ALL CATEGORY
Waspada Pemaksaan Agenda Satu Putaran Pilpres
Oleh Dr. Anton Permana, S.IP.,MH | Direktur Tanhana Dharma Magrva (TDM) Institute. POLARISASI pemilih dalam Pilpres saat ini cukup rumit dan unik. Karena adanya tiga pasang kandidat yang terbentuk dari zig-zag garis politik yang terjadi satu dekade terakhir. Prabowo yang sebelumnya rival Joko Widodo, saat ini berpasangan dengan Gibran anak kandungnya Joko Widodo. Begitu juga dengan Ganjar Pranowo yang dicalonkan PDIP bersama Mahfud MD, adalah calon yang sebelumnya satu barisan bersama Joko Widodo sebagai kelompok pemerintah. Namun, saat ini Ganjar-Jokowi harus berseberangan dalam Pilpres. Bahkan Mahfud MD, pada Pilpres sebelumnya tahun 2014 adalah ketua tim suksesnya Prabowo. Begitu juga dengan pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin (Muhaimin Iskandar), yang sebelum jadi Gubernur DKI Jakarta juga adalah salah satu Menterinya Joko Widodo dan Cak Imin juga sebagai partai pendukung Joko Widodo dalam dua periode Pilpres. Cuma yang membedakannya dari tiga pasang kandidat ini adalah orientasinya saja. Ada yang pro status quo, ada yang membawa issue pro perubahan. Begitu juga dalam hal segmentasi psikografi politik. AMIN cenderung representasi kelompok kanan, Gemoy dari kelompok tengah, dan GAMA dari representasi kelompok kiri. Meskipun, batas antara segmentasi tersebut juga tidak terlalu ekstrim, kecuali antara kelompok kiri luar dari GAMA dan Kanan luarnya AMIN. Justru, kelompok tengahnya Gemoy yang akan jadi medan tempur perebutan suara pemilih. Karena meskipun secara quantitas, kelompok tengah ini paling besar dan dominan tetapi juga paling labil dan cair. Yaitu kelompok mereka yang berasal dari kalangan nasionalis borjuis, grass root, dan abangan. Artinya, secara kualitatif kita hampir dapat memastikan, kekuatan masing basis massa dan deposit pemilih ketiganya boleh dikatakan seimbang. AMIN dengan basis massa kanannya yang militan dan original mewakili symbol perlawanan kelompok Islam yang mayoritas di negeri ini, Gemoy sebagai kubu pemerintah yang mempunyai kekuatan logistik, infrastruktur kekuasaan dan basis massa tiga figur besar seperti Joko Widodo, SBY, dan sisa-sisa pendukung Prabowo pasca Pilpres 2019, lalu GAMA yang sudah 9 tahun ini melalui PDIP telah membangun secara massive jaringan politik sampai ke pedesaan yang solid dan juga militan. Ditambah figur Mahfud MD, figur tokoh Nahdlatul Ulama asal Madura yang juga secara jabatan politik mempunyai track record lengkap baik sebagai lejabat legislatif, yudikatif (ketua MK), dan Eksekutiif (pernah jadi MenHan dan sekarang Menkopolhukam). Jadi akan sangat “naif” sekali apabila ada pihak yang begitu ngotot seakan yakin bisa menang satu putaran di Pilpres nanti. Kalau itu hanya sebagai “psywar” wajar saja terjadi dalam dunia politik. Namun yang mesti diwaspadai adalah, kalau hal itu digunakan untuk membangun opini, justifikasi, dan legitimasi abortif. Agar memberikan daya efect sugesti kepada publik bahwa hal itu benar. Kesimpulannya adalah ada beberapa hal yang mesti diwaspadai secara bersama. Pertama, dari sudut teori manapun, tak akan mungkin Pilpres 2024 ini menjadi satu putaran. Mari kita jujur, transparan dan gentleman. Makanya mohon maaf, dalam tulisan ini sengaja tidak dimasukkan data quantitatif hasil survey-survey dari lembaga survey manapun. Karena di mata masyarakat, era lembaga survey ini sudah tamat. Publik sudah tahu, bahwa hasil-hasil survey yang marak selama ini sangat jauh dari fakta kebenaran ilmiah, objektif dan bertanggung jawab. Hasil survey saat ini, lebih banyak menjadi alat propaganda dan instrumentasi membangun opini kepentingan kelompok tertentu. Kedua, kita pasti sudah paham bahwasanya dengan statement Presiden akan ikut cawe-cawe dalam Pilpres lalu dilanjutkan dengan lahirnya Cawapres Gibran yang mengangkangi kehormatan Mahkamah Konstitusi, sudah cukup jelas dan tegas bagi kita semua bahwa, tak akan mungkin seorang Joko Widodo akan “fair” dalam Pilpres nanti. Karena aroma Politik Dinasti dan upaya penghalalan segala cara untuk kemenangan pasangan Gemoy pasti sudah disiapkan. Ketiga, prosesi Pilpres dan Pemilu saat ini adalah ibarat pertarungan antara kelompok Pro Demokrasi dan kelompok Pro otokrasi. Yang kelompok pro demokrasi adalah dari kelompok yang menginginkan adanya perubahan dan penolakan keras atas upaya politik dinasti yang dipaksakan melalui MK, versus kelompok otokrasi yang berasal dari kelompok yang ingin “memaksakan kehendak” untuk kelompoknya terus berkuasa tak peduli moral, konstitusi dan “etika ndasmu”. Tanda-tanda upaya untuk melakukan kecurangan ini juga harus dilawan secara massive, serentak dan terbuka oleh masyarakat. Rakyat tidak boleh berdiam diri. Karena ini juga adalah pertaruhan masa depan bangsa negara dan anak cucu kita semua. Pemaksaan kehendak politik dinasti berbau otoritarianisme, sangat merusak dan menghancurkan sendi-sendi demokrasi kita yang seharusnya sudah tumbuh dengan sangat baik. Hari ini diluluhlantakkan oleh ambisi satu keluarga dan kelompok politiknya. Rakyat dan seluruh elemen harus bangkit. Sebuah konspirasi hanya bisa di lawan dengan “people power. Caranya ?? Masyarakat dapat menggunakan HP dan jaringan sosial media sebagai senjata ampuh dalam membongkar dan memviralkan