LINGKUNGAN

Rocky Gerung: Cianjur Hancur, Sinyal Pemahaman tentang Arah Pembangunan

Jakarta, FNN - Acara Rocky Gerung Official tak lupa menyampaikan ungkapan duka cita yang mendalam untuk  saudara-saudara kita di Cianjur yang kemarin mengalami gempa. Meskipun skalanya tidak terlampau besar, tapi karena gempanya berpusat di daratan maka dampaknya luar biasa, seperti dapat dilihat di video-video di dunia maya serta berita-beritanya. Saat inii jumlah korbannya sudah mencapai ratusan dan mungkin masih akan terus bertambah, karena masih banyak yang terjebak di bawah reruntuhan. “Kita memang tinggal di atas ring of fire yang secara geologis selalu potensi gempa itu terjadi,\" kata Rocky Gerung kepada Hersubeno Arief wartawan senior FNN dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official edisi Selasa (22/11/22). Saat itu kebetulan Rocky Gerung sedang berada di dekat Cianjur, tepatnya di sekitar Ciawi. Dia betul-betul kaget karena gempa yang terjadi cukup lama dan cukup keras. Ternyata memang episentrumnya 10 km di bawah Cianjur. Memang, keadaan gempa tidak bisa kita antisipasi. Ilmu pengetahuan hanya bisa memprediksi gempanya datang dan dengan kekuatan sekian skala richter. “Tetapi, daya tahan infrastruktur kita yang bermasalah sebetulnya. Dan itu yang juga menunjukkan betapa kemiskinan itu potensial untuk mengalami penderitaan ketika ada bencana. Kalau orang rumahnya mewah pasti konstruksinya bagus. Tapi ini kan penduduk yang rumahnya dari bata dengan campuran semen yang mungkin sangat sedikit dan potensi untuk runtuh. Jadi,sekaligus kita lakukan evaluasi terhadap keadaan bangsa kita. Kita betul-betul ingin bangun Ibukota yang kokoh padahal rakyat kita itu rumahnya rawan gempa,” ujar Rocky.  Musibah gempa ini sekaligus semacam refleksi bahwa ada jalan yang dicor semen, tetapi rumah penduduknya reot sehingga potensi menderitanya besar. Kalau kita berpikir bahwa negeri ini didudukkan oleh Tuhan di atas bara gempa dalam sesar yang patahan-patahan itu, mestinya pemerintah berpikir untuk memperkuat infrastruktur di desa-desa. “Bukan Ibukota yang dia bikin bagus, dibikin kuat, bahkan dipindahkan dengan beton 30 meter ditanam,” ujarnya lagi.  Sebetulnya, dengan mudah public policy mulai sekarang dibayangkan. Jepang punya pengalaman yang banyak dan teknologi anti-gempa di Jepang itu yang paling bagus. Tetapi, tetap dalam keadaan tertentu ada juga yang jadi korban. Ini sebetulnya yang kita sebut sebagai refleksi terhadap arah pembangunan. Kalau keuangan rakyat atau daya beli rakyat bagus, pasti dia akan membeli semen yang kuat. Pasti pondasinya dia akan tanam dua kali dari yang biasa, mungkin 3 meter ke dalam sehingga tahan gempa. Pasti dia akan beli atap baja ringan atau apa yang memungkinkan dia hidup aman. “Jadi, rasa aman rakyat sekarang mulai juga tergerus. Orang mulai berpikir potensi gempanya bisa muncul lagi nggak, karena selama sehari kemarin itu gempa susulannya banyak,” lanjutnya.   “Jadi, satu paket kita mau terangkan bahwa ini negeri selalu ada dalam waspada bencana karena sifat geologis dari bangsa ini. Sifat geologis itu mustinya diterjemahkan menjadi sifat sosiologis, yaitu pemahaman kita tentang arah pembangunan. Jadi, sekali lagi, saya menginginkan infrastruktur itu dibangun di desa untuk memperkuat wilayah-wilayah yang rentan kemiskinan atau rentan gempa atau rentan bencana alam yang lain. Ada banyak bendungan-bendungan kecil yang sering sekali diterjang, selesai. Banyak jembatan di Jawa Barat, terutama kalau saya sedang muter-muter Jawa Barat itu sudah rentan semua. Sementara, Pak Jokowi tetap menganggap bahwa itu semua selesai bila IKN pindahkan. Itu soalnya. Tapi, sambil berduka cita, kita ingatkan arah kebijakan selalu membuat penderitaan lebih banyak pada mereka yang rentan di akar rumput.” (sof)

