LINGKUNGAN

Dikira Boneka, Ternyata Mayat Hanyut, Warga Cengkareng Geger

Jakarta, FNN - Ditemukan mayat seorang pria tanpa identitas mengapung di aliran Kali Cengkareng Mookervart (di seberang Halte Transjakarta Jembatan Baru), Jalan Dharma Wanita IV, Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (14/09). Berdasarkan pantauan wartawan FNN di lokasi kejadian sekitar pukul 17.00 WIB, sesosok mayat pria ditemukan oleh seorang siswa madrasah MAF (16) dalam keadaan sudah terbujur kaku dan tanpa identitas. Berdasarkan kesaksian MAF yang pertama kali menemukannya saat Ia berjalan pulang sekolah. MAF pada awalnya mengira bahwa yang Ia lihat adalah sebuah boneka. \"Baru pulang sekolah juga tadi, liat kondisi sekitar sepi, pas lagi liat ke kali ada liat mirip mayat, tapi seperti boneka,\" ujar MAF saat dimintai keterangan. Setelah melihat mayat tersebut, MAF bertanya juga ke temannya untuk memastikan apakah itu benar mayat atau bukan. Tak lama setelah dipastikan, MAF lanjut melaporkan kepada warga sekita juga Ketua RT setempat. \"Habis dipastikan sama temen, baru laporan ke Pak RT. Habis itu baru para warga dateng ke lokasi buat mastiin, terus dicek pakai bambu buat ditarik ke pinggir,\" ujar MAF. MAF juga menjelaskan bahwa pada awalnya Ia kira itu adalah sebuah boneka dikarenakan posisi mayat yang hanya terlihat bagian punggung saja, sedangkan kaki dan tangannya tidak terlihat di permukaan. \"Yang keliatan punggung doang, tangan kaki nggak keliatan,\" tambahnya. Saat ditanyai apakah MAF dan warga sekitar mengenali identitas mayat tersebut, mereka berkata bahwa tidak mengenalinya dan sepertinya bukan warga sekitar dikarenakan tidak adanya laporan orang hilang yang diterima pihak berwajib. Diduga mayat ini sudah meninggal beberapa hari yang lalu, dilihat dari kondisi tubuhnya yang sudah sangat pucat dan terbujur kaku. Dari keterangan warga kemungkinan besar mayat tersebut hanyut terbawa aliran kali saat beberapa hari yang lalu diguyur hujan lebat. (Fik)

Jokowi Perintahkan BMKG Identifikasi Risiko Iklim Secara Menyeluruh

Jakarta, FNN – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi risiko perubahan iklim dan dampaknya secara menyeluruh.“Mengidentifikasi, adaptasi apa saja yang bisa kita lakukan, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan peralatan untuk permodelan cuaca dan iklim yang menggabungkan informasi dari teknologi satelit,” kata Presiden Jokowi dalam sambutan Rapat Koordinasi Nasional BMKG 2022 secara daring dipantau di Jakarta, Senin.Jokowi juga meminta BMKG memperkuat layanan informasi dan literasi, terutama di wilayah pertanian dan perikanan agar petani dan nelayan bisa mengantisipasi terjadinya cuaca ekstrem. BMKG juga diminta memperluas cakupan forum sekolah lapang iklim dan sekolah lapang cuaca nelayan agar dampaknya lebih signifikan.“Dampak dari perubahan iklim ini sangat serius. Kita perlu memiliki kebijakan dan sistem yang teruji dan tangguh untuk menjamin ketahanan pangan secara merata dan berkesinambungan serta sistem peringatan dini ketika bencana akan terjadi,” ujarnya.BMKG, menurut Jokowi, memiliki peran sangat strategis untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan nasional. BMKG harus berfungsi untuk mengawasi, memprediksi dan mengeluarkan peringatan dini tentang kondisi cuaca dan iklim ekstrem.“Ini sangat membantu untuk perumusan strategi pencegahan dan penanggulangan,” katanya.Saat ini, kata Jokowi, dunia menghadapi tantangan perubahan iklim yang kritis. Organisasi Meteolorogi Dunia menyatakan indikator perubahan iklim dan dampak perubahan itu pada 2021 makin memburuk, yang terindikasi dari kondisi tujuh tahun terakhir telah menjadi tujuh tahun dengan suhu terpanas.“Kondisi ini menjadi tantangan nyata bagi kita. Penanggulangan perubahan iklim menjadi isu prioritas dan tantangan global setelah meredanya COVID-19,” katanya.Dampak perubahan iklim, menurut Jokowi, sangat luas dan multi-sektoral. Salah satu dampak itu adalah terjadinya bencana alam dan timbulnya ancaman ketahanan pangan.“FAO (Badan Pangan Dunia) menyebutkan lebih dari 500 juta petani usaha kecil yang memproduksi lebih dari 80 persen sumber pangan dunia merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Hati-hati, ini persoalan yang sangat serius, perlu penanganan yang komprehensif, perlu antisipasi sedini mungkin, secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya,” ucap Kepala Negara. (mth/Antara)

