia, Piala AFC 2012 dan ajang Sea Games 2011 dibawah asuhan Rahmad Darmawan. Kala itu penampilan Titus Bonai begitu memukau dan konsisten saat berduet dengan Patrich Wanggai rekan tanah kelahirannya di Papua begitu fantastis. (ant)

Juarai GP Austria, Garcia Balas Kekecewaan Pekan Lalu di Red Bull Ring

Jakarta, FNN - Pebalap tim GASGAS Sergio Garcia menjuarai Grand Prix Moto3 Austria di Red Bull Ring pada Minggu demi membalas kekecewaannya pekan lalu ketika ia kalah dalam pertarungan sengit dengan Pedro Acosta di sirkuit yang sama. Garcia memiliki peluang merebut kemenangan di GP Styria tujuh hari lalu sebelum kalah dalam duel sengit melawan rookie tim Red Bull KTM Ajo Pedro Acosta di trek basah Red Bull Ring. Satu pekan berselang, Garcia mengawali balapan seri ke-11 di kalender dari baris kelima dan mampu merangsek ke kelompok terdepan sebelum melakukan serangan di lap terakhir demi merebut kemenangan dari pebalap tim Red Bull KTM Tech 3 Denis Oncu yang memimpin di hampir sepanjang lomba namun harus puas sebagai runner-up hari itu. Dennis Foggia juga mencuri podium di lap terakhir untuk tim Leopard Racing saat Pedro Acosta membuat kesalahan di Tikungan 4 lap terakhir, terlempar dari persaingan podium ke P4. Acosta masih bertahan sebagai pemuncak klasemen sementara dengan 196 poin, namun Garcia memangkas jaraknya menjadi 41 poin dengan kemenangan ketiganya di musim ini. Romano Fenati masih di peringkat tiga klasemen dengan koleksi 107 poin dibayangi oleh Foggia yang kini terpaut lima poin saja. Sementara itu tim Indonesian Racing Gresini Moto3 membawa pulang hanya dua poin setelah Jeremy Alcoba finis P14 di saat rekan satu timnya Gabriel Rodrigo terlempar dari zona poin di P20. Alcoba menghuni peringkat 10 dengan 60 poin sedangkan Rodrigo satu posisi di bawahnya dengan 59 poin. Pebalap Indonesia Andi Farid Izdihar membawa pulang satu poin setelah finis P15 untuk ketiga kalinya musim ini. Pebalap Honda Team Asia itu berada di peringkat 28 klasemen dengan koleksi tiga poin, demikian laman resmi MotoGP. (mth)

