ALL CATEGORY
FIA Motorsport Games 2022, Tiga Pebalap Mewakili Indonesia
Jakarta, FNN - Tiga pebalap dipastikan menjadi wakil Indonesia dalam laga debut di ajang FIA Motorsport Games 2022 yang bergulir di Sirkuit Paul Ricard, Marseille, Prancis, 26–30 Oktober.Mereka adalah Aditya Wibowo yang turun di disiplin Karting Sprint Junior, Kaenan Reza Siri yang turun di Karting Sprint Senior, dan Presley Martono berlaga di Digital Motorsport/Esports.Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jumat, mengatakan para pebalap Indonesia akan bersaing dengan peserta dari 72 negara lainnya dalam ajang yang melombakan 16 disiplin balap tersebut.FIA Motorsport Games kali pertama bergulir di ACI Vallelunga Circuit, Campagnano di Roma, Italia pada 2019. Ketika itu, 166 pebalap dari 49 organisasi anggota FIA bersaing. Tim Rusia menjadi juara umum dengan satu medali emas, dan tiga medali perunggu.\"Pada saat itu Indonesia belum mengirimkan wakilnya. Kemudian pada 2020 dan 2021, FIA Motorsport Games tidak bisa diselenggarakan karena pandemi COVID-19. Pada tahun kedua penyelenggaraan FIA Motorsport Games, Indonesia akhirnya bisa turut berkontribusi,\" kata Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo.Bamsoet mengungkapkan selain mengirimkan pebalap ke berbagai kejuaraan bergengsi dunia, komitmen IMI dalam memajukan Digital Motorsport juga terlihat melalui perjanjian kerja sama operasional dengan Lembaga Pengelola Dana dan Usaha Keolahragaan Kementerian Pemuda dan Olahraga (LPDUK Kemenpora) pada Januari 2020.Kerja sama tersebut terjalin dalam hal pengelolaan Akademi Digital Motorsport Indonesia (ADMI). \"Kehadiran ADMI sangat berguna sebagai tempat latihan para pebalap riil maupun pebalap digital motorsport. Selain juga sebagai tempat menggelar event digital motorsport berskala lokal hingga internasional,\" ujar Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tersebut .\"Pada sisi lain, kehadiran IMI dalam manajemen bisa mendongkrak nilai ekonomis ADMI, sehingga menghasilkan pemasukan bagi negara melalui pendapatan negara bukan pajak,\" pungkas Bamsoet. (Sof/ANTARA)
Jika Republik Menangkan Kongres, Biden Khawatirkan Bantuan ke Ukraina
Pittsburgh, FNN - Presiden Joe Biden, Kamis (20/10), mengungkapkan kekhawatirannya terhadap prospek bantuan Amerika Serikat (AS) untuk Ukraina jika Partai Republik memenangkan kendali satu atau kedua majelis Kongres AS pada pemilihan 8 November.\"Saya khawatir,\" kata Biden kepada wartawan saat mampir di sebuah toko roti lapis di Pittsburgh, ketika ditanya tentang dampak terhadap bantuan Ukraina jika Partai Republik menang.Biden berada di Pittsburgh dalam rangka berkampanye untuk kandidat Demokrat John Fetterman, yang persaingannya dengan kandidat Republik Mehmet Oz akan membantu menentukan apakah Demokrat dapat mempertahankan kendali Senat.Dalam beberapa hari terakhir, pemimpin Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kevin McCarthy, mengatakan dia \"tidak akan bersedia memberikan bantuan\" untuk Ukraina jika Partai Republik mengambil kendali DPR dari Demokrat pada pemilu paruh waktu.Partai Republik terpecah antara kubu yang menyoroti pentingnya mengendalikan Rusia dan lainnya yang memilih kebijakan luar negeri yang lebih berbeda.AS telah menyuplai bantuan keamanan lebih dari 17,5 miliar dolar AS (sekitar Rp272,4 triliun) untuk Ukraina sejak Rusia melakukan invasi pada 24 Februari. (Sof/ANTARA/Reuters)