Tragis! Bocah Tasik Depresi Hingga Meninggal Usai Dibully

Jakarta, FNN - Tragis! Kasus perundungan yang menimpa anak SD Tasikmalaya hingga depresi dan meninggal dunia mendapat sorotan dari berbagai pihak.  Hersubeno Arief dan Agi Betha wartawan senior FNN dalam kanal YouTube Off The Record FNN, Jumat (22/7/22) di Jakarta, juga menyoroti kasus tragis ini. Bocah berinisial F ini menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD SMC Tasikmalaya. Mulanya, bocah berusia 11 tahun ini dipaksa oleh teman-temannya untuk menyetubuhi kucing. Karena terlalu sering di bully, F pun menuruti perkataan temannya. Mirisnya, saat F menyetubuhi kucing itu direkam dan videonya disebarluaskan oleh teman-temannya. Video rekaman korban menyetubuhi kucing itu dilakukan pada akhir bulan Juni lalu. Hal ini membuat korban mengalami depresi berat, bahkan kedua orang tua korban juga sama-sama mengalami penurunan kondisi psikis. Ibu korban, Ti (39) mengatakan anaknya sakit keras seminggu sebelum meninggal. Anaknya mengeluh sakit tenggorokan yang membuatnya enggan makan dan minum. Korban lebih banyak melamun dan murung. “Seorang dewasa saja yang cukup matang seandainya mengalami bully seperti ini pasti akan hancur hidupnya, apalagi seorang anak kecil yang kemudian merasa tidak mau kemana-mana, tidak mau makan, tubuhnya melemah, dan kemudian meninggal dunia,” ungkap Agi  Menurutnya, seorang dewasa saja seandainya mendapat bantuan dokter maupun psikiater belum tentu bisa selamat, dengan rasa malu itu tubuh itu menolak segala sesuatu. “Ini kan pelakunya anak-anak juga, polisi harus hati-hati menangani kasus ini,” tutup Hersubeno (Lia)

BMKG Ingatkan Waspada Potensi Hujan Lebat di Sejumlah Provinsi

Jakarta, FNN - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat untuk waspada akan potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat hingga angin kencang di sejumlah provinsi pada Rabu.Dalam sistem peringatan dini cuaca, BMKG memprakirakan wilayah yang berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir hingga angin kencang seperti di Aceh, Bangka Belitung, Banten.Kemudian Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara.Lalu Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, dan Sumatra Selatan.Sementara khusus untuk wilayah DKI Jakarta, BMKG memprakirakan sebagian besar wilayah akan mengalami cuaca cerah berawan pada Rabu.Berdasarkan informasi prakiraan cuaca yang disampaikan BMKG melalui laman www.bmkg.go.id, cuaca cerah berawan akan dialami oleh empat wilayah pada pagi hari.Sedangkan cuaca di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur diprakirakan berawan pada pagi hari. Pada Rabu siang, Jakarta Selatan diperkirakan diguyur hujan ringan. Sedangkan wilayah lainnya diprakirakan cerah pada siang hari.Kemudian pada Rabu malam, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur mengalami cuaca berawan. Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu mengalami cerah berawan. (mth/Antara)