JATAM Temukan 53 Persen Politisi Terafiliasi dengan Bisnis Termasuk Tambang

Jakarta, FNN – Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Melky Nahar memaparkan jaringan-jaringan yang terlibat dalam bisnis tambang yang di antaranya juga menyangkut aparat kepolisian hingga lembaga legislatif.  Hal tersebut dipaparkannya dalam acara KOPI Party Movement bertemakan \"Mengungkap Persekongkolan Geng Tambang di Polisi dengan Oligarki Tambang #ReformasiTotalPolri\" yang bertempat di Dapoe Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (03/11).  Mengutip pembicara lain yang mengatakan tambang seperti instrumen politik dan bisnis, namun Melky berpendapat bahwa aparat keamanan justru menjadi instrumen di balik seluruh bisnis tambang di Indonesia.  Hal ini didasarkan oleh urusan bisnis tambang merupakan kebijakan politik karena menyangkut kepentingan.  \"Ketika ini menjadi kebijakan politik, maka keputusan-keputusan apapun yang dikeluarkan, entah itu dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah tentu tidak terlepas dari yang namanya konflik kepentingan,\" katanya dalam diskusi tersebut. Melky menyoroti bahwa polisi sebagai institusi tentu tidak berdiri sendiri dalam polemik tambang di Indonesia. Ia juga mengungkap adanya keterlibatan kedua pasangan calon pilpres pemilu 2019 dengan urusan bisnis tambang. Kemudian, kebijakan dan regulasi yang muncul dari pemimpin terpilih itu rentan dengan konflik.  Selain lembaga eksekutif, Melky juga menyebut bahwa dari 575 anggota lembaga legislatif, sebanyak 43% terafiliasi dengan berbagai bisnis, salah satunya bisnis tambang dan energi. Setelah terpilih, angka persentase tersebut naik menjadi 53%. Temuan tersebut berdasarkan hasil riset yang dilakukan JATAM.  \"Artinya di sini adalah bagaimana ceritanya orang yang kita mandatkan, entah itu di eksekutif maupun di legislatif, yang harusnya bekerja untuk warga, untuk rakyat, tetapi kental dengan kepentingan-kepentingan para pebisnis ini. Jadi, di satu sisi saya ini politisi misalnya, tapi di saat yang sama saya punya bisnis tambang,\" papar Melky.  Peran institusi polri menjadi pelengkap, kata Melky, untuk mengamankan investasi bisnis pertambangan tersebut. JATAM melihat terdapat empat pola mengenai keterkaitan aparat keamanan dalam urusan bisnis tambang.  Pertama, ada yang terlibat secara langsung, seperti memodali operasi tambang ilegal. Kemudian, aparat yang berpangkat purnawirawan memegang jabatan strategis tertentu di perusahaan tersebut. Ketiga, aparat ikut mengkawal operasi dari perusahaan tambang dari berbagai wilayah di Indonesia. Yang terakhir, terkait dengan intervensi proses hukum. (oct)

Selain Oligarki, Denny Indrayana Sebut Keterlibatan Polisi dan TNi dalam Tambang Ilegal

