AGAMA
Mengapa Penguasa Kesulitan Meneroriskan Munarman
by Asyari Usman Medan, FNN - Para penguasa mengalami kesulitan besar untuk meneroriskan Munarman dan FPI secara keseluruhan. Sudah dilakukan berbagai cara untuk mengaitkan mereka dengan kegiatan terorisme, tapi tidak juga dipercaya oleh publik. Masyarakat melancarkan gempuran narasi yang melawan upaya para penguasa untuk melabelisasi Munarman dan FPI sebagai pelaku teror. Bahkan, para vokalis non-muslim yang ‘seharusnya’ mendukung labelisasi teroris itu, balik menolak. Ambil contoh Roy Pakpahan, seorang aktivis sekaligus pengacara. Roy marah Munarman disebut teroris. Begini kata Roy Pakpahan begitu mendengar Munarman ditangkap. “I stand with Maman. Teroris pala lu. gereja hkbp di Cinere tempat bapak sy beribadah awalnya tidak bisa berdiri. Orang takut beribadah. Maman bilang klu mmg srt ijin sudah ada dan lkp, ya bangun sj. Klu ada yg ganggu kabarin gue, kata Maman. Skrg gereja hkbp cinere, salah satu rumah ibadah terbesar di cinere.” Ada lagi aktivis Katolik. Namanya Aloysius Hartono. Dalam tulisan bertanggal 29 April 2021 yang beredar di grup-grup WA, Aloysius mengatakan, “Walaupun eFPeI sudah sedemikian pasif, sudah tiarap sejak akhir Desember 2020 lalu, tetapi sebaliknya polisi justru semakin beringas untuk membunuh karakter eFPeI dengan narasi ‘teroris, ISIS, bom, dan sejenisnya.” Banyak orang non-Muslim yang membela Munarman dan juga FPI. Tak mungkin diuraikan satu per satu di sini. Mereka mengimbau agar cara-cara kotor terhadap FPI dihentikan. Di kalangan publik secara keseluruhan, kecuali segelintir orang yang anti-Islam dan islamofobis, reaksi terhadap penangkapan Munarman juga sinis. Di media sosial (medsos), netizen mencibiri tindakan polisi menangkap pengacara HRS itu. Mereka pun mencecar habis penemuan “serbuk bom” ketika polisi menggeledah bekas kantor Front di Petamburan. Ada beberapa hal yang menyebabkan publik tak percaya Munarman dan FPI terkait teroris. Pertama, sejak awal berdiri hingga pembunuhan KM-50, tidak pernah ada tindakan FPI yang berindikasi terorisme. Baru setelah ada masalah besar yang memojokkan Polri –dan juga lembaga keamanan lain— terkait pembunuhan 6 pengawal HRS, 7 Desember 2020, muncullah tiba-tiba sejumlah peristiwa kekerasan yang terkesan sengaja dikaitkan dengan FPI. Kedua, publik sejak lama mengenal FPI sebagai organisasi sosial yang sangat ringan tulang dengan aksi tanggap darurat ketika terjadi bencana alam di berbagai pelosok. Seringkali bantuan FPI tiba paling duluan. Catatan ini menyebabkan publik sulit percaya ketika sekarang Munarman dan FPI dikaitkan dengan tindakan terorisme. Ketiga, pihak-pihak yang bernafsu mengaitkan FPI, Munarman, dll, dengan aksi teror, sudah sangat terlambat. Seharusnya mereka lakukan belasan tahun yang lalu. Misalnya, ketika terjadi aksi ledakan bom besar di Bali, Jakarta, dan tempat-tempat lain. Kalau pada waktu itu “disusupkan” orang untuk mendemonisasi (menjelekkan) FPI, ada kemungkinan sukses. Tetapi, itu pun belum tentu bisa. Karena memang FPI, HRS, Munarman tidak punya misi terorisme. Mereka memang keras dalam mencegah kemungkaran tetapi tidak dengan teror. Jadi, masyarakat tidak percaya kalau orang-orang FPI disebut teroris. Selama ini, aksi-aksi cegah dengan tangan tidak pernah mereka lakukan secara “coward” (pengecut). Mereka langsung menghadapi para pelanggar aturan secara jantan. Tindakan keras baru dilakukan oleh FPI setelah pelanggar aturan (khususnya aturan moralitas terkait tempat pelacuran, tempat hiburan ilegal, minuman keras, dlsb) tidak menggubris peringatan tertulis yang mereka sampaikan. Bahkan, sebelum mereka melakukan apa-apa, FPI biasanya melaporkan kepada aparat penegak hukum kalau ada pelanggaran yang mereka jumpai. Baru setelah aparat tidak bertindak, personel FPI turun tangan. Terorisme jauh dari konsep ‘nahi munkar’ (cegah kejahatan) yang dilakukan oleh FPI, HRS, Munarman, dan jemaah mereka. Mereka bukan orang liar dan bukan pula orang bodoh yang melakukan tindakan teror dengan alamat lengkap organisasi. Pelanggaran HAM berat KM-50 benar-benar menggelisahkan para penguasa. Cepat atau lambat, kebenaran akan terungkap. Sebagai pengacara yang handal dan punya banyak jaringan, Munarman sangat berpotensi untuk menggali kebenaran KM-50. Satu-satunya cara cepat bagi penguasa untuk mencegah itu adalah meneroriskan Munarman. Namun, sekali lagi, publik tidak percaya Munarman teroris. Yang percaya hanya para buzzer penguasa seperti Denny Siregar, Abu Janda dan gerombolan mereka.[] Penulis adalah Wartawan Senior FNN.co.id
Keutamaan Bulan Ramadhan