Gerakan Serayu Radikal

Oleh Farid Gaban - Ekspedisi Indonesia Baru Pak Sukir menyeduh kopi. Dia menuang air panas, yang telah dia ukur suhunya dengan tepat, ke dalam cangkir berisi bubuk arabika. Sedikit demi sedikit, aroma kopi meruap dari cangkir. \"Smooth aroma with a herbal aftertaste,\" kata dia. Itulah kopi hasil panen Pak Sukir sendiri. Dia menanam kopi di lereng Gunung Bismo, salah satu puncak Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Pak Sukir bukan sekadar petani kopi. Dibantu istri dan anaknya, dia mengolah panen kopi sendiri dengan berbagai cara: full-washed, natural dan wine. Dia juga seorang roaster: menyangrai biji kopi dengan keramik kasongan di atas kompor gas. Dan lebih dari segalanya, dia barista yang piawai. Setiap kali berkunjung ke rumahnya saya selalu mengagumi kopi bikinannya. Tinggal di Desa Mlandi, Kabupaten Wonosobo, Pak Sukir memilih menanam kopi sementara banyak petani lain di desanya menanam sayur-mayur, terutama kentang, hingga lereng terjal pegunungan.   \"Kopi lebih menjanjikan,\" kata Pak Sukir. \"Lebih dari itu, kopi juga memperkuat tanah, sehingga menahan air dan longsor, serta menumbuhkan mata-mata air baru.\"  Bagi Pak Sukir, pelestarian alam dan ekonomi bukan dua hal terpisah. \"Kita sudah kehilangan banyak mata air,\" katanya. \"Pelumpuran sungai juga makin parah. Kasihan warga di hilir sungai.\" SENJAKALA WADUK SOEDIRMAN Wonosobo, dan khususnya Dieng, merupakan hulu beberapa sungai yang sangat penting di Provinsi Jawa Tengah dan sebagian Yogyakarta. Sungai Serayu dan Bogowonto, misalnya, plus belasan anak-anak sungai mereka, menghidupi sekitar 45% warga Jawa Tengah yang tersebar di 13 kabupaten. Sungai Serayu sendiri, yang punya hulu antara lain di desa Pak Sukir, punya panjang 180 km dan melintasi setidaknya 560 desa di lima kabupaten: Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Dalam beberapa tahun terakhir, Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu mengalami kerusakan parah. Salah satunya akibat pertanian kentang serta penambangan pasir, yang sangat luas dan merambah hingga lereng-lereng terjal perbukitan di kawasan hulu. Di musim penghujan, longsor dan banjir kini menjadi langganan bahkan di kawasan Dieng sendiri.  Erosi, sampah, limbah rumah tangga dan polusi obat kimia pertanian mengancam kualitas air kawasan hilir. Air Serayu mengairi ratusan ribu hektar sawah serta menjadi bahan baku air bersih bagi warga 228 desa di Banjarnegara, Purbalingga dan Banyumas. Sementara itu, pelumpuran parah kini juga mengancam. Menurut sebuah hasil penelitian, sedimentasi yang dihasilkan oleh kawasan hulu DAS Serayu mencapai hampir 2 juta ton per tahun, dan terus meningkat. Pelumpuran mengancam keberlangsungan Bendungan Soedirman, atau yang lebih dikenal sebagai Waduk Mrica, di Kabupaten Banjarnegara.  Mrica salah satu bendungan terbesar di Jawa Tengah. Jika sedimentasi berlanjut dengan laju seperti sekarang, sekitar 20.000 ton lumpur per tahun, bendungan pembangkit listrik itu dikhawatirkan hanya berumur dua tahun lagi. Tak hanya berhenti beroperasi, waduk ini juga terancam jebol. Itu akan menjadi bencana bagi empat kabupaten: Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. SUDAH INJURY-TIME Masalah Waduk Mrica kini menjadi perhatian nasional. Berkat inisiatif Mas Imam B. Prasodjo, penasihat senior Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, masalah kerusakan Serayu kini menjadi keprihatinan pemerintah pusat.  