Jakarta, FNN – Pakar Hukum Tata Negara Denny Indrayana menyebut adanya keterlibatan penguasa serta aparat kepolisian dan TNI dalam tambang ilegal di Kalimantan Selatan. Hal tersebut disampaikannya pada acara Kolaborasi Peduli Indonesia (KOPI Party Movement) bertemakan \"Mengungkap Persekongkolan Geng Tambang di Polisi dengan Oligarki Tambang #ReformasiTotalPolri\" yang digelar di Dapoe Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (03/11).  Berbicara soal tambang, Denny memulai dengan mengungkit kembali kasus-kasus tentang konflik lahan dan Sumber Daya Alam (SDA) di Kalimantan Selatan, seperti Advokat Jurkani yang tewas menderita luka setelah menyoalkan tentang tambang ilegal, seorang guru yang juga menjadi korban bacok karena tambang batu bara, hingga wartawan yang meninggal di penjara dikarenakan memberitakan lahan batu bara dan sawit.  Pendiri sekaligus Direktur Indonesian Court Monitoring (ICM) tersebut mengatakan potret Kalimantan Selatan saat ini adalah kerusakan lingkungan akibat dilakukan tambang ilegal. Ia kemudian mengaitkannya dengan polisi.  \"Kita semua paham, kalau bicara tambang, maka yang terjadi adalah mafia,\" ujar Denny. Denny menjelaskan bahwa tambang ilegal ini berkaitan erat dengan praktik mafia yang melakukan kolusi dan melibatkan kelompok penguasa dan oligarki. Para oligarki memanfaatkan tambang dan tidak sadar bahwa usaha mereka merusak lingkungan.  \"Praktik mafia seperti yang kita sering tonton. Kalau memang ada kolusi, relasi yang merusak antara penguasa, kepala-kepala daerah, kepala-kepala pemerintahan, dan pengusaha. Sekarang ini disebut dengan oligarki. Oligarki yang bagaimana? Oligarki yang tidak mengerti dan memahami bahwa usaha mereka itu sangat merusak lingkungan,\" jelasnya.  Mantan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkumham) tersebut mengatakan mafia tambang sangat mudah untuk ditangkap karena menggunakan alat berat. Denny mengungkap, tambang ilegal yang tidak terungkap disebabkan karena terdapat oknum di balik penegak hukum.  \"Jadi, bagaimana kalau ini tidak terungkap? Karena penegak hukumnya sendiri oknumnya itu sudah berada di balik illegal mining ini,\" tegas Denny.  Ia juga menyinggung perusahaan swasta yang menjanjikan izin negara kepada perusahaan lain dengan kompensasi sejumlah triliunan rupiah. Denny mengungkap, para oligarki yang terlibat menempatkan kerabat mereka sebagai kepala daerah dengan bantuan aparat keamanan untuk mendapatkan izin tersebut.  \"Jadi, pengusaha, oligarki mendudukkan kerabatnya sebagai kepala daerah dan di- _backingi_, dicentengi dengan aparat keamanan. Sayangnya, ada oknum kepolisian, ada oknum TNI juga,\" ungkap Denny.  Denny sempat berpesan kepada Mahfud MD, apabila tidak hati-hati mengelola Kalimantan Selatan, terdapat potensi terjadinya konflik horizontal yang bersifat etnis antara aparat kepolisian dan TNI terkait lahan tambang batu bara. Ia menambahkan untuk membenahi demokrasi yang problematik ini dengan pemilihan kepemimpinan yang tidak melibatkan politik uang (money politics).  Selain Denny Indrayana, acara ini juga menghadirkan beberapa pembicara lain, di antaranya Adrianus Meliala (Pakar Kriminologi UI), Muhammad Uhaib As\'ad (Dosen Universitas Islam Kalimantan Selatan), Sugeng Teguh Santoso (Indonesia Police Watch/IPW), dan lain sebagainya. (oct)

Pengenalan Signage JSX, Anies Berharap Dapat Memperkaya Pengalaman Perjalanan di Jakarta

Jakarta, FNN – Jakarta Experience Board resmi mengenalkan Jakarta Street Experience (JSX) sebagai upaya mendukung fasilitas pariwisata Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Senin (26/09). Pada pengenalan tersebut, Direktur Utama JXB Novita Dewi menjelaskan tentang fitur JSX yang juga dihadiri oleh Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta.  Jakarta Street Experience (JSX) merupakan smart signage atau instalasi interaktif yang menggabungkan unsur edukasi, informasi, seni, dan teknologi pintar dan bergerak di bidang pariwisata, perhotelan, ekonomi kreatif, dan beautifikasi Kota Jakarta.  Jakarta merupakan kota yang didatangi banyak orang dalam melakukan perjalanan. Anies mengungkapkan bahwa memberi pengalaman atas setiap perjalanan adalah tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia berharap JSX dapat memperkaya pengalaman tersebut.  \"Signage ini, saya berharap tempat ini nantinya bisa memperkaya pengalaman itu. Sehingga mereka-mereka yang melakukan perlintasan di Jakarta, baik dari rumah ke tempat kerja, baik ke Jakarta untuk kegiatan usaha, untuk kegiatan kebudayaan, maka mereka menemukan adanya fasilitas yang memperkaya pengalaman selama berada di Jakarta,\" tutur Anies dalam pidatonya pada Uji Coba Fitur JSX di TIM.  Anies juga menyampaikan apresiasinya terhadap terobosan ini dan menyebutkan beberapa fitur yang disediakan JSX.  \"Saya apresiasi sekali terobosan ini, untuk membuat kita bisa lebih tahu tentang sejarah sebuah tempat, membuat kita juga lebih tahu tentang apa saja yang ada di kawasan ini. Mudah-mudahan dengan begitu, perjalanan di Jakarta makin kaya pengalaman,\" tambahnya.  JSX dapat ditemukan di kawasan pariwisata Cikini dan dilengkapi dengan fitur akses video sejarah, informasi tempat wisata, charging station, hingga peta kawasan yang mendukung promosi UMKM di wilayah sekitarnya.  Dengan fitur-fitur menarik ini, JSX diharapkan dapat mendorong minat masyarakat untuk mengeksplorasi Jakarta dengan berjalan kaki. (oct)

