pertanian
Kementan Dorong Penggunaan Aplikasi IMACE Permudah Skspor Pertanian
Jakarta, FNN - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong penggunaan aplikasi IMACE (Indonesia Maps of Agricultural Commodities Export) yang mempertemukan pelaku usaha agribisnis dengan petani guna mempermudah ekspor produk pertanian. “Berbagai kemajuan digital menjadi peluang bagi hadirnya modernisasi aktivitas termasuk di sektor pertanian, dan kemajuan era ini harus kita manfaatkan,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melalui keterangan tertulis, Kamis. IMACE merupakan aplikasi digital yang dikembangkan oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementan dan lolos menjadi salah satu 99 Top Inovasi dari Sinovik Tahun 2021 yang digelar Kementerian Pemberdayaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpanrb) dan maju pada tahap berikutnya. Aplikasi IMACE menyajikan informasi data ekspor pertanian real-time. Selain itu, aplikasi ini juga menyajikan data pemetaan potensi komoditas pertanian ekspor di daerah sentra dan menjadi input dalam pemberdayaan masyarakat. Aplikasi tersebut bisa diakses melalui situs web dan android. Pada awal pengembangan, inovasi ini ditujukan untuk mendukung Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (Gratieks) dalam meningkatkan kinerja ekspor pertanian. Dalam kurun waktu lebih dari satu tahun, aplikasi yang telah digunakan di sembilan provinsi ini telah dapat mendorong performa kinerja ekspor. Berdasarkan data rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2020 peningkatan ekspor pertanian tercatat sebesar 15,2 persen dibandingkan kinerja tahun sebelumnya. Barantan juga mencatat adanya penambahan 1,300 eksportir baru serta 98 komoditas ekspor pertanian baru sebagai dampak terbukanya akses informasi ekspor. (mth)
Satgas TNI Latih Keterampilan Warga di Perbatasan Buat Bonsai
Keerom, FNN - Prajurit TNI Satuan Tugas Pamtas RI-PNG Yonif 131/Brs Pos Mosso memberikan ketrampilan kerajinan membuat bonsai dari tunas kelapa kepada warga Mosso di Kampung Mosso Distrik Muara Tami, Jayapura.. Dansatgas Pamtas RI-PNG Yonif 131/Brs Letkol Inf Muhammad Erfani dalam keterangan,Sabtu mengatakan, kegiatan pelatihan ketrampilan bonsai untuk warga dilakukan personel Pos Mosso pimpinan Letda inf Eri Hermawan dalam memanfaatkan tunas kelapa yang sering ditemukan di seputaran perkarangan. "Apapun di dalam kebun-kebun menjadi barang yang bermanfaat sehingga mempunyai nilai jual," ujarnya. Dansatgas mengakui, hasil dari kreativitas warga dalam membuat kerajinan bonsai dari tunas kelapa bisa dijual sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat serta membangkitkan sektor UMKM pada masyarakat. Ditempat terpisah Danpos Mosso Letda Inf Eri Hermawan dengan penuh semangat membimbing para warga agar bisa membuat kerajinan tangan dari tunas kelapa. Prosesi membuat bonsai dimulai dari menyiapkan tunas kelapa, mengupas kelapa, menghaluskan, mempernis dan meletakkan tunas kelapa di atas pot sehingga tunas kelapa kelihatan karya seni yang indah bernilai tinggi siap untuk dijual. "Adanya pelatihan ini bisa menarik minat para masyarakat untuk lebih meningkatkan kreativitas dalam pembuatan karya seni yang bernilai tinggi dan dapat meningkatkan perekonomian pada masyarakat Kampung Mosso," jelas Danpos Mosso Dansatgas mengatakan, dengan memanfaatkan tunas kelapa di sekitar tempat tinggal warga, hasil kerajinan ini diharapkan dapat menjadi sumber penghasilan warga yang dapat dijual dan bisa juga sebagai cinderamata. Sementara itu, Ketua RW Kampung Mosso Urban (43) menyampaikan ucapan terima kasih atas pelatihan keterampilan yang dilakukan Satgas Yonif 131/Brs kepada warganya. "Semoga keterampilan yang diajarkan satgas TNI akan bermanfaat untuk warga Mosso,"harap Urban. (mth)
Mentan: Pemulihan Ekonomi Bisa Melalui Pengembangan Riset Pertanian
Probolinggo, FNN - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pemulihan ekonomi dapat dilakukan melalui pengembangan riset pertanian, sehingga pihaknya mengapresiasi hasil riset yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Balitbangtan. "Itu harus disebarkan dan diaplikasikan secara masif di wilayah lain, agar sektor pertanian terus bergerak dan berperan dalam pemulihan ekonomi nasional," katanya saat meresmikan Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Penelitian (IP2TP) di Desa Muneng, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu. Ia mengatakan pihaknya hadir bersama Komisi IV DPR tidak lain untuk mengakselerasi daerah dan Bupati Probolinggo dalam rangka mempersiapkan varietas kedelai dalam skala masif yaitu varietas Detam. "Saya berharap varietas itu terus dikembangkan dengan memperluas dan meningkatkan jumlah bibit sebar. Kementan siap untuk mengintroduksi kepada wilayah-wilayah yang cocok ditanami bibit tersebut," tuturnya. Mentan berharap Probolinggo berhasil bukan hanya di sektor pertanian dalam jumlah luas yang besar tapi juga mampu mengoptimalisasi lahan-lahan pekarangan di setiap rumah dengan menanam sesuatu yang bernilai ekomoni. "Jika hal tersebut dikonsolidasi dalam bentuk korporasi, itu menjadi hal yang luar biasa," katanya. Sementara itu Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry dalam laporannya menyampaikan bahwa varietas unggul yang dihasilkan Balitbang Pertanian didedikasikan