Warga Palembang Gelar Pawai Kebangsaan Peringati Pertempuran 5H5M
Palembang, FNN - Warga Kota Palembang, Sumatera Selatan menggelar pawai kebangsaan untuk memperingati pertempuran lima hari lima malam (5H5M) antara tentara Republik Indonesia dengan Belanda pada 1-5 Januari 1947.
Pawai kebangsaan yang melibatkan komunitas sepeda onthel dan penggemar jip tua dipusatkan di bundaran air mancur Masjid Agung Sultan Mahmud Badarudin Jayo Wikramo Palembang, Sabtu pagi.
Salah seorang peserta pawai kebangsaan Yanti Gani mengatakan dia bersama keluarga pejuang dan sejumlah komunitas memanfaatkan momentum Tahun Baru memperingati perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari upaya Belanda untuk menguasai kembali Indonesia.
Pertempuran 5H5M di Palembang merupakan peristiwa perlawanan tentara Indonesia (TRI) terhadap serangan pasukan tentara Belanda (NICA) yang terjadi selama lima hari berturut-turut sejak tanggal 1 hingga 5 Januari 1947.
Kota Palembang merupakan salah satu wilayah strategis Indonesia yang menjadi tujuan Belanda untuk kembali menguasai karena kekayaan alamnya serta potensi sebagai pusat pemerintahan, kekuatan militer, dan kegiatan politik maupun ekonomi di provinsi dengan 17 kabupaten dan kota itu.
"Bagi masyarakat Palembang, pertempuran itu menjadi momentum perjuangan mereka untuk mempertahankan tanahnya agar tindakan penjajahan tidak terulang kembali setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia," kata putri pahlawan nasional A.K Gani itu.
Selain pawai kebangsaan, sebelumnya Komunitas Sahabat Cagar Budaya (SCB) dan Palembang Good Guide menggelar kegiatan ziarah bertajuk “Meet The Heroes” di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kesatria Ksetra Siguntang, Palembang, Jumat (31/12) malam.
Panitia pelaksana kegiatan tersebut Zaim menjelaskan bahwa acara diawali dengan penghormatan kepada arwah para pahlawan, doa bersama dan tabur bunga di makam Mayjen TNI dr. A.K Gani, Kapten A. Rivai dan Nurlaela (wanita PMI yang gugur dalam pertemppuran lima hari lima malam).
Kemudian dilanjutkan dengan renungan sejarah yang disampaikan oleh sejarawan Sumsel Farida R Wargadalem dan Syafruddin Yusuf. (mth)