Penyelamatan Serayu tak bisa dilakukan sendiri-sendiri oleh tiap kabupaten. Itu sebabnya Mas Imam menggalang kolaborasi besar lima kabupaten, melibatkan pemerintah daerah pusat maupun daerah, aktivis non-pemerintah dan kalangan dunia usaha.  Pekan lalu saya menghadiri pertemuan tim dari Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi dengan Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat serta seluruh jajarannya. Mereka membicarakan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi krisis Serayu dan Waduk Mrica, khususnya dalam waktu dekat. Kabupaten Wonosobo memiliki peran penting dalam penyelamatan Serayu. Sekitar 3/4 kawasan hulu Serayu ada di kabupaten ini. \"Kita sudah memasuki masa injury time,\" kata Mas Imam Prasodjo. \"Ini sudah darurat. Ancaman terhadap Mrica bisa memicu bencana ekonomi-sosial dan konflik yang luas.\"  Menenggelamkan 32 desa di 7 kecamatan, Waduk Mrica mulai dibangun 1987 dan beroperasi dua tahun kemudian. Waduk ini punya luas genangan 12 km2 jika terisi penuh. Dia merupakan bendungan terbesar di Asia Tenggara dengan panjang bendungan mencapai 6,5 km.  Dikelola oleh Indonesia Power, anak perusahaan PLN, pembangkit Mrica menyumbang 185 MW ke jaringan listrik Jawa-Bali. Namun, sedimentasi parah membuat Waduk Mrica kini hampir penuh, hanya tersisa 20% dari kapasitasnya. Sedimentasi mencapai 6 juta meter kubik, yang hanya bisa dikeruk dengan melibatkan 2.600 lebih dump-truck setiap hari. Hampir mustahil dilakukan.  \"Mrica hanya punya sedikit waktu,\" kata Mas Imam Prasodjo. \"Kita harus bergerak cepat dan bersama-sama untuk penyelamatan Serayu yang sebenarnya sudah terlambat.\" DEJA VU DAN KUTUKAN KENTANG Keterlambatan menuntut langkah yang lebih menyeluruh dan pendekatan radikal. Namun, upaya penyelamatan Serayu sebenarnya bukan inisiatif baru. Sejak belasan tahun lalu, kerusakan kawasan Dieng sebagai hulu Serayu sudah menjadi perhatian Wonosobo. Pemerintah daerah dan aktivis lingkungan setempat sudah memulai gerakan \"Save Dieng\" dan pembentukan Tim Kerja Pemulihan DAS Serayu beberapa tahun lalu. Banyak kegiatan sudah dilakukan: penghijauan kembali kawasan perbukitan, penanaman pohon keras, memperkenalkan pertanian terpadu untuk menghambat perluasan lahan pertanian, dan mengajak petani mengusahakan penghidupan lain di luar kentang. Termasuk misalnya memberi petani kambing untuk mau beralih ke peternakan. Tapi, itu semua belum cukup efektif mengatasi masalah kentang. Setelah sebelumnya berjaya dengan tembakau, pertanian kentang dimulai di kawasan Dieng sejak 1980-an, dipelopori oleh petani dari Pengalengan, Jawa Barat. Kentang segera jadi favorit, menjadikan Dieng sebagai salah satu produsen kentang terbesar dan terbaik di Indonesia. Dibiayai secara agresif oleh dunia perbankan, perluasan kentang secara dramatis merambah hingga perbukitan dengen lereng sampai 70 derajat dan menghabisi kantong-kantong hutan yang tersisa di hulu Serayu. Hilangnya kawasan resapan memicu limpasan air yang makin besar ketika hujan; memicu erosi, longsor dan sedimentasi.  