INTERNASIONAL

Varian Delta Mendominasi Dunia

Washington, FNN - Varian COVID-19 Delta kini mendominasi dunia, dibarengi dengan lonjakan kematian di seluruh Amerika Serikat, yang semuanya hampir berasal dari kalangan orang yang tidak divaksin, kata pejabat AS pada Jumat (16/7). Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) Rochelle Walensky saat acara jumpa pers mengungkapkan bahwa kasus COVID-19 di AS meningkat 70 persen selama sepekan sebelumnya dan kematian naik 26 persen. Wabah terjadi di sebagian wilayah dengan tingkat vaksinasi yang rendah, kata CDC. Berdasarkan data CDC, jumlah rata-rata sepekan terkait infeksi harian kini lebih dari 26.000 kasus, jauh lebih tinggi dari sekitar 11.000 kasus pada Juni. "Ini menjadi pandemi bagi mereka yang tidak divaksin," katanya sebagaimana dikutip dari Kantor Berita Antara. Ia menambahkan bahwa 97 persen orang yang masuk rumah sakit karena COVID-19 adalah mereka yang belum divaksin. Walensky mengatakan bahwa semakin banyak daerah di seluruh AS kini menunjukkan risiko transmisi COVID-19 yang tinggi. Perkembangan itu memutarbalikkan penurunan risiko transmisi dalam beberapa bulan terakhir. Sekitar satu dari lima kasus baru terjadi di Florida, menurut koordinator tanggap COVID-19 Gedung Putih Jeff Zients. Varian Delta, yang secara signifikan sangat menular dibandingkan COVID-19 versi asli, telah terdeteksi di sekitar 100 negara secara global dan kini menjadi varian dominan di seluruh dunia, kata pakar penyakit menular AS Anthony Fauci. "Kita sedang berhadapan dengan varian COVID-19 yang mengerikan," kata Fauci selama pembicaraan melalui telepon. Walensky mendesak warga Amerika yang belum divaksin agar menerima suntikan COVID-19. Ia juga mengeklaim bahwa vaksin buatan Pfizer dan Moderna terbukti sangat ampuh melawan varian Delta. Menurut Walensky, masyarakat harus menerima dosis kedua vaksin, bahkan jika mereka telah melewati batas waktu penerimaan. Sekitar lima juta orang di AS telah mendapatkan vaksinasi dalam 10 hari terakhir, kata Zients, termasuk banyak di negara bagian yang sejauh ini memiliki tingkat vaksinasi yang rendah. Ia menambahkan bahwa AS memiliki vaksin yang cukup untuk dijadikan dosis penguat, namun otoritas masih berupaya menentukan apakah dosis ketiga tersebut memang diperlukan. (MD).

Malaysia Prediksi Kasus Harian COVID-19 Mencapai Puncaknya 24.000 Per Hari pada September 2021

Kuala Lumpur, FNN - Kementrian Kesehatan Malaysia (KKM) memprediksi jumlah kasus harian COVID-19 di negara tersebut akan mencapai puncaknya pada pertengahan September dengan 24.000 kasus positif sehari. Dirjen Kesehatan KKM, Dr Noor Hisham Abdullah dalam keterangannya kepada media di Putrajaya, Jumat, mengatakan berdasarkan proyeksi kadar infeksi (RT) pada saat itu adalah 1.2. "Efektivitas vaksin berada pada 75 persen sekiranya kapasitas pemberian dos kedua adalah 100,000 per hari dan 80 persen penduduk telah divaksinasi," katanya. Dia mengatakan kasus harian positif COVID-19 diprediksi menurun di bawah 1.000 kasus setiap hari pada Oktober. Hisham mengatakan berdasarkan prediksi yang dibentangkan oleh Kementerian Kesehatan Malaysia (KKM) kasus harian akan terus meningkat hingga 17.000 per hari pada pertengahan Agustus. Dia mengatakan bila pihaknya bisa melaksanakan vaksinasi 150.000 dos per hari untuk dos kedua dengan 80 persen efektivitas vaksinasi pada Oktober kasus harian positif COVID-19 akan turun di bawah 1.000. Peningkatan kasus positif COVID-19 dilaporkan selama tiga hari berturut-turut sejak Selasa dengan kasus tertinggi 13.215 dilaporkan pada Kamis. Dari jumlah tersebut sebanyak 12.684 kasus yang dideteksi adalah pasien COVID-19 kategori satu dan dua manakala 531 adalah kategori tiga hingga lima. Sementara itu jumlah kasus harian baru pada Jumat (16/7) menurun menjadi 12.541 dengan jumlah kasus tertinggi tetap berada di Negeri Selangor sebanyak 5.512 kasus. (sws)