untuk mendukung CB 1 sampai CB 5, bukan hanya ada di Jawa Timur tapi tersebar ke seluruh Indonesia. "CB 1 yaitu mengembangkan kapasitas peningkatan produksi sampai CB 5 yakni meningkatkan nilai ekspor dengan Geratieks," ujarnya. Pada kesempatan itu juga, Syahrul Yasin Limpo bersama Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Hasan Aminuddin, dan Bupati Probolinggo P. Tantriana Sari melakukan panen kacang tanah dan kedelai hitam. Kacang tanah yang dipanen merupakan varietas Litbang Garuda 5 yang saat ini tengah menjalani kerja sama kemitraan bersama PT Tuding Putra Putri Jaya memproduksi kacang garing. Sementara itu untuk kacang kedelai, termasuk varietas Detam 1 yang digunakan sebagai bahan baku kecap Kipas Sate oleh CV Mustika Digdaya. IP2TP Muneng merupakan satu di antara lima IP2TP yang berada di bawah Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) yang meneliti dan mengembangkan varietas unggul tanaman seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan komoditas Akabi lainnya. (mth)
"Jenderal Buah Lengkeng" Itu Bernama Sersan Dua Mugiyanto
Jakarta, FNN - Berangkat dari keterbatasan fisik akibat musibah yang menimpa dirinya sewaktu bertugas di Ambon, tidak membuat semangat hidup sosok Sersan Dua (Serda) Mugiyanto berputus asa. Serda Mugiyanto adalah anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Koramil 19/Borobudur Kodim 0705 Magelang, Jawa Tengah. Personel Babinsa ini dikenal sebagai motivator, petani, koordinator petani hingga dijuluki sebagai "Jenderal buah lengkeng" oleh Kementerian Pertanian karena keberhasilan-nya merangkul dan membina hingga 10 ribu petani dari Sabang sampai Merauke. Keberhasilan Serda Mugiyanto berawal dari kisah tragis yang dialaminya saat menjalankan operasi pengamanan daerah rawan (pamrahwan) ke wilayah Ambon pada 2001. Saat itu ia berangkat bersama rombongan Batalion Infanteri Raider 408/Suhbrastha. Tepat pada November 2001, Mugiyanto bersama rekan-rekan-nya yang sedang melaksanakan patroli lapangan tanpa sengaja menginjak ranjau darat yang mengakibatkan kaki sebelah kanannya putus hingga cacat seumur hidup. Akibat ledakan dahsyat ranjau darat tersebut potongan kaki Serda Mugiyanto sampai-sampai tidak bisa ditemukan. Ia mengenang kala itu adalah perjuangan antara hidup dan mati karena kondisi-nya terus memburuk. Apalagi, dari lokasi kejadian ke rumah sakit setidaknya membutuhkan waktu empat hingga lima jam perjalanan karena cukup jauh dari pusat keramaian. Sewaktu perjalanan menuju rumah sakit rekan-rekan-nya pun sudah berpikir buruk akan kehilangan teman seperjuangan yang kala itu masih berpangkat Prajurit Dua (Prada). Kondisi semakin menegangkan karena hemoglobin (Hb) darahnya rendah atau sudah dalam kondisi mengkhawatirkan. Tidak sampai di situ, mimpi buruk masih terus menyelimuti karena tim medis kesulitan menemukan golongan darah yang cocok dengan golongan darah yang dibutuhkan Serda Mugiyanto. Apalagi, wilayah itu masih termasuk kawasan rawan konflik sehingga akses tidak semudah yang dibayangkan. Namun, takdir berkata lain. Keberuntungan berpihak pada prajurit yang dijuluki jenderal buah kelengkeng tersebut, hingga akhirnya berhasil pulih dari insiden pilu yang dialaminya. "Di sisa hidup ini, saya bertekad harus bisa bermanfaat untuk keluarga, masyarakat dan negara," ucap Serda Mugiyanto. Setelah menyadari kondisi fisik yang harus ia terima, Serda Mugiyanto awalnya memang sedikit terpuruk. Ia tidak pernah membayangkan harus kehilangan salah satu anggota tubuhnya. Apalagi, pada saat itu ia masih berstatus lajang atau belum menikah. Dengan kondisi disabilitas, bisa saja perempuan akan berpikir ulang mau menerimanya sebagai pendamping hidup. Lagi, takdir berkata lain. Ia dipertemukan dengan Dwi Astuti Sumarwati perempuan yang akhirnya dipersunting dan siap menerima segala kekurangan maupun kelebihan yang ada pada diri Serda Mugiyanto. Dari hasil pernikahannya, pasangan tersebut dikarunia tiga orang putra. Serda Mugiyanto patut bersyukur. Sebab, di balik keberhasilan yang diraih-nya hari ini tidak terlepas dari doa dan dukungan istri dan ketiganya anaknya. "Istri yang membuat saya tetap semangat, mau menerima di saat kondisi saya cacat dan penuh keterbatasan," ungkap dia. Motivator Keberhasilan demi keberhasilan terus diraih. Puncaknya, pada 2019 sang jenderal buah lengkeng ini mendapat kenaikan pangkat luar biasa dari Kopral Kepala (Kopka) naik menjadi Serda atas dedikasi-nya yang begitu luar biasa dan memotivasi banyak orang. Kenaikan pangkat luar biasa diberikan langsung oleh Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa. Kini, berbekal kaki palsu sebelah kanan, kegigihan dan semangat seorang prajurit TNI, Serda Mugiyanto tidak hanya menjadi motivator bagi petani di Tanah Air tetapi juga motivator untuk prajurit TNI yang juga penyandang disabilitas atau bernasib sama dengan dirinya. Bahkan, tak jarang ia diundang langsung oleh Kementerian Pertahanan untuk memberikan arahan atau berbagi ilmu kepada prajurit-prajurit TNI penyandang disabilitas. Pada intinya, Serda Mugiyanto selalu menekankan bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk berkarya dan berprestasi. Di balik usaha keras yang diperjuangkannya selama bertahun-tahun, Serda Mugiyanto selalu bermimpi seharusnya Indonesia yang memiliki sumber daya alam berkecukupan, tanah