ALL CATEGORY

Penyerapan APBN Rendah Mencerminkan Pengelolaan Keuangan Negara Gagal

“Artinya kalau memang punya belanja yang belum terserap ya kita pastikan diserap berkualitas, bukan kemudian harus jor-joran dibelanjakan,” jelas Febrio dalam kesempatan yang sama.  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) INI jelas telah menunjukkan kegagalan pemerintah dalam mengelola keuangan negara. Surplus APBN begitu besar tapi PPN dan harga BBM dinaikkan dengan alasan APBN Akan Jebol, yang belakangan terbukti hanya isapan jempol alias pembohongan publik, dan kejahatan kepada rakyat? Tingkat penyerapan APBN begitu rendah, inflasi pangan sangat tinggi, pemerintah seharusnya membelanjakan APBN untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelompok bawah. Tapi ini malah sebaliknya, menaikkan PPN dan harga BBM. Kok bisa pemerintah begitu jahat terhadap rakyatnya? Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu, sisa uang belanja negara yang belum terserap nantinya bisa menjadi dana tambahan atau cadangan untuk pemerintah untuk APBN 2023. Apa itu tidak salah? Apa BKF tidak mengerti, bahwa APBN 2022 yang tidak terserap tidak bisa digunakan untuk APBN 2023? Penyesatan informasi? Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Jum’at (28/10/2022), menyebutkan, tahun 2022 tersisa dua bulan lagi, namun masih ada Rp 1.200 triliun belanja negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang masih belum terealisasi.Ia menjelaskan, di sisa akhir 2022, dari pagu belanja negara di dalam Perpres 98/2022 sebesar Rp 3.106,4 triliun, pemerintah baru merealisasikan belanja sebesar Rp 1.913,9 triliun atau baru terserap 61,6% hingga 30 September 2022.Artinya masih ada Rp 1.192,5 triliun yang belum diserap atau dibelanjakan.“Daftar belanja kita ada Rp 3.000 triliun, kalau itu dieksekusi semuanya, itu masih ada Rp 1.200 triliun yang akan di-spend (dibelanjakan) dalam 2 bulan ke depan. That\'s really big money,” jelas Sri Mulyani dalam seminar yang diselenggarakan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jumat (28/10/2022). Dengan anggaran belanja yang belum terserap tersebut, Sri Mulyani meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2022 masih akan kuat, bahkan diperkirakan lebih tinggi dari Kuartal II-2022 yang mencapai 5,44% (year on year/yoy).Febrio menambahkan, untuk sisa belanja negara yang sekira Rp 1.200 triliun itu bukan artinya harus dihabiskan atau dibelanjakan.Menurut pemerintah, pasalnya untuk membelanjakan uang sebesar itu pada sisa akhir tahun menjadi tantangan tersendiri.“Artinya kalau memang punya belanja yang belum terserap ya kita pastikan diserap berkualitas, bukan kemudian harus jor-joran dibelanjakan,” jelas Febrio dalam kesempatan yang sama. Sehingga apabila belanja negara dalam APBN 2022 tidak bisa terserap dengan baik, maka artinya pemerintah bisa menghemat anggaran dengan konteks belanja yang berkualitas. Seperti dilansir CNBC Indonesia, Jumat (28/10/2022 19:14 WIB), sisa uang belanja negara yang belum terserap itu, kata Febrio, nantinya bisa menjadi dana tambahan atau cadangan pemerintah untuk APBN 2023.“Jadi, tahun depan itu kita antisipasi menghadapi ketidakpastian, bahwa karena ketidakpastian tinggi tahun depan, kita pastikan bahwa kita akan punya cash buffer yang cukup dari tahun 2022,” jelas Febrio. (*)

Kejahatan dan Kelicikan Manusia Iblis

Bergaya mengejar bayangan radikalisme, terorisme, intoleran, dan bahkan fatamorgana politik identitas, rekayasa mereka sendiri. Dialah sebenarnya yang sedang memangsa bangsa dan negara ini. Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih KALAU itu Nash pasti akan terjadi karena semua ada genggaman pemilik yang serba Maha. Syetan atau Iblis akan menggangu manusia itu nash akan terjadi sampai saatnya bumi akan dihancurkan (hari Kiamat). Hanya ketika Syetan atau Iblis akan menggangu atau memusuhi manusia tetap ada rambu perjanjian yang syetan tidak akan bisa menerjang atau melanggarnya, yaitu ketika pada manusia berisi iman. Syetan atau Iblis akan melemah, mengecil dan menjauh. Ketika turun surat An Nash – Syetan atau Iblis bisa berwujud manusia ketika itu syetan, ia bisa masuk melalui aliran darah anak Adam (manusia), manusia bisa berubah menjadi liar, sadis, jahat, dan melebihi liciknya Iblis yang hanya tugas sebagai pembisik. Muncullah permusuhan saling memperdayai, saling bunuh antar manusia, bahkan saling memangsa sesama manusia yang mengaku umat beragama, apalagi dengan manusia bernyawa Dajjal. Manusia akan hilang kemanusiaannya berubah menjadi manusia hewan dan lebih hina karena akan sampai saling membunuh satu sama lain. Wahn yaitu  awal lahirnya manusia kapitalis yang buas, jahat, dan licik. Indonesia lahir dari perjuangan para syuhada ulama dan sebagian manusia sufi yang melahirkan rambu penjaga aturan keseimbangan hidup bernegara yang bhineka dan diharapkan bisa hidup bersama dengan damai, kemudian dihancurkan oleh para Syetan atau Iblis Oligarki yang nafsunya hanya untuk mengejar dunia. Semua terperangkap di dalamnya hanya alasan nafsu, butuh makan dan udud. Mereka terus bermain akrobatik memutar balikan kebenaran sampai UUD ‘45 dan Pancasila diporak-porandakan. Anehnya mereka masih mengaku paling pancasilais. Bergaya mengejar bayangan radikalisme, terorisme, intoleran, dan bahkan fatamorgana politik identitas, rekayasa mereka sendiri. Dialah sebenarnya yang sedang memangsa bangsa dan negara ini. Bergaya negarawan – menipu diri memanipulasi kalimat dalam Pancasila hanyalah ucapan tanpa makna. Bahkan, sampai mengatakan bahwa agama adalah musuh Pancasila. Kondisi ini hanya bisa diatasi dengan bersatunya umat Islam dan seluruh bangsa Indonesia, sadar semua dalam bahaya dan harus bisa membasmi Syetan atau Iblis yang telah menyesatkan konstitusi dasar negara kita. Segera kembalikan dan kembali ke Pancasila dan UUD ‘45 asli, jalannya adalah Revolusi! (*)