Indonesia Optimistis Hadapi Gejolak Ekonomi Global, Namun Tetap Harus Waspada
Jakarta, FNN - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan Indonesia tetap harus waspada namun optimistis dalam menghadapi gejolak ekonomi global ke depannya.\"Kita waspada karena gejolak, volatilitas, ataupun tekanan yang terjadi di ekonomi global setidaknya akan masuk mempengaruhi ekonomi Indonesia,\" ungkap Destry dalam Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan No.39 September 2022 yang dipantau secara virtual di Jakarta, Jumat.Kendati begitu, dirinya menekankan Indonesia tetap harus optimistis lantaran Indonesia memiliki daya dukung ekonomi yang cukup bervariasi dan solid, ditambah Indonesia mempunyai ekonomi domestik yang cukup kuat, baik didukung dengan konsumsi masyarakat hingga potensi ekonomi lainnya yang luar biasa.Indonesia sejauh ini masih dalam posisi yang cukup baik, dimana perekonomian pada kuartal kedua tahun 2022 masih bisa tumbuh di atas 5 persen dan diperkirakan untuk sepanjang tahun 2022 akan tumbuh di antara 4,5 persen hingga 5,3 persen.Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2022 sangat didukung dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat, yaitu dari konsumsi, investasi, dan ekspor, yang keseluruhannya menopang perbaikan perekonomian.Meski Indonesia turut mengalami peningkatan inflasi seperti negara lain, Destry menuturkan inflasi domestik pada September 2022 sedikit meningkat namun masih dalam batas toleransi, yakni 5,95 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).\"Salah satu penyumbang inflasi yang terbesar adalah inflasi di sektor pangan atau volatile food yang dalam dua bulan terakhir sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan,\" ucap dia.Oleh karena itu, dia menekankan sinergi kebijakan dalam menangani stabilitas ekonomi dan mendorong pemulihan ekonomi sangat diharapkan, khususnya untuk penanganan inflasi.Pemerintah selain mempunyai Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPIP dan TPID), juga menggelar Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang dalam dua bulan terakhir dilakukan di daerah sehingga inflasi pangan sudah menurun perlahan. (Sof/ANTARA)
Untuk Menarik Obat Sirop Berbahan Kimia dari Peredaran, Polri Siap Membantu
Jakarta, FNN - Satgas Pangan Polri siap membantu kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian (K/L) terkait untuk menarik obat sirop mengandung bahan kimia perusak ginjal dari peredaran.\"Polri siap membantu kementerian terkait di pusat dan daerah,\" kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Polri Kombes Pol. Nurul Azizah saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.Nurul menjelaskan Satgas Pangan Polri telah menginformasikan kepada kepala satuan wilayah (kasatwil) untuk membantu Pemerintah melakukan pemantauan terhadap peredaran obat sirop di wilayah. \"Para kasatwil sudah diinfokan untuk membantu melakukan pemantauan,\" tambah Nurul.Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), melarang sementara peredaran obat sirop untuk anak-anak menyusul munculnya kasus gangguan ginjal akut pada anak.Pemerintah tidak melarang penggunaan paracetamol, tetapi melarang penggunaan produk obat berbentuk sirop yang mengandung zat kimia berbahaya, salah satunya ialah etilen glikol (EG). Kementerian Kesehatan menerbitkan instruksi perihal kewajiban penyelidikan epidemiologi dan pelaporan kasus gangguan ginjal akut pada anak pada Selasa (18/10).Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan menginstruksikan kepada seluruh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair atau sirop sampai ada pengumuman resmi dari Pemerintah.Selain itu, seluruh apotek diminta untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk sirop kepada masyarakat sampai ada pengumuman resmi dari Pemerintah mengenai hal itu. (Sof/ANTARA)
Tak Ada Islamofobia di Indonesia, Tegas Mahfud
Jakarta, FNN - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD menegaskan tidak ada rasa takut yang berlebihan terhadap Islam maupun penganut Islam di Indonesia.\"Tidak ada lagi rasa takut terhadap Islam, karena tidak ada islamofobia di negara ini yang dilakukan oleh negara,\" kata Mahfud dalam acara Peringatan Hari Santri Nasional 2022 Halaqah Kebangsaan dengan tema \"Ideologi Negara Ideologi Santri\" di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Jumat.Bahkan, lanjut Mahfud, keberadaan para santri pun diakui oleh Pemerintah dengan ditetapkannya Hari Santri Nasional pada 22 Oktober. \"Tidak ada juga rasa malu untuk mengaku muslim. Kalau dulu, rasanya kalau muslim itu malu-malu, dianggap kampungan; sekarang tidak, karena juga tidak ada islamofobia. Para santri tidak kalah prestasinya dengan orang-orang bukan santri,\" jelasnya.Menurut dia, pergerakan mobilitas vertikal para santri di Indonesia merupakan bukti nyata bahwa tidak pernah terjadi islamofobia di Indonesia. \"Itu semua membantah tudingan bahwa di Indonesia terjadi islamofobia. Kaum santri bisa melesat melalui mobilitas vertikal yang lebih cepat justru karena tidak ada islamofobia di negeri ini,\" tegasnya.Dia menjelaskan islamofobia hanya terjadi di masyarakat secara perseorangan atau mengejek kaum santri sebagai kaum terbelakang. Jika hal tersebut terjadi secara perorangan, katanya, maka akan terdapat pula fobia terhadap agama lain.\"Kalau terjadi di masyarakat, maka di masyarakat juga ada budhafobia, ada kristenfobia, ada hindufobia, bukan hanya islamofobia kalau tingkah laku perorangan di masyarakat; tapi negara dan bangsa ini tidak punya islamofobia sama sekali,\" katanya.Dia menuturkan saat ini kaum santri mengalami kemajuan luar biasa dan sudah mengalami mobilitas sosial vertikal naik yang luar biasa. \"Ada yang sudah jadi presiden, wakil presiden, masuk ke berbagai profesi menjadi saudagar, pejabat, akademisi, pimpinan ormas, politikus, gubernur, bupati, wali kota, dan bahkan ada yang sastrawan, seniman yang sangat berpengaruh di Indonesia,\" ujarnya.Bahkan, kata Mahfud, dalam kehidupan sehari-hari sudah hidup budaya santri dan islami seperti kebiasaan berpakaian islami di kampus-kampus besar, seperti UI, ITB, dan UGM. Presiden Jokowi dan Wapres Ma\'ruf Amin pun, katanya, sering mengundang santri untuk berselawat di Istana Negara. (Sof/ANTARA)
Mau Tahu Tabiat Asli Jokowi?, Lihat dan Kenali Polisi