yang subur dan kondisi alam yang mendukung bisa swasembada atau memenuhi kebutuhan buah lokal tanpa harus bergantung kepada negara lain. Selama ini banyak lahan tidur yang tidak digarap secara optimal oleh masyarakat. Padahal, jika tanah tersebut dikelola dengan baik maka segala kebutuhan pangan termasuk buah-buahan bisa tercukupi tanpa harus bergantung kepada pihak lain. Namun, sayangnya, ia melihat tekad dan kemauan dari masyarakat untuk berani betul-betul terjun sebagai petani dari hati belum sepenuhnya terwujud. Hal itu bisa jadi dikarenakan stigma-stigma keliru yang selama ini berkembang. Misalnya, menganggap pekerjaan petani atau menjadi petani adalah pekerjaan rendah, bertani itu kotor, pendapatan tidak seberapa hingga tidak bisa menggunakan teknologi dalam bercocok tanam. Padahal anggapan itu keliru. Serda Mugiyanto membantah secara tegas jika ada yang berpandangan pekerjaan petani itu rendah, kotor, penghasilan pas-pasan dan lain sebagainya. Sebagai contoh, dari lahan miliknya seluas satu hektare dengan isi 250 batang buah lengkeng usia enam tahun, rata-rata bisa menghasilkan 75 kilogram buah lengkeng per batangnya dalam satu tahun. Jika dihitung kasar saja 200 batang buah lengkeng dikalikan 75 kilogram maka hasilnya sudah 15 ton. Per kilogram petani lengkeng bisa menjual hingga Rp50 ribu. Jika ditotal maka satu kali panen bisa meraup omzet hingga Rp750 juta. Dengan hasil fantastis tersebut, Serda Mugiyanto menampik keras bahwa pekerjaan petani tersebut rendah, kotor atau penghasilannya tidak seberapa. Kendati demikian, bertani tanaman seperti buah lengkeng bukan lah pekerjaan mudah. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan sebelum menekuni usaha tersebut. Pertama, setiap petani harus memilih bibit unggul, mengetahui lokasi yang akan ditanami, suhu lingkungan, kontur tanah, teknologi yang akan digunakan hingga perawatan. Setiap memberikan motivasi atau berbagi ilmu di berbagai kesempatan, Serda Mugiyanto kerap menyampaikan untuk menjadi seorang petani sukses disiplin adalah kunci utama. Sebab, apa yang diberikan kepada tanaman maka itu jua lah yang akan diberikannya kepada pemilik atau yang merawat. Sehingga sikap disiplin, tekun, ulet dan rajin menjadi kunci penting dalam bertani. Wisata Edukasi Salah satu kelebihan yang ditawarkan oleh petani lengkeng binaan Serda Mugiyanto ialah pembeli bisa memetik langsung dari pohonnya, berwisata sambil belajar tentang tanaman yang bernama latin dimocarpus longan tersebut. Kunjungan wisata ke perkebunan lengkeng salah satu binaannya di Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang bisa mencapai 10 ribu jiwa dalam satu tahun sebelum pandemik COVID-19. Namun, pandemik melanda Tanah Air aktivitas atau kunjungan ke perkebunan lengkeng langsung dibatasi untuk mencegah penularan virus. Biasanya, pengunjung yang datang tidak hanya memetik buah dari pohon tetapi sembari berwisata. Lokasi perkebunan yang berada di Jalan Sentanu tersebut, juga tergolong sejuk dan dikelilingi pepohonan rindang yang membuat pengunjung betah berlama-lama. Di tengah perkebunan juga disediakan semacam gazebo sehingga wisatawan bisa beristirahat. Tidak hanya buah, para wisatawan yang datang juga bisa membeli bibit buah lengkeng yang sudah disiapkan oleh pengelola. Selain itu, pembeli juga akan diajarkan langsung cara budi daya tanaman lengkeng yang baik dan benar. (mth)
Karantina Pertanian Balikpapan Musnahkan Benih Impor Tak Berdokumen
Balikpapan, FNN - Karantina Pertanian Balikpapan memusnahkan 5.989 kg benih sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias asal Tonga, Solomon, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Tiongkok, Jerman, Lithuania, dan Amerika Serikat yang masuk Indonesia tanpa dilengkapi dokumen kesehatan dari negara asalnya. “Yaitu tanpa dokumen Phytosanitary Certificate,” kata Kepala Karantina Pertanian Balikpapan Ridwan Alaydrus di Balikpapan, Jumat. Benih-benih tersebut juga tidak dilengkapi Surat Izin Pemasukan Benih dari Kementerian Pertanian (Sipmentan), sebagaimana yang disyaratkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Para petugas Karantina memusnahkan benih-benih impor tersebut dengan cara membakarnya di dalam tong berisi bahan bakar. Menjadi saksi pemusnahan ini perwakilan dari Bea dan Cukai, Polda Kaltim, KPPP Bandara Sepinggan, Pos Indonesia, dan FedEx Indonesia. Menurut Ridwan Alaydrus, benih-benih coba dimasukkan melalui pengiriman paket udara melalui Bandara Sepinggan. Benih-benih tersebut diketahui sebagai benih kaktus, bunga hyacin, caladium, dan adenium, juga paprika dan selada, rumput, serta benih melon, pepaya, semangka, dan jeruk. Dalam peristilahan karantina, benih-benih tumbuhan ini bisa menjadi sarana bagi organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), yang seandainya lolos dari karantina bisa saja menjadi media penyebar hama penyakit tanaman yang ada di Indonesia. “Jadi, OPTK dari berbagai negara ini sudah kami data, dan belum ada di Indonesia. Inilah yang wajib kita cegah, jangan sampai masuk yang mana masuknya bisa melalui benih-benih tadi,” papar Alaydrus. Selain benih-benih tersebut, juga dimusnahkan sisa sampel uji laboratorium Karantina Tumbuhan seberat total 30,9 kg yang sebagian besarnya adalah sayur-sayuran. Rincian sisa sampel uji tersebut adalah 4.050 gram bawang daun, 2.700 gram bawang putih, 1.800 gram bawang merah, 450 gram bawang bombay, 3.150 gram kentang, 4.800 gram beras, 1.800 gram tomat, 3.600 gram wortel, 3.600 gram cabe rawit, 2.250 gram cabe kering, 450 gram kurma kering, 450 gram labu, 450 gram kubis, 900 gram kedelai, dan 450 gram benih jagung. Alaydrus kembali menjelaskan, pemusnahan sisa sampel uji ini merupakan salah satu syarat teknis berdasarkan ISO 17025:2017 Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi untuk menjamin mutu hasil pengujian. (sws)