Manny Pacquiao vs Yordenis Ugas Value Bisnis Turun, Tapi Laga Tetap Keras

Oleh M. Nigara MUNDURNYA Errol Spance Jr dari jadwal tarung dua pekan jelang laga yang sudah dijadwal melawan Manny the Pacman Pacquiao, bukan hal yang aneh. Apalagi dokter tim menemukan ada cedera robek di mata sang juara dunia kelas welter WBC dan IBF. Dari segi bisnis, batalnya Sapnce membuat value bisnis, menurut secara otomatis. Maklum, sudah lebih dari tiga bulan woro-woro perang bintang, sudah dimulai. Tapi seperti kata pepatah, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, semua berantakan. Beruntung Pacquiao tetap mau manggung dengan mengganti lawan, Yordenis Ugas, juara dunia kelas Welter versi WBA. Selain itu, kisah mundur atau digantinya lawan dalam laga tinju pro, ya biasa saja. Ada banyak petinju yang demikian, meski ada beberapa yang berani melawan keputusan dokternya. Sugar Ray Leonard dan Evander Holyfield, misalnya. Mereka tetap maju dan hingga hari ini tetap sehat. Leonard, member of the Fabulous Four dinyatakan cedera berat di matanya selepas melawan Thomas Hearns, di Caecars Palace, Las Vegas, Nevada (12/6/1989). Duel itu berakhir draw, dan masing-masing gelar super middleweight WBC tetap milik Leonard, dan WBO juga tetap milik Hearns. Sugar Ray Leonard, kecewa berat. Semua anggota tim meminta sang jagoan mengikuti pendapat dokter. Keputusan sangat berani dan mengejutkan dilakukan Leonard. Laga ke-38 nya melawan Roberto Duran, juga anggota the Fabulous Four yang sudah dijadwal (7/12/1989) di the Mirage, Paradise, Las Vegas, Nevada, tidak dibatalkan. Dan di laga itu, Leonard menang angka. Begitu juga dengan Evander Holyfield, juara dunia kelas berat WBA/IBF. Jelang pertarungan pertamanya melawan Lennox Lewis (13/3/199) di Madison Square Garden, New York, dokternya menyatakan ada masalah besar di jantung Holyfield. Serupa dengan Leonard, ketika semua anggota tim dan manajemen memintanya berhenti, the Real Deal menolaknya. Di laga univikasi dengan gelar Lewis, WBC, berakhir draw. Saya tidak ingin mengatakan Spance cengeng apalagi takut. Setiap orang tentu punya perhitungan masing-masing, dan itu harus kita hormati. Dua contoh di atas hanya penjabaran fakta saja. Mirip Akan halnya Yordinis Ugas, juara dunia kelas Welter versi WBA, dipilih menggantikan Spance jr, dua minggu sebelum laga, justru mengingatkan saya pada Pacman, 20 tahun silam. Bedanya Ugas saat ini juara dunia, sementara Pacman saat itu menyandang mantan juara dunia. Setelah kehilangan gelar juara dunia kelas terbang versi WBC, dari petinju Thailand, Midgoen Singsurat (18/12/199), Pacquiao seperti frustasi. Padahal laga melawan petinju Thai itu bukan kejuaraan, tetapi karena kalah KO-2, secara otomatis gelar dicabut. Enam kemenangan berturut-turut selepas laga itu, seluruhnya ia menangkan dengan KO/TKO, tapi itu tetap tak mampu menghapus bayang menyakitkan. Maka terbanglah ia ke Amerika, tepatnya ke San Fransisko, California. Singkatnya ia mendatangi Freddie Roach, pelatih top di Los Angeles. Niatnya ia ingin berlatih di sana. Tapi Roach mengacuhkannya. Modal mantan juara kelas terbang WBC, tidak membuat sang pelatih para juara itu mau menerimanya. Tapi karena kesungguhannya, Roach akhirnya mau juga menampungnya di the Wild Card Gym, West Hollywood California. Suatu hari, tepat dua minggu setelah Pacquiao bermukim di WCG, dan belum ditangani oleh Roach, tiba-tiba ia diberi tahu akan bertanding. Kaget? Pasti, apalagi ia akan menantang juara dunia asal Afrika Selatan, Lehlohonolo Ledwaba. Sang juara dunia kelas super bantam IBF ini sudah mempertahankan gelar lima kali, 4 dengan KO/TKO, di MGM Garden Arena, Las Vegas, Nevada (23/6/2001). Catatan, Bob Arum, pemilik Top-Rank, sedang menggadang-gadangkan Ledwaba untuk menjadi pendamping si Golden