Komunitas Kabut Malam Melestarikan Lingkungan dan Tradisi Leluhur

Mojokerto, FNN – Komunitas Kabut Malam menggelar Jamhore Anak Desa di lapangan Desa Banjarkemantren, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur pada Sabtu-Minggu (17-18/9/2022). Acara ini mengajak anak-anak Desa Banjarkemantren berkemah sembari melestarikan lingkungan dan tradisi warisan leluhur. Desa Banjarkemantren terdiri dari empat dusun yakni Pandean, Jambe, Kemantren dan Banjar. Kegiatan kemah pendidikan dan kebudayaan ini berkolaborasi dengan karangtaruna desa dan KLG (Kampung Lali Gadget) Wonoayu, Sidoarjo. Event Jamhore Anak Desa yang dilaksanakan mulai pujul 15.00 WIB-selesai merupakan event akbar pertama dalam sejarah Komunitas Kabut Malam. Sejumlah penampilan kesenian juga akan ditampilkan dalam acara tersebut, seperti Tarian Remo, Cokronegoro, Ludruk dan kesenian modern. “Jamhore Anak Desa ini sebagai wujud persembahan bangga menjadi generasi penerus sang Maestro munali patah. serta melatih ketangkasan dan kekompakan melalui permainan tradisional,” bunyi keterangan tertulis Komunitas Kabut Malam. Jamhore Anak Desa akan diikuti oleh sedikitnya 100 anak-anak di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Desa Banjarkemantren. Selain itu, orang tua dari anak-anak juga warga desa dan elemen pemuda karang taruna turut mendampingi kegiatan tersebut. “Peserta akan mengikuti berbagai rangkaian kegiatan dengan jelajah desa, permainan tradisional, dan membuat udeng pacul gowang bersama. Udeng tersebut adalah udeng khas sidoarjo yang di buat oleh Eyang Munali Patah sang maestro asli yang lahir, hidup dan beremayam di Dusun Jambe Desa Banjarkemntren,” katanya. Para peserta juga akan membuat papan visioning untuk masa depan desa dengan gaya mereka masing-masing. Karena masa depan bangsa dan negara bermula dari desa. “Dengan kegiatan ini, banyak harapan yang disemogakan untuk anak-anak di Desa yang merupakan penerus generasi agar memiliki kegembiraan yang luar biasa sehingga dapat menciptakan masa depan dari desa untuk Indonesia,” demikian rilis Komunitas Kabut Malam. (mth/*)

Dikira Boneka, Ternyata Mayat Hanyut, Warga Cengkareng Geger

Jakarta, FNN - Ditemukan mayat seorang pria tanpa identitas mengapung di aliran Kali Cengkareng Mookervart (di seberang Halte Transjakarta Jembatan Baru), Jalan Dharma Wanita IV, Rawa Buaya, Jakarta Barat, Rabu (14/09). Berdasarkan pantauan wartawan FNN di lokasi kejadian sekitar pukul 17.00 WIB, sesosok mayat pria ditemukan oleh seorang siswa madrasah MAF (16) dalam keadaan sudah terbujur kaku dan tanpa identitas. Berdasarkan kesaksian MAF yang pertama kali menemukannya saat Ia berjalan pulang sekolah. MAF pada awalnya mengira bahwa yang Ia lihat adalah sebuah boneka. \"Baru pulang sekolah juga tadi, liat kondisi sekitar sepi, pas lagi liat ke kali ada liat mirip mayat, tapi seperti boneka,\" ujar MAF saat dimintai keterangan. Setelah melihat mayat tersebut, MAF bertanya juga ke temannya untuk memastikan apakah itu benar mayat atau bukan. Tak lama setelah dipastikan, MAF lanjut melaporkan kepada warga sekita juga Ketua RT setempat. \"Habis dipastikan sama temen, baru laporan ke Pak RT. Habis itu baru para warga dateng ke lokasi buat mastiin, terus dicek pakai bambu buat ditarik ke pinggir,\" ujar MAF. MAF juga menjelaskan bahwa pada awalnya Ia kira itu adalah sebuah boneka dikarenakan posisi mayat yang hanya terlihat bagian punggung saja, sedangkan kaki dan tangannya tidak terlihat di permukaan. \"Yang keliatan punggung doang, tangan kaki nggak keliatan,\" tambahnya. Saat ditanyai apakah MAF dan warga sekitar mengenali identitas mayat tersebut, mereka berkata bahwa tidak mengenalinya dan sepertinya bukan warga sekitar dikarenakan tidak adanya laporan orang hilang yang diterima pihak berwajib. Diduga mayat ini sudah meninggal beberapa hari yang lalu, dilihat dari kondisi tubuhnya yang sudah sangat pucat dan terbujur kaku. Dari keterangan warga kemungkinan besar mayat tersebut hanyut terbawa aliran kali saat beberapa hari yang lalu diguyur hujan lebat. (Fik)