IPB University Siapkan Petani Milenial
Jakarta, FNN - Rektor IPB University Arif Satria mendorong mahasiswanya untuk menjadi petani milenial, dengan menyediakan lahan sebagai kebun percobaan seluas 40 hektare di kawasan Sukamantri, Jawa Barat. "Lahan tersebut dimanfaatkan sepenuhnya untuk penelitian, magang, produksi dan bisnis. Bisnis ini dalam arti, kita menyediakan lahan untuk calon petani milenial. Upaya ini dilakukan agar mahasiswa IPB University dapat menjadi petani milenial," ujar Arif. Dirinya mengaku, ada 31 persen mahasiswa baru IPB University yang tertarik menjadi pengusaha, Oleh karena itu, IPB University akan memfasilitasi semua mahasiswanya terutama yang tertarik bisnis di bidang pertanian. "Bagi mahasiswa yang tertarik berbisnis di bidang pertanian, akan disediakan lahannya, sehingga para mahasiswa dapat belajar di lahan tersebut dari hulu sampai hilir," ujar dia. Arif berharap, dengan adanya fasilitas tersebut, para mahasiswa dapat menjadi petani milenial yang tangguh setelah lulus. Sementara, Dekan Fakultas Pertanian IPB University, Sugiyanta menjelaskan Kebun Percobaan IPB Sukamantri dijadikan sebagai kebun buah-buahan dan agrowisata. Komoditas utama yang ditanam meliputi durian, alpukat, lengkeng, dan pisang. Di samping itu, di sekeliling kebun turut dikembangkan usaha perawatan tanaman hias. "Kebun IPB Sukamantri ini kami jadikan sebagai teaching industry. Jadi suatu industri yang mendukung atau menjadi wahana untuk pendidikan," ujarnya. Dengan demikian, Kebun IPB Sukamantri dapat digunakan sebagai tempat magang, penelitian maupun start up. Mahasiswa maupun masyarakat dapat belajar, sehingga ketika sudah siap, dapat berbisnis secara profesional. Sugianta juga menyebut, di sekeliling kebun turut dikembangkan tanaman hias. Pengembangan tanaman hias ini melibatkan masyarakat setempat. "Ada 150 pengusaha tanaman hias yang dibina oleh IPB University. Ke depan akan dikembangkan pemuliaan dan perbanyakan tanaman hias," ujar dia. Pengembangan tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan berbagai macam tanaman hias. Dengan demikian, petani dapat terfasilitasi dan memiliki strain baru yang populer dan memiliki harga yang mahal. (ant)
Aceh Terus Kembangkan Varietas Lokal Padi
Banda Aceh, FNN - Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh menyatakan pihaknya terus mengembangkan varietas lokal di wilayah provinsi paling barat Indonesia itu mulai dari padi, jengkol hingga ubi kayu yang memang memiliki potensi untuk berdaya saing. Kepala UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Distanbun Aceh Habiburrahman, Selasa, baru-baru ini pihaknya melakukan identifikasi varietas lokal ubi kayu di Kabupaten Aceh Timur. Harapannya benih tersebut dapat memenuhi kebutuhan bahan baku ubi kayu di daerah itu. “Target kita tahun ini, ubi kayu yang ada di Aceh Timur bisa kita sertifikasi, dengan tujuan agar pabrik yang ada disitu bisa menyuplai benih-benih lokal kita,” kata Habiburrahman di Banda Aceh. Ia menjelaskan varietas lokal ubi kayu salah satu potensi besar yang dimiliki Aceh Timur. Beberapa hari melakukan identifikasi ke lapangan, pihaknya menyimpulkan benih tersebut layak untuk didaftarkan ke pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PVTPP) Kementerian Pertanian RI. “Karena memang genetik itu berubah total dari aslinya. Dan kami lihat di lapangan ubi kayu ini mampu bersaing, ketinggiannya mencapai tiga meter lebih, juga bobot satu batang itu rata-rata 17 kilogram, ini kan salah satu hal yang positif yang kita harapkan,” katanya. Jika dibandingkan dengan rata-rata nasional, ini sudah mampu bersaing. Petugas di kabupaten sudah mendaftarkan varietas ini secara online ke PVTPP Kementerian Pertanian, ujarnya lagi. Habib menambahkan apabila varietas ubi kayu tersebut sudah tersertifikasi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) selaku lembaga penjamin benih bermutu di Aceh maka pemerintah daerah bisa membeli benih itu untuk ditanam kembali oleh masyarakat setempat. Kendati demikian, kata dia, benih-benih tersebut tetap tidak dibenarkan beredar keluar Aceh Timur karena baru memiliki tanda daftar dan belum memiliki izin pelepasan, sehingga diharapkan menjadi tuan rumah di daerah sendiri untuk memenuhi kebutuhan pabrik di Aceh Timur yang membutuhkan bahan baku ubi kayu. “Karena selama ini pabriknya itu ambil (ubi kayu) dari Medan Sumatera Utara, dari Lampung, dan daerah-daerah lain untuk mencukupi bahan baku pabriknya tersebut,” kata Habib. Kita berharap dalam beberapa hari ini tanda daftar dari Kementerian Pertanian bisa keluar, bahwa vairetas ubi kayu itu layak untuk dilanjutkan dilakukan sertifikasi, katanya lagi. Selama ini, kata Habib, Pemerintah Aceh memang terus melakukan upaya-upaya agar varietas lokal di daerah Tanah Rencong itu bisa