Boy Oscar De La Hoya yang sejak amatir berada di bawah Arum. Makanya, ketika petinju Martinez, cedera, Arum 'meminta' Roach untuk mencari pengganti. Intinya bukan lawan yang berat agar mudah dikalahkan Ledwaba. Sang pemilik WGC langsung menyanggupi. "Ada nih," kira-kira begitu. "Baru datang dari Philiphina dua minggu lalu. Belum sempat saya tangani, " katanya lagi. Arum pun senang. Pasar taruhan saat itu 9-1 untuk Ledwaba. Ledwaba vs Pacquiao merupakan partai tambahan Oscar De La Hoya vs. Javier Castillejo. Saat itu, tak seorang pun yang peduli pada Pacman. Semua mata tertuju untuk Oscar dan Ledwaba. Now or Never itu yang membuncah di dadanya. "Ya, sekarang atau tidak sama sekali," kata hatinya. Tak ada pesan apa pun, Pacquiao turun sebagai no boddy. Tapi di atas ring, Pacman menjelma menjadi macan yang lapar. Ia mengaum sangat keras, mengejutkan 22 ribu penonton MGM Grand, 15 juta penonton yang melalui PPV (Pay Per View) alias tv berbayar dan ratusan juta pasang mata di dunia.. Ledwaba bukan hanya kalah dan kehilangan gelar, tapi juaea bertahan itu dibuat lintang-pukang. Roach, kaget. Ia gelisah. Tapi, alih-alih Arum marah, kehilangan Ledwaba, ia justru mengatakan sebaliknya. "Kok petinju sebagus itu tidak dipasarkan? " Mata dan hati Arum tidak keliru. Bahkan ketika Golden Boy yang sejak amatir sudah diijon, mengajukan pilihan pada Bo Arum: "Aku atau dia (Pacquiao)?". Arum tak ragu menjawab: "Pacman!" Sejak itu Oscar lepas dari Arum. Mantan peraih medali emas Olimpiade 1984 itu segera mendirikan Golden Boy Promotions yang kemudian menjadi pesaing utama Top Rank milik Arum. Kembali ke Pacquiao saat ini. Secara teknis dan pengalaman, Ugas pasti tidak sebanding dengan Pacman yang menjadi satu-satunya petinju yang menjadi juara dunia di delapan kelas berbeda. Bahkan nilai jual Ugas pun tak seimbang dengan Spance Jr. Tapi, semua bukan jaminan Yordenis Ugas, petinju asal Kuba itu pasti kalah. Semangat juara dunia kelas welter WBA, yang tahun lalu (26/9/2020) merebut gelar kosong dengan mengalahkan Abel Ramos, sedang tinggi-tingginya. Hampir sama, petinju Kuba dengan Meksiko, berani dan pantang menyerah. Apalagi kasusnya mirip dengan Pacman vs Ledwaba. Ia petinju yang menggantikan Spance, Pacman saat itu menggantikan Martinez. Malah dulu Pacman bukan siapa-siapa, tapi bisa berhasil. Sementara Ugas adalah juara dunia. Sedikitnya ada tiga motivasi Ugas, pertama, ya now or never seperti Pacman dulu. Inilah kesempatannya. Kedua, ia ingin menutup buku Pacman dengan mencatatkan diri sebagai pemenang. Kabarnya santer, Pacquiao akan pensiun setelah laga ini. Terakhir, ia beruntung menjadi under dog bebannya lebih ringan. "Merupakan sebuah kehormatan melawan juara dunia multi-divisi yang hebat, Manny Pacquiao. Saya lebih dari siap untuk menghadapi tantangan ini," tutur Ugas. "Saya sangat menghormati Pacquiao, tetapi saya datang untuk memenangkan pertarungan ini," lanjut Ugas. Jadi, secara teknik Ugas memang kalah, tetapi jika kubu Ugas mau mengulur permainan, bukan tidak mungkin Pacman akan kerepotan. Selisih delapan tahun, Ugas (35) dan Pacquiao (43) bisa jadi kendala. Dari data ring terlihat Ugas bukan petarung yang mau cepat-cepat menyelesaikan pertarungan. Dari 30 kali tampil, Ugas menang 26 kali dengan hanya 12 menang KO/TKO dan 4 kali kalah. Dan Pacquiao sendiri bukan supermen. Ia kehilangan gelar juaranya saat dikalahkan petinju tuan rumah, Jeff Horn (12/7/2017) di Brisbane, Australia. Kekalahan itu menyebabkan gelar juara dunia kelas welter versi WBO lepas. Jeff Horn, bukan siapa-siapa. Sekali lagi, Ugas memang tidak sehebat Spance, tapi di atas ring, Pacquiao pasti tidak akan mudah untuk dikalahkan... Selamat menyaksikan. Penulis adalah Wartawan olahraga senior Komentator tinju TVOne Mantan Wakil Sekjen PWI