by Furqan Jurdi Jakarta FNN - Beberapa hari lagi kita akan menyambut datangnya bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah merupakan bulan suci yang memiliki keutamaan-keutamaan yang luar biasa. Dengan keutmaan-keutamaan itu, Bulan Ramadhan dapat dijadikan bulan Tarbiyyah dan Madrasah bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Rasulullah Sallaahu Alaihi Wasallam bersabda: لَوْ تَعْلَمُ اُمَّتِيْ مَا في رَمَضَا نَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي اَنْ تَكُوْنَ السَّنََة ُكُلُّهَا رَمَضَانَ Artinya: “Seandainya umatku mengetahui keutamaan di bulan Ramadhan, maka sungguh mereka akan berharap setahun penuh Ramadhan”. Begitu mulia dan utamanya bulan Ramadhan, sehingga Rasulullah Sallaahu Alaihi Wasallam pun berangan-angan, setahun penuh bulan Ramadhan. Kenapa bulan ini menjadi bulan yang diutamakan? Pertama, karena Bulan Ramadhan adalah bulan nya Al-Quran – Syahru Ramadhan, syahrul Furqan. Bulan Ramadhan itu bulannya al-Quran. Seperti yang difirmankan Allah SWT: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَان “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”. (Qs. Al-Baqarah: 185) Meski dalam ayat ini tidak disebutkan tanggal turunya Al-Quran, namun Para Mufassir (ahli Tafsir) menghubungkan dengan surat Al-Anfal Ayat 41, yang berbicara tentang bertemunya dua Pasukan yaitu dalam Perang Badar, perang yang pertama Kali terjadi dalam sejarah perjuangan Islam. Dalam Surat Al-Anfal ayat 41 Allah berfirman: اِنْ كُنْتُمْ اٰمَنْتُمْ بِاللّٰهِ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِۗ "Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan". (Qs. Al-Anfal: 41) Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa yaumul Furqan (Hari turunya Al-Quran) itu adalah Yaumul Takaljam’an (hari bertemunya dua pasukan). Maka mufassir menghubungkan dengan surat Al-Baqarah ayat 185, yaitu Yaumul Furqan. Mufassir menyimpulkan hari turunya Al-Quran adalah hari pertama bertemunya pasukan Rasulullah Sallaahu Alaihi Wasallam dengan pasukan musyrik Qurais yang terjadi pada Tanggal 17 Ramadhan, dan itulah hari turunnya Al-Quran. Karena itu kita menetapkan hari nuzulul Quran jatuh pada setiap tanggal 17 Ramadhan. Hari Turunya Al-Quran itu pula lah yang disebut sebagai malam Lailatul Qadar. اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ (sesungguhnya Kami telah menurunkannya Al-Qur'an pada malam qadar), atau إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ (sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada suatu malam yang diberkahi). Malam Lailatul Qadar atau malam yang diberkahi itu adalah lebih baik dari seribu bulan. Kenapa Seribu Bulan? Seribu bulan adalah umur umat Nabi Muhammad Sallaahu Alaihi Wasallam. Kalau dihitung tahun sekitar 80 atau 82 tahun. Kenapa seribu bulan? Karena itu umur umat Nabi Muhammad Sallaahu Alaihi Wasallam. Kalau seorang mendapatkan malam Lailatul Qadar satu kali dalam hidupnya, maka ia akan menjadi lebih baik, karena akan dibimbing oleh Al-Quran. Itulah kenapa bulan Ramadhan itu menjadi bulan yang memiliki keutamaan. Kedua, bulan untuk meningkatkan etos ibadah. Allah Berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Qs. Al-Baqarah: 183) Bulan Ramadhan adalah Madrasah atau Universitas untuk melakukan tarbiyyah bagi diri kita masing-masing, yaitu tarbiyyah kedisiplinan dan tarbiyyah-tarbiyyah lainnya. Pada bulan Ramadhan setiap muslim dianjurkan untuk meningkatkan etos ibadahnya. Dimulai dari seringnya membaca Al-Quran hingga meningkatkan ibadah sholat malam. Setiap hari dalam bulan Ramadhan dianjurkan untuk membaca ayat-ayat Al-Quran minimal satu juz dalam satu hari. Selain itu melaksanakan sholat minimal malam 11 rakaat. Dengan etos ibadah itu, kita berharap untuk menjadi pribadi yang taqwa. Ketiga, untuk meningkatkan etos kerja. Ibadah puasa tidak harus menurunkan etos kerja. Sebaliknya, justru harus meningkatkan etos kerja. Rasulullah Sallaahu Alaihi Wasallam, ketika berhadapan dengan pasukan musyrikin Mekkah di Badar pada saat puasa Ramadhan. Ketika itu pasukan kaum muslimin mendapatkan kemenangan besar. Banyak sekali perang dan pertempuran yang dilakukan oleh kaum muslimin, kemudian dimenangkan oleh kaum muslim pada saat bulan Ramadhan. Artinya, bulan Ramadhan adalah bulan untuk meningkatkan etos kerja. Sehingga dengan kedisiplinan dan etos kerja Ramadhan itu, kita dapat sukses dalam berbagai tugas tanggungjawab. Keempat, bulan Ramadhan sebagai bulan training. Setiap orang di bulan Ramadhan dituntut untuk bertindak jujur dalam melaksanakan setiap aktivitasnya. Kejujuran adalah kunci kehidupan, karena itu setiap muslim dituntut untuk jujur. Jangan suka berbohong. Misalnya, ketika sedang melaksanakan puasa, Allah Subhaanahu Wata’ala melarang kita untuk tidak makan dan minum di siang hari. Dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Sebenarnya makan saat lapar dan minum saat haus itu hal bagus. Tetapi pada saat bulan Ramadhan, sepanjang siang hari, untuk hal baik itu dilarang. Bayangkan saja, kalau tidak ada kejujuran pada diri kita. Orang bisa saja membohongi dirinya dan orang lain, dengan pura-pura berpuasa. Padahal dia makan dan minum secara sembunyi-sembunyi. Tetapi bagi orang yang beriman, ia menyadari, meskipun luput dari mata manusia dunia. Namun sadar bahwa ada mata penguasa langit dan bumi, yang tidak pernah luput untuk mengawasi setiap tindakannya. Begitu juga dalam bulan Ramadhan. Seorang yang beristri dilarang menggauli istrinya. Padahal itu hal yang baik dan mendapatkan pahala yang yang besar. Tetapi pada bulan Ramadhan, harus menahan nafsunya demi untuk mengabdi pada Allah Subhaanahu Wata’ala. Demikianlah keutamaan bulan Ramadhan bagi kaum muslimin. Keutamaan untuk melatih diri menjadi pribadi yang memiliki etos ibadah, etos kerja dan bulan tarbiyyah untuk mencapai predikat sebagai orang yang bertaqwa. Predikat Taqwa itu harus terus meningkat setiap kali kita melaksanakan ibadah puasa. Semoga kita semua menjadi hamba Allah yang Muttaqin. Wallahulam bis Shawab. Penulis adalah Ketua Lembaga Dakwah DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Penyembah Galon Baiknya Dilarung Saja ke Laut