menghasilkan untung secara ekonomis bagi masyarakat dan terdaftar ke PVTPP. “Tujuannya agar semua benih kita itu menjadi bagian dari pelestarian plasma nutfah. Harapannya akan ada nilai ekonomis yang didapatkan masing-masing kabupaten agar benih itu bisa berdaya saing,” katanya. Selain ubi kayu, kata dia, Distanbun Aceh juga menemukan beberapa varietas baru seperti jeruk di Kabupaten Aceh Tengah hingga jengkol di beberapa daerah, yang memang sudah mulai diinventarisir meskipun tidak sekaligus karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Termasuk padi. Kata dia, selama ini banyak petani masih Aceh menggunakan benih padi dari luar Aceh dengan berbagai macam merek. Namun, kini pemerintah sudah mulai mengembangkan varietas padi lokal untuk di tanam di daerah masing-masing. “Contohnya seperti yang mulai kita angkat itu benih padi sigupai di Aceh Barat Daya, benih padi sambi di Simeulue, ada benih si kuneng di Bireuen, padi gogo di Aceh Timur dan beberapa lainnya. Benih-benih ini yang kita angkat,” katanya. Seperti benih padi sigupai ini semestinya sudah bisa dibeli menggunakan uang negara, baik APBD maupun ABPN, tapi benih itu tidak boleh dikeluarkan dari Aceh Barat Daya, harus ditanam di Abdya dulu karena dia masih tanda daftar kepemilikan, belum ada pelepasan pemerintah,” katanya. (sws/ant)
Mengatasi Persoalan Beras di Jakarta
by Suhardi Suryadi Jakarta, FNN - Untuk memenuhi kebutuhan pangan 10,56 juta penduduk Jakarta setidaknya diperlukan 2.000 ton beras setiap harinya. suplai kebutuhan beras ini dipenuhi dari beberapa daerah. Menurut data Pasar Induk Cipinang, kemampuan penyediaan beras harian maksimal hanya sebanyak 30.568 ton. Ini berarti cukup untuk memenuhi kebutuhan warga sekitar 15 hari ke depan. Dewasa ini, stok beras yang tersedia di Bulog lebih dari 800 ribu ton di seluruh Indonesia. Namun yang perlu disadari bahwa persediaan beras yang ada tidak semuanya dalam kondisi baik. Mengingat terdapat sisa stok beras impor tahun 2018 yang sudah mulai menurun kualitasnya. Setidaknya mencapai 300 ribu ton. Karena itu, Menteri Perdagangan mengatakan bahwa dengan jumlah sebesar itu kelak berpotensi menciptakan gejolak harga. Menurut beliau, jumlah stok beras saat ini kurang mencapai 500 ribu yang merupakan ketersediaan paling rendah dalam sejarah Bulog, Antisipasi Gejolak Mengantisipasi kemungkinan terjadi gejolak harga akibat ketersediaan beras yang menipis, maka Pemerintah DKI Jakarta menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah Cilacap terkait pengembangan kebutuhan pangan (beras). Kerjasama yang dilakukan Food Station Tjipinang Jaya (BUMD) ditandai dengan kegiatan panen bersama di lahan seluas 50 hektare yang diorganisir Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Sumber Makmur, Desa Jenang, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap. Pada dasarnya, kerja sama antara Food Station dengan Gapoktan Sumber Makmur Cilacap sudah diinisiasi sejak tahun 2018 dengan luas sawah 250 hektare. Kemudian dilanjutkan tahun 2019, dimana luas areanya bertambah menjadi 500 hektare dan akhirnya menjadi 850 hektare pada 2020. Diharapkan luas areal persawahan yang dikerjasamakan menjadi 1.000 hektar pada tahun 2021. Sehingga dapat menghasilkan 5,7 ton per hektar atau 5.700 ton gabah kering panen (GKP) yang setara dengan 2.964 ton beras dengan varietas ciherang, metik wangi, dan lainnya. Dalam kerangka itu, Pemerintah DKI melalui Food Station telah melaksanakan pendampingan kepada para petani dan off taker produk pertanian yang dikembangkan, antara lain pemilihan varietas, pasca-panen, memberikan jaminan harga, dan sebagainya. Melalui kerjasama dengan prinsip saling menguntungkan, diharapkan pergerakan perekonomian di Ibu Kota dapat juga berdampak langsung terhadap daerah. Sementara itu, bagi warga di Jakarta, yang 99 persen kebutuhan pangannya dipasok dari luar akan mendapatkan pasokan dengan harga yang terjangkau. Pada ujungnya suasana keadilan sosial dapat terwujud, dimana masyarakat Jakarta memiliki beras dengan kualitas yang baik, serta yang paling penting adalah petani di Cilacap merasakan peningkatan kesejahteraan, kata Gubernur Anies. Apa yang dilakukan oleh pemerintah DKI menunjukan bahwa menjaga kelangsungan suplai pangan bagi warganya menjadi prioritas. Penyediaan beras yang merupakan kebutuhan pokok warga Jakarta, perlu dijaga dan diutamakan. Mengingat sebagian warga yang hidup di Jakarta adalah kelompok masyarakat kurang mampu. Sehingga kemampuan menyediakan yang merupakan tanggung jawab pemerintah daerah akan dianggap positif. Terlebih dengan adanya pasokan beras untuk menjamin kebutuhan warga, maka harga beras akan menjadi stabil. Stabilitas harga beras sangat penting mengingat rendahnya kemampuan ekonomi warga saat ini, terutama warga kurang mampu. Dengan demikian, manfaat ekonomi dan politik dapat diperoleh pemerintah DKI secara bersamaan. Dan selayaknya hal ini didukung pemerintah pusat dengan menyediakan fasilitas kredit misalnya kepada daerah yang memiliki lahan pertanian luas untuk membebaskan petani dari jeratan pengijon dalam soal penentuan harga. Hal yang sama juga dapat dilakukan oleh pemerintah daerah lainnya yang memiliki sumberdaya keuangan yang cukup. Sehingga mendorong ketersediaan pangan dan kesejahteraan petani yang lebih luas Penulis adalah Peneliti LP3ES.