Korsel Minta Indonesia Evaluasi Larangan Masuk WNA

Jakarta, FNN - Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia meminta kerja sama pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan larangan masuk warga negara asing (WNA), terutama warga Korea Selatan ke Indonesia yang diberlakukan di tengah lonjakan kasus COVID-19 di Tanah Air. "Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia terus meminta kerja sama pemerintah Indonesia agar kebijakan terkait dapat dibenahi sehingga warga dan pengusaha Korea yang berkeinginan masuk ke Indonesia dapat masuk ke Indonesia dengan menaati protokol kesehatan," menurut keterangan yang diperoleh dari rilis pers Kedubes Korea, Jakarta, Jumat. Kedubes Korea menyatakan bahwa pemerintah Korea Selatan secara aktif memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia dalam menekan penyebaran COVID-19. Sejauh ini, pemerintah Korea Selatan juga belum mempertimbangkan langkah untuk mengevakuasi warga Korea dari Indonesia. Perusahaan-perusahaan Korea Selatan tetap menjalankan investasi di Indonesia sesuai dengan rencana yang ada untuk memulihkan perekonomian Indonesia. Dalam hal investasi, Korea Selatan bahkan menduduki peringkat kelima terbesar dalam investasi langsung terhadap Indonesia pada 2020. Terlebih lagi, pada kuartal pertama 2021, Korea Selatan berada di posisi ketiga terbesar investor asing di Indonesia. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang hidup dan mencari nafkah di Indonesia, komunitas warga Korea juga turut berupaya untuk mengatasi COVID-19 bersama dengan masyarakat Indonesia. Namun demikian, warga Korea Selatan khususnya para pemegang KITAS/KITAP yang pulang ke Korea untuk sementara beberapa waktu lalu belum dapat kembali ke Indonesia karena kebijakan larangan masuk WNA yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia beberapa waktu terakhir. Sebagai imbasnya, kegiatan berinvestasi dan berbisnis mereka di Indonesia menjadi terhambat. Oleh karena itu, pemerintah Korea Selatan meminta kerja sama pemerintah Indonesia agar kebijakan tersebut dapat dibenahi sehingga mereka dapat melanjutkan kegiatan investasi di Indonesia dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan kebijakan lain yang ditetapkan untuk menekan laju penyebaran COVID-19. (sws)