Menepis Pencapresan Anies, PKS Bakal Apes

Belakangan banyak muncul agitasi dan propaganda  yang ingin memisahkan dan membenturkan kekuatan politik berbasis nasionalis dan kekuatan politik berbasis agama. Relasi  kedua politik kebangsaan yang  menjadi fundamental dan radikal bagi keberadaan sekaligus kesinambungan Pancasila, UUD 1945 dan NKRI, coba diusik terutama menjelang pilpres 2024.  Boleh jadi upaya itu datangnya dari sub koordinat kapitalis dan anasir komunis. Termasuk yang ingin membangun skenario politik menggagalkan PKS mengusung Anies sebagai capresnya. Oleh: Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI  BELAKANGAN ramai beredar pemberitaan PKS menolak deklarasi pencapresan Anies bersama partai Demokrat yang rumornya akan digelar pada tanggal 10 November 2022. Selain karena masih enggan menerima usulan AHY sebagai cawapres Anies, PKS digadang-gadang mulai getol menawarkan kadernya sendiri Ahmad Heriawan sebagai pendamping Anies dalam pilpres 2024. Entah benar atau tidak, entah apapun alasannya jika PKS  akan melakukan hal itu. Menjadi menarik untuk sedikit mengulas manuver partai dakwah sekaligus partai kader itu. Terutama dalam memainkan perannya dalam pilpres yang dianggap paling panas dan akan menentukan perjalanan kebangsaan Indonesia. Seandainya saja koalisi partai Nasdem, demokrat dan PKS gagal terwujud, terlebih saat PKS sampai memaksakan Ahmad Heriawan sebagai cawapres apalagi sampai tidak mengusung Anies sebagai capresnya. Bisa dibilang selain akan menimbulkan gejolak internal, publik khususnya umat Islam akan terguncang dan bertanya ada apa dengan PKS?. Sebagai  partai politik yang identik dengan karakter santun,  bersih dan peduli itu. PKS memang dikenal menjadi sebuah entitas  yang mengedepankan etika dan adab dalam berpolitik. Tidak sekedar menjunjung demokrasi dan setia pada konstitusi, PKS merupakan satu-satunya partai politik di parlemen yang komitmen, konsisten dan gigih dajam memperjuangkan aspirasi rakyat dan umat. Pelbagai perlawanan terhadap RUU hingga sah menjadi produk hukum seperti Omnibus law, HIP, minerba dlsb., menjadi jejak rekam yang tak terbantahkan dan menjadi catatan fenomenal PKS dalam bersikap kritis sekaligus berani berjibaku memperjuangkan rakyat dari eksploitasi rezim.  Tak bernafsu dengan segala cara untuk meraih kekuasaan, PKS juga menjadi satu-satunya partai politik yang berani tegas  menolak liberalisasi dan sekulerisasi. Tak ragu meski sendirian dalam parlemen, tak cemas walau     menghadapi konspirasi partai politik yang disinyalir telah dikuasai oligarki. PKS tetap istiqomah sebagai oposisi, namun sabar menempuh jalan sunyi kebenaran dan keadilan. Pantang menyerah karena dibully, dicaci-maki dan difitnah, serta tawadhu dalam menampilkan integritas dan  mau berproses untuk meraih kemenangan demokrasi pada waktunya kelak. Menjadi hal yang wajar dan layak bagi PKS untuk melakukan distribusi peran dan menempatkan kader terbaiknya dalam jabatan strategis penyelenggaraan negara. Terlebih sebagai partai politik terbaik dalam pengorganisasian dan pengkaderan di Indonesia, PKS tak kekurangan orang-orang yang cerdas dan berahlak. Dengan banyaknya  kader yang tersedia secara kualitas dan kuantitas, PKS memang pantas dan memenuhi syarat menempatkan kadernya  berkiprah dalam panggung politik nasional. Tidak terkecuali pada Ahmad Heriawan, politisi yang yang berpengalaman dalam birokrasi yang tanpa celah korupsi dan skandal moral lainnya. Pengalamannya sebagai gubernur Jawa Barat yang sukses,  Aher layak diperhitungkan sebagai cawapres Anies. Selain mendorong iklim demokrasi yang sehat, kehadiran Aher dalam bursa cawapres pendamping Anies juga menjadi penyeimbang bagi pewarnaan  dinamika  pencapresan Anies oleh partai politik tertentu. Termasuk tak menutup kemungkinan dari faktor dominasi Nasdem dan desakan cawapres AHY oleh Demokrat. Tentu saja, kesabaran untuk tetap berada di luar kekuasaan dan menjadi oposisi yang kritis,  cerdas dan bermartabat. Membuat PKS sejatinya akan lebih matang dan bijak dalam menentukan langkah dan sikap politiknya menghadapi pilpres 2024. PKS menjadi satu-satunya partai politik yang progres dan ofensif mengemban amanat rakyat meski geraknya terbatas di luar kekuasaan. Persfektif politik PKS terhadap pencapresan Anies tak diragukan lagi, bahkan mustahil PKS berpaling pada Anies. Euforia pada Anies yang diikuti oleh kerinduan, harapan  dan keinginan rakyat akan kehadiran pemimpin yang merangkul serta memiliki kemampuan membawa kehidupan rakyat, negara dan bangsa yang lebih baik. Seakan menjadi representasi karakter PKS, semua  yang ada dalam behavior Anies. Ya, PKS seperti bersenyawa dengan Anies. PKS identik dengan Anies, begitupun sebaliknya Anies identik dengan PKS. \"Chemistry\" keduanya, seakan menjadi tak terpisahkan. Meski beberapa gimik muncul dalam dinamika politik yang dimunculkan beberapa politisi kader PKS, termasuk soal pencapresan Anies dan wacana Ahmad Heriawan sebagai cawapresnya. Seperti tagline sebuah produk minuman, siapapun cawapresnya, presidennya tetap Anies bagi PKS. Sejatinya Anies dipastikan akan mengusung Anies sebagai capresnya, cepat atau lambat. Menjadi partai politik yang teruji dan terbukti dibesarkan oleh sistem bukan karena figur semata. PKS yang mampu menggerakan motivasi, proses dan tujuannya sebagai entitas politik yang potensial, bukan tradisional dan anti demokrasi sebagaimana ditampilkan oleh kebanyakan partai penguasa, bahkan sekalipun oleh yang melabeli partainya dengan demokrasi . Tampaknya, tak perlu diragukan lagi oleh rakyat dalam menentukan capres ataupun cawapresnya dalam pilpres 2024. Anies sudah final, tinggal mengutak-atik atau musyawarah siapa cawapresnya dan dari partai politik, birokrat, militer ataupun pengusaha  yang tak jadi masalah bagi PKS. PKS menepis pencapresan Anies, PKS bakal apes. Terlebih saat adanya konspirasi dari rezim dan oligarki beserta ternak-ternaknya terutama para buzzer yang ingin menjegal Anies sebagai presiden. Konon, katanya PKS juga ditawari oligarki uang dan fasilitas jabatan jika saja mau menggagalkan rencanyanya mengusung Anies sebagai capresnya. Ah, ada-ada saja, tak mungkin itu, itu bukan karakternya PKS. Sebuah intrik murahan, ketakutan terhadap tampilya politik ahlak dan berkeadaban. Itu hanya siasat gerakan Islamophobia dari kegelisahan segelintir kalangan yang status quo, yang anti perubahan dan ingin melanggengkan kekuasaan dan menyiapkan pemimpin boneka berikutnya. Persekongkolan gerombolan penjahat berkedok pemimpin negara yang menjadi budak kapitalis dan budak komunis. *) Dari pinggiran catatan labirin kritis dan relung kesadaran perlawanan.

