INTERNASIONAL

Besok Perdana Menteri Malaysia Mengundurkan Diri

Kuala Lumpur, FNN - Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin akan menghadap Raja Malaysia di Istana Negara, Senin (15/8), guna mengajukan surat pengunduran diri sebagai perdana menteri. "Ya dapat dikonfirmasi. Besok setelah rapat kabinet di pagi hari perdana menteri akan menghadap Raja Malaysia untuk mengundurkan diri dari posisinya," ujar Staf Ahli Bidang Media Menteri Tugas-Tugas Khusus Malaysia, Aneita Abdullah, Ahad, 15 Agustus 2021. Dia mengatakan, pengunduran diri tersebut sesuai aturan undang-undang ketika perdana menteri tidak mempunyai dukungan mayoritas di parlemen. "Setelah itu menunggu Raja Malaysia atau Yang di-Pertuan Agong untuk membuat keputusan," ujar Aneita saat dikonfirmasi sejumlah media terkait pernyataan Menteri Tugas-Tugas Khusus, Moh Redzuan pada sebuah media daring. Media tersebut memberitakan seorang pemimpin Partai Pribumi Bersatu membenarkan Muhyiddin Yassin akan menyerahkan surat peletakan jabatannya kepada Yang di-Pertuan Agong di Istana Negara besok. Anggota Majelis Pimpinan Tertinggi Bersatu, Mohd Redzuan Md Yusof mengatakan persoalan tersebut disampaikan Muhyiddin Yassin dalam pertemuan dengan anggota parlemen Bersatu selama kira-kira dua jam, Ahad. "Besok akan ada musyawarah khusus kabinet sebelum Muhyiddin menghadap Raja Malaysia untuk mempersembahkan surat peletakan jabatan," katanya, sebagaimana dikutip dari Antara. Mohd Redzuan mengatakan Muhyiddin sudah mencoba sebaik mungkin untuk mempertahankan keadaan dan kedudukan pemerintahan namun ikhtiarnya tersebut tidak membuahkan hasil. (MD).

Taliban Rebut Jalalabad Tanpa Perlawanan, 84 Tentara Afghanistan Ditahan

Kabul, FNN - Pasukan Taliban mengambil alih kendali Jalalabad, kota kunci Afghanistan di wilayah Timur Afghanistan, tanpa perlawanan. Menurut keterangan pejabat setempat, pada Ahad (15/8) pagi, mereka mengamankan jalan-jalan yang terhubung dari Afghanistan ke Pakistan “Tidak ada pertikaian dalam merebut tempat itu saat ini di Jalalabad karena pemerintah sendiri sudah menyerah kepada Taliban,” kata pejabat Afghanistan yang berbasis di Jalalabad kepada Reuters. “Memberi jalan kepada Taliban adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa warga sipil,” kata pejabat yang tidak mau disebutkan namanya itu. Pejabat keamanan wilayah Barat juga telah memastikan jatuhnya kota tersebut, salah satu kota pinggiran Kabul yang masih berada di bawah kendali pemerintah. Tentara Afghanistan Ditahan Dalam perkembangan lainnya dilaporkan Uzbekistan telah menahan 84 tentara Afghanistan yang melintasi perbatasan pada Sabtu, 14 Agustus 2021. Menurut keterangan pemerintah Uzbekistan, sekelompok tentara lain telah berkumpul di dekat pos pemeriksaan perbatasan di sebelah wilayah Afghanistan. Prajurit Afghanistan melintasi perbatasan ke Uzbekistan dan Tajikistan bulan lalu ketika mereka mundur dari serangan gerilyawan Taliban, yang berhasil merebut sejumlah wilayah penting dalam beberapa hari terakhir kecuali ibu kota Kabul. Kementerian luar negeri Uzbekistan mengatakan, dalam sebuah pernyataan, mengatakan, kelompok pertama yang terdiri dari 84 tentara Afghanistan tidak berusaha melawan ketika ditangkap penjaga perbatasan Uzbekistan, namun mencari bantuan medis. Pemerintah Uzbekistan juga memberikan bantuan kemanusiaan kepada sekelompok tentara Afghanistan yang telah berkumpul di sisi jembatan Termez-Khairaton Afghanistan. Jembatan itu menjadi penghubung kedua negara yang dapat dilintasi oleh mobil dan kereta api. Uzbekistan sedang dalam pembicaraan dengan Kabul untuk memulangkan pasukan Afghanistan dan menyelesaikan situasi di jembatan Termez-Khairaton. (MD)