Jokowi Perintahkan BMKG Identifikasi Risiko Iklim Secara Menyeluruh

Jakarta, FNN – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi risiko perubahan iklim dan dampaknya secara menyeluruh.“Mengidentifikasi, adaptasi apa saja yang bisa kita lakukan, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan peralatan untuk permodelan cuaca dan iklim yang menggabungkan informasi dari teknologi satelit,” kata Presiden Jokowi dalam sambutan Rapat Koordinasi Nasional BMKG 2022 secara daring dipantau di Jakarta, Senin.Jokowi juga meminta BMKG memperkuat layanan informasi dan literasi, terutama di wilayah pertanian dan perikanan agar petani dan nelayan bisa mengantisipasi terjadinya cuaca ekstrem. BMKG juga diminta memperluas cakupan forum sekolah lapang iklim dan sekolah lapang cuaca nelayan agar dampaknya lebih signifikan.“Dampak dari perubahan iklim ini sangat serius. Kita perlu memiliki kebijakan dan sistem yang teruji dan tangguh untuk menjamin ketahanan pangan secara merata dan berkesinambungan serta sistem peringatan dini ketika bencana akan terjadi,” ujarnya.BMKG, menurut Jokowi, memiliki peran sangat strategis untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan nasional. BMKG harus berfungsi untuk mengawasi, memprediksi dan mengeluarkan peringatan dini tentang kondisi cuaca dan iklim ekstrem.“Ini sangat membantu untuk perumusan strategi pencegahan dan penanggulangan,” katanya.Saat ini, kata Jokowi, dunia menghadapi tantangan perubahan iklim yang kritis. Organisasi Meteolorogi Dunia menyatakan indikator perubahan iklim dan dampak perubahan itu pada 2021 makin memburuk, yang terindikasi dari kondisi tujuh tahun terakhir telah menjadi tujuh tahun dengan suhu terpanas.“Kondisi ini menjadi tantangan nyata bagi kita. Penanggulangan perubahan iklim menjadi isu prioritas dan tantangan global setelah meredanya COVID-19,” katanya.Dampak perubahan iklim, menurut Jokowi, sangat luas dan multi-sektoral. Salah satu dampak itu adalah terjadinya bencana alam dan timbulnya ancaman ketahanan pangan.“FAO (Badan Pangan Dunia) menyebutkan lebih dari 500 juta petani usaha kecil yang memproduksi lebih dari 80 persen sumber pangan dunia merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Hati-hati, ini persoalan yang sangat serius, perlu penanganan yang komprehensif, perlu antisipasi sedini mungkin, secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya,” ucap Kepala Negara. (mth/Antara)

Tragis! Bocah Tasik Depresi Hingga Meninggal Usai Dibully

Jakarta, FNN - Tragis! Kasus perundungan yang menimpa anak SD Tasikmalaya hingga depresi dan meninggal dunia mendapat sorotan dari berbagai pihak.  Hersubeno Arief dan Agi Betha wartawan senior FNN dalam kanal YouTube Off The Record FNN, Jumat (22/7/22) di Jakarta, juga menyoroti kasus tragis ini. Bocah berinisial F ini menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD SMC Tasikmalaya. Mulanya, bocah berusia 11 tahun ini dipaksa oleh teman-temannya untuk menyetubuhi kucing. Karena terlalu sering di bully, F pun menuruti perkataan temannya. Mirisnya, saat F menyetubuhi kucing itu direkam dan videonya disebarluaskan oleh teman-temannya. Video rekaman korban menyetubuhi kucing itu dilakukan pada akhir bulan Juni lalu. Hal ini membuat korban mengalami depresi berat, bahkan kedua orang tua korban juga sama-sama mengalami penurunan kondisi psikis. Ibu korban, Ti (39) mengatakan anaknya sakit keras seminggu sebelum meninggal. Anaknya mengeluh sakit tenggorokan yang membuatnya enggan makan dan minum. Korban lebih banyak melamun dan murung. “Seorang dewasa saja yang cukup matang seandainya mengalami bully seperti ini pasti akan hancur hidupnya, apalagi seorang anak kecil yang kemudian merasa tidak mau kemana-mana, tidak mau makan, tubuhnya melemah, dan kemudian meninggal dunia,” ungkap Agi  Menurutnya, seorang dewasa saja seandainya mendapat bantuan dokter maupun psikiater belum tentu bisa selamat, dengan rasa malu itu tubuh itu menolak segala sesuatu. “Ini kan pelakunya anak-anak juga, polisi harus hati-hati menangani kasus ini,” tutup Hersubeno (Lia)

