Polisi Sedang Memanen Istidraj
APA yang tidak bisa dilakukan polisi hari ini? Disokong dana yang besar, peralatan canggih, dan sumber daya manusia yang terlatih mereka bisa melakukan apa saja, sesukanya, bahkan melanggar hukum pun, tidak jadi soal. Di mata mereka tidak ada yang tak mungkin. Semua halal demi ambisi mereka.
Padahal, sesungguhnya polisi sedang menumpuk dosa. Mereka sedang menikmati gelimang istidraj. Mereka tidak sadar bahwa saat ini mereka tengah dihadiahi azab berbentuk kenikmatan oleh Allah. Maka mereka bebas berbuat zalim, tetapi tetap diagungkan. Semena-mena tetapi tetap berkuasa. Leluasa mempertontonkan ketidakadilan kepada si lemah, tanpa sadar bahwa wajah Allah terletak pada orang-orang miskin dan rakyat yang teraniaya.
Polisi juga sedang menabung musuh. Tiap kali ada ulama, pejuang, atau rakyat tak berdosa yang dizalimi, saat itu pulalah bertambah manusia calon penganiaya polisi. Hingga suatu saat akan membludak jumlah manusia yang nekat ingin membalaskan dendamnya. Dengan brutal, sadis, dan kejam. Hingga mata polisi akan terbelalak, tidak menyangka bahwa azab neraka jahanam telah hadir lebih cepat di depan mata mereka. Kejahatan mereka dibayar cash di dunia.
Bayangkan. Ketika polisi mempersekusi Imam Besar Habib Rizieq Shihab, berapa juta rakyat yang dalam sekejap mata telah dijadikan musuh besar oleh polisi. Saat membui Syahganda Nainggolan dan kawan-kawan, berapa ribu aktivis berbagai organisasi yang mengutuk polisi.
Di kala Munarman diseret dan dibutakan matanya dengan tutup kain hitam, berapa banyak rakyat yang heran ternganga dan kemudian marah sembari menumpahkan sumpah serapah kepada polisi.
Di malam jahanam ketika 6 Syuhada FPI tewas dibantai, disayat-sayat tubuhnya, dan diberondong peluru sekujur badan mereka, berapa malaikat yang menyaksikan, menangis, dan melaknat perbuatan biadab polisi itu.
Jadi, jangan heran kalau kebinasaan polisi nanti akan sangat mengerikan. Tak akan sanggup kita melihatnya, terlebih jika sebagian di antara mereka adalah kerabat dan keluarga kita. Mereka, para polisi yang baik pun, akan ikut menanggung azab karena diam ketika ketidakadilan merajalela. Lebih takut tidak bisa makan, ketimbang menegakkan hukum Allah.
Polisi saat ini telah menjadi musuh bersama. Tidak salah jika ada yang memplesetkan kepanjangan PKI menjadi Polisi Komunis Indonesia. Tidak heran rakyat sudah menjadikan polisi sebagai common enemy.
Buktinya, hati rakyat tak tenang tiap kali bertemu polisi. Sebisa mungkin tidak berhubungan dengan polisi. Ada sebagian rakyat jika melihat polisi seperti melihat setan. Sampai-sampai seragam coklat polisi diidentikkan dengan isi WC (Wereng Coklat) yang berwarna coklat kehitaman. Persis seperti hitam pekatnya mental polisi di bawah rezim liar sekarang.
Sambil berpesta-pora dan menyebarkan tawa iblis, sesungguhnya polisi sedang menuju kepunahannya. Istidraj dari Allah adalah sesuatu yang betul-betul telah melenakan mereka.
Korps berseragam coklat dan hitam itu tidak paham bahwa tangan-tangan berpeluru dan kaki-kaki bersepatu laras mereka yang jumawa menginjak hak para pencari keadilan itu, sesungguhnya sedang berbaris menuju jahanam.
Jutaan rakyat tak berdosa dari seluruh penjuru Nusantara saat ini tengah menangis. Tidak rela ulama difitnah, kiai ditangkapi, ustaz mereka dipersekusi, dan agama Islam diradikalisasi. Juga aktivis mereka yang kritis dibui.
Dari jutaan mulut rakyat yang merasa dizalimi itu, kini menggema doa-doa yang belum pernah mereka panjatkan sebelumnya. Doa yang sebenarnya mereka pun tak tega mengucapkannya. Dengan hati tersayat, benak menahan kepedihan, wajah berurai air mata, jari jemari tertangkup menengadah, dan bibir yang bergetar menahan amarah, doa maha dashyat pun dilantunkan.
Rakyat meminta agar laknat cepat diturunkan kepada polisi, oligarki, rezim, dan buzzerp yang menjadi penjahat bagi kaumnya sendiri. Rakyat memohon agar Allah segerakan azab yang amat sangat pedih kepada mereka!
Karena rakyat tahu tidak ada hijab di antara doa orang yang teraniaya dengan Allah Azza wa Jalla. Tiada penghalang antara Allah dengan makhluk-Nya.
Doa-doa umat teraniaya itu akan terbang melesat menembus langit, langsung kepada Sang Pencipta. Tanpa menunggu Malaikat menyampaikannya.
Semoga Allah Subhanallahu Wataala mengabulkan semua doa rakyat Indonesia, khususnya yang merasa dianiaya dan dizalimi.**