by M. Rizal Fadillah Bandung FNN – Masyarakat sebaiknya mulai mewaspadai agama baru di Indonesia. Bukan Agama Islam. Bukan juga Agama Kristen Protestan, dan bukan Agama Katolik. Agama baru tersebut bukan untuk menyembah Allah Subhaanahu Wata’ala. Bukan juga penyembah api. Tetapi penyembah galon yang masih serumpun dengan penyembah balon. Adalah Kristia Dede Budhyarto, yang diangkat oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir sebagai Komisaris Independen di PT Pelni (buzzer istana), yang menjawab pertanyaan tentang agama yang bersangkutan. Jawaban Kristia Dede Budhyarto itu ditemukan pada akun twitter miliknya tanggal 9 April 2021 lalu. Menuduh da’I dan penceramah radikalis, sekaligus membatalkan acara Ramadhan adalah perilaku sombong, angkuh dan arogan. Aneh, komisaris perseroan dengan kekuasaan mengambil alih porsi Direktur Utama dan jajaran Direksi. Posisinya cuma Komisaris hadiah lagi. Komisaris "abal-abal". Biar dianggap keren, dibilang komisaris independen. Penyembah Galon tidak boleh hidup di Indonesia. Tidak pantas untuk menjadi komisaris BUMN di negara Pancasila. Sebab tidak mengakui adanya Ketuhanan Yang Maha Esa. Lalu apa bedanya dengan mereka yang menjadi penyembah batu, kayu, dan arwah. Atau memang penyembah dewa laut karena menjadi Komisaris Pelni ? Dewa laut yang sudah berada dalam gallon maksudnya. Bongkar-bongkar riwayat hidup, Kristia Dede Budhyarto bukan "good man" ada Alexis ada Siska yang mampir-mampir. Dede Budhyarto adalah radikalis sekuler. Komisaris perusak akhlak bangsa yang harus diberhentikan oleh Menteri BUMN. Kepada ulama MUI dia songong dan maki-maki, wajar kalau dia pernah dimaki-maki oleh teman kencannya. Penyembah Galon harus dibuang saja ke laut. Menteri BUMN jangan biarkan penyembah Galon berada di PT Pelni. Keselamatan penumpang bisa terancam. Bisa menjadi penyebab datangnya musibah untuk kapal-kapal penumpang PT Pelni. Kasian para penumpang yang berlayar ke seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan kapal-kapal PT Pelni. Agama tidak boleh dimainkan-mainkan. Penyembah Galon diduga lebih brengsek daripada Lia Eden yang baru meninggal. Lia Eden yang mengaku sebagai Malaikat Jibril, ternyata bisa sakit dan mati juga. Lalu dibakar jenazahnya. Sebaiknya Penyembah Galon seperti Kristia Dede Budhyarto segera saja dilarung ke laut. Semoga kapal-kapal PT Pelni dan para penumpangnya selama, dan terhidar dari musibah. Sampah ya harusnya dibuang saja. Jangan dipertahankan. Bisa menjadi beban PT Pelni dunia akhirat. Pelni akan selamat. Sebab buzzer istana itu musuh agama. Penulis adalah Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
Puasa Yuk, Biar Bangsa Ini Jadi Bener
by Tony Rosyid Jakarta FNN - Ramadhan tiba. Marhaban ya Ramadhan, sebuah kata yang beredar di group-group medsos. Diiringi ucapan maaf dan ditutup doa semoga dapat menjalankan ibadah Ramadhan sampai akhir, dan meraih kemenangan. Satu dengan yang lain saling menyapa setiap jelang Ramadhan. Mengucapkan kata selamat menjalankan ibadah Ramadhan. Tidak hanya Islam, tidak hanya Kristen, tidak hanya Hindhu, tidak hanya Budha, tidak hanya Konghucu. Semua ramai-ramai mengucapkan selamat kepada saudara-saudaranya yang muslim. Belum lagi kalau lebaran nanti. Rukun, guyup, dan hidup harmonis. Agama tak lagi menjadi sekat kehidupan masyarakat. Iman bukan lagi tembok penghalang untuk membangun harmoni sosial. Indonesia ini ditakdirkan menjadi negeri penuh dengan keragaman. Terdiri dari keragaman etnis, suku, bahasa, budaya dan agama. Dari dulu, satu sama lain membaur dalam komunitas yang beragam. Saling Asih dan Saling Asuh. Saling hormat dan menghargai. Jika datang bencana alam, tak lagi bertanya apa agamanya? Apa sukunya? Apa budayanya? Yang ditanya adalah perlu bantuan apa? Apa yang dibutuhkan di lokasi bencana? Disinilah persaudaraan itu menjadi warisan turun-temurun dalam ragam solidaritas yang terus menguat. Ramadhan, dengan banjirnya ucapan dari lintas iman, ini bukti betapa damainya Indonesia. Hanya saja, suasana damai tak disukai semua orang. Terutama mereka yang tak mau berpuasa. Puasa saja tidak mau, apalagi menjiwai nilai-nilai besar Ramadhan? Jadi pejabat, tetapi nyolong uang Negara, atau uang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Nggak bisa puasa juga. Punya suara, tetapi dijual. Nggak tahan lihat uang dan jabatan di depan mata. Kalau nggak dapat jabatan, lalu adu-domba masyarakat. Orang-orang ini biasanya nggak kenal puasa. Ada lagi yang suka lempar-lemparan bom, lalu teriak teroris. Ngeri ah..., Coba kalau saja pejabatnya puasa, lalu nggak akan nyolong lagi. Para politisi juga puasa, dan nggak adu-domba masyarakat lagi. Para pengusaha juga berpuasa, sehingga nggak sogok sana sogok sini. Anggota DPR juga puasa, sehingga nggak budek lagi untuk mendengar aspirasi dan kemauan rakyat. Ayuk mari berpuasa. Puasa nyolong, puasa korupsi, puasa nyuap, puasa adu-domba rakyat sendiri. Kalau semua pada berpuasa, Indonesia akan seperti surga. Tetapi, kapan? Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa.