Evakuasi Staf Kedutaan, Amerika Serikat Kirim 5.000 Pasukan ke Afghanistan

Washington, FNN - Presiden AS Joe Biden telah menyetujui pengiriman pasukan militer tambahan ke Kabul untuk membantu evakuasi staf kedutaan mereka dari Afghanistan. Dalam sebuah pernyataan, Biden mempertahankan keputusannya menarik pasukan AS dari Afghanistan. Alasan penarikan itu, supaya pasukan Afghanistan melawan kelompok bersenjata Taliban yang berusaha merebut kekuasaan negara tersebut. "Berdasarkan rekomendasi diplomat, militer dan tim intelijen, saya telah mengizinkan pengerahan sekitar 5.000 prajurit AS untuk memastikan penarikan personel AS dan personel sekutu lain secara tertib dan aman, " kata Biden sebagaimana dikutip dari Antara, Ahad, 15 Agustus 2021. Seorang pejabat pertahanan yang enggan disebut namanya mengatakan dari 5.000 prajurit yang dikatakan Biden, 4.000 di antaranya sudah diumumkan sebelumnya. Sekitar 1.000 lainnya baru disetujui dan berasal dari Divisi Udara ke-82. Biden mengatakan, pemerintahannya telah berkata pada para petinggi Taliban di Qatar bahwa tindakan apa pun yang bisa membahayakan personel AS "akan direspons dengan cepat dan kuat oleh militer AS." Namun, dia juga mengatakan kehadiran militer AS yang tanpa batas bukanlah sebuah pilihan. "Setahun lagi, atau lima tahun lagi, keberadaan militer AS tidak akan membuat perbedaan jika militer Afghanistan tidak bisa atau tidak menjaga negara mereka sendiri. Kehadiran Amerika yang tidak ada akhirnya di tengah konflik sipil negara lain tidak dapat saya terima," kata Biden. Pasukan tambahan juga akan mengevakuasi sejumlah warga Afghanistan lewat program visa khusus. Departemen Luar Negeri AS telah mengontak para advokat untuk meminta nama-nama orang Afghanistan di Kabul yang sudah bekerja dengan personel AS dan perlu dievakuasi. Menurut sumber yang memahami permasalahan tersebut, daftar nama itu dapat meliputi wartawan dan aktivis hak asasi manusia. Biden telah menetapkan 31 Agustus sebagai batas akhir resmi dari misi militer AS di Afghanistan dalam upayanya melepaskan AS dari konflik yang dimulai setelah Al-Qaida menyerang AS pada 11 September 2011. Keputusan Biden pada Sabtu (14/8) diambil di tengah tekanan terhadap dirinya terkait rencana penarikan pasukan AS yang mengundang berbagai kritik paling tajam selama enam bulan pemerintahannya. Cuitan dari Senator Republik Lindsey Graham di Twitter merefleksikan sejumlah kritik itu: "Jika Presiden Biden sungguh-sungguh tidak menyesali keputusannya untuk menarik (pasukan), maka dia terputus dari kenyataan ketika keputusan itu menyangkut Afghanistan." Taliban telah mengambil alih banyak wilayah Afghanistan. Mereka merebut sebuah kota utama di utara Afghanistan pada Sabtu (14/8), dan semakin mendekati Kabul. Situasi tersebut membuat negara-negara Barat berlomba mengevakuasi warga negara mereka dari ibu kota itu. (MD)

