INTERNASIONAL

Ghani Bersumpah Kembali ke Afghanistan Terus Berjuang Bagi Rakyat

Kabul, FNN - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang melarikan diri ke Uni Emirat Arab (UEA) bersumpah kembali ke negaranya guna "melanjutkan perjuangannya demi hak dan nilai-nilai rakyat." Pada Minggu (15/8), Ghani meninggalkan Afghanistan ketika Taliban menguasai Ibu Kota Kabul setelah pasukan pemerintah Afghanistan melarikan diri atau menyerah. Dalam pernyataan video perdananya setelah muncul di Uni Emirat Arab (UAE), Ghani menyatakan, dia meninggalkan negara itu guna menghindari pertumpahan darah di Kabul, di tengah kemajuan Taliban. "Saya sedang berkonsultasi untuk kepulangan ke Afghanistan sehingga saya dapat melanjutkan upaya untuk keadilan, nilai-nilai Islam, dan nasional yang sejati," katanya, sebagaimana dikutip dari Antara. Ghani mengatakan, dia tidak berniat melarikan diri dari Afghanistan atau hidup di pengasingan. "Saya ingin mengalihkan kekuasaan ke Taliban secara damai. Tetapi, saya diusir dari Afghanistan di luar keinginan saya," ujar Ghani. “Saya diberitahu Taliban ada di Kabul… Ada kesepakatan bahwa Taliban tidak akan memasuki Kabul. Tetapi, mereka melakukannya. Saya tidak ingin digantung karena, sebagai presiden, saya adalah kehormatan Afghanistan. Saya tidak takut mati," ujar Ghani kemudian. Dia juga membantah tuduhan melarikan diri dengan sejumlah besar uang tunai. Menurut dia, tudingan tersebut adalah upaya "pembunuhan karakter". “Anda dapat memverifikasi itu dengan Bea Cukai UEA. Saya tidak punya waktu untuk mengganti sepatu saya. Keamanan saya meminta saya pergi karena ada ancaman yang akan segera terjadi kepada saya sebagai kepala negara,” kata Ghani. Dalam pernyataannya, Ghani memberikan dukungan untuk pembicaraan yang sedang berlangsung oleh mantan presiden Hamid Karzai dan perunding perdamaian terkemuka Abdullah Abdullah, dengan Taliban. Dia juga menyampaikan rasa bangganya kepada pasukan keamanan Afghanistan, yang disebutnya "belum dikalahkan" tetapi kalah secara politik. "Itu adalah kegagalan kepemimpinan pemerintah, kepemimpinan Taliban, dan masyarakat internasional. Itu adalah kegagalan proses perdamaian," kata Ghani. (MD).

Kudeta Militer Myanmar Sebabkan 1.000 Orang Lebih Tewas

Yangon, FNN - Korban tewas akibat kudeta Myanmar pada 1 Februari 2021 menembus angka 1.000 orang lebih. "Menurut catatan AAPP, 1.001 orang tidak bersalah tewas," kata Sekretaris AAPP Tate Naing kepada Reuters, Rabu, 18 Agustus 2021. "Jumlah korban sebenarnya jauh lebih banyak," katanya. AAPP adalah kelompok aktivis Aosiasi Pendamping Narapidana Politik. Juru bicara junta yang berkuasa tidak menanggapi panggilan telepon untuk dimintai komentar. Otoritas militer sebelumnya mengatakan, data AAPP, yang banyak dikutip oleh organisasi internasional, dibesar-besarkan. Dikutip dari Antara, militer juga menyebutkan, sejumlah anggota pasukan keamanan tewas dan pihak AAPP tidak menyertakan mereka dalam hitungannya. Negara di Asia Tenggara itu terjerumus dalam kekacauan sejak kudeta. Sejak kudeta 1 Februari 2021, aksi protes berlangsung setiap hari, pemberontakan marak di kawasan perbatasan. Selain itu, aksi mogok meluas sehingga menyebabkan ekonomi Myanmar rusak parah. Militer melengserkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi. Militer menuding adanya kecurangan dalam pemilu November 2020 yang dimenangkan oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang dipimpinnya. Komisi pemilu pada saat itu dan pengawas internasional menyebutkan bahwa tudingan militer tidak benar. Otoritas militer mengklaim, perebutan kekuasaan mereka tidak bisa disebut sebagai kudeta karena hal itu sejalan dengan Undang-Undang. (MD).