Australia Berlomba Bendung Wabah COVID-19 di Sydney, Melbourne

Sydney, FNN - Pejabat Australia mendesak masyarakat untuk mematuhi aturan penguncian (lockdown) yang mencakup sekitar 40 persen populasi negara itu ketika wabah varian Delta COVID-19 yang sangat menular meningkat lagi pada Jumat (16/7). Infeksi baru harian di New South Wales (NSW), tempat wabah dimulai sekitar sebulan lalu, meningkat setelah menurun sehari sebelumnya. Sementara itu, kasus baru di seberang perbatasan di Victoria tetap stabil. Total infeksi kini mencapai lebih dari 1.000, sejak pertama kali terdeteksi di Sydney pada pertengahan Juni. Meskipun Sydney sudah memasuki minggu keempat penguncian, pejabat New South Wales mencatat 97 kasus baru yang ditemukan secara lokal, naik dari 65 pada Kamis. Yang paling mengkhawatirkan bagi pejabat kesehatan, 29 kasus di antaranya berasal dari orang-orang yang menghabiskan waktu di komunitasnya saat terinfeksi. Kepala Kesehatan New South Wales Kerry Chant menyebut situasi itu "sangat memprihatinkan". "Saya tidak bisa menekan keprihatinan saya kepada masyarakat bahwa kita perlu bekerja lebih keras untuk mengurangi mobilitas dan mengurangi interaksi kita dengan orang lain jika kita ingin mengendalikan situasi," kata Chant dalam konferensi pers yang disiarkan televisi. Pimpinan NSW Gladys Berejiklian mengatakan jumlah kasus harian pada Sabtu akan tetap lebih tinggi dan dia dapat memperketat pembatasan jika perlu. Berejiklian berada di bawah tekanan untuk memberlakukan lebih banyak pembatasan, termasuk menutup toko ritel yang tidak penting, untuk menahan wabah COVID-19 varian Delta. Saat ini ada 75 kasus COVID-19 di rumah sakit, termasuk 18 orang dalam perawatan intensif, lima di antaranya memerlukan bantuan ventilator. Di Victoria, para pejabat melaporkan enam kasus baru pada Jumat, dibandingkan dengan tujuh di hari sebelumnya, sehingga total kasus di negara bagian itu menjadi 24. Pimpinan Victoria Daniel Andrews menyerukan penguncian lima hari pada Kamis malam ketika para pejabat berlomba melacak dua rantai penularan yang berbeda. Total lokasi yang terpapar virus di Victoria telah mencapai 100, terutama di ibu kota negara bagian Melbourne, termasuk stadion yang menggelar pertandingan rugby Australia vs Prancis, di mana ratusan penonton diperintahkan untuk menjalani tes dan isolasi. Penguncian segera, pembatasan ketat, dan pelacakan cepat telah membantu Australia menjaga angka COVID-19 tetap rendah, dengan lebih dari 31.500 kasus dan 912 kematian. Namun, varian Delta yang menyebar cepat telah memicu kekhawatiran terhadap gelombang baru yang besar. (sws) Sumber: Reuters

Awal September, Pelancong yang Divaksinasi Penuh Bisa ke Kanada

Toronto, FNN - Kanada kemungkinan pada awal September akan mengizinkan wisatawan yang sudah divaksinasi penuh untuk datang, ujar Perdana Menteri Justin Trudeau, Kamis (15/7), jika laju vaksinasi dan kondisi kesehatan seperti saat ini berlanjut. Trudeau membuat pernyataan itu saat berbicara dengan para pemimpin provinsi Kanada lewat sambungan telepon. Trudeau juga mengatakan pembicaraan sedang berlangsung dengan Amerika Serikat soal kemungkinan mengizinkan warga negara dan penduduk tetap AS yang sudah divaksinasi penuh memasuki Kanada mulai pertengahan Agustus untuk melakukan perjalanan yang tidak penting. "Perdana Menteri mencatat bahwa, jika laju positif tingkat vaksinasi dan kondisi kesehatan masyarakat kita saat ini berlanjut, Kanada akan berada dalam posisi untuk menyambut pelancong yang divaksinasi penuh dari semua negara pada awal September," menurut sebuah pernyataan. Sekitar 78 persen orang berusia 12 tahun atau lebih di Kanada telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19, kata pejabat kesehatan baru-baru ini. Sekitar 44 persen orang berusia 12 tahun atau lebih telah divaksinasi lengkap. Sebelumnya pada Kamis, Kanada mengatakan akan mengizinkan kapal pesiar besar untuk masuk mulai November ketika pandemi COVID-19 memudar. Tetapi, kata pemerintah negara itu, pengelola kapal pesiar harus sepenuhnya mematuhi persyaratan kesehatan masyarakat. (sws) Sumber : Reuters