Anies Serahkan Hadiah Rumah Rp 3,3 Miliar untuk Greysia-Apriyani

Jakarta, FNN - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyerahkan hadiah kepada atlet bulu tangkis peraih emas di Olimpiade Tokyo 2020, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu masing-masing satu unit rumah beserta interior senilai Rp 3,3 miliar dan uang tunai Rp 800 juta. "Kali ini kita bangga dengan dua putri terbaik di saat bangsa kita mengalami ujian," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan setelah menyerahkan bonus kepada Greysia-Apriyani di Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) Jakarta, Sabtu, 14 Agustus 2021. Pemberian apresiasi berupa rumah tersebut dipersembahkan oleh Yayasan Pembangunan Jaya Raya selaku lembaga yang membina pasangan ganda putri tersebut. Sedangkan uang tunai sebesar Rp800 juta diberikan Pemprov DKI Jakarta masing-masing kepada Greysia dan Apriyani. Keduanya juga mendapatkan kartu anggota Ancol yang berlaku seumur hidup dari PT Pembangunan Jaya Ancol. Selain bagi kedua atlet, para pelatih di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta Timur, juga mendapat apresiasi. Eng Hian selaku pelatih ganda putri mendapatkan uang tunai Rp 200 juta serta Rp 480 juta dari Pemprov DKI Jakarta. Kemudian, Asisten Pelatihan Chafidz Yusuf dan pelatih fisik Ari Subarkah diberikan apresiasi sebesar Rp 50 juta. Dikutip dari Antara, Jaya Raya ikut menjadi kontributor. "Jadi kami di Jakarta merasa bersyukur bahwa ini terus berhasil menyuplai pasokan prestasi," kata Anies. Greysia merasa terharu dengan pemberian apresiasi tersebut. Meski begitu, prestasi yang keduanya raih bukan keberhasilan mereka berdua namun berkat perjuangan dan keberhasilan semua pihak mulai pembina dan pelatih. "Kami di sini bukan karena keberhasilan kami berdua tapi keberhasilan kita semua, pembina, pelatih, dari kecil hingga hari ini benar-benar luar biasa perjuangan kami semua hingga mencetak dan menghasilkan prestasi luar biasa untuk Indonesia, Jaya Raya dan DKI," kata Greysia. Senada dengan Greysia, Apriyani juga berterima kasih kepada semua pihak dari pembina dan pelatih termasuk Pemprov DKI dan PBSI hingga dukungan dari masyarakat Indonesia. "Terima kasih juga untuk masyarakat Indonesia untuk doanya karena itu sangat berharga saat olimpiade itu yang bisa kami rasakan dan dalam keadaan pandemi juga," katanya. (MD).