PBB: Afghanistan Menuju Bencana Kemanusiaan

Jenewa, FNN - Badan-badan PBB pada Jumat memperingatkan bencana kemanusiaan di Afghanistan saat Taliban bergerak maju memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka di tengah kondisi kelaparan yang meluas. Taliban menguasai kota-kota terbesar kedua dan ketiga Afghanistan ketika kedutaan-kedutaan besar negara Barat bersiap mengirim pasukan untuk membantu evakuasi staf, meski PBB menyebutkan bahwa 320 stafnya akan tetap berada di sana. "Kami khawatir (kondisi) terburuk belum terjadi dan gelombang kelaparan yang lebih besar segera mendekat... Situasi ini mempunyai ciri-ciri bencana kemanusiaan," kata Thomson Phiri dari Program Pangan Dunia saat konferensi pers singkat PBB. Lebih dari 250.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak Mei, 80 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, ungkap Shabia Mantoo dari Badan Pengungsi PBB. Banyak pihak yang melaporkan pemerasan oleh kelompok bersenjata selama dalam pelarian dan harus menghindari bom rakitan di sepanjang jalan utama. Ribuan orang beramai-ramai pergi dari daerah pedesaan menuju ibu kota Kabul dan pusat kota lainnya untuk mencari perlindungan, kata pejabat PBB lainnya. "Mereka tidur tanpa atap, di taman-taman dan tempat-tempat umum," kata Jens Laerke, juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA). "Perhatian besar saat ini hanyalah menemukan tempat berlindung untuk mereka." Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan dua kali lipat kasus trauma dalam dua hingga tiga bulan belakangan di fasilitas kesehatan yang mereka dukung. Ia juga menyuarakan kekhawatiran soal krisis pasokan obat dan mengaku sedang melatih staf medis untuk menangani korban massal. (sws) Sumber: Reuters

Filipina Perpanjang Larangan Perjalanan 10 Negara, Termasuk Indonesia

Manila, FNN - Filipina akan memperpanjang larangan bagi para pelancong dari India dan sembilan negara lainnya, termasuk Indonesia, hingga akhir Agustus karena kekhawatiran yang ditimbulkan varian COVID-19 Delta, yang penularannya tinggi. Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyetujui rekomendasi gugus tugas COVID-19 untuk memperpanjang pembatasan perjalanan dari 16-31 Agustus 2021, menurut keterangan Juru Bicara Kepresidenan Filipina Harry Roque. Larangan perjalanan yang diberlakukan pada 27 April 2021 diperpanjang beberapa kali dan telah diperluas untuk mencakup Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Nepal, Uni Emirat Arab, Oman, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Otoritas Filipina berupaya untuk menahan lonjakan kasus COVID-19 yang mencapai level tertinggi dalam empat bulan dengan infeksi yang terus berada di atas 12.000 kasus dua hari berturut-turut hingga Kamis (12/8). Rumah sakit di beberapa wilayah pun kapasitasnya nyaris penuh. Wilayah Ibu Kota Manila, yaitu kawasan luas yang terdiri dari 16 kota dan berpenduduk 13 juta orang, tetap berada dalam penguncian yang ketat untuk menahan laju penyebaran varian Delta. Sementara itu, pemerintah menggenjot pelaksanaan vaksinasi. Karena baru 11 persen dari jumlah total 110 juta penduduk yang telah divaksin lengkap, jutaan warga masih berada dalam kondisi rentan terkena COVID-19. Pandemi tersebut telah menyebabkan kematian terhadap 29.500 jiwa di negara Asia Tenggara itu. Seiring dengan lonjakan kasus, banyak rumah sakit di wilayah ibu kota yang telah melaporkan bahwa unit perawatan intensif (ICU), tempat tidur isolasi, dan bangsal mendekati kapasitas penuh. (sws)