Petani kentang Dieng akhirnya menjadi korban dari sukses awalnya sendiri. Lapisan humus yang tergerus hujan mengurangi kesuburan. Produktivitas kentang yang pada 1980-an mencapi 30 ton per hektar kini terjun bebas jadi sekitar 10 ton saja. Sementara itu, biaya pertanian kentang justru makin mahal. Sumber air kian jarang. Dari 500 lebih mata air di Dieng kini tersisa sekitar 100-an saja akibat perluasan lahan kentang.  Kebutuhan pupuk dan obat pun meningkat. Petani juga harus mendatangkan \"humus baru\" setiap kali menanam: pupuk kandang dari peternakan-peternakan ayam di Jawa Timur.  Setiap hari, bertruk-truk kotoran ayam dengan segenap pencemarnya naik menuju Dieng. Puluhan ribu ton \"soil baru\" itu pula yang segera habis lagi dihajar air ketika hujan, masuk ke Serayu dan Mrica. Masa kejayaan ekonomi kentang sudah surut, namun kebiasaan lama sulit hilang. Ekspansi lahan kentang masih terjadi, naik ke bukit yang makin tinggi. NEPAL-NYA INDONESIA Dieng memang menawarkan alternatif ekonomi lain: pariwisata. Bertengger di atas ketinggian lebih dari 2.000 meter, dia dikenal sebagai \"negeri di atas awan\". Meliputi wilayah 6 kabupaten, Dieng adalah dataran tinggi dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia setelah Nepal. Terbentuk dari kaldera gunung purba, Dieng memiliki banyak kawah, telaga, puncak bukit tempat orang mengintip matahari terbit, dan kompleks candi Hindu tertua di Jawa. Itu semua menjadikan Dieng salah satu tujuan wisata terpenting di Jawa Tengah.  Tapi, pengelolaan wisata yang terlalu agresif dan sembrono bisa sama merusaknya dengan pertanian kentang. Tak hanya produksi sampah makin banyak. Tumbuhnya penginapan, restoran dan lapangan parkir di situs-situs \"instagramable\" juga memperluas kawasan terbangun yang mengurangi resapan air. Kepemilikan lahan pertanian maupun wisata yang makin terpecah, privat dan individualistik, mempersulit upaya pemerintah mengendalikan alih fungsi lahan, bahkan jika mau melakukannya. Pada kenyataannya, pemerintah daerah sendiri kurang serius dan tegas dalam menegakkan aturan tentang tata ruang, khususnya dalam menyelamatkan dan melindungi kawasan hijau. GERAKAN RADIKAL, SERADIKAL PAK SUKIR Tidak ada cara mudah untuk mengoreksi kesalahan masa lalu yang kini sudah hampir telambat dilakukan. Penyelamatan Dieng dan Serayu tak hanya menuntut kerjasama/kolaborasi yang sangat padu melibatkan banyak pihak seluas mungkin. Pendekatannya juga harus komprehensif mencakup berbagi aspek: ekonomi, sosial dan budaya.  Dan yang paling penting: harus cukup radikal, keluar dari pola dan praktik biasa (business as usual) yang terbukti tidak efektif dalam 20 tahun terakhir. Seradikal seperti petani kopi Pak Sukir. Belajar dari Pak Sukir kita harus menyadari bahwa konservasi dan kepentingan ekonomi bukanlah dua hal terpisah dan bertentangan. Keduanya harus dirancang dan diterapkan dalam satu kesatuan. Itu menuntut paradigma baru dalam membangun. Pembangunan ekonomi, baik pertanian maupun wisata, yang mengabaikan kelestarian alam sudah terbukti akan berbalik memicu bencana tak hanya bagi ekonomi, tapi juga bagi hidup manusia sendiri. Pola pikir seperti itu harus dibuang jauh.***