Sebelum Melayu, di Jakarta Omong Apa?(I)

Oleh Ridwan Saidi Budayawan  Seorang rekan sejarawan dari Malaysia me-WA, Bahasa logat Betawi mirip dengan bahasa harian di daerah Hilir Negeri Perak. Terima WA saya gumbira ati karena sebuah pulau di  Kepulauan Seribu, Pulau Perak yang artinya bukan silver, tapi lahan pertaniann.  Yang dimaksud dengan judul CABE, adalah bahasa yang digunakan era cave life sampai dengan pembentukan zona ekonomi IX M. Bahasa pra Melayu misalnya lirik lagu kanak-kanak berikut ini: Pimpen belem pimpen hek - stabel malem stabel hek. (Jaga bapa jaga mak - Tiap malam jaga mak) Contoh vocabular non-Melayu: Ngegending, tangerang, onoh, prak, tir, sunter, ancol, jukung, petir (daun), pamulang, meruya, ngeroyan, senen (berkuda), tana merdeka, kapitan jongker, blandongan, unur, drompal, ayer, edam, duri, kepa, bowes, saya (insan), lu/elu, pengejek, parigi, teng long, teng loleng, teng sin, bluntas (gudang), brok, jembatan dua, jembatan tiga, selesa, rèbo, jumahat, langgar, petiman, bogor (angsa), senayan.  batere, hong, inglo, mateyari, habek, cengkaw, cengkareng, maja. busu\', lolo, gong, go\'ong, beos, angke. condet, glodok, kemang, manga (tanjakan), manggu, jambatan mera, sase, ngepal, mimi, seruput, lebok , Si jenat, mak poco, gegeni,  pager, temu. angkrok,  loser, telombong, lodong, tipar,  dim. kati, sekeduk, bebe. Iikur, jelamprang, tatah, songko, istal, jo\'e. ngebak, ngegojot. (RSaidi).