Kecuali Ketua Komnas HAM “Orang Gila”
by Asyari Usman Medan, FNN - Membebastugaskan tiga polisi yang diduga menembak mati enam anggota laskar Front Pembela Islam (FPI) pengawal Habib Rizieq Syihab (HRS), bukanlah terobosan. Kalau pun ini diaggap “break through” (terobosan), itu pun sudah terlalu lama. Sebab, pimpinan Polri sudah tahu siapa-siapa polisi yang membunuh keenam anak muda yang malang itu. Esok hari setelah penembakan itu bisa diumumkan tersangka penembakannya sudah ketahuan siapa-siapa saja. Itu kalau pimpinan Kepolisian mau. Tak perlu menunggu sampai tiga bulan lamanya baru dibebas tugaskan. Sekarang, yang ditunggu publik adalah siapa-siapa saja yang masuk dalam hierarki pembunuhan di kilometer 50 tol Jakarta-Cikampek (Japek) itu? Siapa komandan yang memberikan perintah? Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), dalam temuan penyelidikan dan rekomendasinya, ada menyebutkan mobil Land Cruiser berwarna gelap yang hadir di malam pembunuhan pada malam itu. Mobil Land Cruiser itu belum teridentifikasikan sampai sekarang . Mengherankan sekali, tak ada yang sanggup membongkar siapa pemilik dan pengendara mobil tersebut. Diduga, di dalam mobil itu ada seseorang yang berposisi penting . Orang tersebut yang menjadi bagian dari proses pembunuhan keenam korban. Ada orang berpangkat tinggi yang sangat penting untuk diungkap, sehingga Komnas HAM kesulitan untuk mengungkapkan ke publik. Selain itu, perlu juga ditelusuri kemungkinan adanya orang yang lebih tinggi dari penumpang Land Cruiser, yang juga terlibat. Hampir pasti, orang yang sangat tinggi itu tidak akan terungkap sebelum tahun 2024 berlalu. Tampaknya, keadilan untuk keenam korban pembunuhan sadis itu tidak akan tegak dalam empat tahun ini. Kecuali Komnas HAM dipimpin oleh “orang gila”. Kalau orang gila yang menjadi ketua Komnas, dia tidak akan bisa dikendalikan oleh para penguasa. Dia akan terus meributkan pembunuhan sewenang-wenang itu. Dia tidak peduli siapa yang dihadapinya. Sekarang ini ketua Komnas “orang waras”. Orang waras itu punya kesadaran tinggi. Sadar akan bahaya, dan sadar apa makna hadiah. Jadi, jangan banyak berharap pada “orang waras”.[] Penulis adalah Wartawan Senior FNN.co.id.
Syaikhona Muhammad Kholil: Mengapa Harus Pahlawan? (4)
By Mochamad Toha Surabaya, FNN - Syaikhona Muhammad Kholil merupakan salah satu peletak nilai-nilai dasar Islam yang berpadu dengan kearifan dan tradisi lokal Nusantara, sehingga melahirkan nilai-nilai yang universal, terbuka, toleran, dan moderat. Karakteristik utama Islam Nusantara adalah menyebarkan dan membumikan Islam dengan santun, damai, penuh dengan nilai-nilai kemuliaan, dan menyebarkan rahmatan lil alamien. Islam di Nusantara diimplementasikan dan dibumikan di Indonesia dengan merangkul budaya, menyelaraskan budaya, menghormati budaya, dan tidak memberangus budaya, sehingga berpadu dan membentuk karakter atas nilai-nilai ke-Indonesia-an. Sebagai pemimpim dari Ulama dengan paham Ahlussunnah wal Jamaah, Syaikhona Kholil menerapkan metode dakwah yang sesuai dengan prinsip Ahlussunnah wal Jamaah dengan metode asimilasi/pengubahan dari tradisi mungkar dengan tradisi yang sesuai dengan syariat Islam tanpa menghilangkan budaya lokal yang mengakar di kawasan Nusantara. Praktik Islam itu tercermin dari perilaku sosial yang moderat, menjaga keseimbangan, toleransi, dan inklusif. Empat perilaku iini menjadi pilar masyarakat untuk mencari solusi dalam masalah sosial muncul oleh liberalisme, kapitalisme, sosialisme, dan radikalisme agama. Karakter Islam di Nusantara menunjukkan adanya kearifan lokal yang ada di Nusantara yang tidak melanggar hukum Islam, tetapi justru mensinergikan doktrin Islam dengan lokal tradisi yang banyak menyebar di wilayah Indonesia. Kehadiran Islam bukan untuk merusak atau melawan tradisi yang ada. Di sisi lain, Islam datang untuk memperkaya tradisi dan budaya Islam yang ada secara bertahap. Pertemuan Islam dengan tradisi Nusantara menciptakan sistem sosial, sistem pendidikan, dan sistem kesultanan. Inilah warisan terbesar Ulama bagi bangsa Indonesia di samping kemerdekaan. Syaikhona Kholil sebagai salah satu peletak nilai-nilai dasar tersebut. Nilai-nilai itu relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang majemuk, apabila tidak ditopang Islam Ahlussunnah wal Jamaah dengan nilai-nilai Islam yang universal, moderat, terbuka, dan toleran. Syaikhona Kholil juga menggunakan instrumen pendidikan Islam itu dalam membumikan Islam di Nusantara. Kesadaran politik yang banyak diilhami oleh kesamaan identitas dan jejaring Islam kemudian menjadi embrio lahirnya gerakan kultural kontra kolonialisme. Salah satu gerakan kultural adalah membumikan Islam di Nusantara sebagai penguatan identitas kolektif. Peran Syaikhona Kholil di kalangan pesantren memang tidak diragukan lagi. Beliau bisa membumikan ajaran tasawuf sebagai suatu strategi dan pendekatan dalam menyebarkan Islam di Nusantara. Syaikhona Kholil merupakan sufisme Nusantara yang terus-menerus