AstraZeneca Minta Thailand Perpanjang Tenggat Pengiriman Vaksin

Bangkok, FNN - AstraZeneca telah meminta Thailand untuk mengundurkan tenggat pengiriman 61 juta dosis vaksin COVID-19 hingga lima bulan lagi, kata seorang deputi menteri, Kamis (15/7). Permintaan AstraZeneca itu dinilai akan semakin memperlambat program vaksinasi di negara tersebut. Deputi Menteri Kesehatan Thailand Sathit Pitutacha mengatakan AstraZeneca saat ini memiliki kapasitas produksi 15 juta dosis vaksin per bulan di pabrik mereka di Thailand dan kapasitas itu dapat diperbesar lagi. AstraZeneca belum memberi komentar atas pernyataan Sathit itu, yang diungkapkan dalam sebuah wawancara dengan saluran TV MCOT. Namun, permintaan AstraZeneca itu disebabkan oleh lambatnya peningkatan produksi oleh mitra lokal, yang menghadapi masalah dalam pembuatan awal dan pengiriman. Perusahaan itu meyakini akan kembali berproduksi mulai bulan ini untuk memenuhi pasokan yang dijanjikan kepada Thailand dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. AstraZeneca telah berjanji untuk memberikan 40 persen produksi vaksinnya kepada Thailand, kata Sathit, dan Thailand akan meminta lebih banyak dosis kepada perusahaan itu. "Kami harus berunding dengan mereka, karena dalam situasi seperti ini kita memerlukan lebih banyak vaksin," kata Sathit. "Kami menginginkan 10 juta dosis seusai rencana awal 10 juta dosis," kata dia, menyebut target pengiriman per bulan. Pemerintah Thailand pada Rabu mengatakan tengah mempertimbangkan pembatasan ekspor vaksin AstraZeneca yang diproduksi secara lokal untuk menghadapi pandemi. Menanggapi pertanyaan tentang rencana Thailand tersebut, AstraZeneca mengatakan bahwa vaksin yang mereka buat di negara itu "sangat penting" bagi negara-negara tetangganya yang juga tengah berjuang menghadapi pandemi. "Kami aktif bekerja sama dengan pemerintah Thailand dan negara-negara Asia Tenggara lain untuk memberi akses vaksin yang adil di wilayah itu," kata perusahaan tersebut. Thailand sedang menghadapi wabah COVID-19 terburuk dan mencatat 98 kematian akibat infeksi virus corona pada Kamis, menambah jumlah totalnya menjadi 3.032 sejak awal pandemi. Gugus tugas COVID-19 Thailand juga melaporkan 9.186 kasus baru, sehingga total kasus infeksinya mencapai 372.215. Program vaksinasi Thailand dimulai pada Juni dan baru sekitar lima persen dari 66 juta penduduk negara itu yang telah divaksin secara lengkap. (mth)

Klaster COVID-19 Ditemukan di Kapal Patroli Korsel

Seoul, FNN - Korea Selatan (Korsel) pada Kamis mengirim tim medis ke Timur Tengah untuk menangani wabah COVID-19 di sebuah kapal militer yang tengah melakukan patroli anti pembajakan, sementara rekor baru penambahan kasus masih membayangi negara itu. Korsel selama berbulan-bulan berhasil mengendalikan COVID-19 dengan pengujian, penelusuran, dan pembatasan sosial, namun varian Delta telah memicu gelombang baru dalam beberapa pekan terakhir. Wabah yang muncul di kapal berawak 300 orang saat bertugas di Teluk Aden itu menjadi masalah baru bagi pemerintahan Presiden Moon Jae-in. Moon telah memerintahkan ahli-ahli kesehatan dengan peralatan darurat untuk terbang ke lokasi guna mengendalikan wabah dan mengevakuasi pasien jika diperlukan, kata juru bicara kepresidenan Park Kyung-mee. Kantor berita Yonhap, mengutip Kepala Staf Gabungan, mengatakan enam kru kapal terkonfirmasi positif COVID-19, sementara sekitar 80 kru lainnya telah menunjukkan gejala. Tak seorang pun di kapal itu yang sudah menjalani vaksinasi, kata Yonhap. Kementerian pertahanan menolak berkomentar, tapi mengatakan sedang menyiapkan pernyataan terkait hal itu. Korsel telah mencatat 173.511 kasus COVID-19 dengan 2.050 kematian selama pandemi, menurut data Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA). Baru sekitar 30,8 persen dari populasinya yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, sementara 12 persen sudah menjalani vaksinasi lengkap. Klaster penularan banyak ditemukan di ibu kota Seoul dan sekitarnya, namun kasus infeksi telah menyebar ke lebih banyak daerah pedesaan, yang menambah kekhawatiran tentang sebaran varian Delta. Pemerintah telah memperketat aturan pembatasan sosial di sebagian besar wilayah pada Rabu, ketika otoritas melaporkan rekor harian yang mencapai 1.615 kasus. KDCA telah melaporkan 1.000 atau lebih kasus baru sejak 7 Juli dan otoritas setempat memperkirakan tren kenaikan akan berlangsung hingga pertengahan Agustus. Namun, belum dilaporkan ada peningkatan jumlah pasien yang dirawat atau jumlah kematian. Pada Rabu, tingkat kematian berada di angka 1,18 persen dan kasus parah berjumlah 167, jauh di bawah level yang tercatat selama gelombang pertama pada Desember lalu. (sws) Sumber: Reuters