Oleh: Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI KEBOBROKAN di negara ini sudah menjadi rahasia umum. Dilakukan dengan cara yang tersembunyi, namun juga tak ragu dipertontonkan di hadapan publik. Mulai dari pelayanan masyarakat pada level terendah, hingga terstruktur sampai ke jajaran elit pengambil kebijakan strategis. Hampir merata pada semua institusi negara, namun yang paling menonjol adalah pada lembaga Kepresidenan dan Polri. Kejahatan pada umumnya sering terlihat dalam bentuk penipuan, pemerasan, pencurian dan perampokan. Tak berhenti sampai di situ, marak juga penculikan, perdagangan seks, perjudian, narkoba, miras, pemerkosaan, penganiayaan dan pembunuhan. Keseharian banyak dilakukan orang-orang biasa, rakyat yang tergolong jelata pada umumnya. Sebagian besar karena faktor ekonomi yang membuat hidup dalam tekanan. Selebihnya karena faktor ingin mendapat kesenangan dan karena sering dilakukan pada akhirnya telah menjadi kebiasaan. Selain semua itu, ada korupsi, suap ijin ilegal, perusakan alam, pembunuhan massal dan genosida yang tergolong kejahatan luar biasa. Kalau kejahatan tingkat dewa ini, biasanya menjadi ranah para pejabat negara, pengusaha kelas kakap dan yang paling mumpuni pemimpin tertinggi dalam suatu pemerintahan. Mereka menjadi sedikit orang yang mengatur dan menguasai kepentingan banyak orang. Mereka hanya sedikit tapi menentukan nasib khalayak. Mereka itulah minoritas yang superior terhadap mayoritas. Mirisnya, bukan hanya dilakukan dengan cara sindikasi layaknya kejahatan terorganisir hingga disebut mafia. Untuk memuluskan begitu masif dan sistematiknya pelbagai penyakit peradaban manusia itu. Pelaku yang berjubah kekuasaan, sangat ahli dengan rekayasa yang penuh manipulasi dan konspirasi. Modusnya sering berupa distorsi kebijakan yang berujung tindakan represi, dibumbui isu, intrik dan fitnah. Kejahatan istitusional yang merupakan sinergi dan elaborasi antara birokrasi dan korporasi, menghasilkan daya rusak dan tingkat kehancuran yang tinggi. Menyebabkan penderitaan rakyat di sana-sini secara massal, bagai rasa sakit menahun dan sulit disembuhkan. Di tengah keterpurukan bangsa akibat ketidakmampuan rezim dalam mengelola negara, kehidupan ipolesosbudhankam menjadi begitu memprihatinkan. Salah urus dan buruknya tata kelola pemerintahan, menjadi faktor utama Indonesia kian deras menuju negara gagal. Utang dan defisit keuangan negara yang tinggi, lebih dipicu oleh perilaku dan mental korup. Uang rakyat lebih banyak digunakan untuk membiayai dan mempertahankan kekuasaan, ketimbang untuk pembangunan yang membuat rakyat sejahtera. Keadilan dan kemakmuran hanya untuk pemilik modal dan penguasa. Hukum menjadi alat penindasan bagi rakyat kecil yang lemah. Negara benar-benar dalam belenggu penjahat berwajah pejabat dan pemimpin formal, yang dilindungi kekuasaan atas nama demokrasi dan konstitusi. Dua periode jabatan presiden yang digenggam Jokowi, tak pernah sepi dari gugatan dan pembangkangan rakyat. Menjadikan Polri sebagai perpanjangan tangan sekaligus tameng dalam menjalankan pemerintahannya. Tak sekadar otoriter dan diktator tersembunyi, Jokowi terlanjur dicap publik sebagai pembohong nomor wahid. Sementara Polri dianggap bobrok, serusak-rusaknya aparat keamanan. Keharmonisan dan keselarasan antara Jokowi dan Polri, laksana pengantin yang sedang berbulan madu dan sulit dipisahkan. Antara Presiden dan Polri seperti senyawa yang kuat, sejoli yang memiliki chemistry saling silih mewangi. Baik kedua institusi kenegaraan itu, baik pula rakyat, negara dan bangsa Indonesia. Begitupun sebaliknya, buruk presiden dan polri buruk pula negeri ini secara keseluruhan. Kini, di tengah sikap