setiap kejadian-kejadian kecurangan, penggalangan, provokasi, yang dilakukan oleh kelompok penguasa hari ini. Istilah: “No Viral, No Justice” adalah salah satu senjata perlawanan semesta dari seluruh rakyat Indonesia untuk melawan setiap upaya kecurangan dalam Pemilu dan Pilpres nanti. Kalau perlu, adakan sayembara: siapa yang berani dan menemukan kecurangan lalu di -upload ke media massa, maka akan diberikan hadiah apresiasi bisa berupa uang dan bentuk lainnya. Agar seluruh rakyat Indonesia semakin termotivasi untuk membongkar setiap menemukan kejahatan dalam proses Pemilu-Pilpres. Sosialisasikan seyembara ini secara massive di tengah masyarakat baik online dan offline berupa spanduk dan banner. Kita ciptakan seolah mata rakyat siap mempelototi setiap upaya kecurangan dan kejahatan dalam Pemilu. Kalau ini bisa kompak terjadi ? Saya yakin pihak TNI/POLRI pun akan berada bersama rakyat. Meskipun beberapa pimpinannya disinyalir dekat dengan kekuasaan. Karena hanya dengan cara itu kita semua bisa melakukan perlawanan, terhadap kekuasaan yang sudah begitu sewenang-wenang menggunakan infrastruktur kekuasaan dalam mewujudkan kepentingannya. Dan ini sangatlah berbahaya kalau kita semua masih tetap diam. Maka jawaban terakhirnya itu adalah ; Pemilu Curang, Lawan ! Bangkit atau Punah ! Jakarta, 20 Desember 2023
Partai Ummat Sesalkan Penistaan Agama yang Dilakukan Mendag Zulkifli Hasan
Jakarta, FNN – Partai Ummat menyesalkan dan mengecam sikap tidak hormat Menteri Perdagangan Zukifli Hasan yang menjadikan rukun, bacaan dan gerakan shalat sebagai lelucon murahan demi mendukung salah satu capres. “Di tengah suasana menjelang perhelatan demokrasi 2024, seharusnya semua pihak ikut menjaga ketenteraman di tengah masyarakat. Tetapi justru sebaliknya, salah satu menteri dan juga sekaligus ketua partai politik melakukan penistaan agama yang sangat potensial berakibat pidana,” kata Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi, Rabu (20/12/2023). Ridho mengatakan gerakan shalat dan rukunnya merupakan hal yang suci dan harus diterima apa adanya karena itu perintah dari Allah SWT yang diturunkan melalui Rasulullah SAW, karenanya tidak bisa dijadikan bahan lelucon, apalagi kalau hanya untuk mendukung salah satu capres. “Jadi kita bisa menyimak lewat potongan video yang viral itu bahwa saudara Zulkifli Hasan dengan sadar dan sengaja membuat olok-olok terhadap shalat yang dimuliakan di dalam Islam. Partai Ummat sebagai partai Islam sangat menyayangkan ini terjadi,” kata Ridho. Dalam potongan video yang beredar luas itu Zulkifli Hasan mengatakan sekarang ada sekelompok orang yang tidak lagi mengucapkan kata “amin” setelah surat al-Fatihah dibacakan imam karena menghindar untuk mendukung salah satu capres. Tidak cuma itu, kata Zulkifli Hasan, orang-orang tersebut juga tidak lagi menggunakan satu telunjuk ketika membaca syahadat pada waktu tahiyat, melainkan menggunakan dua jari demi menunjukkan kecintaannya kepada capres Prabowo. “Maaf, yang dikatakan Zukifli Hasan sama sekali tidak lucu karena yang dijadikan bahan lelucon adalah sesuatu yang suci bagi umat Islam. Kita shalat minimal lima kali sehari untuk menginternalisasi pesan suci dari Allah SWT. Sekali lagi, maaf, shalat, bacaan dan gerakannya tidak bisa dijadikan bahan lelucon,” tandas Ridho. Ridho menantang Zulkifli Hasan untuk mengungkapkan kejadian yang diceritakan tersebut terjadi di mana, kapan dan siapa yang melakukannya. Ridho khawatir cerita Zulkifli tersebut cuma karangan dia sendiri untuk menarik hati capres yang didukung. “Masyarakat sangat ragu dengan cerita Zulkifli Hasan tersebut. Kita khawatir apa yang diceritakannya itu cuma fiksi alias cerita karangan dia sendiri. Seanti-antinya orang kepada suatu orang atau pihak, itu tidak akan membuatnya mengganti satu telunjuk dengan dua jari waktu tahiyat,” kata Ridho. Menyikapi dugaan penistaan yang dilakukan oleh Zukifli Hasan, Ridho menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk bersikap tenang dan menempuh jalur hukum dan mempercayakan penyelesaian kasus ini ke penegak hukum. “Insya Allah kita percayakan ini ke penegak hukum. Para penegak hukum kita masih banyak yang shalat minimal lima kali sehari, yang mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Saya kira mereka masih punya hati nurani karena mereka masih orang Islam juga,” pungkas Ridho. ***
Fahri Hamzah: Agenda Umat Islam di 2024 adalah Menang
JAKARTA | FNN - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengatakan, agenda umat Islam pada 14 Februari 2024 mendatang, pertama adalah bersatu dan kedua menang. \"Kita harus mengkonsolidasi kekuatan umat, untuk kembali menyadari bahwa agenda terpenting adalah bersatu dan menang. Jangan ikut agenda orang lain,\" kata Fahri Hamzah dalam keterangannya, Rabu (20/12/2023). Hal itu disampaikan Fahri Hamzah saat Bincang Keumatan dengan tokoh se-Kabupaten Bekasi, Karawang dan Purwakarta di Hotel Hotel Holiday Inn, Jababeka, Cikarang Utara, Sabtu (16/12/2023) lalu. Menurut Fahri Hamzah, agenda keumatan dan agenda kebangsaan adalah sama, yakni bersatu dan menang. Sehingga ia meminta kelompok ekstrem kanan dan eskstrem kini bersatu di tengah. \"Agenda umat itu, adalah bayi yang lahir jangan kurang gizi, anak-anak bersekolah gratis sampai kuliah. Lalu, militer