Hujan Lebat Berpeluang Mengguyur Sebagian Besar Wilayah Provinsi

Jakarta, FNN - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang mengguyur sebagian besar wilayah provinsi di Indonesia pada Kamis.Hujan lebat disertai petir dan angin kencang berpeluang terjadi di bagian wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.Bagian wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat juga menghadapi potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang.Selain itu, BMKG menyampaikan peringatan dini mengenai potensi munculnya gelombang tinggi di bagian wilayah perairan Indonesia.Gelombang setinggi 2,5 sampai empat meter berpotensi menghampiri wilayah Perairan Utara Sabang, Perairan Barat Aceh, Perairan Barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Perairan Bengkulu, Perairan Barat Lampung, Samudra Hindia barat Sumatra, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan Selatan Banten hingga Pulau Sumba, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, dan Laut Sawu.Wilayah Perairan Pulau Sawu hingga Kupang dan Pulau Rotte, Samudra Hindia selatan Banten hingga Jawa Barat, Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Timur, Perairan Kepulauan Sermata hingga Kepulauan Tanimbar, Laut Arafuru bagian barat dan tengah, Laut Natuna Utara, Perairan Kepulauan Natuna, dan Perairan Singkawang juga berpeluang mengalami gelombang setinggi 2,5 sampai empat meter.Gelombang sangat tinggi, empat sampai enam meter, berpotensi melanda Samudra Hindia selatan Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara Barat.Nelayan, operator sarana transportasi laut, dan warga pesisir perlu mewaspadai dampak gelombang tinggi di wilayah-wilayah perairan tersebut. (mth/Antara)

Delameta Dukung Zona Emisi Rendah di Jakarta Melalui "Park and Ride"

Jakarta, FNN - Produsen teknologi nasional, PT Delameta Bilano mendukung kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menetapkan Jalan Kemukus di wilayah Kota Tua sebagai zona emisi rendah untuk mengurangi polusi udara dengan menyediakan kawasan \"Park and Ride\".“\'Park and Ride\' merupakan fasilitas yang penting di wilayah Kota Tua. Kawasan \'Park and Ride\' ini akan sangat membantu untuk terciptanya zona emisi rendah di sana,\" kata Direktur Bisnis dan Teknologi Delameta Bilano, Reza RH dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.Selain itu, \"Park and Ride\" membantu integrasi dengan transportasi publik karena letaknya di dekat stasiun kereta api dan Halte TransJakarta.Dia berharap keberadaan kawasan \"Park and Ride\" dapat mengurangi volume kendaraan dan mewujudkan zona emisi rendah (low emission zone/LEZ) di wilayah Kota Tua, Jakarta Barat.Reza menjelaskan kawasan \"Park and Ride\" di Jalan Kemukus merupakan kolaborasi antara PT Reska Multi Usaha (RMU) dan Delameta Bilano selaku produsen \"Internet of Things\" (IoT) dalam negeri yang telah mengantongi sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dari Kementerian Perindustrian RI. Lalu, lokasi kawasan \"Park and Ride\" di Jalan Kemukus terletak sekitar 200 meter dari Stasiun Kereta Api (KA) Kota Tua.Lahan area \"Park and Ride\" ini memiliki luas 7.000 meter persegi (m2) dan mampu menampung sekitar 106 mobil dan 101 sepeda motor. Bahkan akan didirikan fasilitas \"Cloud Kitchen\" bagi brand kuliner lokal.Reza menyampaikan bahwa penyediaan \"Park and Ride\" juga akan memudahkan masyarakat yang ingin mengunjungi wilayah Kota Tua, Jakarta Barat (Jakbar).Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya mengurangi polusi udara yang masih menjadi polemik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mencanangkan zona rendah emisi.Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan melakukan penataan wilayah Kota Tua menjadi kawasan rendah emisi. Kebijakan itu juga dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomi kawasan wisata bersejarah tersebut serta menciptakan ruang ramah bagi para pejalan kaki sejak 8 Februari 2021. (mth/Antara)