skeptis dan apriori rakyat terhadap presiden, pada kinerja yang jauh dari standar, pada mentalitas kepemimpinan yang tak layak dicontoh dan diteladani, Jokowi pada kenyataannya, terus dibayangi mosi tidak percaya dan tuntutan mundur dari jabatannya oleh rakyat. Demikian hal yang sama dengan Polri, bukan hanya pada pucuk dan jajaran pemimpinnya. Lembaga keamanan negara yang seharusnya melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat itu, harus berhadapan dengan arus gelombang desakan reformasi di tubuhnya. Presiden dan Polri saling merepresentasi dan saling mewakili, meskipun tak terhindarkan dan tak terbantahkan pada keadaan yang begitu memilukan. Susah senang bersama, kuat dan lemah saling menjaga menutupi. Begitulah presiden dan Polri, ibarat hubungan terlarang saling menyandera dan saling mengikat serta sulit bercerai. Meminjam istilah Kapolri Listyo Sigit Prabowo, tentang ikan busuk dari kepala. Tak cukup tendensius di kalangan internal Polri. Narasi itu bagai menohok Jokowi sang presiden yang menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan. Seperti memberi isyarat kepada rakyat Indonesia, mau tahu tabiat asli Jokowi?, cukup lihat dan kenali polisi. (*)
Kepada Ketua DPD RI, Wakil Bupati Malang Luruskan Jumlah Korban Tragedi Kanjuruhan
Malang, FNN – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mendapatkan pelurusan isu-isu liar terkait jumlah korban tragedi Kanjuruhan, saat bertemu Wakil Bupati Malang, Drs Didik Gatot Subroto, SH, MH di Pendopo Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (20/10/2022). Beberapa media asing dan media sosial menyebut jumlah korban jiwa pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada 1-2 Oktober 2022 mencapai lebih dari 200 orang. Disampaikan oleh Wakil Bupati Malang, bahwa jumlah korban jiwa yang benar adalah 133 orang. \"Korban jiwa yang benar sampai update terakhir adalah 133 orang. Jadi kalau di luaran ada yang mengatakan jumlah meninggal lebih dari itu, dipastikan adalah tidak benar,\" ujar Didik. Menurut Wabup, seandainya jumlah korban jiwa lebih dari yang sekarang, otomatis ada protes maupun komplain dari korban lainnya. Pasalnya ada bantuan dari beberapa pihak yang diterima oleh ahli waris. \"Logikanya kalau yang meninggal lebih dari 200, pasti teriak. Karena ada bantuan atau tali asih, yang jika ditotal mencapai Rp 115 juta per kepala,\" katanya. Bantuan tersebut, lanjut Wabup, berasal dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah (meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu). \"Belum lagi bantuan dari BAZNAS, Bank Jatim, owner Arema dan para anggota DPR dapil Malang,\" tambah Didik. Dijelaskan juga oleh Didik bahwa biaya pengobatan dan perawatan para korban ditanggung oleh pemerintah daerah dan sudah ada instruksi dari Bupati. \"Memang dari korban yang meninggal, jumlah terbanyak dari Kabupaten Malang. Disusul warga Kota Malang dan Kota Batu. Kami pemkab berkomitmen menanggung semua biaya perawatan para korban,\" tukas dia. Ketua DPD RI mengapresiasi langkah-langkah yang diambil oleh Pemkab Malang dalam tragedi Kanjuruhan. Dia menyampaikan rasa duka dan prihatin sekaligus berharap korban jiwa tidak bertambah lagi. \"Saya berharap para korban yang masih menjalani perawatan di rumah sakit segera sehat kembali. Kita apresiasi upaya keras Pemkab dalam hal ini,\" tukas LaNyalla. (mth/*)