Hampir Dapat Dipastikan KTT G20 Gagal

Jelas klaim ini tidak sesuai fakta, apakah bangsa ini tidak ada rasa malu lagi, “membajak” prestasi pihak lain, pihak internasional, untuk diakui sebagai miliknya? Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) BAHWA KTT G20 bakal gagal, sudah terbayang sejak lama. Seharusnya Indonesia bersikap realistis atas kemungkinan gagal ini. Sikap realistis ini akan lebih dihargai, karena kegagalan KTT G20 akibat terjadi perang Rusia dan Ukraina (dengan dukungan NATO). Tepatnya akibat serangan Rusia ke Ukraina. Perang ini membuat anggota G20 terpecah, bahkan konfrontasi langsung di antara mereka, antara Rusia dan NATO. Dalam kondisi seperti ini, berapa besar kemungkinan mereka dapat duduk berdampingan di dalam KTT G20 seolah-olah tidak ada apa-apa? Sebagian besar anggota G20 adalah anggota NATO (7 negara) dan sekutu dekat NATO (3 negara: Jepang, Korea, Australia). Sikap NATO terhadap Rusia terkait Ukraina sangat jelas. Sejak 2014, NATO mengutuk keras aneksasi (menurut NATO) yang dilakukan Rusia terhadap teritori Ukraina, Crimea, serta tidak mengakui pendudukan ini. Serangan Rusia atas Ukraina pada Februari lalu mendapat respons langsung dari NATO, yang secara terbuka memberi bantuan kepada Ukraina dalam segala hal untuk mempertahankan teritorinya, sekaligus memberi sanksi kepada Rusia. Bantuan kepada Ukraina datang dari seluruh negara anggota NATO. Tentu saja bantuan dari AS sangat menentukan. Oleh karena itu, kegagalan KTT G20 bukan hanya tidak akan menghasilkan komunike dalam bidang apapun, tetapi lebih dari itu. Hampir dapat dipastikan Joe Biden dan Vladimir Putin tidak akan hadir, begitu juga dengan anggota teras NATO lainnya. Apa artinya KTT G20 tanpa kehadiran langsung kepala negara itu, khususnya AS dan Rusia? Artinya gagal!  Klaim FIF Dalam rilisnya pada 9 September 2022 lalu, Bank Dunia mengungkapkan bahwa lebih dari US$1,4 miliar dalam komitmen keuangan telah diumumkan dan diharapkan lebih banyak lagi dalam beberapa bulan mendatang. Sejauh ini, komitmen telah dibuat oleh Australia, Kanada, China, Komisi Eropa, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Republik Korea, Selandia Baru, Norwegia, Singapura, Afrika Selatan, Spanyol, UEA, Inggris Raya, Amerika Serikat, Bill & Melinda Gates Foundation, Rockefeller Foundation, dan Wellcome Trust. Kita ketahui bahwa Financial Intermediary Fund (FIF) didirikan oleh World Bank untuk membantu negara berkembang (negara berpendapatan rendah dan menengah) menangani permasalahan pandemi yang didirikan pada 30 Juni 2022, dan mengadakan pertemuan pertama pada 8-9 September 2022. FIF juga melibatkan tenaga ahli dari WHO. Sejauh ini Bank Dunia berhasil mendapatkan komitmen senilai 1,4 miliar dolar AS dari berbagai negara dan yayasan philantropis dunia. Demikian dalam rilis World Bank pada 9 September 2022 lalu. Tapi, tahukah Anda, Presidensi G20 Indonesia telah mengklaim berhasil mengumpulkan FIF senilai US$1,4 miliar? Jelas klaim ini tidak sesuai fakta, apakah bangsa ini tidak ada rasa malu lagi, “membajak” prestasi pihak lain, pihak internasional, untuk diakui sebagai miliknya? Memang kasihan, bagi mereka yang miskin prestasi. Bisa jadi, mungkin klaim seperti inilah yang menyebabkan KTT G20 bakal gagal. (*)

Logika Cerdas Rocky Gerung: Luhut Cawapres Anies?

Dan sekaligus membuka kesempatan agar AHY dapat dipilih sebagai calon wakil presiden Anies, karena yang bersangkutan bukan dari rezim Jokowi selama dua periode ini. Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) ROCKY Gerung sungguh sangat cerdas dalam menyampaikan misi di dalam diskusi publik. Sebelumnya elit Nasdem, Ahmad Ali, pernah mencetuskan atau mengusulkan, Luhut Binsar Panjaitan (LBP) sebagai calon Wakil Presiden Anies Baswedan. Tanggapan publik ketika itu datar saja, bahkan bisa dibilang tidak ada reaksi. Sekarang kubu Anies mulai menentukan kriteria calon wakil presiden lebih serius, dan terukur. Apakah kriteria tersebut dari Anies atau dari NasDem, kurang pasti. Begitu mendapat kesempatan emas untuk membahas ini, Rocky Gerung tidak menyia-nyiakannya. Pertama, Rocky Gerung mengatakan bahwa kriteria atau check list yang dibuat kubu Anies Baswedan bukanlah untuk menyaring calon wakil presiden, tetapi untuk menghalangi: siapa saja yang tidak memenuhi kriteria maka tidak bisa menjadi wakil presiden Anies. Ini sebuah pengungkapan yang sangat penting dan brilian. Jelas, Rocky ingin mengatakan kriteria ini untuk mengganjal AHY (Agus Harimurti Yudhoyono)! Luar biasa. Kedua, berdasarkan kriteria tersebut maka tidak ada satu orangpun yang memenuhi syarat dan bisa menjadi calon wakil presiden Anies. Kecuali hanya satu, yaitu Luhut Binsar Panjaitan (LBP). Dengan pernyataan ini, Rocky ingin memainkan psikologis pendukung atau relawan Anies, Rocky ingin memancing kemarahan relawan Anies. Karena Rocky tahu bahwa relawan Anies tidak akan setuju kalau LBP menjadi wakil presiden Anies. Sebabnya, LBP dikenal luas sebagai orang yang sangat penting di belakang semua kebijakan Jokowi saat ini, yang banyak menuai protes dari masyarakat luas dan relawan Anies khususnya. Diharapkan, reaksi marah relawan Anies Baswedan dengan sendirinya akan menghentikan kubu Anies mencalonkan Luhut sebagai calon wakil presiden Anies. Bahkan diharapkan akan berdampak lebih luas, bukan hanya Luhut yang mendapat penolakan, tapi semua pihak yang terkait rezim oligarki ini. Artinya, inti dari pernyataan Rocky adalah untuk menutup kemungkinan Anies berkolaborasi dengan oligarki. Dan sekaligus membuka kesempatan agar AHY dapat dipilih sebagai calon wakil presiden Anies, karena yang bersangkutan bukan dari rezim Jokowi selama dua periode ini. Yang lebih hebat lagi, Rocky Gerung bersedia menjadi orang yang dicaci-maki oleh pendukung dan relawan Anies, karena berani “menghina” Anies dengan mendampingi Luhut sebagai wakil presiden Anies. Sungguh brilian! (*)