menyebarkan intelektual kultur pesantren yang berlandaskan Ahlussunnah wal Jamaah dengan karakter Nusantara. Karena memang beliau penganut setia Ahlussunnah wal Jamaah yang berpegang teguh kepada al-Qur'an, as-Sunnah, Ijma' dan Qiyas sebagai pedoman dalam melaksanakan ritual keagamaan. Peran dan kepedulian Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan sebagai hamba sufi dalam menyebarkan praktik tasawwud di kehidupan masyarakat dan pesantren merupakan bukti nyata akan pentingnya pengamalan ajaran Islam yang sesuai dengan dasar-dasar Islam yang murni. Atas dasar ini proses penyebaran Islam yang bercorak Nusantara yang diperankan Syaikhona Kholil lebih sering menjalankan praktik keagamaan yang bersifat fi'li (perbuatan), daripada qauly (perkataannya). Mahaguru Ulama Syaikhona Muhammad Kholil merupakan sosok yang tidak hanya sebagai guru, tetapi juga sekaligus pencetak kader para guru. Pernyatan ini terbukti dari munculnya ulama-ulama di Nusantara yang mampu menjadi pendiri pesantren besar di Jawa dan Madura. Sebagian besar pendiri pesantren di banyak daerah di Indonesia mempunyai sanad (silsilah pertalian) keilmuan dengan Syaikhona Kholil. Hal itu menjadi bukti nyata akan kharisma Beliau dalam menyebarkan dakwah Islam. Beberapa murid yang berhasil menjadi ulama besar karena berguru pada Syaikhona Kholil antara lain: Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari (Ponpes Tebuireng Jombang), KH Wahab Hasbullah (pendidi pondok pesantren Tambakberas Jombang); KH Bisri Syansuri (Ponpes Denanyar Jombang), KH As'ad Syamsul Arifin (Ponpes Sukorejo Situbondo), Kiai Hasan (Genggong Probolinggo), Kiai Munawir (Krapyak Jogjakarta), Cholil Harun (Rembang), Kiai Zaini Mun'im (Paiton Probolinggo); Kiai Ahmad Shiddiq (Jember), Kiai Usymuni (Sumenep), Kiai Abi Sujak (Sumenep), Kiai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kiai Abdul Karim (Lirboyo Kediri), Kiai Romli Tamim (Rejoso Jombang), Kiai Abdul Majid (Bata-Bata Pamekasan), dan masih banyak lagi. Dengan kata lain, sebagian besar ulama yang masih hidup sekarang ini masih mempunyai sanad sampai ke Syaikhona Kholil. Syaikhona Kholil adalah sosok guru yang memikirkan keberlangsungan eksistensi ilmu untuk masa yang akan datang. Oleh sebab itu, Syaikhona Kholil mengkader sosok penggantinya. Sebagaimana diceritakan, Syaikhona Kholil menghadiri proses pembelajaran yang dipimpin oleh Kiai Hasyim Asy'ari yang notabene adalah murid beliau sendiri. Hal itu menandakan bahwa Syaikhona Kholil mempunyai kepedulian yang besar terhadap keberlanjutan ilmu dan pengetahuan dalam Islam. Dalam buku biografi Syaikhona Kholil, Syaikh Yasin mengatakan, ada sekitar setengah juta jiwa orang yang pernah nyantri pada Syaikhona Kholil, dan sekitar tiga ribu dari mereka berhasil menjadi tokoh-tokoh penting di daerahnya masing-masing. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa Syaikhona adalah pencetak para tokoh dan kader guru dan pemimpin di seantero Nusantara. Peran Syaikhona Kholil, terutama yang ada di kawasan pesantren memang sangat masyhur dan tidak diragukan lagi hingga saat ini. Beberapa peninggalan dan warisan warisan monumental yang ditorehkan oleh Syaikhona Kholil bagi Nusantara ini khususnya di dunia pesantren tidak akan pupus ditelan masa. Karena Syaikhona Kholil merupakan ulama asal Madura yang menjadi panutan, maha guru dan menjadi gen lahirnya kader-kader ulama Nusantara terbaik yang kemudian kader-kader itu menjadi pimpinan-pimpinan pondok pesantren se-Nusantara. Menurut Ketua Umum PBNU Kiai Said Aqil Siraj, sosok Syaikhona Kholil Bangkalan bisa disebut mahaguru dan ikon perkembangan pesantren di Tanah Jawa dan Madura. Statement ini bisa dibuktikan dengan menjamurnya para santri dan murid-murid beliau yang menjadi pengasuh pesantren dan tokoh penting termasuk juga berdirinya organisasi terbesar Islam di Nusantara (NU), yang mayoritas dirintis oleh santri-santri beliau. Peran besar Syaikhona Kholil dalam merintis dan melestarikan pesantren adalah bukti konkrit akan keterlibatan Beliau dalam menyebarkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Kontribusi yang dilakukan Syaikhona Kholil melalui jalur pendidikan pesantren, utamanya keberhasilannya dalam mencetak kader ulama besar yang berkualitas, menunjukkan bahwa Syaikhona Kholil adalah ulama yang istiqomah dalam menyuburkan tasawuf Ahlusswunnah wal Jamaah yang menjadi pijakan dunia pesantren sehingga tetap berada di jalur bingkai syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat. Tim TP2GD Kabupaten Bangkalan dalam sidang tanggal 25 Januari 2021 sepakat usulan Syaikhona Muhammad Kholil sebagai calon Pahlawan Nasional dilanjutkan ke Gubernur Jawa Timur untuk diproses lebih lanjut ke Kementerian Sosial RI. Gubernur Khofifah Indar Parawansa sendiri berjanji membantu proses pengusulan Syaikhona Kholil untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. (Selesai) *** Penulis wartawan senior FNN.co.id
Legalisasi Miras: Apa Kabar Kiyai Ma'ruf Amin?