Impor Beras, Ironi Negeri Penghasil Padi
by Tamsil Linrung Jakarta FNN - Inilah ironi negeri penghasil padi. Indonesia yang gemah ripah loh jinawi, sabang waktu dihadapkan pada persoalan impor beras. Problem klasik ini tak pernah surut mengiringi tahun demi tahun perjalanan bangsa. Masalahnya semakin kompleks, beranak-pinak melahirkan masalah baru dalam dinamika sosial politik tanah air. Ditambah lagi, potensi para pemburu rente ikut bermain. Kontroversi impor beras berulang setelah Menteri Perdagangan M. Lutfi mengumumkan rencana impor satu juta ton beras beberapa saat lalu. Rencana ini sungguh kering empati karena dikumandangkan saat petani jelang panen raya dan stok beras diyakini mencukupi. Sementara itu, ekonomi negara sedang sulit, hutang super besar mencapai 6.361 triliun, dan rakyat yang masih tercabik pandemi Covid-19. Sontak rencana Mendag mengagetkan banyak pihak. Petani galau, pelaku industri sektor pertanian gelisah, dan pengamat kembali adu narasi. Setelah beberapa pekan menjadi wacana kontroversial, Presiden Joko Widodo akhirnya mengambil langkah. Presiden menegaskan, rencana impor dibatalkan hingga Juni 2021 demi menjaga stabilitas harga gabah. Kita menyambut baik keputusan Presiden Jokowi. Jika boleh memberi catatan, ada beberapa hal yang harus dilakukan menindaklanjuti komitmen itu. Pertama, pengumuman rencana impor beras satu juta ton oleh Mendag terlanjur disikapi negatif oleh pasar. Menurut koordinator koalisi rakyat untuk kedaulatan pangan Said Abdullah, setelah Mendag mengumumkan rencana impor beras satu juta ton, sesaat kemudian terjadi penurunan harga di lapangan. Kisaran penurunan tersebut antara Rp. 500 sampai dengan Rp 1.000 per kilogram. Presiden tidak cukup hanya memutuskan penghentian rencana impor beras, tetapi juga menugaskan tim untuk menstabilisasi harga gabah di tingkat petani. Untuk urusan kenaikan harga, mekanisme pasar biasanya terjadi dengan sendirinya. Tapi tidak selalu begitu dalam hal penurunan harga. Kedua, untuk kesekian kalinya pemerintah terlihat tidak solid dalam urusan impor beras. Mendag M. Lutfi dan Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto nampak begitu bersemangat merencanakan impor beras satu juta ton. Sementara Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan Dirut Bulog Budi Waseso terlihat menolak, meski dalam Raker dengan DPR RI, Mentan mengatakan tidak memiliki kedudukan hukum atau legal standing menolak rencana impor tersebut. Bukan Pertama Kali Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, kisruh itu bukan pertama kali. Lintas kementerian dan lembaga non departemen juga terlihat tidak kompak pada peristiwa impor beras 2018 lalu. Lekat diingatan, perdebatan antara Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dengan Direktur Utama Bulog Budi Waseso yang berhari-hari menjadi headline news pada persoalan impor beras. Semestinya, Presiden Jokowi belajar dari pengalaman itu. Bahwa sebelum mengumumkan rencana impor beras, semua kementerian terkait sebaiknya satu suara terlebih dahulu. Untuk kepentingan ini, setidaknya ada dua hal yang harus dirapikan terlebih dahulu. Pertama adalah soal koordinasi. Koordinasi itu vital. Cacat koordinasi dapat membuat wajah Pemerintahan Presiden Jokowi tercoreng. Seolah-olah presiden tidak punya kemampuan mengatur menteri-menteri yang dipilihnya. Yang satu mengatakan perlu impor, yang lain malah membantah. Sayangnya, adu narasi dipertontonkan di hadapan publik. Meski data antara kementerian dan lembaga berbeda, keputusan impor atau tidak impor sesungguhnya dapat disepakati dengan mudah jika koordinasi berjalan dengan baik. Bila kesepakatan tercapai, barulah dirilis ke publik. Jika belum, berdebatlah hingga tuntas secara internal. Bukan melalui media massa. Kedua, yang harus dirapikan adalah sinkronisasi data. Karena data berbeda melahirkan sikap berbeda. Kementerian dan lembaga terkait akan selamanya berada dalam sikap berbeda bila data yang dimiliki juga berbeda. Kementerian yang satu menekankan harus impor, sementara yang lain menilai sebaliknya. Data Mendag menyebut perlu segera mengisi stok beras nasional. Namun setidaknya ada tiga sumber data yang membantah dengan tegas. Pertama, data Badan Pusat Statistik (BPS). Menurut data BPS, potensi produksi beras Januari sampai April 2021 sekitar 14 juta ton. Angka ini naik 26 persen ketimbang 2020. Dengan potensi tersebut, surplus atau kelebihan beras Januari-April 2021 diperkirakan sekitar 4,8 juta ton. Jadi, tidak beralasan bagi Mendag merencanakan, apalagi memaksakan impor beras. Kedua, data dari Kementerian Pertanian. Dalam Rapat Kerja antara Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) dengan Komisi IV DPR RI, diperoleh gambaran bahwa produksi beras periode Januari hingga Mei 2021 mengalamai surplus. Produksi beras disebut bakal mencapai 24,91 juta, sedangkan prediksi konsumsi beras selama rentang waktu tersebut hanya separuhnya. Jadi ada surplus sebesar 12,565 juta ton. Data ini lagi-lagi mementahkan semangat impor beras Mendag. Ketiga, data dari Bulog . Dalam sebuah diskusi virtual pada Kamis 25 Maret 2021, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan Bulog masih menyimpan 923.471 ton beras CBP. Jumlah ini belum termasuk tambahan pembelian 800.000 ton beras petani dan pembelian-pembelian lainnya sejumlah 145.000 ton hingga awal Maret 2021. Presiden Keliru Besar Soal data, bahkan Presiden Jokowi pun keliru besar. Melalui akun resmi twitternya, Presiden Jokowi kembali menegaskan tidak akan ada impor hingga Juni 2021. Penegasan ini diiringi satu kalimat tambahan. Presiden mengecuit, selama hampir tiga tahun ini, Indonesia tidak lagi mengimpor beras". Faktanya, data BPS menunjukkan, impor beras besar-besaran malah terjadi pada 2018 lalu, yakni sebanyak 2.253.824 ton. Jumlah tersebut setara dengan 1,037 miliar dollar AS. Pada 2019, Indonesia kembali mengimpor beras sebanyak 444.508 ton atau setara 184,2 juta dollar AS. Anehnya, beberapa saat lalu, Dirut Buwas mengatakan sisa stok beras 2018 hingga saat ini masih terdapat digudang bulog sebesar 300 ribu ton dan terancam rusak. Logikanya, saat impor dilakukan pada 2019, sisa stok impor 2018 tentu jauh lebih banyak lagi. Lalu, kenapa saat itu harus impor? Pada 2020 memang tidak terjadi impor beras. Namun di bulan Januari, masyarakat dihebohkan oleh banjirnya beras impor khusus asal Vietnam. Kementan membenarkan adanya beras impor asal Vietnam yang masuk ke pasar Indonesia. Beras itu terdeteksi di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta. Anehnya, Kementan merasa tidak pernah mengeluarkan ijin impor beras. Fakta-fakta di atas memperlihatkan betapa carut-marutnya cara pemerintah mengelola sektor bahan pokok 260 juta rakyat ini. Dan menjadi kian rentan ketika kegiatan impor berpotensi ditumpangi para pemburu rente dalam memburu fulus. Ekonom Indef Faisal Basri menduga keuntungan para pemburu rente mencapai Rp2 triliun untuk impor satu juta ton beras saja. Pada tahun 2005 ketika memimpin Tim Investigasi Import Beras Fraksi PKS DPR RI, temuan Tim PKS juga membenarkan apa yang menjadi temuan Ekonom Indef tersebut. Temuan kami akhirnya ditindaklanjuti KPK dibawah pimpinan Komisioner Amien Soenaryadi, yang kemudian berujung pada pemenjaraan para pelaku pemburu rente tersebut. Masalah impor beras memang pada akhirnya tidak lagi berdiri sendiri sebagai persoalan ekonomi atau pangan semata. Ketika pemburu rente dimungkinkan berada di balik kebijakan yang memaksakan impor beras, persoalan menggurita lebih kompleks. Padahal, beras hanyalah salah satu dari banyak jenis kebutuhan pokok yang kita impor. Jangankan swasembada pangan, swasembada beras saja rasanya masih terlalu jauh, meski semua rezim kerap menjadikannya jualan politik. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat Kayu dan batu jadi tanaman. Koes Plus tentu tak berniat menyindir rezim yang berkuasa melalui lirik lagu ini. Itulah sejatinya Indonesia. Namun, cara mengelola membuat negara agraris ini harus menggantungkan kebutuhan pokoknya pada lahan negara lain. Suatu ironi...! Penulis adalah Senator DPD RI.