Raja Malaysia Minta PM Ajukan Mosi Percaya ke Parlemen

Kuala Lumpur, FNN - Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong, Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah mengatakan perdana menteri baru yang ditunjuk harus mengajukan mosi percaya kepada parlemen sesegera mungkin. "Yang Mulia mengatakan bahwa perdana menteri yang telah ditunjuk oleh agong berdasarkan pasal 40 (2) (a) dan 43 (2) (a) Konstitusi Federal harus sesegera mungkin mengajukan mosi percaya pada parlemen untuk melegitimasinya mendapatkan kepercayaan dari mayoritas," ujar juru bicara Istana Negara, Ahmad Fadil Syamsuddin dalam pernyataannya, Rabu. Agong mengatakan sebagai kepala negara pihaknya akan berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi tanggung jawab seorang Raja Konstitusi berdasarkan seluruh konstitusi dan "rule of law". Sebelumnya Yang di-Pertuan Agong dan Wakil-nya Sultan Perak Sultan Nazrin Muizzuddin Syah Sultan Azlan telah mengadakan pertemuan dengan pimpinan partai politik yang berlangsung kemarin. Sultan Abdullah berpandangan bahwa para anggota parlemen dapat bersatu padu bekerja sama untuk mewujudkan persatuan semua partai politik dengan memusatkan perhatian pada isu-isu terkini dan menjernihkan kekisruhan yang terjadi segera. Gejolak politik yang berlarut-larut ini tanpa titik telah mengganggu tata pemerintahan ketika kita masih terancam oleh pandemi COVID-19. Ahmad Fadil mengatakan mereka berdua menekankan bahwa semua gejolak dan kekacauan politik ini telah berdampak negatif yang mendalam terhadap perekonomian negara, selain kesejahteraan dan keamanan rakyat sedangkan Pemilu ke-15 bukanlah pilihan terbaik saat ini. "Yang Mulia juga mengingatkan para pimpinan dan perwakilan partai politik besar untuk menyelaraskan suasana. Anggota parlemen yang menang harus mengulurkan tangan untuk bekerja dengan yang tidak berhasil dan semua pihak harus siap bekerja dalam tim," katanya. Sementara itu Sekjen Umno, Ahmad Maslan, melalui cuitannya di twitter mengatakan Umno hanya mengantarkan satu nama calon sebagai perdana menteri yakni Ismail Sabri. Ismail Sabri sebelumnya merupakan wakil Perdana Menteri era Muhyiddin Yassin merangkap Menteri Pertahanan. (mth)

Jaksa ICC Minta Semua Pihak di Afghanistan Hormati Hukum Humaniter

Den Haag, FNN - Jaksa Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada Selasa (17/8) meminta semua pihak dalam konflik Afghanistan agar menghormati hukum humaniter. Lewat sebuah pernyataan Karim Khan mencatatkan bahwa kantornya dapat menjalankan yuridiksi atas setiap genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan atau kejahatan perang yang dilakukan di Afghanistan sejak bergabung dengan ICC pada 2003. "Saya meminta semua pihak yang bertikai agar menghormati kewajiban mereka secara penuh di bawah hukum humaniter internasional, termasuk menjamin perlindungan warga sipil," kata Khan, menambahkan bahwa ia khawatir tentang laporan pembunuhan balas dendam dan penganiayaan terhadap kaum perempuan dan anak-anak. Seruan Khan muncul setelah Sekjen PBB Antonio Guterres menyuarakan keprihatinan serupa dan Dewan Keamanan PBB pada Senin mendesak agar pertempuran di Afghanistan dihentikan. Khan menjadi jaksa di ICC pada Juni, yang mewarisi penyelidikan pendahulunya Fatou Bensouda atas kemungkinan kejahatan perang yang dilakukan di Afghanistan sejak 2003 hingga seterusnya. Penyelidikan itu mencakup dugaan pembunuhan warga sipil oleh Taliban, serta dugaan penyiksaan tahanan oleh otoritas Afghanistan, dan oleh pasukan AS dan CIA pada 2003-2004. Namun, ICC hanya menyetujui investigasi formal pada Maret 2020 - memicu presiden AS terdahulu Donald Trump untuk menjatuhkan sanksi terhadap Bensouda. Pada Mei pemerintah Afghanstan meminta Bensouda untuk tidak meneruskan penyelidikannya, dengan alasan sudah melakukan penyelidikannya sendiri, yang kebanyakan berfokus pada dugaan kejahatan Taliban. Menurut aturan ICC, mahkamah hanya memiliki kekuasaan untuk mengadili kejahatan yang dilakukan di wilayah negara anggota ketika negara yang bersangkutan tidak mau atau tidak mampu melakukannya sendiri. Belum diketahui pasti bagaimana Khan akan meneruskan investigasi yang sudah berlangsung. (mth)