Komandan Milisi Veteran Mohammad Ismail Khan Ditangkap Taliban, Jerman Mengancam

Kabul, FNN - Kelompok Taliban menangkap komandan milisi veteran Mohammad Ismail Khan pada Jumat, 13 Agustus 2021. Penangkapan dilakukan setelah pejuang Taliban menguasai kota barat Herat. "Khan, yang menjadi pentolan para petempur dalam melawan Taliban dalam beberapa pekan belakangan, bersama dengan gubernur provinsi dan pejabat keamanan diserahkan kepada Taliban melalui sebuah pakta," kata anggota dewan daerah Ghulam Habib Hashimi kepada Reuters. "Taliban sepakat, mereka tidak akan mengancam atau membahayakan pejabat pemerintah yang menyerah," kata Hashimi. Khan merupakan salah satu panglima perang paling terkenal di Afghanistan. Dikenal sebagai Singa dari Herat, ia ikut berperang melawan penjajah Soviet pada 1980-an sekaligus anggota inti Aliansi Utara yang pasukannya didukung AS. Jerman hentikan bantuan Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Mass pada Kamis (12/8) menegaskan, Jerman akan berhenti menyediakan bantuan ke Afghanistan jika Taliban mengambil alih kekuasaan di negara tersebut dan menerapkan hukum Syariah. "Kami tidak akan memberikan sepeser pun lagi ke Afghanistan kalau Taliban mengambil alih semuanya, memberlakukan hukum Syariah dan mengubah negara itu menjadi khilafah," katanya saat acara pagi yang disiarkan oleh jaringan publik Jerman ARD dan ZDF. Ia menyebutkan, Afghanistan tidak bisa bertahan tanpa bantuan internasional. Jerman memberikan bantuan senilai 430 juta euro (sekitar Rp 7,26 triliun) kepada Afghanistan tahun 2021. "Jumlah yang dijanjikan akan diberikan setiap tahun sampai 2024," ucap Mass, sebagaimana dikutip dari Antara. Pasukan Jerman dikerahkan sebagai bagian dari pasukan NATO di Afghanistan selama hampir 20 tahun hingga Juni 2021. (MD).

Korban Tewas Akibat Banjir di Turki Bertambah Jadi 27 Orang

Istambul, FNN - Banjir bandang yang melanda kota-kota di wilayah Laut Hitam, Turki telah menewaskan 27 orang, kata badan manajemen darurat negara itu pada Jumat, yang merupakan bencana alam kedua yang melanda Turki selama Agustus 2021. Banjir menyebabkan kekacauan di provinsi utara Turki tepat ketika pihak berwenang menyampaikan bahwa kebakaran hutan yang berlangsung selama dua minggu di wilayah pesisir selatan Turki telah dikendalikan. Sebanyak 25 orang tewas akibat banjir di provinsi Kastamonu dan dua orang lainnya tewas di Sinop, kata Direktorat Penanggulangan Bencana dan Darurat Turki (AFAD). Pencarian orang-orang yang hilang terus berlanjut di provinsi Bartin. Kebakaran, yang menewaskan delapan orang dan menghancurkan puluhan ribu hektar hutan, melanda pada pekan yang sama ketika panel PBB mengatakan bahwa pemanasan global hampir tidak terkendali, dan cuaca ekstrem akan menjadi lebih parah. Lebih dari 1.700 orang dievakuasi dari daerah yang terkena dampak, beberapa dengan bantuan helikopter dan kapal, kata AFAD. Rekaman video yang dibagikan oleh Kementerian Dalam Negeri Turki menunjukkan beberapa helikopter menurunkan para personel penjaga pantai ke atap bangunan untuk menyelamatkan orang-orang yang terdampar saat air banjir menyapu jalan-jalan. Banjir bandang di Turki telah merusak infrastruktur listrik dan menyebabkan listrik mati di sekitar 330 desa. AFAD menambahkan bahwa lima jembatan runtuh dan banyak jembatan lainnya rusak sehingga terjadi penutupan jalan, dan beberapa bagian jalan juga tersapu. Tayangan televisi menunjukkan banjir menyeret puluhan mobil dan tumpukan puing di sepanjang jalan. (mth)