Pulau Daun Bawang
Oleh Ridwan Saidi Budayawan MEMAHAMI toponim Kepulauan Seribu mestilah via pintu Armenia. Oknum pemda dan arkaeolog DKI awam belaka dengan bahasa ini karena tak kunjung diajarkan kedatangan migran yang besar itu orang Armenia. Anak didik dijejali info bahwa orang India itu di sini sejak IV M tanpa pembuktian. Pulau Perak artinya tanah pertanian. Pulau Pelemparan artinya daun bawang. Zaman bang Ali diganti pulau Harapan. Saya menjadi tidak heran dengan banyaknya digunakan toponim Armenia setelah mengamati foto penganten pulau Pelemparan seperti di atas. Secara administratif Keputusan Seribu masuk Jakarta era Gubernur Ali Sadikin. Kebudayaan mereka pada dasarnya Betawi. Tapi masih banyak dari mereka yang menyebut diri orang Pulo. Pulau Kotok artinya dalam Armenia pohon. Kotok Betawi artinya tak melihat. Pulau Macan artinya murni. Bukan tiger. Kanda: Cintaku macan padamu Dinda: Oh kanda jangan-jangan dinda takut digeragot macan. Pulau Pari itu perempuan tua. Pari doyan pari. Perempuan tua doyan ikan pari. Tapi ada pulau Putri. Lagunya juga ada: Pulau lah Puteri Pandanglah tak jemu Di situlah tempat Cinta kita bertemu. Juga ada pulau Bidadari yang bikin arkaeolog yang bertugas menjadi kocak jenaka musicana. Situs pulau Bidadari mereka bilang benteng Portugis. Supaya shahih mereka pasang meriem fitik sebesar sepeda roda tiga balita. Tanyalah native. Mereka akan jawab, itu Mortelo. Maksudnya telaga orang Moor. Itu bethseba. Bethseba arkaeolog Indonesia diduga tak pernah tau karena mereka belajar di India: Mehra juta hei Japan Yeh patlul ka himdustan Sarpelal topi ruski Firbidil ke hindustan Acha arkelogiye. (RSaidi)
Lima Indikasi Satgassus Terlibat Dalam Pembantaian KM 50
Oleh M. Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan SATGASSUS Merah Putih namanya. Akan tetapi lebih pantas disebut Satgassus Merah Hitam karena terlalu banyak menumpahkan darah dan bekerja di ruang yang remang-remag bahkan hitam pekat. Lembaga yang bekerja bagaikan mafia ini didirikan oleh Tito Karnavian sewaktu yang bersangkutan menjadi Kapolri. Kepala Satgassus pertama adalah Idham Azis merangkap Kabareskrim Mabes Polri dan kedua Ferdi Sambo Kadiv Propam Mabes Polri. Satgassus terlibat dalam berbagai operasi yang di antaranya pembantaian 6 anggota Laskar FPI yang dikenal dengan kasus Km 50. Lima indikasi keterlibatan : Pertama, 30 personal Propam Mabes Polri pada kasus Km 50 bertugas melakukan \"operasi khusus\" dimulai penguntitan hingga pengamanan personal. Keberhasilan dalam \"membebaskan\" dua anggota Satgassus Fikri Ramadhan dan Yusmin Ohorella di PN Jakarta Selatan hingga Mahkamah Agung menjadi bukti suksesnya operasi khusus Satgassus di Km 50. Ferdy Sambo sebagai Kadiv Propam yang merangkap Kepala Satgassus adalah pemain di atas kamuflase khas mafia. Kedua, tampilnya Karo Paminal Divisi Propam Mabes Polri Brigjen Hendra Kurniawan yang memegang clurit saat konperensi pers tanggal 7 Desember 2O20 bersama Fadil Imran dan Dudung Abdurahman adalah bukti keterlibatan nyata. Rekayasa kronologi yang disampaikan merupakan \"obstruction of justice\". Brigjen Hendra adalah tangan kanan Sambo dalam Satgassus dan Tersangka dalam kasus Duren Tiga. Ketiga, pimpinan operasi Km 50 adalah AKBP Handik Zusen Kasubdit Resmob Polda Metro Jaya. Tim Sambo kasus Duren Tiga ini ikut menjadi bagian perekayasa