Mujahid Dakwah Abdullah Said

 Abdullah Said adalah mujahid dakwah multi talenta, sebagai sosok teoretisi dan praktisi. Acuan dakwahnya adalah sirah nabawiyyah, yang dalam tempo 23 tahun berhasil membangun peradaban baru. Oleh: Muhammad Chirzin, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta GAJAH mati itu meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan jasa. Sebuah peribahasa tentang seseorang yang gemar berbuat baik semasa hidupnya, setelah meninggal dunia kebaikannya akan selalu dikenang. Salah satu mujahid dakwah menuju jalan Allah ialah KH Abdullah Said (1945-1998). Sejak belia Abdullah Said sudah menekuni syiar Islam. Pendiri organisasi kemasyarakatan Islam Hidayatullah ini mencurahkan seluruh usianya di jalan dakwah. Sejak muda ia menghayati makna amalan ikhlas lillahi taala. Tidak ada kata lelah dan menyerah dalam usaha menegakkan amar maruf nahi munkar. Ia lahir dengan nama Muhsin Kahar, bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 di Desa Lamatti Rilau, Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Ayahnya, Abdul Kahar Syuaib, beliau dai sekaligus imam kampung setempat. Ibundanya, Aisyah. Saat berusia 10 tahun, Muhsin Kahar alias Abdullah Said hijrah ke Makassar, mengikuti ayahnya. Sebelum hijrah ke Makassar, Abdullah Said hanya sempat menyelesaikan pendidikan sekolah dasar hingga kelas tiga. Pendidikan formalnya tersebut dilanjutkannya di kota tersebut. Lulus dengan predikat terbaik, Muhsin Kahar melanjutkan pada sekolah agama, yakni Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) dengan ikatan dinas enam tahun. Ia pun meneruskan ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alaudin Makassar. Abdullah hanya bertahan dua semester di kampus tersebut. Sebab, ia merasa tidak memperoleh ilmu baru di bangku kuliah. Antara energi dan waktu yang dikeluarkan dan hasil yang didapat dianggapnya tidak sebanding. Abdullah Said otodidak. Ia membaca banyak buku bertema agama Islam. Di antara penulis favoritnya ialah Buya Hamka, A Hassan, M Isa Anshari, dan M Natsir. Banyak majelis kajian didatanginya pada masa rihlah keilmuan nonformal ini. Begitu pula masjid-masjid tempat menimba ilmu dan hikmah dari sejumlah ulama. Semangat menuntut ilmu membuat Abdullah Said merantau dari satu daerah ke daerah lain. Salah satu daerah tujuannya ialah Ponorogo, Jawa Timur. Ia menyambangi Pondok Modern Darussalam Gontor walaupun hanya sepekan. Abdullah Said lalu menuju Pondok Pesantren Persis Bangil, tempat bertukar pikiran dengan Ustaz Mansyur Hassan. Berkat persahabatannya dengan putra ulama Persatuan Islam (Persis) A Hassan itu, ia kerap diundang untuk menjadi khatib di masjid-masjid Persis. Tiga bulan berikutnya, ia ke Jakarta untuk menimba ilmu dari sejumlah tokoh Muslim di sana. Barulah kemudian kembali ke Sulawesi Selatan untuk berdakwah. Sejak 1966 Ustaz Abdullah berkiprah di persyarikatan Muhammadiyah. Pertama-tama melalui Pemuda Muhammadiyah Cabang Sulsel dan Sultra. Dari persyarikatan tersebut ia mempelajari bagaimana sistem kaderisasi dai berjalan efektif. Inilah bekal yang sangat berharga untuk kelak merintis pesantren dan ormas Hidayatullah. Sebagai aktivis Pemuda Muhammadiyah, ia pernah menggemparkan seluruh Makassar. Cerita bermula pada 27 Agustus 1969. Bersama para pemuda Muhammadiyah Makassar, ia melakukan penyerbuan tempat perjudian lotto.  Banyak tokoh muda Muslim setempat yang diamankan di ruang tahanan Kodim 1408 Makassar. Atas saran sejumlah kawannya, ia pun meninggalkan kota itu. Dalam kondisi dikejar-kejar aparat kepolisian, ia pun memutuskan untuk mengganti nama, dari Muhsin Kahar menjadi Abdullah Said. Kota Balikpapanm Kalimantan Timur menjadi lokasi hijrahnya pada Maret 1970. Masyarakat Muslim setempat menerimanya dengan tangan terbuka. Setahun kemudian ia berhasil mengumpulkan sejumlah anak muda. Mereka kemudian diarahkan untuk mengikuti kaderisasi dai. Proses yang disebut Training Center (TC) Darul Arqam itu berlangsung dua kali, yakni tahun 1970 dan 1972, di kota tersebut. Selama di Kota Balikpapan, Ustaz Abdullah Said selalu mengamati kondisi kehidupan umat Islam. Menurutnya, kaum Muslimin sudah mulai terseret arus gaya hidup hedonisme. Anak-anak muda itu cenderung tertarik pada kesenangan duniawi, alih-alih menekuni ilmu-ilmu agama. Di daerah berjulukan Kota Minyak itu, sang ustaz ingin menggalakkan TC Darul Arqam. Bahkan, visinya ialah mewujudkan sebuah kampung kaderisasi muballigh. Dengan demikian, penempaan generasi muda di dalamnya dapat berlangsung dengan lebih intens. Ia