Wapres Afghaninstan Tunjuk Dirinya Jadi Presiden Sementara

Kabul, FNN - Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh pada mengatakan, dirinya masih berada di Afghanistan. Ia menyebutkan dirinya menjadi "presiden sementara yang sah" setelah Presiden Ashraf Ghani meninggalkan negara itu saat kelompok Taliban merebut ibu kota Kabul. Saleh mengatakan dalam pertemuan keamanan yang dipimpin Ghani pekan lalu, ia bangga pada pasukan bersenjata dan pemerintah akan melakukan segala upaya untuk memperkuat perlawanan terhadap Taliban. Akan tetapi, Afghanistan jatuh ke tangan Taliban dalam hitungan hari, bukan hitungan bulan yang diprediksikan oleh intelijen AS. Dalam sederet cuitan pada Selasa, Saleh (17/8) mengatakan, "sia-sia" berdebat dengan Presiden AS Joe Biden yang telah memutuskan menarik pasukan AS. Ia meminta rakyat negeri itu membuktikan, Afghanistan "bukan Vietnam dan Taliban bahkan tidak seperti Vietcong." Sebuah video warga Afghanistan yang putus asa dan berupaya naik ke pesawat militer AS saat hendak lepas landas mengingatkan kembali pada sebuah foto di tahun 1975. Pada masa itu sejumlah orang berusaha naik ke helikopter di Saigon ketika AS menarik pasukannya dari Vietnam. Saleh menuturkan, tidak seperti AS dan NATO "kami tidak kehilangan semangat dan melihat peluang besar di depan. Peringatan omong kosong sudah tamat, BERGABUNGLAH DALAM PERLAWANAN." Sebagaimana dikutip dari Antara, Saleh, yang keberadaannya tidak diketahui menegaskan, ia tidak akan "tunduk dalam keadaan apa pun" kepada "teroris Taliban". Menurutnya, ia "tidak akan pernah berkhianat" pada Ahmad Shah Massoud, pemimpin Aliansi Utara yang dibunuh oleh dua anggota al Qaida sebelum serangan 11 September 2001 di AS. (MD).