BMKG Ingatkan Waspada Potensi Hujan Lebat di Sejumlah Provinsi

Jakarta, FNN - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat untuk waspada akan potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat hingga angin kencang di sejumlah provinsi pada Rabu.Dalam sistem peringatan dini cuaca, BMKG memprakirakan wilayah yang berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir hingga angin kencang seperti di Aceh, Bangka Belitung, Banten.Kemudian Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara.Lalu Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, dan Sumatra Selatan.Sementara khusus untuk wilayah DKI Jakarta, BMKG memprakirakan sebagian besar wilayah akan mengalami cuaca cerah berawan pada Rabu.Berdasarkan informasi prakiraan cuaca yang disampaikan BMKG melalui laman www.bmkg.go.id, cuaca cerah berawan akan dialami oleh empat wilayah pada pagi hari.Sedangkan cuaca di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur diprakirakan berawan pada pagi hari. Pada Rabu siang, Jakarta Selatan diperkirakan diguyur hujan ringan. Sedangkan wilayah lainnya diprakirakan cerah pada siang hari.Kemudian pada Rabu malam, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur mengalami cuaca berawan. Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu mengalami cerah berawan. (mth/Antara)

Gerakan Serayu Radikal

Oleh Farid Gaban - Ekspedisi Indonesia Baru Pak Sukir menyeduh kopi. Dia menuang air panas, yang telah dia ukur suhunya dengan tepat, ke dalam cangkir berisi bubuk arabika. Sedikit demi sedikit, aroma kopi meruap dari cangkir. \"Smooth aroma with a herbal aftertaste,\" kata dia. Itulah kopi hasil panen Pak Sukir sendiri. Dia menanam kopi di lereng Gunung Bismo, salah satu puncak Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Pak Sukir bukan sekadar petani kopi. Dibantu istri dan anaknya, dia mengolah panen kopi sendiri dengan berbagai cara: full-washed, natural dan wine. Dia juga seorang roaster: menyangrai biji kopi dengan keramik kasongan di atas kompor gas. Dan lebih dari segalanya, dia barista yang piawai. Setiap kali berkunjung ke rumahnya saya selalu mengagumi kopi bikinannya. Tinggal di Desa Mlandi, Kabupaten Wonosobo, Pak Sukir memilih menanam kopi sementara banyak petani lain di desanya menanam sayur-mayur, terutama kentang, hingga lereng terjal pegunungan.   \"Kopi lebih menjanjikan,\" kata Pak Sukir. \"Lebih dari itu, kopi juga memperkuat tanah, sehingga menahan air dan longsor, serta menumbuhkan mata-mata air baru.\"  Bagi Pak Sukir, pelestarian alam dan ekonomi bukan dua hal terpisah. \"Kita sudah kehilangan banyak mata air,\" katanya. \"Pelumpuran sungai juga makin parah. Kasihan warga di hilir sungai.\" SENJAKALA WADUK SOEDIRMAN Wonosobo, dan khususnya Dieng, merupakan hulu beberapa sungai yang sangat penting di Provinsi Jawa Tengah dan sebagian Yogyakarta. Sungai Serayu dan Bogowonto, misalnya, plus belasan anak-anak sungai mereka, menghidupi sekitar 45% warga Jawa Tengah yang tersebar di 13 kabupaten. Sungai Serayu sendiri, yang punya hulu antara lain di desa Pak Sukir, punya panjang 180 km dan melintasi setidaknya 560 desa di lima kabupaten: Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Dalam beberapa tahun terakhir, Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu mengalami kerusakan parah. Salah satunya akibat pertanian kentang serta penambangan pasir, yang sangat luas dan merambah hingga lereng-lereng terjal perbukitan di kawasan hulu. Di musim penghujan, longsor dan banjir kini menjadi langganan bahkan di kawasan Dieng sendiri.  