mulai mengomunikasikan gagasannya itu kepada sejumlah dai, baik yang sebaya maupun senior. Jaringan Muhammadiyah yang ada di Kalimantan didayagunakannya untuk itu. Begitu pula dengan ormas-ormas lain. Pada awalnya, mereka mengira bahwa Ustaz Abdullah semata-mata hendak menyebarluaskan TC Darul Arqam, agar seperti kaderisasi dai di lingkungan Pemuda Muhammadiyah. Namun, pada akhirnya disadari bahwa ulama dari Sulawesi Selatan itu ingin “bergerak” lebih maju. Yakni, merealisasikan sebuah tempat yang memang khusus dibuat sebagai kawah candradimuka para pemuda Muslim. Tak butuh waktu lama Ustaz Abdullah dikenal luas reputasinya sebagai seorang orator ulung. Banyak masjid di Balikpapan yang mengundangnya berceramah. Dalam tiap kesempatan tausiyah, ia menyelipkan pesan tentang pentingnya membangun kawasan kaderisasi dai. Allah SWT memudahkan jalannya. Sejumlah tokoh mendukung gagasannya. Hasan Ibrahim, alumnus Pesantren Krapyak yang pernah juga menimba ilmu di Akademi Tarjih Muhammadiyah. Muhammad Hasyim HS, yang pernah nyantri di Pondok Modern Gontor. Dan, Muhammad Nazir Hasan seorang dai lokal yang saat itu sedang belajar di Akademi Tarjih Muhammadiyah. Mereka membantu Ustaz Abdullah mewujudkan impiannya, membangun kampung perkaderan di Balikpapan. Pada 1 Muharram 1393 Hijriyah atau 5 Februari 1973 dia diberi sebuah lahan di Karang Bugis, Kalimantan Timur. Berdirilah kompleks pondok pesantren yang dinamakan Hidayatullah. Pada 1976, Ustaz Abdullah menerima wakaf berupa tanah seluas 5,4 ha dari seorang dermawan. Lokasi area itu di Gunung Tembak, sekira 33 km dari Kota Balikpapan. Dengan sokongan dari Walikota Balikpapan saat itu, H Asnawie Arbain, berdirilah pusat pembinaan Hidayatullah di sana. Pesan untuk Para Dai Sejak 1970-an, Ustaz Abdullah Said alias Muhsin Kahar telah cukup sukses dalam menghadirkan kaderisasi dai. Terlebih lagi, pada masa itu mulai mendirikan Pesantren Hidayatullah – yang di kemudian hari bertransformasi menjadi organisasi masyarakat (ormas) Islam. Kawasan Gunung Tembak, Kalimantan Timur, yang semula hanya tanah semak belukar, diubahnya menjadi cahaya peradaban. Dari sanalah para pemuda Muslim dididik dan ditempa agar menjadi muballigh yang andal, baik pada aspek ilmu dan kognitif, maupun mental dan akhlak. Salah satu target Ustaz Abdullah ialah menyebarkan syiar Islam seluas-luasnya, termasuk ke daerah-daerah pedalaman di Tanah Air. Sejak tahun 1975 para pemuda yang lulus kaderisasi di Gunung Tembak dikirim ke banyak kawasan yang kini diistilahkan sebagai 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Dalam setiap momen pelepasan dai ke daerah 3T, Ustaz Abdullah Said selalu memberikan nasihat. Para mubaligh itu hendaknya selalu menautkan hati dan pikiran kepada Allah SWT. Dengan begitu, lelah mereka insya Allah menjadi ibadah. Dalam menyampaikan dakwah, mereka juga disarankan untuk menggunakan tutur kata yang santun dan komunikatif, guna hindari permusuhan di antara sesama Muslimin. Salah satu kiat yang disampaikan ialah kebiasaan tahajud. Kalau bisa, jangan lewatkan satu malam pun tanpa melakukan shalat lail. Kini, Hidayatullah telah menapaki usia 50 tahun. Sejak pertama kali dibentuk sebagai yayasan, hingga diresmikan sebagai sebuah ormas, Hidayatullah terus berkiprah di Indonesia. Spirit Ustaz Abdullah Said selalu menjadi inspirasi sehingga seluruh aktivitas yang memantapkan hati dengan gigih di jalan dakwah. Hidayatullah telah memiliki 33 dewan perwakilan wilayah, 260 perwakilan daerah, dan 70 cabang. Banyak lembaga pendidikan didirikan di bawah naungan ormas tersebut. Di antaranya 200 Pusat Pendidikan Anak Saleh (PPAS), yang di dalamnya seratusan anak yatim diurus dan dididik. Ada pula lembaga pendidikan tinggi, seperti Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di Surabaya, dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan. Bahkan, pada 2013 berdirilah STT STIKMA Internasional Malang. Program kaderisasi dai terus berlangsung. Setiap tahun sekira 150 dai muda dikirim ke daerah-daerah. Hampir selalu 50 persen di antaranya merupakan alumni pendidikan tinggi. Abdullah Said adalah mujahid dakwah multi talenta, sebagai sosok teoretisi dan praktisi. Acuan dakwahnya adalah sirah nabawiyyah, yang dalam tempo 23 tahun berhasil membangun peradaban baru. Generasi terdahulu telah menabur benih-benih jihad fi sabilillah, tugas dari generasi masa kini adalah menyemai, merawat, dan mengembangkannya. Nashrun minallah wa fathun qarib... yang artinya, Pertolongan Allah dan kemenangan sudah dekat… (*)