Evakuasi di Bandara Kabul Berlanjut, Biden Bela Keputusannya

Kabul, FNN - Pesawat-pesawat militer melanjutkan proses evakuasi diplomat dan warga sipil dari Afghanistan pada Selasa pagi setelah landasan pacu bandara Kabul dikosongkan dari ribuan orang yang ingin melarikan diri setelah Taliban merebut ibu kota itu. Jumlah warga sipil di bandara tersebut telah berkurang, kata pejabat keamanan Barat di sana. Sehari sebelumnya terjadi kekacauan di bandara itu. Pasukan AS melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan kerumunan dan orang-orang yang berpegangan pada pesawat angkut militer AS saat akan tinggal landas. "Banyak orang yang berada di sini kemarin sudah pulang," kata pejabat tersebut. Namun, sejumlah saksi mengatakan kepada Reuters kadang mereka masih mendengar letusan dari arah bandara, sementara jalan-jalan di kota itu tampak tenang. Pasukan AS pada Minggu mengambil alih bandara tersebut, satu-satunya akses untuk ke luar dari Afghanistan, setelah militan Taliban meraih kemenangan cepat dalam sepekan dengan merebut ibu kota Kabul tanpa perlawanan. Sebagian besar penerbangan ditunda pada Senin, ketika sedikitnya lima orang tewas, kata saksi, tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya, apakah tertembak atau terinjak-injak oleh massa. Media melaporkan dua orang meninggal akibat terjatuh dari pesawat militer AS setelah pesawat itu tinggal landas. Tubuh mereka jatuh di atap rumah dekat bandara. Seorang pejabat AS mengatakan tentara AS telah menewaskan dua orang bersenjata yang menembak ke arah kerumunan orang di bandara. Terlepas dari situasi panik dan membingungkan di Kabul, Presiden AS Joe Biden membela keputusannya untuk menarik mundur pasukan AS dari Afghanistan setelah berperang 20 tahun yang dia sebut telah menghabiskan dana lebih dari 1 triliun dolar (sekitar Rp14.392,3 triliun). Namun sebuah video pada Senin yang memperlihatkan ratusan warga Afghanistan tengah berusaha menaiki pesawat militer AS dapat menghantui AS, seperti halnya sebuah foto pada 1975 tentang orang-orang yang berebut menaiki helikopter di atas gedung di Saigon menjadi simbol memalukan penarikan diri AS dari Vietnam. Biden menegaskan dia harus memilih, meminta pasukan AS bertempur tanpa akhir dalam "perang sipil" Afghanistan atau mengikuti kesepakatan penarikan yang dinegosiasikan pendahulunya, Donald Trump. "Saya berdiri tegak di belakang keputusan saya," kata Biden. "Setelah 20 tahun saya belajar dengan cara yang sulit bahwa tidak akan pernah ada waktu yang tepat untuk menarik pasukan AS. Itu sebabnya kita masih ada di sana." Menghadapi berbagai kritik, bahkan dari para diplomatnya sendiri, Biden menyalahkan kemenangan Taliban kepada para pemimpin Afghanistan yang kabur dan tentara mereka yang enggan untuk melawan. Taliban mengambil alih kota-kota terbesar Afghanistan dalam hitungan hari, bukan beberapa bulan seperti prediksi intelijen AS, setelah pasukan pemerintah yang tak bersemangat menyerah meski dilatih bertahun-tahun dan diperlengkapi oleh AS dan negara lain. Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan pada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bahwa penarikan tentara AS secara gegabah memiliki "dampak negatif yang serius", kata media penyiaran pemerintah China CCTV, seraya menambahkan bahwa Wang berjanji akan bekerja sama dengan Washington untuk mempromosikan stabilitas keamanan. Blinken pada Senin juga berbicara dengan koleganya di Pakistan, Rusia, Inggris, Uni Eropa, Turki dan NATO untuk memastikan stabilitas kawasan, kata Departemen Luar Negeri AS. Rezim Baru Presiden Ashraf Ghani meninggalkan Afghanistan pada Minggu ketika militan Taliban menduduki Kabul. Dia mengatakan ingin menghindari pertumpahan darah. Mantan teknokrat Bank Dunia itu mendapat kritik tajam dari banyak tokoh, termasuk kepala bank sentral Ajmal Ahmady yang menyalahkan presiden dan para penasihatnya yang kurang berpengalaman atas kejatuhan Afghanistan. "Harusnya tak berakhir seperti ini. Saya muak dengan kurangnya perencanaan dari pemimpin Afghanistan," kata Ahmady, yang juga keluar dari negara itu pada Minggu, di Twitter. Dewan Keamanan PBB menyerukan pembicaraan untuk menyusun pemerintahan baru di Afghanistan setelah Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan tentang pembatasan hak asasi manusia yang "mengerikan" dan pelanggaran terhadap hak-hak perempuan dan anak perempuan di negara itu. Ketakutan yang sama juga disuarakan oleh peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzai. Mantan komandan faksi dan perdana menteri Afghanistan Gulbuddin Hekmatyar mengatakan dia akan terbang ke Doha pada Selasa untuk bertemu dengan delegasi Taliban, bersama mantan presiden Hamid Karzai dan mantan menteri luar negeri dan utusan perdamaian Abdullah Abdullah, kata stasiun TV Al Jazeera. Banyak warga Afghanistan takut Taliban akan kembali menerapkan tindakan-tindakan kasar. Selama mereka memerintah pada 1996-2001, wanita dilarang bekerja dan hukuman seperti pelemparan batu, pencambukan, dan penggantungan, diberlakukan. Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan pada Dunya News bahwa kelompok itu akan meningkatkan keamanan di Kabul dan "menghormati hak-hak perempuan dan kaum minoritas sesuai norma-norma Afghanistan dan nilai-nilai Islam". Shaheen menambahkan rezim baru akan memastikan adanya perwakilan dari semua etnis, dan Taliban akan bekerja sama dengan komunitas internasional untuk membangun kembali negara itu. Shaheen mengatakan lewat Twitter bahwa para pejuang Taliban sudah diperintahkan secara tegas untuk tidak menyakiti siapa pun. "Kehidupan, harta dan kehormatan siapa pun tidak boleh dirugikan namun harus dilindungi oleh mujahidin," kata dia. (mth)