Vietnam Perpanjang Pembatasan COVID di Ho Chi Minh

Hanoi, FNN - Pusat bisnis Vietnam, Kota Ho Chi Minh akan memperpanjang pembatasan COVID-19 hingga akhir Agustus, demikian lapor media setempat pada Jumat, saat infeksi dan kematian baru meningkat pesat di episentrum negara tersebut. "Kami harus bersiap untuk pertempuran yang tiada henti," kata Phan Van Mai, wakil sekretaris komite Partai Komunis Vietnam, yang dikutip surat kabar Tuoi Tre. Setelah berhasil menekan virus hingga akhir April, Vietnam mengalami lonjakan pesat infeksi dan telah menerapkan pembatasan mobilitas di sekitar sepertiga wilayah Vietnam guna mencegah penularan. Perpanjangan itu dilakukan ketika pasokan vaksin berkurang dan baru sekitar 1 persen dari populasi disuntik vaksin lengkap, termasuk 130.000 orang di Kota Ho Chi Minh. Kota itu menyumbang separuh kasus di Vietnam dan sebagian besar dari 4.800 lebih kematian. Yang paling mengkhawatirkan yakni tingkat kematian yang tinggi, yang dikatakan otoritas setempat memiliki rata-rata 241 kematian per hari. Menurut rasio, kematian COVID-19 keseluruhan di Vietnam sebulan yang lalu hanya 138. Otoritas menyerukan agar laju vaksinasi dipercepat lagi, dengan sekitar satu juta dosis kini diberikan setiap harinya di seluruh negeri. Seperlima dari penerima vaksin berada di Kota Ho Chi Minh, di mana sekitar dua pertiga dari 9 juta warganya telah menerima dosis pertama. (mth)