Ustadz Bachtiar Nasir: Umat Islam di Indonesia Tidak Gampang Diadudomba

Karanganyar, FNN — Ustadz Bachtiar Nasir mengungkapkan, banyak negara-negara muslim yang saat ini dilanda perang saudara. Indonesia, sebagai negeri muslim pun tidak luput dari upaya diadu domba, dipecah-belah. \"Kita lihat Suriah, Yaman, kemudian di Arab spring, Tunisia, Libya, dan seterusnya dibikin kacau. Sesama umat Islam dibuat perang saudara. Tapi Alhamdulillah, mereka gagal melakukan itu di Indonesia,” ungkap UBN panggilan akrab Ustadz Bachtiar Nasir ketika tampil sebagai narasumber pada Kajian Ahad Pagi (6/11/2022). Tema kajian tersebut \"Membumikan Alquran di Bumi Intanpari\", di Alun-alun Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.  Sehari sebelumnya UBN mengisi tablig akbar di Sukoharjo, Jateng. Acara tersebut dihadiri ribuan umat Islam. Pada kesempatan itu, UBN yang juga Pimpinan AQL Islamic Center, menyatakan pentingnya persatuan umat.  Umat Islam di Indonesia, jelas UBN, memiliki karakter suka perdamaian, tidak mudah diprovokasi dan tidak mudah diadu domba. Sehingga dengan karakter ini menjadi modal kuat bagi terciptanya persatuan yang kokoh.  Karakter bersatu ini, lanjut UBN, sudah dibentuk dan dicita-citakan para pendiri bangsa pada pembukaan UUD 1945 alinea kedua.  “Bahwa Indonesia akan menjadi negara merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur,” ujar UBN yang juga Ketua Umum DPP Jalinan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI). UBN mengingatkan agar umat Islam Indonesia jangan seperti dua suku Arab, yakni suku Aus dan Khazraj. Aus dan Khazraj selalu berperang, berseteru karena ditunggangi oleh dua suku Yahudi, yakni Bani Nadir dan Bani Quraidzah.  “Mereka dibikin perang terus. Karena mereka sadar, kalau umat Islam di Madinah bersatu, mereka tidak akan pernah bisa berkuasa. Sehingga mereka memiliki kepentingan untuk mengadu domba dengan berbagai cara. Dan itu dikisahkan dalam Al-Qur\'an,” jelas UBN.  Belajar dari kisah suku Aus dan Khazraj ini, UBN berharap di tahun-tahun politik yang sudah di depan mata, umat Islam jangan mau ditunggangi dan dipecahbelah. “Jangan mau dipecahbelah. Mari bersatu untuk Indonesia kita,” tegas UBN. (TG)

Rocky Gerung Goyang Logikanya

 Otomatis statement tawaran LBP sebagai Cawapres Anies Baswedan tersebut otomatis akan mental dan tidak berbasis realitas terbaca hanyalah akal-akalan bulus dari akal yang tidak sehat. Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih ROCKY Gerung (RG) bakal membentuk gerakan Liga Boikot Pemilu (LBP) sebagai bentuk protes atas syarat pencalonan presiden atau presidential threshold berupa kepemilikan 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara nasional seperti diatur dalam UU Pemilu. Mulanya, ia meminta partai-partai politik menggugat ambang batas 20 persen ke Mahkamah Konstitusi (MK) demi demokrasi Indonesia. Rocky menganggap seharusnya tidak ada presidential threshold dalam pencalonan presiden pada pilpres. “Kalau kalian masih berupaya koalisi demi merebut tiket, itu artinya kalian enggak paham demokrasi. Kalau kalian enggak paham, saya akan pimpin gerakan untuk boikot pemilu, namanya LBP, Liga Boikot Pemilu,” ujar Rocky mengutip 20Detik, Kamis (23/6/2022). Suara lantang dan penuh keyakinan masih basah mengiang-ngiang di benak masyarakat penuh harap kejutan apa yang akan dilakukan oleh Bung Rocky Gerung tersebut. Namun, lho, lho, lho ada bisikan demit dari mana tiba-tiba mengeluarkan statement Luhut Binsar Panjaitan (LBP) sebagai Cawapres Anies Baswedan. Dengan nada serius lebih lanjut mengatakan: “Cuman satu, Luhut Binsar Panjaitan, saya serius. Kalau kita logika bagus begitu cara berpikirnya,” ucap Rocky Gerung dalam diskusi bertajuk \'Siapa Cocok Dampingi Anies\' yang diselenggarakan FNN, Rabum 2 Oktober lalu. Seolah ada beban dengan tekanan hanya Luhut yang memenuhi kriteria sebagai pendamping Anies Baswedan. Sampai di sini bisa dibaca, ada yang tidak wajar pada Rocky Gerung dan pasti sangat dipahami membicarakan Cawapres ketika Anies sendiri belum menjadi Capres resmi, adalah lelucon yang tidak lucu. Bisa saja seorang Capres akan dideklarasikan dalam satu paket dengan wakilnya. Sekalipun tidak wajar dan terkesan RG sedang menggoyang atau mungkin akal sehatnya mulai goyang, dampak politiknya cukup besar. Tidak penting soal reaksi Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS yang konon akan mengusungnya, ada indikasi kuat RG telah bermain politik praktis akan melemparkan Anies dari bursa Capres 2024. Apakah RG sudah masuk dengan kekuatan politik besar akan menggangu Anies? Hanya sekedar prediksi bisa salah dan bisa benar. RG mengemas ada tiga poin kriteria pendamping yang dibutuhkan Anies di antaranya: - memiliki elektabilitas yang tinggi, mampu menstabilkan politik parlemen dan bisa membangun Indonesia dengan gaya teknokrat. - orang yang mampu berkontribusi dalam memenangkan Anies adalah yang berasal dari wilayah sekuler bukan dari elektoral Anies. - pendamping yang mampu menertibkan begundal-begundal DPR adalah orang yang pernah menjadi koboi. Ketiga poin tersebut dalam standar akal sehat langsung patah. Bahwa orang yang mampu untuk menertibkan koboi-koboi politik juga harus pernah jadi koboi. Itu kedunguan yang terang benderang. Tidak mungkin: Koordinator Oligarki harus bunuh diri dan sebelumnya harus membunuh geng komplotannya. Ketua Laboratorium Psikologi Politik UI, Hamdi Muluk, menuturkan bahwa kemampuan politik Anies Baswedan mendapat penilaian tertinggi, khususnya kemampuan memenangi negosiasi dalam tarik-menarik di antara berbagai kepentingan. Jangan lupa fenomena pendukung Anies Baswedan muncul spontan, tampak sangat masif, histeris dan lebih kuat dari pendukung Prabowo – Sandi saat itu.  Para pendukung datang karena belive, yaitu bertemunya sebuah keyakinan antara nilai-nilai kejujuran, keadilan, kesederrhanaan dan kesopanan dengan figur Anies. Bagi umat Islam jauh lebih melekat karena faktor ghiroh. Dan, hebatnya Anies memiliki pendukung lintas agama dan golongan yang bersih dari kepentingan-kepentingan kelompoknya. Apakah Rocky Gerung lupa bahwa pendukung Anies tipe believe lebih kuat dari tipe interested. Kalimatnya sederhana: “I have believed with Mr Anies Baswedan: Saya sudah percaya dengan bapak Anies Baswedan”. Tanpa minta imbalan selain imbalan untuk bisa hidup bersama dikemudian hari. Pada tipe believe apapun yang masuk pada dirinya akan terfilter sebagai penguat referensi atau bahkan akan ditolak. Believed untuk dipahami bukan untuk didiskusikan. Otomatis statement tawaran LBP sebagai Cawapres Anies Baswedan tersebut otomatis akan mental dan tidak berbasis realitas terbaca hanyalah akal-akalan bulus dari akal yang tidak sehat. Sebagaimana warga negara sah dan biasa saja ketika seseorang sudah ada kepentingan politik harus siap berkonflik kepentingan demi ambisi dan tujuan politiknya. Kekuatan seseorang membuat pesan politik biasanya karena ada faktor antara lain: - Ada pesanan dari seseorang yang memiliki kedudukan, wewenang dan kekuasaan. - Ada misi dan kepentingan pribadi dan golongannya. - Ada hubungan afiliasi (hubungan agama, darah, perkawinan maupun hubungan pertemanan). - Ada gratifikasi dan fasilitas lainnya. Saya percaya Bung Rocky Gerung dengan kemampuan intelektualnya yang luar biasa sedang menggoyang akal sehatnya atau memang ada gangguan, sehingga akal sehatnya sedang goyah dan goyang. Sampai lupa dengan Liga Boikot Pemilu (LBP)-nya. (*)