Uni Emirat Arab Buka Kedutaan Besar di Israel

Tel Aviv, FNN - Uni Emirat Arab (UAE) membuka dan meresmikan kedutaan besarnya di Israel pada Rabu (14/7) yang dihadiri Presiden Israel Isaac Herzog. Pembukaan kedutaan yang terletak di gedung Bursa Efek Tel Aviv itu dilakukan setelah peresmian kedutaan besar Israel di UAE bulan lalu. Duta Besar UAE untuk Israel, Mohamed Al Khaja, mengibarkan bendera negaranya di luar gedung Bursa Efek Tel Aviv dengan didampingi Presiden Israel Isaac Herzog yang berdiri di sampingnya. Setelah disatukan oleh kekhawatiran bersama terhadap Iran dan harapan kerja sama komersial yang menguntungkan, Uni Emirat Arab dan Bahrain menormalisasi hubungan mereka dengan Israel tahun lalu berdasarkan "Perjanjian Abraham" (Abraham Accords) yang dibuat oleh pemerintahan Amerika Serikat terdahulu saat dipimpin Presiden Donald Trump. Sejak itu, Sudan dan Maroko juga telah mengambil langkah untuk menjalin hubungan dengan Israel. Perjanjian Abraham merupakan pernyataan bersama antara Israel, UAE, dan Amerika Serikat pada 13 Agustus 2020 tentang normalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain. (sws) Sumber: Reuters

Pimpin Pertemuan COVAX, Menlu RI Dorong Percepatan Distribusi Vaksin

Jakarta, 13/7 (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mendorong percepatan distribusi vaksin COVID-19 secara global saat memimpin pertemuan ke-5 COVAX AMC Engagement Group (EG) secara virtual bersama Menteri Kesehatan Ethiopia Lia Tadesse dan Menteri Pembangunan Internasional Kanada Karina Gould pada Senin (12/7). Menlu Retno memimpin sesi yang membahas tiga isu terkait kepastian pengiriman dan distribusi vaksin, yaitu prediksi pasokan vaksin pada kuartal tiga dan kuartal empat 2021, rencana pengiriman vaksin COVID-19, dan persiapan penerimaan vaksin oleh negara-negara AMC (Advanced Market Commitment). Di awal pertemuan, Retno mengulang kembali pernyataan Direktur Jenderal WHO bahwa saat ini dunia berada pada tahap pandemi yang berbahaya. Tingginya tingkat kematian, meningkatnya kasus di banyak negara, dan kesenjangan vaksinasi global yang makin melebar adalah situasi yang saat ini dihadapi dunia. “Banyak negara mengalami lonjakan kasus dan kematian karena varian baru dan pelonggaran kebijakan. Sementara itu, kesenjangan vaksinasi global terus melebar. Jika ini terus berlanjut, dunia tidak akan pernah menang melawan COVID-19,” ujar Menlu Retno, seperti disampaikan melalui keterangan tertulisnya, Selasa. Oleh karena itu, Retno mendorong percepatan vaksinasi global melalui peningkatan produksi vaksin dengan melakukan diversifikasi produk, perluasan portfolio vaksin yang disalurkan oleh COVAX, dan peningkatan kapasitas vaksinasi negara-negara AMC. Data dari Aliansi Vaksin GAVI per 11 Juli 2021 menunjukkan COVAX telah mengirim 103 juta dosis vaksin ke 135 negara peserta. GAVI juga sudah menyetujui pendanaan untuk mendukung pengiriman vaksin ke negara peserta AMC senilai 775 juta dolar AS (sekitar Rp11,2 triliun). Sementara itu, 58 negara termasuk Indonesia, telah mengajukan pembelian vaksin melalui mekanisme berbagi biaya (cost-sharing). Dalam pertemuan tersebut, dijelaskan bahwa COVAX meyakini pasokan vaksin akan terus meningkat dengan bertambahnya vaksin yang telah mendapat izin penggunaan darurat (emergency use listing/EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), peningkatan produksi oleh produsen vaksin, dan dimulainya kembali ekspor vaksin yang sebelumnya terhambat. COVAX juga telah melakukan langkah-langkah untuk mengatasi kekurangan pasokan vaksin jangka pendek dan jangka panjang, antara lain dengan pembentukan COVAX Manufacturing Taskforce. Kedua, semakin besarnya jumlah dose-sharing atau berbagi vaksin dari negara yang memiliki kelebihan vaksin akan meningkatkan jumlah pasokan global yang dapat digunakan oleh negara peserta AMC. Menurut Fasilitas COVAX, hingga 12 Juli 2021, terdapat lebih dari 530 juta dose-sharing yang siap didistribusikan ke sejumlah negara yang membutuhkan. Fasilitas COVAX Facility menyiapkan mekanisme, termasuk pendanaan, untuk mempersiapkan kapasitas negara AMC dalam menerima vaksin dan menjalankan program vaksinasi nasional di negaranya. COVAX juga menyiapkan berbagai dukungan untuk memastikan kapasitas penerimaan vaksin dan pelaksanaan program vaksinasi nasional. Dalam diskusi dibahas pula fenomena varian baru COVID-19 dan efikasi vaksin yang ada saat ini dalam menghadapi varian-varian baru khususnya varian Delta. Perwakilan WHO menjelaskan bahwa hingga saat ini WHO terus mengamati munculnya varian baru dan menyampaikan bahwa vaksin setidaknya dapat mengurangi tingkat keparahan infeksi sehingga mengurangi tingkat perawatan di rumah sakit dan kematian akibat varian baru itu. WHO akan terus memantau tingkat efektifitas vaksin dan memerlukan lebih banyak data dari banyak negara. Fasilitas COVAX adalah mekanisme multilateral yang berupaya menjamin akses yang merata terhadap vaksin COVID-19 bagi semua negara. Hingga saat ini, Indonesia telah menerima 11.228.460 dosis melalui COVAX, yang terdiri dari vaksin AstraZeneca dan Moderna. Jumlah ini masih akan terus bertambah di masa mendatang. Pertemuan COVAX AMC EG selanjutnya akan diselenggarakan pada 12 Oktober 2021. (mth)