by Asyari Usman Medan, FNN - Berdasarkan Perpres 10/2021, boleh jadi Indonesia akan menjadi produsen besar minuman keras (miras). Mengerikan sekali. Siapa saja boleh membuat dan menjual miras di empat provinsi: Bali, NTT, Sulawesi Utara, dan Papua. Langsung terbayang wajah Kiyai Ma’ruf Amin yang bersemayam di istana wakil presiden. Apa kabar, Pak Kiyai? Beliau tahu apa tidak tentang Perpres Miras ini? Mungkin saja tidak tahu. Atau, mungkin juga beliau memilih diam saja. Karena diam sama dengan emas. Semua orang paham. Pak Kiyai tak akan mampu berbuat apa-apa. Beliau hanya bisa tertegun. Kiyai Ma’ruf jelas-jelas dilecehkan oleh Perpres Miras itu. Sekarang, kita tanya langsung ke Pak Kiyai: setuju atau tidak dengan Perpres yang akan menjadikan Indonesia sebagai produsen dan pengecer miras? Sementara menunggu jawaban, kita teruskan lagi. Sangat mengherankan, hampir tidak ada suara penolakan di DPR. Tak habis pikir, apakah para anggota dewan yang terhormat sudah kehilangan akal sehat semua? Apakah mereka sudah mabuk duluan? Penolakan hanya disuarakan oleh Fraksi PKS. Kalau tak didukung fraksi-fraksi lain, PKS saja tidak cukup kuat untuk melawan Perpres berbahaya ini. Sekarang, kelihatannya masyarakat sipil-lah benteng terakhir untuk melawan Perpres Miras itu. Kelihatannya tidak realistis mengharapkan Kiyai Ma’ruf Amin dan DPR. Kita anggap saja Pak Kiyai sedang mengatur strategi. Sedang konsolidasi. Atau sedang membangun kekuatan yang mampu menghadapi skenario jahat yang bertujuan merusak umat. Para pimpinan partai politik pun sama saja. Tak bisa diharap. Semua mereka membebek. Di bawah telunjuk para penguasa dan oligarkhi.[] Penulis adalah Wartawan Senior FNN.co.id.
Jangan Sampai Zuhairi Misrawi Menjadi Dubes di Arab Saudi
By Asyari Usman Medan, FNN - Ada yang kenal dengan Zuhairi Misrawi? Terus terang, baru tahu orang ini ketika teman penulis, M Rizal Fadillah, menurunkan tulisan yang mengingatkan Presiden Jokowi agar tidak mengirim Zuhiari ke Arab Saudi untuk menjadi duta besar (Dubes). Zuhairi adalah orang Madura kelahiran Sumenep, berusia 44 tahun. Di kalangan NU, dia disebut sebagai intelektual muda. Pak Jokowi tentu tidak punya waktu untuk mempelajari secara detail setiap orang yang akan ditunjuk untuk posisi-posisi penting. Dubes di Saudi adalah salah satu posisi penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu yang sangat vital di lingkungan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Sebab, Saudi adalah tempat yang setiap tahun dikunjung oleh jutaan orang Indonesia. Jemaah haji saja ada sekitar 220,000 orang per tahun. Jemaah umrah bahkan bisa mencapai satu juta lebih pertahun sebelum wabah Covid-19. Selain itu, ada ratusan ribu tenaga kerja Indonesia (TKI) di Saudi. Dan juga banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di Madinah. Jadi, ada empat urusan penting dengan pihak Saudi. Yaitu, kunjungan jemaah haji, jemaah umrah, TKI, dan mahasiswa. Untuk keempat urusan ini, Dubes RI untuk Saudi adalah orang nomor satu yang memikul tanggung jawab. Baik itu tanggung jawab spiritual maupun tanggung jawab administratif. Zuhairi Misrawi jelas bukan orang yang tepat untuk posisi Dubes di Saudi. Dia pernah menyebut umrah sebagai akal-akalan (konspriasi) Saudi untuk mendapatkan devisa. Dia mengatakan pula bahwa umrah adalah ziarah yang mahal. Cukuplah ziarah kubur saja, menurut Zuhairi. Patut disangka bahwa Zuhairi tidak senang dengan berbagai pelaksanaan syariat Islam yang terkait dengan Arab Saudi. Kalau dia jadi diangkat sebagai Dubes di sana, dikhawatirkan dia akan menghadapi masalah dalam mengurusi umat yang pergi ke Saudi untuk empat tujuan seperti disebut tadi. Dubes RI di Saudi harus intensif melakukan diplomasi kuota haji dan umrah. Juga harus aktif meleyani TKI dan mahasiswa yang khususnya kuliah di Madinah. Kalau Zuhairi ditempatkan di sana, sangat dikhawatirkan dia tak akan mampu merundingkan kepentingan haji, umrah dan kemahasiswaan. Sebagai salah seorang cenderung sejalan dengan Jaringan Islam Liberal (JIL), pandangan-pandangan Zuhari tentang kemazhaban dan syariat Islam banyak yang tidak bisa diterima oleh umat. Dalam konteks bercanda atau tidak, dia pernah mengatakan bahwa dirinya 