Menteri LHK: Hari Lingkungan Hidup 2022 Momen Menumbuhkan Kepedulian

Jakarta, FNN - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022 perlu menjadi momentum meningkatkan kepedulian untuk terus memperbaiki perilaku adil terhadap lingkungan dengan berbagai perkembangan yang telah dihasilkan dari kebijakan aspek pembangunan lingkungan hidup dan tata kelola sumber daya alam di Indonesia.Dalam pernyataan di akun Kementerian LHK yang dikutip dari Jakarta, Minggu, Siti Nurbaya menuliskan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini merupakan peringatan 50 tahun Konferensi Stockholm, dengan lima dekade perjalanan pembangunan lingkungan hidup di Indonesia mencatat berbagai perkembangan.\"Peringatan Hari Lingkungan Hidup 2022 ini menjadi momen penting untuk terus menumbuhkan, meningkatkan kesadaran dan kepedulian untuk terus memperbaiki dalam perilaku adil terhadap lingkungan,\" tulis Siti dalam unggahan terkait Hari Lingkungan Hidup Sedunia, diperingati setiap 5 Juni, pada Minggu.Menurutnya, dengan kegigihan, kerja nyata dan kerja keras semua elemen bangsa menjalankan berbagai pokok-pokok kebijakan Presiden Joko Widodo pada aspek pembangunan lingkungan hidup dan tata kelola sumber daya alam, saat ini telah terdapat berbagai perkembangan, seperti transformasi struktural dan produktivitas alam dan manusia mengatasi kesenjangan dan mewujudkan kesejahteraan.Dengan Nawa Cita dilakukan juga berbagai langkah korektif untuk mendukung keberpihakan pada rakyat yang diaktualisasikan lewat alokasi pemanfaatan hutan sosial 12,7 juta hektare (ha) serta pencadangan kawasan untuk tanah objek reforma agraria (TORA) 4,1 juta ha.Siti juga memberikan contoh perkembangan lingkungan hidup lainnya, yaitu moratorium permanen hutan alam primer dan gambut, restorasi perbaikan tata air gambut, rehabilitasi DAS dan mangrove, pengelolaan hutan lestari dan pengembangan multi-usaha kehutanan.Dilakukan juga pencegahan kehilangan keanekaragaman hayati, perlindungan satwa liar dengan konservasi, kebijakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan secara permanen, penurunan angka deforestasi, berbagai kebijakan iklim, termasuk FoLU Net Sink 2030 serta penguatan instrumen kerja, seperti penegakan hukum.Siti menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih atas segala capaian tersebut yang dihasilkan dari kerja sama berbagai elemen bangsa, seperti dari pemerintah, masyarakat, komunitas, dunia usaha dan akademisi.\"Tantangan ke depan tidak lebih mudah. Objektivitas dan kejernihan dalam kita melihat masalah dan membangun artikulasi penyelesaian masalah merupakan pijakan kolaborasi yang sangat penting,\" tuturnya. (mth/Antara)