Perdana Menteri Malaysia Mengundurkan Diri

Kuala Lumpur, FNN - Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menyerahkan surat pengunduran diri ke Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Ri'ayatuddin di Istana Negara, Kuala Lumpur, Senin, 16 Agustus 2021. Muhyiddin tiba di Istana Negara melalui pintu utama dengan mengendarai kendaraan Alphard warna hitam setelah sebelumnya melakukan rapat kabinet terakhir di Putrajaya. Rombongan Muhyiddin tiba di Istana Negara sekitar pukul 12.30 waktu setempat dan melakukan pertemuan dengan Yang di-Pertuan Agong sekitar setengah jam. Setelah melakukan pertemuan dengan raja, Muhyiddin kembali ke rumahnya di Bukit Damansara, Kuala Lumpur. Dikutip dari Antara, hingga pukul 13:42 waktu setempat belum ada pernyataan resmi dari Istana Negara maupun dari Kantor Perdana Menteri terkait pertemuan tersebut. Selain bertemu Muhyiddin, Yang di-Pertuan Agong juga melakukan pertemuan dengan Jaksa Agung, Ketua KPU dan Kepala Polisi Diraja Malaysia. Sementara itu Menteri Wilayah Federal Annuar Musa melalui postingan di Facebook-nya meminta maaf atas segala kesalahan, kelemahan dan kekurangannya selama menjabat. “Kami tetap tenang dan berpikiran terbuka. Semua keputusan bersama. Yang penting kami selalu menghormati dan mematuhi hukum dan konstitusi negara. Dasar pertimbangan yang paling penting adalah kesejahteraan rakyat. Orang yang kami layani sampai garis finish," katanya. (MD).

Lima Tewas di Bandara Kabul, Tentara Amerika Tembakan Peluru ke Udara

Kabul, FNN - Sedikitnya lima orang tewas di bandara Kabul ketika ratusan orang berupaya secara paksa memasuki pesawat-pesawat yang akan meninggalkan ibu kota Afghanistan itu. Peristiwa tersebut disampaikan sejumlah saksi mata kepada Reuters, Senin, 16 Agustus 2021. Seorang saksi mata menyebutkan dirinya melihat jasad lima orang dibawa dengan sebuah kendaraan. Saksi lainnya mengatakan, tidak jelas apakah para korban itu tewas karena tembakan senjata atau akibat terinjak-injak. Pasukan Amerika Serikat, yang bertanggung tanggung jawab di bandara itu, sebelumnya melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan kerumunan orang. Para pejabat belum dapat dihubungi untuk dimintai komentar soal kematian orang-orang tersebut. Sementara itu, jalan-jalan di kota Kabul sepi pada Senin pagi, sehari setelah gerilyawan Taliban mengambil alih ibu kota Afghanistan itu tanpa pertempuran, namun bandara dipenuhi ratusan warga sipil yang berusaha melarikan diri. Foto-foto yang beredar di media sosial memperlihatkan ratusan orang bergegas dengan barang bawaan mereka menuju tempat aman di terminal bandara saat terdengar letusan senjata. "Kantor-kantor pemerintah kosong," kata warga Kabul. Distrik Wazir Akbar Khan yang banyak ditempati kedutaan tampak kosong ketika semua diplomat dan keluarga mereka diungsikan ke luar kota atau bandara menunggu penerbangan. Hanya ada sejumlah penjaga di pos-pos pemeriksaan yang biasanya dijaga ketat. Beberapa pengendara keluar dari mobil mereka untuk mengangkat portal penghalang di pos pemeriksaan sebelum melintas. "Rasanya aneh duduk di sini dan melihat jalan-jalan yang kosong. Tidak ada lagi konvoi diplomat dengan mobil-mobil besar yang dipasangi senjata," kata Gul Mohammed Hakim, seorang pembuat naan (roti) yang memiliki toko di kawasan itu. "Saya di sini membuat roti, tapi hanya mendapat uang sangat sedikit. Petugas keamanan adalah kawan-kawan saya, mereka telah pergi," latanya. Dia belum kedatangan pembeli. Akan tetapi, masih tetap memanaskan tandoor (oven dari tanah liat) sebagai antisipasi. "Perhatian pertama saya adalah menumbuhkan jenggot dan bagaimana menumbuhkannya dengan cepat," kata Hakim. "Saya juga bertanya kepada istri apa mereka punya cukup burka untuk dikenakan olehnya dan anak-anak perempuan saya, " katanya sebagaimana dikutip dari Antara. Selama Taliban berkuasa pada 1996-2001, penduduk laki-laki dilarang mencukur jenggot dan perempuan diharuskan memakai pakaian tertutup di tempat umum. Di jalan Chicken Street, Kabul, sejumlah toko karpet, kerajinan dan perhiasan, juga kafe-kafe kecil, ditutup pemiliknya. Sherzad Karim Stanekzai, pemilik toko karpet dan tekstil, mengatakan dia memutuskan untuk tidur di tokonya yang tutup untuk menjaga barang-barangnya. "Saya benar-benar terkejut. Masuknya Taliban membuat saya takut, tapi (Presiden Ashraf) Ghani pergi meninggalkan kami semua dalam situasi yang memburuk ini," kata dia. "Saya kehilangan tiga saudara dalam tujuh tahun selama perang ini, sekarang saya harus melindungi bisnis saya." Dia mengaku tidak tahu dari mana pelanggan nanti akan datang. "Saya tahu tak akan ada lagi warga asing, orang-orang internasional yang akan datang ke Kabul," katanya. Pemimpin Taliban mengatakan para pejuang mereka telah "diperintahkan untuk membiarkan warga setempat melanjutkan aktivitas sehari-hari dan tidak melakukan apapun yang membuat takut warga sipil." "Hidup normal akan terus berlangsung dengan cara yang lebih baik, itulah yang bisa saya katakan untuk saat ini," kata dia kepada Reuters lewat WhatsApp. (MD).