99% Ahmadiyah. Zuhairi pernah pula mengutarakan preferensinya agar suatu saat nanti orang Syiah diangkat menjadi menteri agama. Padahal, Zuhairi pastilah sangat paham bahwa masalah Syiah sangat sensitif di kalangan umat Islam Indonesia yang mayoritas mengikuti ‘ahlussunnah wal jamaah’. Dari berbagai foto jejek digital, Zuhairi Misrawi pernah menghadiri acara Syiah di Iran. Salah satu foto menunjukkan bahwa dia dan mendiang Jalaluddin Rahmat (pentolah Syiah Indonesia) berada di ruang besar acara pertemuan Syiah di Iran. Zuhairi adalah politisi PDIP. Beberapa kali pernah menjadi caleg partai yang pernah berusaha mengganti Pancasila dengan Eka Sila alias ‘gotong royong’ itu. Dilihat dari habitat politiknya, publik bisa memahami bahwa Zuhairi merasa lebih nyaman berada di lingkungan yang tidak menyukai Ketuhanan Yang Maha Esa (KYME). Yang otomatis tidak menyukai umat Islam. Perlu disampaikan kepada Presiden Jokowi dan Menlu Retno Marsudi bahwa Zuhairi Misrawi sangat berpotensi menjadi sumber konflik kalau dia ditugaskan sebagai Dubes di Arab Saudi.[] (Penulis wartawan senior FNN.co.id)
Begitu Abu Janda Terjepit, UU ITE Pun Dilunakkan
by Asyari Usman Medan, FNN - Menarik sekali melanjutkan analisis teman saya, Arief Budiman, di Coffee Break FNN, kemarin. Bahwa UU ITE boleh jadi dievaluasi karena kasus “Islam Arogan” Permadi Arya alias Abu Janda bisa menjebloskan dia ke penjara. Artinya, seluruh penyelenggara negara ini mencarikan jalan untuk menyelamatkan Abu Janda. Kalau dipikir-pikir, ada benarnya. Sebab, penistaan terhadap Islam oleh Abu Janda dengan mengatakan agama Islam itu arogan, tidak bisa diolah lagi agar tidak menjadi pidana penistaan. Abu Janda asli terperosok. Ibarat tupai yang sangat pandai melompat, sekali ini si Abu terjatuh. Dalam kasus “Islam Arogan”, si Abu tak bisa mengelak. Dari arah mana pun penistaan itu dilihat, Abu Janda kena laras hukum penistaan agama. Semua pihak mencela cuitan si Abu. Para kiyai NU saja, yang dianggap si Abu tidak masalah, justru mengutuk pegiat media sosial yang merangkap buzzer itu. MUI juga mengecam. Begitu pula sejumlah ormas keagamaan dan ormas-ormas nasionalis. Dalam cuitan Twitter 25 Januari 2021, Abu Janda lewat akun @permadiaktivis1, mengatakan: “Yang arogan di Indonesia itu adalah Islam, sebagai agama pendatang dari Arab, kepada budaya asli kearifan lokal. Haram-haramkan ritual sedekah laut, sampe kebaya diharamkan dengan alasan aurat.” Begitu lebih-kurang cuitan si Abu. Dia mengatakan, Islam Arogan itu tidak dimaksudkannya sebagai Islam secara keseluruhan. Hanya ditujukan kepada Tengku Zulkarnaen dan Salafi-Wahabi. Tetapi, kalau dibaca isi cuitan tidak ada lain dia memang mengatakan Islam agama arogan. Apalagi kalau cuitan ini diletakkan dalam konteks sikap, tulisan, komentar, dan lakon-lakon ejekan si Abu terhadap hal-hal yang terkait dengan Islam. Bisakah dipercaya bahwa Abu Janda mengarahkan “Islam Arogan” itu hanya kepada aliran Salafi-Wahabi dan Tengku Zulkarnaen? Tampaknya, sulit dipercaya. Sebab, tak berapa lama sebelum cuitan “Islam arogan”, Permadi Arya mencuitkan kalimat rasis kepada Natalius Pigai –mantan komisioner Komnas HAM. Begini bunyi cuitan Twitter itu: “Kau @NataliusPigai2, apa kapasitas kau? sudah selesai evolusi belom kau?” Nah, kepada Pak Pigai saja si Abu sangat, sangat kasar. Rasis pula. Padahal, Pigai berasal dari latarbelakang yang biasanya dibela si Abu. Apalagi terhadap Islam yang memang tidak disukai oleh Abu Janda. Saya yakin dia mengatakan Islam agama arogan itu bukan ditujukan ke Salafi-Wahabi, tetapi kepada Islam seluruhnya. Cuitan ini juga membukakan pintu penjara bagi Abu Janda. Tetapi, karena dia buzzer yang dilindungi, semua penguasa seiya-sekata mengusahakan jalan keluar untuk si Abu. Jadi, perubahan dalam menerapkan UU ITE yang diberlakukan oleh Kapolri baru Jenderal Listyo Sigit Prabowo “kebetulan” sekali menguntungkan Abu Janda. Dia tak akan ditahan karena sudah meminta maaf kepada warga NU dan Muhammadiyah. Setelah meminta maaf, sesuai panduan Kapolri tentang penggunaan UU ITE, terlapor yang dijadikan tersangka tidak lagi ditahan. Selamatlah Abu Janda. Dia tetap selalu kebal hukum.[] Penulis adalah Wartawan Senior FNN.co.id.