Taliban Rebut Dua Kota Lagi, AS dan Inggris Kirim Pasukan

Kabul, FNN - Kelompok bersenjata Taliban mengklaim telah merebut dua kota terbesar Afghanistan pada Kamis waktu setempat. Sementara itu. Amerika Serikat dan Inggris akan mengirim ribuan tentara guna membantu evakuasi staf kedutaan mereka. Menurut laporan beberapa media, penguasaan atas Kandahar dan Herat --kota terbesar kedua dan ketiga di Afghanistan-- menjadi kemenangan terbesar Taliban sejak mereka mulai mengintensifkan serangan pada Mei 2021 yang lalu. "Jatuhnya kota-kota besar adalah tanda bahwa orang-orang Afghanistan menerima Taliban," kata juru bicara kelompok itu seperti dikutip stasiun TV Al Jazeera. Kementerian Luar Negeri AS mengatakan Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah berbicara dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Kamis. (12/8). Mereka mengatakan pada Ghani, AS "tetap berkepentingan dengan keamanan dan stabilitas Afghanistan" dan berkomitmen mendukung sebuah solusi politik atas konflik di sana. Menanggapi kemajuan Taliban yang begitu cepat, Pentagon mengatakan mereka akan mengirim sekitar 3.000 tentara tambahan dalam 48 jam untuk membantu evakuasi staf kedutaan. "Kami berharap dapat menarik staf diplomatik penting di Afghanistan dalam beberapa pekan ke depan," kata juru bicara Kemlu AS Ned Price. Ia menjelaskan, meski staf ditarik, tetapi kedutaan tidak ditutup. Seorang sumber yang memahami hal itu mengatakan tidak ada jaminan kedutaan AS akan tetap dibuka. Kemlu mengatakan, mereka juga akan mempercepat penerbitan visa imigrasi khusus bagi warga Afghanistan yang telah membantu pemerintah AS di negara itu. Pemerintah Inggris mengatakan akan mengerahkan sekitar 600 tentara untuk mengeluarkan warga negara mereka dan penerjemah lokal Afghanistan. Ketika PBB memperingatkan serangan Taliban yang semakin mendekati ibu kota Kabul akan menjadi "malapetaka bagi warga sipil", AS dan Jerman mendesak semua warga negara mereka supaya meninggalkan Afghanistan secepatnya. Di Qatar, utusan khusus internasional untuk Afghanistan menyebut percepatan proses perdamaian sebagai sebuah "hal yang sangat mendesak" dan menyerukan penghentian segera serangan terhadap kota-kota di sana. Jatuhnya Kandahar dan Herat dikabarkan oleh sejumlah media, termasuk Associated Press. "Seperti yang Anda lihat, kami berada di dalam markas polisi Herat sekarang ini," kata seorang pejuang Taliban dalam video yang dibagikan oleh juru bicara kelompok itu, Qari Yousuf Ahmadi. Sebelumnya pada Kamis, Taliban merebut Ghazni, kota yang dilintasi jalan utama antara Kandahar dan Kabul dan berjarak sekitar 150 km barat daya dari ibu kota itu. Pada Rabu (11/8), pejabat pertahanan AS yang mengutip pihak intelijen mengatakan Taliban dapat mengepung Kabul dalam 30 hari dan kemungkinan merebut kota tersebut dalam 90 hari. Karena jaringan telepon putus di banyak tempat, Reuters tidak bisa segera mengontak pejabat Afghanistan guna mengonfirmasi kota-kota mana saja yang masih dikendalikan oleh pemerintah. Membandingkan Saigon Kecepatan dan kekuatan serangan Taliban telah memicu saling tuduh di antara orang-orang Afghanistan tentang keputusan Presiden Joe Biden menarik pasukan AS dari negara itu, 20 tahun setelah mereka menyingkirkan Taliban usai serangan teroris 11 September 2001 terhadap gedung World Trade Center (WTC) New York City, AS. Biden pada Selasa mengaku tidak menyesali keputusannya menarik pasukan dari Afghanistan. Ia menegaskan, Washington telah menghabiskan 1 triliun dolar dan kehilangan ribuan tentara selama perang paling panjang dalam sejarah AS itu. Dia juga mengatakan AS terus memberikan dukungan udara, makanan, peralatan, dan gaji bagi tentara Afghanistan. Pemimpin Partai Republik di Senat AS Mitch McConnel mengatakan strategi Biden untuk keluar dari konflik Afghanistan dengan cara semacam itu membawa AS "bergeser menuju sekuel yang lebih buruk dari kejatuhan Saigon yang memalukan pada 1975." "Presiden Biden mengetahui cara tercepat mengakhiri sebuah perang adalah kalah," kata McConnel. Ia mendesak Biden supaya memberikan dukungan lebih kepada tentara Afghanistan. "Tanpa itu, al Qaida dan Taliban akan merayakan 20 tahun serangan 11 September dengan membakar habis kedutaan kita di Kabul," kata McConnel. Mantan juru bicara Kemlu Morgan Ortagus mengatakan, langkah Biden adalah "kegagalan besar kebijakan luar negeri dengan konsekuensi generasi, hanya dalam waktu kurang dari tujuh bulan memimpin pemerintahan ini. Segalanya mengarah pada keruntuhan total." Kekerasan vs Diplomasi Dikutip dari Antara, dalam perjanjian dengan pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump tahun lalu, Taliban setuju tidak menyerang pasukan asing pimpinan AS saat mereka mundur. Kelompok pemberontak itu juga berkomitmen membicarakan perdamaian. Melihat cepatnya kemajuan Taliban, prospek bagi tekanan diplomasi guna mempengaruhi situasi di sana tampaknya terbatas. Juru Bicara Taliban mengatakan pada Al Jazeera: "Kami tidak akan menutup pintu ke jalur politik." Al Jazeera melaporkan seorang sumber pemerintah mengatakan mereka telah menawari Taliban bagian kekuasaan jika kekerasan dihentikan. Tidak dijelaskan sejauh mana tawaran itu berbeda dari syarat-syarat yang sudah dibicarakan kedua pihak saat berunding di Qatar. Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan dirinya tidak mengetahui tawaran semacam itu dan menolak pembagian kekuasaan. "Kami tidak bisa menerima tawaran apa pun semacam ini karena kami tidak ingin menjadi mitra pemerintah Kabul. Kami tidak akan tinggal atau bekerja sehari pun dengan (kondisi seperti) itu," kata dia. Utusan khusus internasional di Doha, yang bertemu dengan perwakilan pemerintah Afghanistan dan Taliban, menegaskan kembali, pemodal asing tidak akan mengakui pemerintah mana pun di Afghanistan yang memaksakan penggunaan kekuatan militer. (MD).