kasus. Keberadaan AKBP Handik Zusen dalam peristiwa Km 50 sangat jelas. Ia diduga sebagai \"komandan\" dari semua agenda di Km 50 termasuk selebrasi melingkar dengan yel kemenangan. Handik Zusen ditahan di Mako Brimob. Keempat, AKBP Ari Cahya Nugraha alias Acay yang merekayasa CCTV di Duren Tiga atas perintah Sambo melalui Hendra Kurniawan adalah ahli rekayasa CCTV. Perannya dalam mengotak-atik CCTV di Km 50 terungkap dalam pemeriksaan kasus Duren Tiga. Dakwaan JPU menyebutkan siapa Acay dalam kesaksisn AKBP Arif Rahman Hakim. Acay berperan besar baik dalam kasus Duren Tiga maupun Km 50. Kelima, adanya instansi lain dalam keterangan Polisi kepada Komnas HAM saat ditanya atau diperiksa mengindikasikan dua kemungkinan keterlibatan yaitu Institusi BIN yang telah terbongkar melakukan Operasi Delima atau Satgassus \"organ khusus\" yang tidak ada dalam struktur baku Polri. Demikian juga dengan mobil Land Cruiser hitam yang diduga \"milik\" Fredy Sambo. Beredar foto anggota Satgassus Bripka Matius Marey di sebelah Land Cruiser hitam. Lima indikasi keberadaan peran Satgassus pada kasus Km 50 itu membawa konsekuensi bahwa kasus Km 50 harus segera dibuka kembali. Jika Kapolri di depan DPR menyatakan siap membuka kasus Km 50 jika ada novum, maka keberadaan AKBP Acay di Km 50 adalah novum. Novum lain berupa Buku Putih TP3 dan fakta persidangan Habib Bahar Smith di PN Bandung. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran aktif dalam dua kasus baik kasus Sambo ataupun Km 50. Fadil Imran wajib dituntut atas tewasnya 6 anggota Laskar FPI. Fadil Imran harus segera check out dan diproses hukum. Mengingat dugaan pembantaian ini merupakan pembunuhan politik dengan target HRS, maka Presiden harus juga turut bertanggungjawab. Tidak tuntasnya pengusutan menjadi bukti telah dilakukan kejahatan pembiaran atau \"crime by ommission\" oleh Negara atau oleh Kepala Negara. Paket pelanggaran HAM berat lain Pemerintah Jokowi adalah tewasnya 894 petugas Pemilu 2019, pembantaian demonstran di depan Bawaslu 21-22 Mei 2019, pembunuhan keji dr Sunardi serta yang terakhir pembantaian 133 lebih orang tak berdosa di stadion Kanjuruhan Malang. Jokowi tidak bisa lari dari tanggung jawab. Pertanggungan jawaban Presiden Jokowi adalah mundur atau pemakzulan berdasarkan ketentuan Konstitusi UUD 1945 secepatnya. Bandung, 21 Oktober 2022
Muhammad SAW: Sang Muatiara-04
Dan, karenanya sebagai Umat yang menauladani beliau hendaknya kegelisahan dan keresahan itu ditumbuh suburkan di saat berbagai penyelewengan dan kezholiman merajalela. Oleh: Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation DUNIA yang gelap saat ini biasa juga disebut dengan dunia yang tidak menentu (a world with uncertainty). Dunia yang seperti ini pastinya mengalami kebingungan yang dalam (deep confusion). Di era Rasulullah SAW dunia seperti ini disebut dengan dunia yang penuh kegelapan (zhulumat). Kata “ظلمات” (dzulumaatin, kegelapan) dalam bahasa Al-Quran tidak saja dimaknai sebagai situasi di mana cahaya atau sinar tidak ada (absen). Tapi juga menggambarkan situasi kekacauan (chaotic) yang menimbulkan keresahan, bahkan penderitaan. Kata ini pada dasarnya lebih identik dengan keadaan yang keluar dari batas-batas kewajaran. Keadaan yang melanggar batas-batas kewajaran (thabiat) dalam bahasa sehari-sehari disebut “kezholiman” (zhulm). Kezholiman dalam