Beijing dan Kota di China Terancam Banjir, Perusahaan Terapkan WFH

Beijing, FNN - Kota Beijing dan beberapa wilayah lain di China sedang menghadapi ancaman banjir setelah diguyur hujan deras sejak Minggu (11/7) malam hingga Selasa siang. Aktivitas luar ruang, seperti olahraga, hiburan, dan bisnis di Kota Beijing dihentikan. Taman kanak-kanak dan sekolah menengah ditutup. Warga yang tinggal di gedung rawan roboh telah dievakuasi. Jalan raya dan stasiun kereta bawah tanah dikosongkan. Beberapa perusahaan mengatur karyawannya untuk bekerja dari rumah (WFH). Warga Beijing sejak Senin (12/7) telah siap menghadapi curah hujan terberat tahun ini dengan persiapan yang belum pernah terjadi sebelumnya seolah-olah wilayah ibu kota waspada menghadapi peperangan yang sulit, tulis media setempat, Selasa. Otoritas Kota Beijing menyebutkan curah hujan pada Minggu (11/7) pukul 18.00 waktu setempat (17.00 WIB) hingga Senin (12/7) pukul 12.00 berkisar antara 80,1 milimeter hingga 177,6 milimeter. Sebanyak 462 penerbangan dari dan ke dua bandar udara internasional di Beijing terpaksa menyesuaikan jadwal pada Senin. Sebanyak 10 penerbangan dari Bandara Ibu Kota Beijing (BCIA) pada hari itu juga dibatalkan. "Hujan deras sekarang relatif lebih tinggi daripada beberapa tahun terakhir ini masih dalam perkiraan musim banjir di Beijing pada Juli dan Agustus yang menyumbang hampir 70 persen curah hujan tahunan di kota ini," kata pengamat meteorologi Beijing, Zhang Mingying. Beberapa wilayah utara China lainnya, seperti Tianjin dan Hebei juga mengalami ancaman serupa. Kementerian Sumber Daya Air telah mengirimkan satuan tugas khusus ke Beijing, Hebei, Sichuan, Chongqing, Jiangsu, dan Heilongjiang guna memberikan panduan dalam menghadapi ancaman bencana banjir. Hujan deras di Provinsi Sichuan bakal menyebabkan 14 sungai meluap. (mth)