kita kuat dan negara kita kuat,\" katanya. Jika militer dan negara Indonesia kuat, maka kata Fahri, Indonesia harus menjadi superpower baru agar bisa duduk sebagai anggota tetap Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang memiliki hak veto. \"Ini kita perlukan untuk menghajar kezaliman kepada umat di seluruh dunia. Kita bisa bantu Rohingya, kita bisa bantu Palestina. Kalau sekarang cuma protes itu, iya bagus. Tapi itu selemah-lemahnya iman,\" katanya. Sehingga Pemilu 2024, lanjut Fahri, harus menjadi pintu masuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa maju secara militer dan negara kuat secara ekonomi melalui agenda keumatan dan kebangsaan tersebut. \"Kita harus luruskan pemahaman ini dan terjun ke basis-basis umat, bahwa agenda kita itu harus bersatu dan menang, bukan ikut agenda orang lain,\" ujarnya. Dengan bantuan gizi ibu hamil, sekolah dan kuliah gratis, menurut Fahri, generasi Indonesia akan memiliki otak kuat untuk memikirkan strategi-strategi yang rumit. \"Sedangkan untuk ekonomi rakyat, kita akan mengucurkan anggaran Rp 400-500 triliun yang ekonominya berbasis kepada kegiatan ekonomi rakyat,\" katanya. Fahri mengkritik ada partai yang tiba-tiba mengaku sebagai partai umat dan mengkonsolidasikan kekuatan umat Islam. \"Gara-gara partai ini, Partai Gelora tidak jadi partainya umat. Padahal Partai Gelora, ketua umumnya mengerti Al-Qur\'an, mengerti hadist, seorang ulama dan alumni pesantren. Kok ada partai yang ngusung calon presiden dari kanan, tiba-tiba ngaku-ngaku jadi partainya umat,\" katanya. Fahri menegaskan, agenda keumatan tidak bisa diserahkan kepada partai tersebut. Karena partai itu, tidak mengerti dan serius untuk memperjuangkan kepentingan umat Islam. Ia menilai umat Islam hanya dijadikan kendaraan politik partai tersebut. \"Saya ingin sampaikan supaya ini clear, karena umat sedang dikomporin orang-orang tertentu. Masa Viktor Laiskodat umat, Johnny G Plate umat, sejak kapan jadi umat. Agenda keumatan itu, tidak bisa diserahkan kepada orang-orang yang tidak pernah serius,\" tegasnya. Fahri mengungkapkan, Prabowo Subianto sejak zaman Orde Baru (Orba) telah membela umat Islam. Yakni dengan mendorong adanya dialog antara sipil dan militer melalui yayasan, serta lembaga studi yang dibentuk. \"Sampai-sampai Pak Prabowo punya panggilan di sekitar teman-temannya dengan panggilan Umar. Karena dia diberi gelar sebagai Umar Bin Khattab, berani membela mereka yang didzalimi,\" katanya. Karena memiliki kedekatan dengan umat Islam ini, kata Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019, Prabowo sengaja dikorbankan ketika Orde Baru runtuh, karena dianggap memiliki agenda lain, yakni memperjuangkan eksistensi umat Islam. \"Jadi Pak Prabowo ini dianggap punya agenda lain, membuka diri dengan kalangan umat. Sikap Prabowo ini didukung Pak Harto (Presiden Suharto). Makanya Pak Harto berubah, pakai nama Haji Muhammad Soeharto, dan kemudian merestui pendirian ICMI yang diketuai Professor BJ Habibie, serta mendirikan Bank Muamalat Indonesia,\" ungkapnya. Jadi, menurutnya, kejatuhan Soeharto juga dipicu adanya perubahan sikap penguasa Orba itu yang dianggap membuka diri dengan kalangan umat Islam. Hal itu tidak disukai oleh kelompok tertentu ketika itu. \"Soeharto merestui usulan Prabowo untuk membuka diri dan dialog kalangan umat Islam. Ini sebenarnya bagus, ada model dialog antara Islam dan militer. Kita sebagai aktivitas gerakan mahasiswa waktu itu, tidak sadar. Dan sekarang kita mulai sadar, diantara sebab-sebab Pak Harto dijatuhkan pastilah ada kaitannya saat dia mulai mengkonsolidasi kekuatan umat,\" jelasnya. Dengan realita tersebut, lanjut Fahri, seharusnya Prabowo menjadi pahlawan bagi umat Islam, karena sejak dari dulu hingga sekarang konsisten dalam memperjuangkan agenda keumatan. \"Jadi kemenangan Prabowo-Gibran nantinya adalah kemenangan umat, kemenangan bangsa dan kemenangan persatuan yang tidak mau melihat umat terpecah belah,\" katanya. \"Tahun 2024, adalah kemenangan Umat Islam yang moderat. Dan rekonsiliasi nasional yang kita rancang pada tahun 2019 akan mencapai kemenangan,\" pungkas Fahri. (Ida)
FPN Desak KPU Sebutkan Nama Parpol Pengepul Dana Haram Triliunan Rupiah untuk Pemilu 2024
Jakarta | FNN - Front Pergerakan Nasional (FPN) mendesak diskulifikasi Peserta Pemilu Yang mendapat sumbangan dana Ilegal.Demikian informasi yang diterima FNN Rabu (19/12/2023) di Jakarta. Informasi dari Pusat Pelapor dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mencatat terdapat transaksi mencurigakan yang masuk ke rekening bendahara Partai Politik. Proses kampanye pemilu 2024 waktunya sangat singkat, sehingga publik harus tahu dari mana asal sumbangan apakah dari pribadi dan korporasi yang bermasalah secara hukum atau tidak. Jangan sampai proses elektoral pemilu 2024 ini dirusak oleh donatur yang bersumber dari dana-dana haram. Oleh karena itu Front Pergerakan Nasional menekankan beberapa hal ; FPN mendesak agar KPU dan Bawaslu membuka kepada publik nama-nama bendahara partai politik penerima sumbangan dana Haram tersebut. FPN mendesak pada penyelenggara proses elektoral (KPU) dan Bawaslu harus mendisiplinkan peserta pemilu terkait penerimaan dana yang digunakan agar sesuai ketentuan perundang-undangan. FPN mendesak KPU