The New Istiqlal
by Imam Shamsi Ali Makasar FNN - Hari Ahad kemarin, 22 Februari 2021 masjid Istiqlal melangsungkan hari jadi atau Miladnya yang ke 43. Acara itu dihadiri oleh Wakil Presiden (Wapres) KH. Ma’ruf Amin dan beberapa Menteri Kabinet Indonesia Maju. Ada juga pejabat tinggi negara lainnya, serta perwakilan-perwakilan negara sahabat termasuk Akting Dubes Amerika Serikat. Saya sendiri secara pribadi diundang melalui telpon langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA. Sayang sekali saya tidak bisa hadir karena terlebih dahulu terikat oleh beberapa jadwal di Makassar, Sulawesi Selatan. Namun Jumat lalu saya menyempatkan hadir Jumatan di Istiqlal sekaligus menjadi narasumber pada pelatihan peningkatan SDM Rohis/Bintal TNI. Masjid Istiqlal memang sangat membanggakan bangsa Indonesia. Selain karena bersejarah, juga merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Masjid ini tentu juga dikenal sebagai masjid negara. Dan karenanya untuk pertama kalinya, pengangkatan Imam Besar dan seluruh jajaran struktur kepengurusannya melalui Surat Keputusan Presiden RI. Kali ini Istiqlal memang sedang berbenah. Saya yakin bahwa semua ini tidak lepas dari kelihaian Imam Besar, Guru dan Kakak saya, Professor Nas. Kelihaian itu tidak saja secara substansi keilmuan karena beliau memang seorang guru besar dalam ilmu agama. Professor Nas juga dalam hal profesionalitas menejemen yang beliau miliki. Ditambah lagi keluasan dan keluwesan beliau dalam membangun komunikasi dan relasi dengan semua pihak, baik dengan pemerintah maupun masyarakat luas, bahkan dengan non Muslim sekalipun. Kini Istiqlal semakin berbenah. Tentu saya tidak ingin memakai kata sempurna. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah, sang Khaliq. Tetapi masjid Istiqlal semakin membaik, maju dan berkembang baik secara fisik maupun secara substansi (program dan kegiatan). Secara fisik, dalam sejarahnya baru kali ini masjid Istiqlal mendapat perhatian penuh dari pemerintah dan semua masyarakat luas untuk direnovasi secara besar-besaran. Dan itu dapat disaksikan secara dekat di saat mengunjungi masjid Istiqlal. Salah satu hal yang unik di masjid Istiqlal saat ini adalah penyinarannya dengan memakai sistem solar (matahari). Selain itu masjid Istiqlal memperbaiki segala fasilitasnya secara profesional, termasuk ruang-ruang sekolah/perkuliahan yang semakin indah. Bahkan mungkin yang juga unik, khususnya di Indonesia, adalah dihadirkannya tempat olah raga atau Gym yang modern. Nggak itu karena masjid Istiqlal memiliki wawasan membangun manusia seutuhnya. Sehat secara spiritual, intelektual, dan juga secara fisikal. Tetapi dari semua itu yang paling menggembirakan adalah bahwa visi masjid Istiqlal tidak lagi bahwa masyarakat itu harus memberdayakan masjid. Saat ini justeru minimal harus ada perhatian timbal balik. Sehingga yang berkembang dan kuat bukan masjidnya saja. Namun juga masyarakat atau jamaah masjid tersebut. Perberdayaan masjid sebagai pusat pemberdayaan masyarakat ini terlihat dalam inisiasi berbagai program yang, menurut saya pribadi, sangat maju dan inovatif. Saat ini ada 41 bentuk program yang dicanangkan oleh masjid Istiqlal. Dan bersamaan dengan hari Miladnya yang ke 43 program-program tersebut diluncurkan secara resmi oleh Wakil Presiden RI. Saya tidak akan menyebutkan kesemua 41 program itu. Semuanya dapat diakses melalui website masjid Istiqlal saat ini. Saya hanya akan menyebut tiga hal yang menurut saya sangat relevan dan diperlukan. Pertama, terbentuknya Majelis Mudzakarah masjid Istiqlal yang beranggotakan 20 orang dan diketuai oleh Ahli Tafsir dan Ulama Indonesia, Prof. Dr. Quraish Shihab. Saya sendiri dimasukkan sebagai salah seorang anggota di Majelis tersebut. Dengan terbentuknya Majelis Mudzakarah ini, masjid Istiqlal kemudian meluncurkan program pengkaderan ulama yang secara akademik setingkat S2 dan S3. Program ini dikerjasamakan dengan Institute Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran Jakarta. Kedua, sebagai bagian dari pengkaderan Ulama tadi, masjid Istiqlal secara khusus melakukan pengkaderan Ulama wanita. Bagi saya pribadi hal ini sangat penting dan inovatif, bahkan sesungguhnya sangat diperlukan untuk tujuan-tujuan multidimensi yang sangat penting. Pengkaderan Ulama perempuan akan menjawab berbagai tuduhan bahwa Islam itu diskriminatif kepada wanita, khususnya dalam Kajian keagamaan. Dan tentuny lebih khusus lagi bahwa wanita akan memiliki akses besar dalam penafsiran-penafsiran yang selama ini diakui atau tidak memang “masculine dominant” (didominasi oleh Ulama pria). Setahu saya belum ada negara Islam yang melakukan hal ini selain Indonesia. Maroko Beberapa waktu lalu mengadakan hal yang sama. Di mana kedudukan mufti juga diperbolehkan untuk diduduki oleh kaum hawa. Hanya saja Indonesia melangkah lebih jauh karena memang program ini adalah mengkader Ulama yang akan berkontribusi secara penuh dalam keilmuan dan pemikiran Islam. Ketiga, masjid Istiqlal ingin menjadi pelapor jaringan masjid-masjid besar dunia. Bagi saya pribadi hal ini sangat penting dan relevan karena memang masanya Indonesia berada di garis depan untuk meraih kepemimpinan di dunia global, khususnya di dunia Islam. Jika hal ini terwujud maka tentu salah satu kegalauan saya sebagai Putra bangsa yang telah lama di luar negeri akan terjawab. Saya adalah putra bangsa yang beragama Islam yang telah lama mengimpikan peranan global Umat Islam Indonesia. Semoga masjid Istiqlal ke depan dapat bekerjasama dengan Nusantara Foundation dan Pesantren Nur Inka Nusantara Madani untuk memainkan peranan global itu. Insya Allah. “Selamat kepada Masjid Istiqlal di hari jadi yang ke 43. Dan selamat sebagai The New Istiqlal”. Penulis adalah Presiden Nusantara Foundation/Pesantren Nusantara Madani USA.