Taliban Duduki Istana, Presiden Afghanistan Lari ke Tajikistan

Kabul, FNN - Hanya beberapa jam setelah memasuki kota Kabul, para pejuang Talibal berhasil menduduki Istana Kepresidenan. Sementara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dilaporkan telah meninggalkan ibu kota negara tersebut menuju Tajikistan. Ghani meninggalkan negaranya saat Taliban memasuki Kabul pada Ahad, 15 Agustus 2021. Tidak ada perlawanan dari pasukan pemerintah ketika para pejuang Taliban mengepung Kabul dari berbagai penjuru, dan kemudian menguasainya. Jatuhnya Kabul kepada Taliban di luar perkiraan analisis dan intelijen Amerika Serikat dan negara-negara barat. Perkiraan sebelumnya, mereka akan menguasai Kabul dalam jangka 90 hari atau tiga bulan. Berdasarkan laporan berbagai media internasional, Senin, 16 Agustus 2021, di akun Telegram resminya, Taliban membagikan foto-foto interior istana yang kelihatan utuh. Tetapi keadaan di istana kosong dan ditinggalkan para pejabatnya. Sebuah video juga diposting di media sosial beberapa jam sebelumnya yang menunjukkan para pejuang Taliban tiba di Istana Kepresidenan di Kabul. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan sebelumnya pasukannya akan mulai memasuki wilayah kota di mana pejabat pemerintah dan pasukan keamanan telah meninggalkan pos mereka. "Pagi ini Imarah Islam (Taliban) mengeluarkan pernyataan bahwa pasukan kami berada di luar kota Kabul dan kami tidak ingin memasuki Kabul melalui cara militer," katanya. "Namun, sekarang kami mendapat laporan bahwa kantor polisi distrik dievakuasi, polisi telah meninggalkan pekerjaan mereka untuk memastikan keamanan, juga kementerian dikosongkan dan personel keamanan pemerintah Kabul telah melarikan diri," tambahnya. "Taliban telah memasuki istana presiden," kata seorang komandan senior Taliban. Sementara itu, tiga sumber senior Taliban mengatakan kepada AFP, gerilyawan telah menguasai istana presiden. "Para mujahidin telah memasuki istana presiden dan telah menguasainya," kata seorang komandan kedua. Dia menambahkan, sebuah pertemuan tentang keamanan di Ibu Kota sedang berlangsung di sana. Seorang pejabat tinggi Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan Presiden Ghani sudah pergi ke Tajikistan. Ketika dimintai komentar, kantor kepresidenan mengatakan "tidak bisa mengatakan apa pun menyangkut pergerakan Ashraf Ghani atas alasan keamanan". Seorang pejabat tinggi kementerian luar negeri secara terpisah mengatakan, Ghani sudah meninggalkan Afghanistan. Ia mengaku tidak tahu pasti ke mana sang presiden pergi. Sementara itu, kepala lembaga perdamaian Afghanistan Abdullah tidak lagi menganggap Ghani sebagai presiden Afghanistan. Dalam pesan melalui video, Ahad , Abdullah menggambarkan Ghani sebagai mantan presiden. Beberapa jam setelah kelompok Taliban memasuki Kabul, Abdullah mengeluarkan pernyataan yang menyalahkan Ghani atas situasi yang berlangsung saat ini di Afghanistan. Perwakilan Taliban mengatakan, mereka sedang memeriksa keberadaan Presiden Ghani. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan kelompoknya bersiaga di daerah-daerah pinggir kota dan sedang berbicara dengan pemerintah Afghanistan --yang didukung negara-negara Barat-- untuk meminta pemerintah menyerah secara damai. "Para petempur Taliban sedang bersiaga di semua pintu masuk Kabul sampai peralihan kekuasaan secara damai dan memuaskan disetujui," katanya sebagaimana dikutip dari Antara. (MD)