Kemauan Manusia Tak Berbatas, Dengan Dukungan Dunia Yang Berbatas
by Prof. Ir. Yazid Bindar M.Sc. Ph.D. Bandung FNN - Dunia saat ini menghidupi 7,8 miliar orang. Manusia hidup dengan dukungan pangan yang ditumbuhkan dari hamparan tanah pertanian pada kulit bumi. Manusia hidup maju dan modern saat ini berkat diadakannya bahan bakar fosil dalam perut bumi. Manusia menggali tanah bawah perut bumi untuk mengambil minyak bumi, gas bumi, batubara dan mineral. Permukaan tanah bumi adalah tempat manusia untuk menanam pangan. Perut bumi dijadikan manusia untuk tambang bahan kehidupan maju. Bahan dalam perut bumi dikuras dan bahkan dihabiskan. Bahan diolah untuk menjadi kemewahan hidup yang tak berbatas. Bahan dari perut bumi suatu waktu habis. Tanah permukaan bumi suatu waktu tidak mampu lagi berfungsi untuk menumbuhkan pangan. Manusia kini hidup dalam kondisi tidak berkelanjutan. Kemampuan dukungan dunia terbatas dan terus berbatas. Pikiran manusia dengan otak yang cemerlang berkelana untuk memanfaatkan isi dunia. Manusia hendak merubah apa yang ada di bumi ini untuk kehidupannya. Hutan yang menjulang diubah manusia untuk keperluan hidupnya tak berbatas. Laut yang terhampar dikeruk isinya dengan teknologi maju langit yang menjulang. Diisi dengan segala satelit dan alat angkasa yang melayang layang tak tertambat. Tanah yang berisi bahan dalam perut bumi digali untuk membawa isinya ke permukaan bumi. Bahan-bahan sisa hasil olahan dengan otak cemerlang manusia setelah digunakan, dibuang begitu saja di permukaan bumi. Permukaan bumi menanggung semua bahan buangan manusia yang sudah tidak berguna lagi buat mereka. Plastik hanya berfungsi menyenangkan hidup manusia dalam waktu yang singkat. Namun manusia membuang plastik hasil gunanya di permukaan bumi. Permukaan bumi menanggung semua kotoran hasil olahan manusia. Gaya hidup manusia mengekploitasi permukaan dunia, dan bahkan langit dunia bermula dari yang sederhana. Manusia menemukan api, dan api digunakan untuk peningkatan kehidupan. Kini api digunakan untuk membakar hutan yang sengaja dilakukan untuk mempermudah keinginan manusia tercapai dengan cepat. Manusia menemukan berbagai bahan kimia. Bahan kimia maju membawa kehidupan manusia ke tingkat nyaman tinggi. Bahan kimia yang sudah terpakai dibuang ke hamparan tanah oleh manusia. Rongsokan bahan-bahan kimia menjulang di tempat buangan sampah. Air yang semula bersih dan aman dikonsumsi oleh manusia, kini berupah menjadi air yang terkontaminasi oleh bahan bahan kimia yang dibuang manusia. Gaya hidup ekploitatif ini makin meningkat dengan teknologi yang dihasilkan oleh daya pikir, daya imaginasi, daya ingin dan daya buat manusia. Kini manusia hidup sebagai masyarakat kompleks. Kota-kota besar muncul sebagai lambang kemewahan masyarakat komplek. Manusia memperdagang hasil olahannya dari bahan baku yang diambil dalam perut bumi dan bahan baku hasil tanaman dari tanah bumi. Ini semua ditopang oleh produk bumi. Sebagian produk bumi dapat dihasilkan kembali sebagai bahan terbarukan. Sebagian besar produk bumi malah merupakan bahan yang tidak terbarukan. Kini masa penurunan kemampuan dukungan bumi sudah mulai terjadi. Penurunan dukungan energi untuk kehidupan sedang memasuki massanya. Menipisnya spektrum luas sumber daya tak terbarukan adalah tanda penurunan dukungan energi. Populasi global tumbuh melampaui daya dukung bumi. Populasi global tumbuh besar sebagai hasil pikir manusia yang diberikan oleh Yang Maha Pencipta. Menyediakan bumi dengan kelengkapan yang sudah diadakan untuk kehidupan manusia. Manusia diberi kemampuan dari olah pikir secara evolusif berkembang terus. Capaian manusia dengan olah pikir mampu mempercepat jutaan kali reaksi gas nitrogen yang ada di udara dengan gas hidrogen untuk menghasilkan gas amnonia. Reaksi ini direkayasa dengan percepatan jutaan oleh Haber dan Bosch. Hasil akhir rekayasa percepatan Haber dan Bosch adalah penggunaan turunan ammonia untuk menjadi pemasok nitrat dan ammonium ke tanah dengan laju cepat, sehingga tanah mampu menghasilkan produk pertanian dalam jumlah sekian kali lipat dari yang tanpa ini. Ini dikenal dengan pupuk nitrogen anorganik. Hasilnya adalah produk pangan dihasilkan dalam jumlah yang terus menerus naik, dan jumlah penduduk dunia naik eksponensial. Pupuk nitrogen anorganik diproduksi dari gas nitrogen udara dan gas alam atau batubura secara besar-besarkan. Dengan ini, dunia mampu menghasilkan produk pangan dalam jumlah yang diperlukan. Tetapi gas alam dan batubara merupakan bahan yang tidak terbarukan. Bahan ini akan memasuki masa habisnya. Maka dunia tidak akan mampu lagi mendukung keperluan pangan dimasa depan dengan jumlah populasi sebanyak ini. Dunia akan menghadap krisis pangan, krisis energi dan krisis mata pencarian atau krisis keuangan. Iklim yang cocok untuk produksi pangan berubah, karena manusia selalu memompa gas karbon ke udara. Ini