dan Bawaslu Memberikan arahan dan hukuman atau sanksi yang jelas kepada mereka yang tidak memiliki komitmen pada proses yang jujur akuntabel dan transparan, agar pemilu berjalan dengan jujur dan adil. FPN mendesak seluruh instansi penegak hukum PPATK telah bersurat kepada KPU, Bawaslu dan GAKUMDU serta penyidik pidana awal harus segera Menyelesaikan temuan dan informasi dari PPATK tersebut karena ini sudah masuk ranah pidana Pemilu. FPN mendesak agar peredaran uang tersebut dihentikan atau dibuat tidak laku di pasar karena berpotensi di gunakan untuk penggalangan suara atau politik uang dalam pemilu 2024, sehingga akan sangat meresahkan dan merusak tatanan demokrasi di setiap tahapan pemilu 2024. FPN mendesak aparat penegak hukum untuk mengamankan Ratusanribu Save Deposit Box (SDB) yang berpotensi digunakan untuk tindakan kampanye baik pemilu dan pemilihan yang berpotensi melanggar peraturan perundang-undangan. Front Pergerakan Nasional sebagai bagian civil society senantiasa mengawal proses demokrasi. FPN berkomitmen menjaga proses agar berada dalam koridor yang benar, sehingga para begal demokrasi tidak bisa merusak demokrasi, kedaulatan rakyat dan penegakan hukum (rule of law). (*)
Ridwan Kamil Doakan Partai Gelora Lolos ke Senayan
JAKARTA | FNN - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menggelar acara ngevlong bareng bersama mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil atau Kang Emil di sebuah kafe di Jalan Braga, Bandung pada Minggu (17/12/2023) malam. Ngevlog bareng bertajuk \'Face to Face Bersama Ridwan Kamil\' ini dilakukan usai keduanya menggelar rapat bersama Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran Jawa Barat dengan jajaran Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Gelora Jabar. Rapat tersebut, membicarakan evaluasi dan pematangan strategi pemenangan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Jawa Barat. Dalam rapat ini, Anis Matta bertindak sebagai Wakil Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran, sementara Ridwan Kamil sebagai Ketua TKD Jabar. Sebelumya, Anis Matta menyempatkan diri menggelar Dialog Keumatan dengan para tokoh dan ulama Jabar bertempat di Gedung Bikasoga, Buah Batu, Bandung. Kehadirannya untuk memastikan umat Islam tidak terpecah belah akibat kontestasi politik 2024. \"Sahabat Gelora, saya sedang berada di Bandung bersama Kang emil di kafe beliau, nama kafenya, Jabarano. Ini kafe baru berdiri dua bulan, tapi ramai betul. Kita sudah duduk lama dan tidak sepi-sepi, penuh terus,\" kata Anis Matta dalam keterangannya, Rabu (20/12/2023). Anis Matta mengatakan, persahabatannya dengan kang Emil sudah terjalin lama sejak tahun 1998. Tidak hanya itu, ketika maju sebagai Wali Kota Bandung beberapa waktu silam, ia juga mendukungnya. Karena itu, pertemuannya dengan Kang Emil saat ini adalah ajang nostalgia. \"Saya pertama kali kenal beliau tahun 1998, kita bertemu di New York ketika saya sedang keliling Amerika, waktu beliau masih kerja di sana. Kemarin waktu beliau maju sebagai Wali Kota pertama kali, saya juga mendukung beliau. Sekarang kita ada di satu barisan yang sama di tim pendukung Pak Prabowo. Jadi sekarang kita ingin nostalgia saja,\" katanya. Kepada Anis Matta, Kang Emil menjelaskan, soal pemberian nama kafenya, yang baru didirikan dua bulan lalu itu, dengan nama Jabarano. Jabarano, kata Kang Emil, artinya Jawa Barat menuju nomor satu sedunia urusan kopi. \"Revolusi datang dari secangkir kopi. Paling enak ngomong politik sambil minum kopi. Makanya saya suka sedih nolakin tamu, karena kafenya ramai terus tidak pernah sepi,\" ungkap Kang Emil. Terlepas dari hal itu, Kang Emil bersyukur sepanjang hidupnya banyak dipertemukan dengan orang-orang hebat yang mewarnai perjalanan bangsa ini, salah satu diantaranya, adalah Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta \"Salah satu orang yang saya kagumi, adalah Ustad Anis Matta. Saya ketemu beliau tahun 1998 saat kerja di New York, Amerika. Di sana, saya juga jadi pengurus DKM, ngurusi majalah, sementara istri saya guru ngaji,\" ujarnya. Kang Emil menilai Anis Matta adalah sosok pemimpin yang konsisten sejak menjadi aktivis 1998 hingga sekarang, tidak pernah berubah dalam pola pikirnya. \"Ustad Anis Matta ini punya pola pikir yang mampu membahasakan sesuatu yang rumit, filosofis ke dalam bahasa yang muda dicerna semua orang. Itulah kelebihan beliau,\" katanya. Alumnus Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) dan College of Environmental Design, University of California yang telah merancang banyak karya bangunan ikonik yang mendunia ini, berharap agar Anis Matta dapat terus memberikan edukasi perjalanan demokrasi di Indonesia kepada masyarakat. \"Perjalanan demokrasi kita ini masih muda, butuh ada pemikiran-pemikiran yang tidak melulu soal politik praktis, tapi refleksi. Dan itu, menurut saya adalah strength (kekuatan)-nya Ustad Anis Matta di situ,\" kata Kang Emil. Karena sekarang berada dalam satu gerbong tim pemenangan Prabowo-Gibran dengan Anis Matta, Kang Emil berharap dapat diberikan kemenangan dalam Pilpres 2024. \"Kami sudah sepakat, kami harus menang terhormat. Kita berlomba-lomba menjual gagasan, misi dan menyerahkan kepada rakyat. Secara matematis, Insya Allah kemenangan ada hilalnya, tapi kita