Profil Atlet Paralimpiade: Khalimatus Sadiyah Kebal Cemohan Demi Juara

Jakarta, FNN - Cabang olahraga parabadminton untuk pertama kalinya di pertandingkan di Paralimpiade mendorong Komite Paralimpiade Nasional Indonesia (NPC) menurunkan atlet terbaiknya di Tokyo 2020. Dari tujuh atlet nasional yang diturunkan, Khalimatus Sadiyah menjadi salah satu ujung tombak Indonesia untuk bersaing di cabang parabadminton Paralimpiade Tokyo 2020. Atlet berusia 22 tahun asal Mojokerto, Jawa Timur itu akan turun di dua nomor yaitu tunggal putri (SL4) dan ganda putri (SL3-SU5) dalam ajang yang akan berlangsung pada 24 Agustus-5 September itu. Alim, panggilan akrab atlet kelahiran 17 September 1999 ini, sudah mulai berlatih badminton sejak kelas lima SD di Bendo Sport Mojosari. Namun sebelum mantap di bulu tangkis, Alim sebetulnya ingin menjadi atlet voli atau sepak bola. Peran keluarganya lah yang membuat Alim memutuskan untuk bermain bulu tangkis hingga sekarang. Selain itu, saat awal merintis karir bulu tangkis mulanya bersikukuh ingin berlatih dan bermain pada kategori normal karena optimistis bisa bersaing dengan atlet pada umumnya. Pada masa kecil hingga remaja, Alim kerap mendapat cemoohan dan dianggap sebelah mata oleh teman-temannya. Namun hal itu dia jadikan motivasi untuk mencetak prestasi dan menunjukkan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk berkarya. "Kenali potensi dirimu, buatlah orang mengenalmu karena kelebihanmu dan bukan kekuranganmu," kata Alim seperti dilansir di laman resmi NPC Indonesia. Menurut dia, setiap orang punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Oleh karenanya tidak apik rasanya jika hanya fokus pada kekurangan tanpa mengasah kelebihan yang dipunyai. Keinginan kerasnya juga tercermin pada tingkat disiplinnya yang tinggi saat berlatih. Jika orang tuanya tidak bisa mengantar ke tempat latihan, Alim tanpa ragu akan berangkat sendiri menggunakan sepeda onthel meski cuaca hujan sekali pun. Pada perkembangannya dia mendapat tawaran dari Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Timur untuk mengikuti kejuaraan Pekan Paralimpiade Pelajar Nasional (Paperpenas) ke-VI tahun 2013 di Jakarta dan memboyong medali emas dari nomor tunggal putri untuk provinsinya. Sejak saat itu Alim pun mulai bertanding di kategori tunggal putri SL4. Kiprahnya dalam parabadminton menuai beragam prestasi hingga tingkat dunia. Berdasarkan data resmi Federasi Parabadminton Dunia (Para-BWF), Alim menduduki peringkat tujuh dunia di sektor tunggal putri SL4. Sedangkan pada ganda putri SL3-SU5 yang berpasangan dengan Leani Ratri Oktila, Alim menduduki peringkat satu dunia. Bersama Ratri, Alim pernah mengharumkan nama Indonesia dengan meraih medali emas ganda putri SL3-SU5 di ajang Asian Paragames 2018. Jelang Paralimpiade Tokyo 2020, Alim bersama timnas parabadminton menjalani pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Kota Solo, Jawa tengah. Berdasarkan keterangan resmi di laman NPC Indonesia, timnas parabadminton Indonesia membangun semangat tanding yang tinggi. Tim pelatih juga terus melakukan inovasi melalui berbagai metode dan strategi latihan khusus. Berikut prestasi internasional lainnya: Medali emas - Ganda putri SL3–SU5 China Para Badminton International 2019 - Ganda putri Forza Iris Para Badminton International 2019 - Ganda putri SL3–SU5 Canada Para Badminton International 2019 - Ganda putri SL3–SU5 Fazaz Dubai Para Badminton International 2019 - Ganda putri SL3–SU5 Turkish Para Badminton Internasional 2019 Medali perak - Ganda putri SL3–SU5 Kejuaraan Dunia Parabadminton BWF, Swiss 2019 Medali perunggu - Ganda campuran SL3–SU5 Fazaz Dubai Para Badminton International 2019 - Tunggal putri Turkish Para Badminton International 2019 (mth)

Anies Basewdan Abadikan Greysia-Apriani Jadi Nama Gedung Olahraga

Jakarta, FNN - Nama pasangan ganda putri Indonesia peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu diabadikan menjadi pada gedung olahraga di kawasan Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP), Ragunan, Jakarta Selatan. "Karena mereka atlet yang dibina di Jakarta oleh Jaya Raya kemudian berprestasi internasional, kami ingin agar penghargaannya memberikan motivasi lintas generasi," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di PPOP Ragunan, Jakarta, Sabtu, 14 Agustus 2021. Gedung olahraga tersebut diberi nama Sasana Emas Greysia-Apriyani, Olimpiade Tokyo 2020. Gedung itu berada di tengah fasilitas olahraga milik Pemprov DKI Jakarta yang baru direnovasi. Gubernur DKI menambahkan, seluruh kompleks kawasan olahraga itu bahkan belum diresmikan. Meski begitu, ia berharap dengan nama tersebut memberikan inspirasi sekaligus memotivasi generasi muda yang saat ini berlatih di PPOP sembari tetap menempuh pendidikan formal. Dikutip dari Antara, gedung tersebut menjadi tempat penempaan generasi muda menjadi atlet untuk sejumlah cabang olahraga. Sementara itu, Greysia Polii mengaku tidak menyangka namanya terukir di salah satu gedung olahraga. Ia pun kembali mengingat kenangan masa kecilnya saat berlatih di PPOP Ragunan hingga berada di posisi puncak sebagai atlet bulu tangkis Indonesia. "Bonus, apresiasi hal yang mungkin dilihat dan dicapai setiap atlet berprestasi, tetapi untuk bisa namanya ditorehkan di satu gedung bulu tangkis, yang mana masa kecil saya semua ada di sini," kata Greysia terharu. Senada dengan Greysia, Apriani juga mengaku terharu dan tidak menyangka namanya terukir menjadi nama gedung olahraga. "Jujur saya terharu banget melihat gedung ini. Terus dapat gedung ini dengan nama Sasana Emas Greysia Apriani, saya terharu," katanya. (MD).