membuat krisis-krisis ini akan menguat terus, akibat manusia tidak mau mengubah kemauan dalam mengejar kenyamanan hidup tingkat tinggi. Prediksi apa yang akan terjadi, mau tidak mau harus dilakukan walaupun ini menimbulkan kekhawatiran besar. Dari sekian krisis-krisis yang akan dihadapi, satu fokus yang harus dicurahkan adalah penyadaran akan arti tanah pertanian. Tanah pertanian sudah menjadi tempat produksi pangan. Berbagai bahan pupuk diinjeksi manusia untuk menaikkan kemampuan produksi lahan terhadap bahan pangan. Tanah pertanian diinjeksi dengan berbagai pupuk nitrogen seperti urea, ammonioum nitrat, ammonium chlorida atau ammonia. Semua pupuk ini diproduksi dari bahan fosil. Komponen pupuk berikutnya yang diinjeksi ke lahan pertanian adalah pupuk Phousfor (P) dan pupuk Kalium (K). Kebiasaan produksi pangan dengan pupuk NPK yang dihasilkan dari bahan bakar fosil dan mineral tambang membuat produksi pangan bergantung 100 % pada doping NPK dari luar. Tanah yang sudah disiapkan isinya dengan segala komponen alami untuk menumbuhkan pangan diubah kemampuannya oleh manusia dengan cara doping NPK dari luar. Siklus alami penyediaan nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3-) dan ammonium (NH4+) sudah disediakan oleh Yang Maha Kuasa. Dengan bantuan mikroorganisme dalam tanah untuk merubah nitrogen dari udara menjadi nitrat dan ammonium ini. Doping N dari luar dalam jumlah banyak langsung dengan cepat terkonversi menjadi nitrat dan ammonium dalam jumlah berlipat-lipat dibanding yang dihasilkan secara alami. Tanaman tumbuh dengan cepat menghasilkan bahan pangan seperti padi dan gandum dalam jumlah yang besar. Mikroorganisme yang ada dalam tanah tidak lagi berguna sebagai proses alami. Mikroorganisme ini dapat dikatakan menghilang karena tiidk mampu lagi hidup di tanah dengan konsentrasi nitrat dan ammonium yang tinggi. Ini merupakan tindakan manusia yang merubah siklus alami proses terbentuknya nitrat dan ammonium dengan cari doping tetapi mematikan proses alami ini. Manusia sampai hari ini masih mengatakan bahwa keperluan pasokan pupuk NPK dari luar akan selalu ada. Kami akan beli pupuk NPK dengan ketersediaannya. Manusia dalam produksi pangan sudah bergantung 100 % kepada pupuk NPK untuk doping tanah pertanian ini. Tetapi kini manusia harus disadarkan bahwa pupuk nitrogen itu dibuat dari bahan baku udara sebagai sumber nitrogen (N2) dan bahan baku gas alam dan batubara sebagai sumber hidrogen (H2). Gas alam dan batubara merupakan bahan bakar fosil yang memiliki masa habisnya. Haber Bosch mampu mempercepat reaksi N2 dan H2 berjuta kali dengan katalisnya membentuk ammonia (NH3). Amonia ini adalah bahan dasar untuk membuat pupuk nitrogen yang diperlukan untuk mendoping tanah. Ammonia direaksikan dengan gas CO2 untuk menghasilkan pupuk Urea CO(NH2). Ammonia direaksikan dengan HCl untuk menghasilkan pupuk NH4Cl. Ammonia juga direaksikan dengan asam nitrat untuk menghasilkan pupuk NH4NO3. Semua pupuk nitrogen sebagai mesin utama produksi pangan saat ini akan memasuki masa ketidakmampuan untuk disediakan lagi ketika gas alam dan batubara bakalan memasuki massa habisnya. Tuhan sudah menyediakan nitrogen N2 dalam udara buat makhluknya dimuka bumi. Kandungan N2 dalam udara disediakan sebanyak 79 %. Kandungan oksigen (O2) adalah 21 %. Oksigen dikonsumsi oleh makhluk hidup untuk bernafas. Oksigen dibuatkan siklus produksinya kembali Tuhan Yang Maha Kuasa oleh peristiwa fotosintesis pada daun-daun tumbuhan hijau. Reaksi fotosintesis pada daun hijau merupakan reaksi antara gas CO2 dan air (H2O) membentuk senyawa dasar glukosa dan gas O2. Gas O2 dibebaskan ke udara untuk mengganti gas O2 yang sudah dikonsumsi. Senyawa dasar glukosa menjadi dasar untuk pembentukan senyawa karbohidrat, sellulosa, hemisellulosa dan lignin melalui metabolisme lanjut dalam tumbuhan. Karbohidrat adalah bahan pangan buat manusia. Sellulosa, hemisellulosa dan lignin merupakan biomassa yang digunakan sebagai pakan dari hewan-hewan ternak dan bahan keperluan hidup manusia juga. Mari kita berpikir tentang keberadaan N2 di udara yang lebih dari dua kali jumlah O2 di udara. Padahal, manusia tidak melihat secara langsung bahwa N2 dikonsumsi langsung. Kita jangan salah pikir dulu. N2 disediakan dalam jumlah yang besar dalam udara atmosfir merupakan persediaan atau sebagai gudang N2 yang Allah sudah siapkan sepanjang bumi ini ada. Nitrogen adalah unsur utama pembentuk protein. Protein merupakan bahan dasar pembentuk tubuh manusia. Peranan protein dalam tubuh manusia sangat vital. Protein juga merupakan bahan dasar pembentuk tubuh ikan dan hewan-hewan. Nitrogen adalah bahan dasar utama pembentuk kloropil pada daun yang bertugas untuk menyerap energi matahari dalam menjalankan reaksi pirolisis. Penulis adalah Kelompok Keahlian Teknologi Pengolahan Biomassa dan Pangan Fakultas Teknologi Industri ITB, ybybyb@fti.itb.ac.id