tetap ikhtiar, istiqomah, fastabiqul khairat, serta menunggu takdir Allah SWT , \" katanya. Dalam kesempatan ini, Kang Emil juga mendoakan Partai Gelora lolos ke Senayan, sehingga dapat ikut serta menyempurnakan sistem demokrasi Indonesia lebih baik lagi. \"Saya doakan Ustad Anis Matta dan partainya, Partai Gelora bagian dari perjalanan menyempurnakan sistem bangsa kita, yaitu demokrasi. Siapa tahu dengan kehadiran Partai Gelora, adil dan makmur akan datang lebih cepat,\" pungkasnya mengakhiri. Malam itu, Anis Matta terlihat mengenakan t-shirt abu-abu lengan panjang dikombinasikan rompi berwarna krem, sedangkan Kang Emil mengenakan t-sirt hitam dibalut dengan jas biru tua. Diharapkan persahabatan yang telah terjalin lama, antara Anis Matta dan Ridwan Kamil akan memperkokoh kerjasama dalam memenangkan Prabowo Gibran dan membuka peluang Partai Gelora sebagai partai besar di Jawa Barat khususnya dan Indonesia nantinya. (Ida)
Samsul pun Protes, tapi Tidak Belimbing Sayur
Oleh Ady Amar - Kolumnis Samsul di seantero negeri pun resah-gelisah. Muncul protes keras, baik oleh Samsul yang tinggal di kota maupun yang di pedesaan. Tak senang namanya digunakan dengan dipelesetkan sesukanya. Maka, semua nama yang menggunakan Samsul--bisa Samsul Arifin, Samsul Ma\'arif, Samsul Bahri, Samsul Hadi, dan Samsul lainnya--melakukan protes karena diserupakan seolah lambang kebodohan. Samsul yang bermakna indah: romantis, bersahabat, atau berterima kasih. Dibuat menjadi inisial merujuk pada olok-olok, disebabkan ketakpahaman salah satu calon wakil presiden. Samsul lalu akrab dipelesetkan jadi singkatan Asam Sulfat. Gibran Rakabuming Raka Cawapres dari Prabowo Subianto (Paslon 02), yang dengan yakinnya memberi masukan pada remaja dan ibu muda, dalam suatu perhelatan kampanye. Katanya, jika hamil mesti dipastikan, di antaranya agar mengonsumsi Asam Sulfat yang cukup. Mestinya yang benar mengonsumsi Asam Folat. Tampaknya hafalan Gibran tergolong lemah, maka yang muncul di ingatan Asam Sulfat. Karenanya, Gibran jadi bahan olok-olok tertawaan. Dengan mengonsumsi Asam Sulfat, bisa dipastikan para ibu hamil bukannya sehat, tapi justru sebaliknya bisa menyebabkan kematian. Ngeri. Adalah politisi PDIP Masinton Pasaribu, yang lalu melabelkan nama Gibran itu dengan Samsul, singkatan dari Asam Sulfat. Tentulah itu olok-olok lebih memaknai sebagai stupid. Karenanya, para pemakai nama Samsul protes keras, agar nama yang bermakna baik tidak untuk bahan olok-olok penyebutan yang diserupakan dengan Gibran. Meski hanya dipakai sementara di tahun politik. Protes para Samsul agar nama Gibran tidak dipelesetkan menjadi \"Samsul\". Katanya, \"Silahkan cari singkatan lain untuk Asam Sulfat, tapi tidak dengan nama Samsul\". Meski sekadar dipakai tidak untuk melecehkan, tapi memakai guna mengesankan ada cawapres, dan itu Gibran, yang tak punya kapasitas bicara hal yang tak dikuasainya. Tak cukup mengandalkan hafalan, yang itu sepertinya baru dihafal menjelang tampil, dan yang muncul kesalahan fatal. Berawal oleh pengucapan Masinton, dan lalu menyebar para pihak yang akrab menyebut Gibran dengan sebutan Samsul. Gibran sebenarnya punya juga sebutan lain, yang populer lebih dulu, \"belimbing sayur\". Entah siapa yang mula-mula memberi julukan demikian, dan entah mengapa julukan itu seperti diserupakan dengan Gibran. Tidak paham mengapa Gibran lantas dipantaskan disebut dengan belimbing sayur. Belimbing sayur tentu takkan protes jika diserupakan dengan Gibran, yang tampaknya pun tak keberatan dengan julukan yang disandingkan untuknya itu. Sampai sekarang dia membiarkan saja julukan itu. Tidaklah jelas julukan itu membuatnya suka atau justru sebaliknya. Tapi satu hal yang pasti, belimbing sayur tak membuat protes keberatan. Tidak seperti para Samsul berkeberatan. Protes para Samsul yang namanya dipakai singkatan Asam Sulfat, dan itu identik dengan Gibran, sepertinya akan jadi protes yang makin membesar. Bisa jadi akan lebih besar dari protes mahasiswa, yang sampai saat ini berkeberatan hadirnya Gibran dalam kontestasi Pilpres 2024. Seru protes mahasiswa itu belum berakhir. Teriakan batalkan Gibran anak haram konstitusi terus bergema. Gibran sepertinya akan jadi bahan gunjingan dalam waktu yang panjang, baik gunjingan serius maupun sekadar olok-olok lebih sebagai dipaksakannya ia tampil, yang tak seharusnya itu boleh terjadi. Maka, julukan demi julukan akan menyertai perjalanan hidupnya. Seperti juga akan diikuti kreativitas yang tak kan ada keringnya tercipta guna mengoloknya. Previlage yang diberikan pada Gibran dilawan dengan pernyataan-pernyataan, bagian dari antitesa perlawanan. Maka muncul julukan belimbing sayur, Samsul dan lainnya, yang tak pantas disebutkan di sini. Julukan muncul karena kesalahan yang dibuat Gibran, atau sengaja dibuat disesuaikan dengan karakter pembawaannya. Tentu yang dapat mencipta tawa. Itulah konsekuensi seorang Gibran yang dipaksakan hadir sebelum saatnya, demi ambisi ortunya, yang sampai perlu menabrak konstitusi. Seperti tak boleh ada yang menghalangi. Para Samsul pun sepertinya tak kan berhenti protes, agar makna nama indahnya tak disangkutpautkan dengan Gibran. Para Samsul tidak berharap namanya tercatat pernah bersinggungan dengan Gibran. Hentikan penggunaan nama Samsul, suara protes itu. Tak ingin Samsul dipelesetkan jadi Asam Sulfat, yang itu merujuk pada Gibran. Protes itu bisa pula dimaknai, bahwa para Samsul pun tak hendak menjadi Gibran. Samsul ingin tetap menjadi Samsul dengan tambaham nama indah/bijak bersanding di belakang namanya. Dah, itu saja.**