Taliban Bisa Rebut Kabul Dalam Waktu 90 Hari

Washington/Kabul, FNN - Milisi Taliban dapat merebut ibu kota Afghanistan, Kabul, dalam waktu 90 hari. Hal itu bisa terjadi setelah mereka bangkit kembali dan membuat lebih banyak kemajuan di seluruh negeri. Pejabat pertahanan AS, yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim pada Rabu (11/8), mengatakan penilaian baru tentang berapa lama Kabul dapat bertahan adalah hasil dari kemajuan cepat Taliban setelah pasukan asing pimpinan AS pergi. "Tetapi itu bukan kesimpulan yang sudah pasti," tambah pejabat itu. Ia berpendapat, pasukan keamanan Afghanistan dapat membalikkan momentum dengan melakukan lebih banyak perlawanan. "Kelompok Taliban sekarang menguasai 65 persen wilayah Afghanistan. Mereka akan mengambil alih 11 ibu kota provinsi," kata seorang pejabat senior Uni Eropa, Selasa (10/8) sebagaimana dikutip dari Antara. Faizabad, di provinsi timur laut Badakhshan, pada Rabu menjadi ibu kota provinsi kedelapan yang direbut oleh Taliban. "Pertempuran sangat intens di kota Kandahar," kata seorang dokter yang berbasis di provinsi Kandahar selatan. Kandahar menerima sejumlah mayat pasukan Afghanistan dan beberapa Taliban yang terluka. "Semua pintu gerbang ke Kabul, terletak di lembah yang dikelilingi oleh pegunungan, dipenuhi warga sipil yang melarikan diri dari kekerasan", kata sumber keamanan negara Barat. Sulit untuk mengatakan apakah kelompok Taliban juga berhasil melewatinya. "Ketakutannya adalah pelaku bom bunuh diri memasuki markas diplomatik untuk menakut-nakuti, menyerang, dan memastikan semua orang pergi secepat mungkin," katanya. Taliban ingin mengalahkan pemerintah yang didukung AS dan menerapkan kembali hukum Islam yang ketat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, serangan itu bertentangan dengan semangat kesepakatan 2020. Taliban berkomitmen untuk melakukan pembicaraan tentang kesepakatan damai yang akan mengarah pada "gencatan senjata permanen dan komprehensif," kata Price pada Rabu. "Semua indikasi setidaknya menunjukkan Taliban malah mengejar kemenangan di medan perang. "Menyerang ibu kota provinsi dan menargetkan warga sipil tidak sesuai dengan semangat kesepakatan," katanya. PBB mengatakan, lebih dari 1.000 warga sipil tewas dalam sebulan terakhir. Sedangkan Komite Internasional Palang Merah mengatakan, sejak 1 Agustus sekitar 4.042 orang yang terluka telah dirawat di 15 fasilitas kesehatan. Taliban membantah menargetkan atau membunuh warga sipil dan menyerukan penyelidikan independen. Kelompok itu "tidak menargetkan warga sipil atau rumah mereka di wilayah mana pun. Melainkan operasi telah dilakukan dengan sangat presisi dan hati-hati," kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen dalam sebuah pernyataan pada Rabu. Pembicaraan Damai Lepasnya Faizabad ke tangan Taliban merupakan kemunduran terbaru bagi pemerintahan Presiden Ashraf Ghani. Ia terbang ke Mazar-i-Sharif, mengumpulkan panglima perang guna mempertahankan kota terbesar di utara itu saat pasukan Taliban semakin mendekat. Selama bertahun-tahun Ghani mengesampingkan para panglima perang saat dia mencoba memproyeksikan otoritas pemerintah pusatnya atas provinsi-provinsi yang bandel. Presiden AS Joe Biden, pada Selasa. mengatakan, dia tidak menyesali keputusannya menarik mundur pasukan AS dari Afghanistan. Ia mendesak para pemimpin Afghanistan supaya memperjuangkan tanah air mereka. Washington telah menghabiskan lebih dari 1 triliun dolar AS selama 20 tahun dan kehilangan ribuan tentaranya. "Washington terus memberikan dukungan serangan udara, makanan, peralatan, dan gaji yang signifikan kepada pasukan Afghanistan," katanya. Afghanistan "perlu menentukan ... apakah mereka memiliki kemauan politik melawan. Apakah mereka memiliki kemampuan untuk bersatu," kata sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki. (MD).