Erosi, sampah, limbah rumah tangga dan polusi obat kimia pertanian mengancam kualitas air kawasan hilir. Air Serayu mengairi ratusan ribu hektar sawah serta menjadi bahan baku air bersih bagi warga 228 desa di Banjarnegara, Purbalingga dan Banyumas. Sementara itu, pelumpuran parah kini juga mengancam. Menurut sebuah hasil penelitian, sedimentasi yang dihasilkan oleh kawasan hulu DAS Serayu mencapai hampir 2 juta ton per tahun, dan terus meningkat. Pelumpuran mengancam keberlangsungan Bendungan Soedirman, atau yang lebih dikenal sebagai Waduk Mrica, di Kabupaten Banjarnegara.  Mrica salah satu bendungan terbesar di Jawa Tengah. Jika sedimentasi berlanjut dengan laju seperti sekarang, sekitar 20.000 ton lumpur per tahun, bendungan pembangkit listrik itu dikhawatirkan hanya berumur dua tahun lagi. Tak hanya berhenti beroperasi, waduk ini juga terancam jebol. Itu akan menjadi bencana bagi empat kabupaten: Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. SUDAH INJURY-TIME Masalah Waduk Mrica kini menjadi perhatian nasional. Berkat inisiatif Mas Imam B. Prasodjo, penasihat senior Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, masalah kerusakan Serayu kini menjadi keprihatinan pemerintah pusat.  Penyelamatan Serayu tak bisa dilakukan sendiri-sendiri oleh tiap kabupaten. Itu sebabnya Mas Imam menggalang kolaborasi besar lima kabupaten, melibatkan pemerintah daerah pusat maupun daerah, aktivis non-pemerintah dan kalangan dunia usaha.  Pekan lalu saya menghadiri pertemuan tim dari Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi dengan Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat serta seluruh jajarannya. Mereka membicarakan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi krisis Serayu dan Waduk Mrica, khususnya dalam waktu dekat. Kabupaten Wonosobo memiliki peran penting dalam penyelamatan Serayu. Sekitar 3/4 kawasan hulu Serayu ada di kabupaten ini. \"Kita sudah memasuki masa injury time,\" kata Mas Imam Prasodjo. \"Ini sudah darurat. Ancaman terhadap Mrica bisa memicu bencana ekonomi-sosial dan konflik yang luas.\"  Menenggelamkan 32 desa di 7 kecamatan, Waduk Mrica mulai dibangun 1987 dan beroperasi dua tahun kemudian. Waduk ini punya luas genangan 12 km2 jika terisi penuh. Dia merupakan bendungan terbesar di Asia Tenggara dengan panjang bendungan mencapai 6,5 km.  Dikelola oleh Indonesia Power, anak perusahaan PLN, pembangkit Mrica menyumbang 185 MW ke jaringan listrik Jawa-Bali. Namun, sedimentasi parah membuat Waduk Mrica kini hampir penuh, hanya tersisa 20% dari kapasitasnya. Sedimentasi mencapai 6 juta meter kubik, yang hanya bisa dikeruk dengan melibatkan 2.600 lebih dump-truck setiap hari. Hampir mustahil dilakukan.  \"Mrica hanya punya sedikit waktu,\" kata Mas Imam Prasodjo. \"Kita harus bergerak cepat dan bersama-sama untuk penyelamatan Serayu yang sebenarnya sudah terlambat.\" DEJA VU DAN KUTUKAN KENTANG Keterlambatan menuntut langkah yang lebih menyeluruh dan pendekatan radikal. Namun, upaya penyelamatan Serayu sebenarnya bukan inisiatif baru. Sejak belasan tahun lalu, kerusakan kawasan Dieng sebagai hulu Serayu sudah menjadi perhatian Wonosobo. Pemerintah daerah dan aktivis lingkungan setempat sudah memulai gerakan \"Save Dieng\" dan pembentukan Tim Kerja Pemulihan DAS Serayu beberapa tahun lalu. Banyak kegiatan sudah dilakukan: penghijauan kembali kawasan perbukitan, penanaman pohon keras, memperkenalkan pertanian terpadu untuk menghambat perluasan lahan pertanian, dan mengajak petani mengusahakan penghidupan lain di luar kentang. Termasuk misalnya memberi petani kambing untuk mau beralih ke peternakan. Tapi, itu semua belum cukup efektif mengatasi masalah kentang. Setelah sebelumnya berjaya dengan tembakau, pertanian kentang dimulai di kawasan Dieng sejak 1980-an, dipelopori oleh petani dari Pengalengan, Jawa Barat. Kentang segera jadi favorit, menjadikan Dieng sebagai salah satu produsen kentang terbesar dan terbaik di Indonesia. Dibiayai secara agresif oleh dunia perbankan, perluasan kentang secara dramatis merambah hingga perbukitan dengen lereng sampai 70 derajat dan menghabisi kantong-kantong hutan yang tersisa di hulu Serayu. Hilangnya kawasan resapan memicu limpasan air yang makin besar ketika hujan; memicu erosi, longsor dan sedimentasi.  