Banjir Jateng Lebih Parah dari Jakarta, Cebong Tutup Mata, Telinga, dan Hati

Jakarta, FNN – Belum reda banjir di ibukota Jawa Tengah, Semarang, kini banjir besar melanda wilayah Kabupaten Purworejo. Belum ada bantuan dari pemerintah, yang ada hanya solidaritas warga seikhlasnya. Tampak ada sikap yang berbeda dari masyaraat kita akibat dari keterbelahan kronis yang melanda bangsa ini. Ketika banjir terjadi di Semarang dan Pantura serta kota-kota lain di Jawa Tengah, tidak ada komen sama sekali, atau bahkan bully-membully seperti yang terjadi di Jakarta. Pengamat politik Rocky Gerung menegaskan bahwa kalau kita bersihkan politik dan menjadi terang, dengan sendirinya percebongan juga berhenti. Karena cebong selalu memanfaatkan politik yang gelap untuk mengambil keuntungan Dari sisi ekologis, Rocky melihat bahwa topografi Jakarta adalah rawa-rawa besar berbeda dengan Semarang. “Ratusan tahun lalu Jakarta adalah rawa-rawa. Jadi, habitat ekologisnya memang di Jakarta karena itu pertemuan banyak sungai menjadi rawa-rawa. Kemudian dia berubah menjadi gorong-gorong, habitatnya juga sama. Cebong itu suka bersembunyi di wilayah-wilayah gelap. Begitu ada terang dikit kehilangan kesadaran cebong itu,” paparnya kepada wartawan senior FNN, Hersubeno Arief dalam kanal YouTube, Rocky Gerung Official, Rabu, 01 Juni 2022. Masyarakat tentu gembira karena yang kita dorong ketika terjadi bencana bukan soal bully membully, tapi bagaimana solidaritas di antara rakyat yang tetap kita bangun. Kalau di Jakarta terbeda, baru ada genangan saja bully-annya luar biasa. “Jadi, kalau kita bersihkan politik dan jadi terang, dengan sendirinya percebongan juga berhenti. Karena cebong selalu memanfaatkan politik yang gelap untuk mengambil keuntungan,” tegasnya. Untuk diketahui, hujan deras mengguyur Kabupaten Purworejo sejak Selasa (31/5) sore hingga Rabu (1/6/2022) pagi. Sejumlah titik pun terendam banjir dengan ketinggian air berkisar 30 centimeter hingga 1 meter.\"Yang terdampak banjir ada 17 desa di tujuh kecamatan, namun kini mulai surut. Masih ada 8 desa yang terendam,\" kata Kepala Pelaksana BPBD Purworejo, Budi Wibowo, saat dihubungi detikJateng. Sebelumnya PT Pelabuhan Indonesia atau Pelindo membeberkan dampak banjir rob di Semarang akibat jebolnya tanggul PT Lamicitra Nusantara. Banjir rob telah berimbas pada operasional terminal peti kemas (TPK) di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. Sedikitnya terdapat 4 kapal yang batal bersandar di terminal dengan potensi kegiatan bongkar muat peti kemas sebanyak 6.000 TEUs. Dengan begitu, TPK Semarang terpaksa melakukan buka tutup pintu terminal lantaran akses masuk terhalang oleh air laut.  BMKG sebelumnya memperkirakan rob akan terjadi di area pesisir pantai utara Jawa mulai 20 Mei hingga 25 Mei 2022.  Adapun jebolnya tanggul PT Lamicitra Nusantara menyebabkan air rob menjadi semakin tinggi dan berdampak pada aktivitas operasional pelabuhan. Jika tidak ada tanggul yang jebol, sistem pompa milik Pelindo diklaim mampu menangani hingga ketinggian pasang 130 cm. (sof, sws)

Cuaca Mayoritas Kota Besar Diprakirakan Cerah Berawan atau Berawan

Jakarta, FNN - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca mayoritas kota besar di Indonesia cerah berawan atau berawan pada Selasa siang dan malam.Pada siang hari cuaca Kota Banda Aceh, Jambi, Surabaya, Samarinda, Tarakan, Pangkal Pinang, Ternate, Mamuju, Makassar, dan Padang diprakirakan cerah berawan, sementara Kota Denpasar, Serang, Jakarta Pusat, Semarang, Pontianak, Palangka Raya, Ambon, Mataram, dan Palembang diprakirakan berawan.Cuaca Kota Gorontalo, Pekanbaru, dan Manado diprakirakan cerah pada siang hari. Pada siang hari hujan disertai petir berpeluang terjadi di Kota Yogyakarta dan hujan ringan diprakirakan turun di Kota Bengkulu, Banjarmasin, Bandung, Tanjung Pinang, Bandar Lampung, Kupang, Jayapura, Manokwari, Kendari, dan Medan.Malam harinya, cuaca cerah diprakirakan meliputi Kota Jakarta Pusat dan Gorontalo, sementara Kota Denpasar, Jambi, Banjarmasin, Pontianak, Samarinda, Pangkal Pinang, Kupang, Mamuju, dan Palembang diprakirakan cerah berawanKota Serang, Yogyakarta, Bandung, Tarakan, Tanjung Pinang, Bandar Lampung, Ternate, Mataram, Manokwari, Makassar, Kendari, Manado, dan Padang menurut prakiraan cuaca pada malam hari akan berawan.Menurut BMKG, hujan pada malam hari berpeluang turun di sejumlah kota. Hujan ringan berpotensi turun di Kota Bengkulu, Banda Aceh, Semarang, Surabaya, Palangka Raya, Ambon, Jayapura, dan Pekanbaru; hujan disertai petir berpeluang terjadi di Kota Yogyakarta; dan hujan dengan intensitas sedang diprakirakan mengguyur Kota Medan. (mth/Antara)