Pejuang Taliban Segera Kuasai Ibu Kota Afghanistan

Kabul, FNN - Gerilyawan Taliban diperkirakan menguasai kota Kabul dalam beberapa hari ke depan. Sebab, Ahad, 15 Agustus 2021, mereka telah memasuki ibu kota Afghanistan itu. Mereka masuk pada saat Amerika Serikat mengevakuasi para diplomat dari kedutaan besarnya dengan helikopter. Pejabat senior Afghanistan mengatakan, Taliban datang dari "segala penjuru", namun tidak menjelaskan lebih rinci. Tidak ada laporan tentang pertempuran. Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, mereka berbicara dengan pemerintah tentang penyerahan Kabul secara damai. Masuknya Taliban ke ibu kota itu menegaskan kemenangan kelompok bersenjata yang digulingkan Amerika Serikat 20 tahun lalu dari puncak kekuasaan menyusul serangan 11 September 2011 di AS. Runtuhnya pertahanan pemerintah Afghanistan mengejutkan para diplomat karena pekan lalu intelijen AS memprediksi Kabul akan jatuh dalam waktu tiga bulan. "Pejuang Taliban bersiaga di semua jalan masuk ke Kabul sampai penyerahan kekuasaan secara damai dan memuaskan disepakati," kata pernyataan juru bicara Taliban. Sebuah cuitan dari istana kepresidenan Afghanistan mengatakan, suara tembakan terdengar di sejumlah tempat di sekitar Kabul. Akan tetapi, pasukan keamanan negara tersebut bersama mitra internasional telah mengendalikan situasi. Belum ada penjelasan resmi dari Presiden Ashraf Ghani. Seorang pejabat istana mengatakan dirinya sedang berbicara dengan utusan khusus AS Zalmay Khalilzad dan para petinggi NATO. Dikutip dari Antara, jalan-jalan di Kabul dipadati mobil dan masyarakat yang bergegas pulang atau menuju bandara. "Sejumlah orang meninggalkan kunci di mobil dan berjalan ke bandara," kata seorang warga kepada Reuters lewat telepon. Warga lainnya mengatakan: "Orang-orang pulang ke rumah karena khawatir dengan pertempuran." Pejabat AS mengatakan para diplomat telah diangkut dengan helikopter ke bandara dari kedutaan besar di distrik Wazir Akbar Khan yang dijaga pasukan keamanan. Tentara AS tambahan sedang dikirim untuk membantu evakuasi setelah kemenangan kilat Taliban atas pasukan Afghanistan membawa kelompok pejuang itu Kabul dalam hitungan hari. "Anggota tim 'inti' AS tengah bekerja dari bandara Kabul," kata seorang pejabat AS. Sementara itu, pejabat NATO mengatakan sejumlah staf Uni Eropa telah dipindahkan ke tempat aman di ibu kota yang lokasinya tidak disebutkan. Sebelumnya pada Ahad, Taliban merebut kota Jalalabad di bagian timur tanpa perlawanan yang membuat mereka mengendalikan salah satu jalur darat utama ke Afghanistan yang dikurung daratan. Mereka juga mengambil alih pos perbatasan Torkham dengan Pakistan, yang menyebabkan bandara Kabul menjadi satu-satunya jalan untuk keluar dari Afghanistan. (MD).