Petani kentang Dieng akhirnya menjadi korban dari sukses awalnya sendiri. Lapisan humus yang tergerus hujan mengurangi kesuburan. Produktivitas kentang yang pada 1980-an mencapi 30 ton per hektar kini terjun bebas jadi sekitar 10 ton saja. Sementara itu, biaya pertanian kentang justru makin mahal. Sumber air kian jarang. Dari 500 lebih mata air di Dieng kini tersisa sekitar 100-an saja akibat perluasan lahan kentang.  Kebutuhan pupuk dan obat pun meningkat. Petani juga harus mendatangkan \"humus baru\" setiap kali menanam: pupuk kandang dari peternakan-peternakan ayam di Jawa Timur.  Setiap hari, bertruk-truk kotoran ayam dengan segenap pencemarnya naik menuju Dieng. Puluhan ribu ton \"soil baru\" itu pula yang segera habis lagi dihajar air ketika hujan, masuk ke Serayu dan Mrica. Masa kejayaan ekonomi kentang sudah surut, namun kebiasaan lama sulit hilang. Ekspansi lahan kentang masih terjadi, naik ke bukit yang makin tinggi. NEPAL-NYA INDONESIA Dieng memang menawarkan alternatif ekonomi lain: pariwisata. Bertengger di atas ketinggian lebih dari 2.000 meter, dia dikenal sebagai \"negeri di atas awan\". Meliputi wilayah 6 kabupaten, Dieng adalah dataran tinggi dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia setelah Nepal. Terbentuk dari kaldera gunung purba, Dieng memiliki banyak kawah, telaga, puncak bukit tempat orang mengintip matahari terbit, dan kompleks candi Hindu tertua di Jawa. Itu semua menjadikan Dieng salah satu tujuan wisata terpenting di Jawa Tengah.  Tapi, pengelolaan wisata yang terlalu agresif dan sembrono bisa sama merusaknya dengan pertanian kentang. Tak hanya produksi sampah makin banyak. Tumbuhnya penginapan, restoran dan lapangan parkir di situs-situs \"instagramable\" juga memperluas kawasan terbangun yang mengurangi resapan air. Kepemilikan lahan pertanian maupun wisata yang makin terpecah, privat dan individualistik, mempersulit upaya pemerintah mengendalikan alih fungsi lahan, bahkan jika mau melakukannya. Pada kenyataannya, pemerintah daerah sendiri kurang serius dan tegas dalam menegakkan aturan tentang tata ruang, khususnya dalam menyelamatkan dan melindungi kawasan hijau. GERAKAN RADIKAL, SERADIKAL PAK SUKIR Tidak ada cara mudah untuk mengoreksi kesalahan masa lalu yang kini sudah hampir telambat dilakukan. Penyelamatan Dieng dan Serayu tak hanya menuntut kerjasama/kolaborasi yang sangat padu melibatkan banyak pihak seluas mungkin. Pendekatannya juga harus komprehensif mencakup berbagi aspek: ekonomi, sosial dan budaya.  Dan yang paling penting: harus cukup radikal, keluar dari pola dan praktik biasa (business as usual) yang terbukti tidak efektif dalam 20 tahun terakhir. Seradikal seperti petani kopi Pak Sukir. Belajar dari Pak Sukir kita harus menyadari bahwa konservasi dan kepentingan ekonomi bukanlah dua hal terpisah dan bertentangan. Keduanya harus dirancang dan diterapkan dalam satu kesatuan. Itu menuntut paradigma baru dalam membangun. Pembangunan ekonomi, baik pertanian maupun wisata, yang mengabaikan kelestarian alam sudah terbukti akan berbalik memicu bencana tak hanya bagi ekonomi, tapi juga bagi hidup manusia sendiri. Pola pikir seperti itu harus dibuang jauh.***