Prabowo Memang Tak Bisa Legowo
Oleh Yusuf Blegur - Ketua Umum BroNies “Saya tak butuh jabatan!”. “Ndasmu etik!”. Bicaranya apa, tindakannya apa. Ternyata bukan saja ada yang menjilat air ludahnya yang sudah dibuang. Boleh jadi ada orang yang memakan kotorannya sendiri. Satu kali cawapres dan dua kali capres, itupun gagal semua. Kini menjelang 2024, memaksakan diri menjadi capres untuk ketigakalinya. Prabowo seperti diperbudak oleh keinginan dan nafsu kekuasaannya. Bahkan ia tak lagi peduli pada usia lanjut dan kesehatannya yang semakin menurun. Idealnya, dengan pengalaman dan kondisi yang sedemikian rupa, Prabowo lebih bisa menghabiskan waktu untuk hidup santai, tenang dan nyaman. Apalagi yang masih dicari dalam hidupnya?. Malang melintang di dunia kemiliteran, bisnis dan politik, seharusnya bisa menjadikannya sebagai manusia yang matang, dewasa dan bijaksana. Tak selalu mengikuti ambisi dan menuruti semua perasaannya tentang duniawi. Menjadi seorang presiden tak cukup hanya berbekal keinginan hati. Harus realistis dan tak boleh memaksakan kehendak. Begitu banyak data dan fakta yang membuat Prabowo sulit menjadi presiden, malah bisa dibilang tak layak atau tak pantas. Rekam jejak, rekam karya dan rekam prestasi yang membanggakan, bisa dibilang tak pernah menghinggapi dirinya. Alih-alih prestasi, Prabowo justru dinilai publik tak memiliki kapasitas dan integritas. Selain didera pelaku kejahatan HAM berat yang membayanginya saban mengikuti kontastasi pilpres. Prabowo juga dituding melakukan kejahatan lingkungan pada proyek ‘Food Eastate’. Begitu naifnya pada kasus ini, karena sebagai menteri pertahanan mengurus masalah pertanian dan pangan yang bukan tupoksinya, gagal pula. Begitupun sebagai menteri pertahanan, nyaris tak terdengar karya yang membanggakan, hanya seputar jual-beli alutsista yang dibekap kontroversi dan ditenggarai bermotif proyek rente dan sekedar meraup komisi. Tak cukup hanya kelemahan dan kekurangan itu, sebagai capres, Prabowo telah menjadi capres boneka dari Jokowi yang menjadi rezim gagal dan momok menakutkan bagi kehidupan demokrasi dan konstitusi. Sebagai orang dalam kekuasaan pemerintahan Jokowi, dengan distorsi kekuasaan yang begitu merusak, Prabowo cenderung menjadi ahli waris dari penghianatan dan kejahatan penyelenggaraan negara. Namun bagi Prabowo, semua itu bukan masalah dan menjadi sesuatu hal yang tak penting. Mungkin baginya, ini bukan soal etika atau moral. Ini tentang bagaimana merebut kekuasaan meskipun dengan pelbagai cara. KKN, menjual negara dan jika perlu menghilangkan nyawa anak bangsa tak boleh menghentikan nafsu berkuasanya. Menjadikan kawan bagi siapapun yang seiring sejalan dan menjadikan musuh bagi siapapun yang menghalangi kepentingannya. Gemoy, imej santai dan lucu-lucuan baik oleh Prabowo dan pasangan capresnya Gibran. Sepertinya menjadi kontemplasi atau semacam pengalihan isu terhadap keterbatasan kapasitas dan integritas pasangan capres-cawapres yang diendors rezim dan oligarki. Gestur dan perangai panggung Prabowo, sesungguhnya juga merupakan upaya menutup-nutupi karakter emosional dan temperamen yang akut. Seperti dalam debat capres perdana yang disaksikan ratusan juta rakyat, betapa Prabowo menahan kegeraman dan amarahnya, ketika tema yang muncul menyudutkannya. Kasihan Prabowo, terlalu memaksakan kehendaknya. Kondisi kesehatannya yang tidak lagi prima, cenderung bisa memengaruhi kondisi mental dan kejiwaannya. Dengan peran dan tanggungjawab yang kompleks serta dalam tekanan yang hebat, seorang Presiden itu mutlak harus memiliki kemampuan dan kecakapan. Bukan hanya pengetahuan dan skil kepemimpinan yang mumpuni, kesehatan lahir batin, mental dan jiwa juga menjadi faktor penting dan fundamental bagi siapapun yang ingin jadi presiden. Prabowo, langganan capres gagal dan sekarang didampingi cawapres Gibran yang keras diduga proses pencalonannya cacat hukum. Pada substansinya Prabowo sedang tidak menghadapi kontestasi pilpres 2024. Ia sejatinya sedang bertarung menghadapi dirinya sendiri. Apakah Prabowo memiliki kesadaran krisis?, apakah Prabowo mempunyai kesadaran makna.?. Atau boleh jadi ada pertanyaan apakah Prabowo bisa memahami dirinya sendiri?. Tentang kekurangannya dan juga tentang keterbatasannya. Sepertinya rakyat Indonesia dan boleh jadi masyarakat internasional bisa menilai siapa dan bagaimana Prabowo itu sesungguhnya. Biar waktu berjalan yang bisa menjelaskan siapa dan apapun tentang Prabowo yang sebenarnya. Namun dari gelagat dan perangainya, Prabowo tetap ngotot, maju terus pantang mundur. Kali ini lebih bernafsu lagi, kalau perlu terus nyapres seumur hidup. Tak ada yang tahu kecuali Tuhan, mungkin Prabowo akan menjadi capres walaupun sampai mati. Saya tak butuh jabatan, Ndasmu etik!, begitu ocehannya yang melegenda. Sekali lagi kasihan, terlalu menyiksa diri, Prabowo memang tak bisa legowo. Ketika ambisi sudah menguasai diri, sangat sulit untuk seseorang bisa mengenal harga diri. (*)
Umat Islam Indonesia Bisa Tamat untuk Selamanya
Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Merah Putih SELAMA Presiden Jokowi berkuasa, jejak kebijakan anti Islam akan menjadi bercak catatan sejarahnya. Jejak catatan tersebut bisa diketahui dengan gamblang dan jelas, Jokowi selama ini telah melakukan : De-Islamisasi (Islam diserang, de-Habisisasi (ulama terus diserang), de-Gantisasi (pejabat muslim dipinggikan), de-Chinanisasi (kiblat baru RRC), de-Komunisasi (tujuan akhir neo-communism) Analisa tersebut sudah muncul ditulis oleh Greg Fealy, dimuat di situs East Asia Forum pada 27 September 2020. Artikel ini berjudul, “Jokowi in the COVID-19 Era: Repressive Pluralism, Dynasticism and Over-Bearing State Greg Fealy, profesor dari Australian National University (ANU). Greg dikenal sebagai pengamat politik Indonesia yang mumpuni. Terang - terangan menuding Presiden Jokowi anti Islam. Ia mengevaluasi pemerintahan Presiden Jokowi dalam empat tahun ke belakang. Artinya sejak ahir periode pertama kekuasaannya dan masuk pada periode kedua Jokowi terus menyerang umat Islam. Sejak itu sudah muncul survei-survei berulang kali menunjukkan bahwa banyak orang takut akan meningkatnya konservatisme dan militansi Islam Indonesia. Anehnya sebagian umat Islam menyadari atas kejadian tersebut tetapi sebagian tahu dan tidak peduli bahkan ikut larut dengan rezim. Bukan hanya bertengkar sesama umat Islam, bahkan saling menyerang. Kekuatan menyerang umat Islam tidak sendirian adalah bagian dari kekuatan global zionis, kolaborasi dengan komunis baik dari luar (RRC) dan dalam negeri Puncak serangan itu ketika rezim membubarkan HTI, FPI, penangkapan ulama dan aktivis-aktivis Islam serta program anti radikalismenya yang menyasar ke mana-mana. Ini sejalan dengan rencana besar untuk melemahkan Umat Islam dan kaum pribumi Indonesia. Waktu itu menunggu Pilpres 2024 Jokowi akan lengser dengan lagawa, ternyata muncul fakta baru untuk tetap berkuasa dengan menempatkan anaknya sebagai Cawapres dan harus menang dengan cara apapun. Momentum Pilpres 2024 kalau Umat Islam tetap hanya sebagai objek kekuasaan boneka kaum liberal, kapitalis dan komunis. Umat Islam Indonesia / kaum pribumi akan tamat untuk selamanya . **
Partai Gelora Optimistis Suara Umat Islam di Sukabumi dan Cianjur Dukung Prabowo
JAKARTA | FNN - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan, masyarakat sudah tahu mana partai yang suka berbohong dan mana yang jujur. Partai tersebut, usai Pemilu biasanya suka lupa sama janji politiknya. \"Saya kira masyarakat sudah tahu mana partai yang bohong, dan mana partai yang jujur. Partai yang suka bohong ini, habis itu suka lupa dengan janjinya, iya kan,\" kata Anis Matta dalam Bincang Keumatan dengan tokoh se-Sukabumi Raya dan Cianjur di Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), Senin (18/12/2023). Anis Matta merasa terharu dengan antusiasme para tokoh se-Sukabumi dan Cianjur dalam menghadiri acara Bincang Keumatan ini. Hal ini menanbahkan, bahwa Partai mendapatkan sambutan luar biasa di Sukabumi dan Cianjur. \"Jadi hampir sebagian besar perjalanan saya selama empat hari ini, saya nyetir sendiri mulai dari Bogor, Bekasi, Bandung dan Sukabumi. Memang cukup melelahkan, tapi saya merasa bergembira,\" katanya. Anis Matta mengungkapkan, berdasarkan hasil survei internal yang disampaikan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Rico Marbun, elektabilitas Partai Gelora di Jabar sekarang sudah mencapai 3,6 persen. Sehingga diharapkan Jabar diharapkan dapat menyumbang 50 persen suara dari target secara nasional dalam Pemilu 2024 agar memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) 4 persen. \"Tadi ada nasehat yang baik, dari Pak Wahyudin, bahwa saya mungkin lebih dikenal daripada Partai Gelora. Kita memang harus kerja keras untuk mensosialisasikan ke masyarakat. Acara ini adalah bagian dari sosialiasi tersebut,\" katanya. Anis Matta mengaku sering berkunjung ke Sukabumi sejak tahun 1990-an. Ia kerap menemui alm KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie, pendiri Pondok Pesantren Al-Qur’an As-syafi’iyah di daerah Pulo Air, Sukabumi. \"Disini saya juga sering bertemu dengan teman-teman mahasiswa. Saya kira nasehat ini penting, kita di DPN akan membantu para caleg di Dapil 4 dan Dapil 3 Jabar untuk mensosialisaikan Partai Gelora di Sukabumi dan Cianjur,\" katanya. Anis Matta melihat ada dukungan luar biasa kepada Partai Gelora dari masyarakat di Sukabumi dan Cianjur. Ia yakin Partai Gelora akan mendapatkan kursi dari daerah pemilihan (dapil) 3 dan 4 Jabar. \"Saya melihat bahwa ada dukungan yang luar biasa kepada partai ini. Salah satu tanda yang paling kuat adalah bapak-bapak dan ibu-ibu semuanya sudah duduk berjam-jam di sini. Orang tidak pulang, mungkin cuma keluar masuk ke toilet, tapi kesabaran duduk sini berjam-jam, menunjukkan bahwa semua bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian benar-benar mencintai dan dengan tulus ingin memenangkan Partai Gelora di Sukabumi dan Cianjur,\" katanya. Dengan dukungan luar biasa dari masyarakat Sukabumi dan Cianjur, Anis Matta yakin suara umat Islam di Jabar akan kembali ke calon presiden (capres) Prabowo Subianto seperti pada pemilihan presiden (Pilpres) pada 2014 dan 2019 lalu. \"Tugas Partai Gelora di Koalisi Indonesia Maju sesuai