berbagai wujudnya inilah yang menjadi kegelapan dalam hidup manusia. Kezholiman dalam akidah (syirik), kezholiman dalam pendidikan (kebodohan), kezholiman dalam kehidupan sosial dan perekonomian (ketidak adilan sosial), kezholiman dalam perpolitikan (kediktatoran). Baik kediktatoran kasar maupun halus, termasuk kediktatoran yang diakui sebagai sebuah prilaku politik “diktator yang Konstitusional”. Mekah saat itu penuh dengan ragam kegelapan atau kezholiman ini. Situasi ini yang menjadikan Muhammad yang batinnya terpelihara dalam kefitrahan menjadi resah. Beliau kemudian tergerak untuk melakukan perubahan. Hanya saja ketika itu beliau dalam kesendirian. Perilaku zholim ketika itu seolah telah menjadi bagian dari alam (alami). Melakukan sesuatu yang melawan kezholiman justeru akan dianggap keanehan, bahkan pemberontakan. Muhammad SAW yang ketika itu sesungguhnya telah memasuki masa hidup profesional sebagai “menejer bisnis” atau CEO di masa kini. Beliau mengelolah perusahaan isterinya yang saat itu dikenal sebagai “businesswoman” yang sangat berhasil dan terhormat. Beliau adalah Khadijah binti Khuwailid. Namun kesibukan Muhammad sebagai CEO tidak menjadikannya lupa akan tanggung jawab sosialnya. Membawa perubahan, menghadirkan cahaya dalam kehidupan manusia. Dari hari ke hari beliau resah. Gelisah dengan berbagai penentangan terhadap fitrah manusia dan kehidupan. Beliau pun seringkali menjauhkan diri dari situasi yang demikian. Seolah ingin melepaskan keresahan dan kegelisahan itu. Beliaupun menghabiskan banyak waktu di dalam sebuah gua di atas sebuah gunung di luar kota. Inilah yang dikenal dalam sejarah dengan “takhannuts” dan gunungnya kemudian lebih dikenal dengan sebutan “jabal Nur”. Kata “takhannuts” dimaknai sebagai perenungan yang mendalam dalam kesendirian. Sebagian menyamakannya dengan kegiatan meditasi. Sebagian yang lain cenderung melihatnya mirip dengan kegiatan “nyepi” dalam tradisi Hindu. Tapi pastinya walau ada persamannya, kegiatan “takhannuts” ini memiliki makna substantial maupun tujuan yang berbeda yang bukan saatnya saya elaborasikan. Hal yang paling mendasar dari takhannuts ini adalah bahwa kegiatan ini terlahir dari kegelisahan dengan berbagai deviasi yang terjadi dalam masyarakat dan kehidupan manusia. Maka dengan sendirinya kegiatan ini bertujuan untuk mencari solusi dari berbagai masalah kehidupan itu. Harapan untuk menemukan solusi itulah yang sesungguhnya terpenuhi dengan diangkatnya secara formal baginda Muhammad menjadi RasulNya (bi’tsah) dengan diturunkannya tuntunan (wahyu) untuk solusi yang dimaksud. Kesimpulan yang ingin saya sampaikan pada bagian dari tulisan ini adalah bahwa salah satu karakter dasar Muhammad adalah anti “kegelapan” (kezholiman, penyelewengan) dalam kehidupan manusia. Ada rasa kemarahan dan minimal keresahan, kegelisahan dengan berbagai penyelewengan yang terjadi di sekitarnya. Dan, karenanya sebagai Umat yang menauladani beliau hendaknya kegelisahan dan keresahan itu ditumbuh suburkan di saat berbagai penyelewengan dan kezholiman merajalela. Jangan sampai di satu sisi Umat ini mengaku pengikut Muhammad tapi pada saat yang sama membiarkan kezholiman itu tumbuh subur. Lebih jahat tentunya ketika ada di kalangan Umat ini menjadi kolaborator kezholiman. Bahkan menjadi pelakuka kezholiman… wal’iyadzu billah! NYC Subway, 20 Oktober 2022. (*)