kesepakatan dengan Pak Prabowo mengembalikan suara beliau dalam dua Pilpres lalu. Dan kenapa kita bikin dialog ini supaya kita dapat menjelaskan ke umat, alasan beliau bergabung dengan Pak Jokowi (Joko Widodo) dan mengapa berpasangan dengan Mas Gibran (Gibran Rakabuming Raka), semangatnya adalah melanjutkan rekonsiliasi dan persatuan,\" ujarnya. Prabowo, kata Anis Matta, meminta semua komponen bangsa bersatu dan tidak terpecah belah, karena tantangan bangsa ke depan jauh lebih berat. Sehingga upaya rekonsiliasi nasional harus tetap dilanjutkan. \"Dari sambutan yang luar biasa disini, saya semakin yakin bahwa, Insya Allah suara umat di Jawa Barat akan kembali dan lebih besar lagi kepada Bapak Prabowo. Mudah-mudahan kita memenangkan Pilpres satu putaran,\" tegasnya. Anis Matta menegaskan, semua janji politik yang telah disampaikan mulai dari pemberian gizi ibu hamil hingga kuliah gratis akan direalisasikan dalam bentuk kebijakan, apabila Partai Gelora lolos ke Senayan pada Pemilu 2024, dan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memenangi PIlpres 2024. \"Setelah Partai Gelora masuk Senayan dan pasangan Prabowo-Gibran menang Pilpres, kita akan bertemu kembali setelah itu. Kita akan mulai membicarakan bagaimana caranya merealisasikan dan memperjuangkan janji-janji politik. Insya Allah, ketika nanti Pemilu 2029, sudah ada komentar masyarakat, bahwa sudah benar Partai Gelora tepati janji,\" katanya. Anis Matta berharap pembelahan di masyarakat seperti pada Pilpres 2014 dan 2019 lalu, tidak terjadi di Pilpres 2024, meskipun bibit-bibit pembelahan sudah mulai muncul. \"Karena selalu yang menjadi korban adalah umat Islam, padahal kita mayoritas di Indonesia. Itu akibat kita bekerja, bertindak dan bertujuan yang seakan-akan kita ini bukan umat mayoritas, tapi berpikir dengan cara minoritas,\" katanya. \"Padahal kita ini ditakdirkan menjadi bangsa muslim terbesar di dunia, maka dunia Islam kita ini, adalah pemimpin. Itulah tujuan pendirian Partai Gelora menjadikan Indonesia sebagai superpower baru, karena azas kita adalah Pancasila, tapi jatidiri kita adalah Islam,\" pungkasnya. (Ida)
Soal Ijazah Palsu, Jokowi Sudah Kalah Empat Nol
Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan MASALAH sederhana yang membuat ruwet senegara yaitu soal isu ijazah palsu Jokowi. Hingga kini belum juga terklarifikasi. Bahkan kasusnya telah masuk ke ruang hukum. Itupun berulang kali. Rakyat penasaran akan kepemilikan dan keaslian ijazah Jokowi sang Presiden yang tenang tapi kontroversial. Polos tapi tukang bikin kisruh. Memang ia tidak berkualifikasi dan nampaknya juga tidak bersertifikasi. Dalam \"peperangan\" menuju pembuktian keberadaan dan keaslian ijazah tersebut, rakyat sementara unggul. Sekurangnya skor telah empat nol, yaitu : Pertama, lontaran status ijazah oleh Bambang Tri alih-alih ditanggapi dengan santuy, gemoy dan gaspol justru angkara murka yang ditampilkan. Bambang Tri ditangkap dan ditahan. Kekalahan mental Jokowi. Kedua, dalam proses persidangan hukum pidana di Surakarta, Bambang Tri tidak terbukti bohong, nyatanya ijazah asli Jokowi tidak muncul. Pertimbangan Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung menafikan kebohongan Bambang Tri. Hanya delik ujaran kebencian. Ketiga, dalam kasus gugatan perdata di PN Jakarta Pusat ruwetnya soal surat kuasa Jokowi adalah bukti bahwa ia coba \"ngeles\" dari kebenaran. Gagalnya mediasi karena ijazah asli Jokowi tetap raib alias tak muncul menjadi bukti betapa sulitnya posisi Jokowi. Keempat, kaburnya Hakim Ketua dari persidangan dan tim Jokowi yang belepotan serta indikasi sanksi atas gagalnya upaya \"menutup\" kasus gugatan di PN Jakpus membuat Jokowi panik. Status ijazah akan segera terbongkar. Kini persidangan memasuki tahap lanjutan, mungkin dengan susunan Majelis baru, karena yang lalu sudah kocar-kacir. Agenda penting dan menentukan nanti adalah \"Pembuktian\" baik bukti surat maupun saksi. Disini rakyat se Indonesia dapat menyaksikan \"babak akhir\" gonjang-ganjing itu. Mampukah Jokowi menunjukkan ijazah aslinya ? Jika tidak, tamat riwayatnya. Tanpa perlu menunggu vonis, rakyat sudah bisa menghakimi. Ketika saat itu ijazah Jokowi masih juga sembunyi, maka rakyat boleh melakukan \"selebrasi kemenangan\". Hari-hari keruntuhan Jokowi dimulai. Lagu \"the fnal countdown\" Europe sudah saatnya digelegarkan. Bukan untuk meroket tetapi meluncur hancur babak belur. Kekalahan telak Jokowi lima nol adalah momen untuk merombak kesebelasan secara fundamental. Jokowi bukan hanya terpental tetapi juga harus mempertanggungjawabkan segala kepalsuan dari kebijakan, identias diri maupun legalitas jabatan yang telah dipegangnya. Bangsa Indonesia harus memberi sanksi berat. Jika terbukti Presiden Jokowi memang berijazah palsu maka hal ini menjadi skandal terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia. Buku-buku sejarah anak sekolah kelak akan memuat skandal tersebut. Persis seperti muatan sejarah penghianatan PKI dahulu. Tidak mudah untuk dihapus. PKI..PKI..PKI. Jika pada acara Debat Capres kemarin muncul kata yang keluar dari mulut sinis Prabowo \"mas Anies..mas Anies\", mungkin besok saat Debat Cawapres ada keluhan \"mas Gibran..mas Gibran\". Nah, kelak kekecewaan rakyat kutukannya adalah \"mas Jokowi.. mas Jokowi\".