Rocky Gerung: Demo Tuntut Jokowi Mundur Itu Ada Alasan, Nodong Senjata, Itu Baru Makar

MENGAPA setiap kali ada unjuk rasa Presiden Joko Widodo kabur dari Istana sehingga terkesan menghindar? Itulah yang terjadi pada Jun’at, 4 November 2022. Bersamaan dengan moment tersebut, pada paginya, Presiden Jokowi secara mendadak ada agenda kunjungan ke Jawa Timur, tepatnya ke Mojokerto. Mengutip Antara, keterangan resmi Biro Pers Sekretariat Presiden menyatakan Presiden Jokowi beserta rombongan lepas landas menumpangi pesawat kepresidenan Indonesia-1 dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, sekira pukul 7.30 WIB.Presiden dan rombongan mendarat di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, disambut Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Nurchahyanto, Kapolda Jatim Irjen Toni Harmanto, dan Danlanudal Juanda Kolonel Laut Heru Prastyo.Dari bandara, Presiden melanjutkan perjalanan menuju pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero) di Mojokerto. Di sana, Presiden menghadiri acara “Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi”. Mengapa Presiden Jokowi sering menghindar ketika terjadi demonstrasi yang digelar rakyatnya? Untuk menjawabnya, wartawan senior FNN Hersubeno Arief berdialog dengan pengamat politik Rocky Gerung dalam Kanal Rocky Gerung Offial, Sabtu (5/11/2022). Berikut petikannya. Bung Rocky, ini rupanya media itu memperhatikan kenapa Pak Jokowi setiap kali ada unjuk rasa pasti selalu meninggalkan Istana. Dan, ada saja yang tadinya enggak ada kegiatan, tiba-tiba ada kegiatan. Dalam kasus yang kemarin, demo 411 itu kan banyak sekali yang unjuk rasa kemudian minta Pak Jokowi mundur. Tapi pada saat yang bersamaan ternyata Pak Jokowi pergi ke Jawa Timur, ke Mojokerto. Dan alasan dari biro protokol Istana, katanya Pak Jokowi sudah punya jadwal lama yang tertunda, dan oleh Pak Menteri BUMN diminta lagi untuk hadir. Tapi kenapa dipilih bersamaan dengan aksi unjuk rasa di sekita Istana? Itu yang dipertanyakan media. Ya, sudah terjadi berapa kali itu. Kalau satu kali itu kebetulan, kalau dua kali kebangetan, kalau tiga kali ketakutan. Kalau sekali lagi kedunguan namanya. Kan orang akhirnya catat pola Pak Jokowi bereaksi terhadap politik. Terhadap relawan Jokowi, dia begitu senang gembira, ada di dalam suasana, lalu terbawa gelak tawa, dan terlihat kalimatnya jadi berbunga-bunga tuh. Itu kalau dengan relawan. Tetapi, kalau dengan demonstran, mahasiswa, guru, buruh, itu sepertinya enggak mau menyambut kan. Kalau nggak mau menyambut enggak apa-apa kan, kirim wakil saja. Tetapi, akhirnya jurnalis tahu bahwa polanya nanti Pak Jokowi pasti akan minta pagi-pagi buatkan saya agenda untuk keluar kota tuh. Kira-kira begitu kan. Itu sebetulnya sejenis kepengecutan. Karena itu rakyat dia, dia mesti hadapi dan apapun yang disebut kalau 411 pasti warnanya Muslim. Dan itu justru harus dihadapi oleh Pak Jokowi karena selama ini yang ditinggalkan oleh Pak Jokowi, yang sedang dikerjakan Pak Jokowi, adalah memecah-belah bangsa dengan isu-isu Islamofobia. Saya sebut Pak Jokowi dalam pengertian administrasi, kebijakan-kebijakan yang memecah-belah bangsa itu makin lama makin terlihat. Buzzer-buzzer Pak Jokowi nggak henti-hentinya lakukan Islamofobia. Jadi, kelihatannya politik Islam dipancing untuk demonstrasi supaya diperlihatkan bahwa ini betul-betul Islamofobia politik Islam. Jadi, jebak menjebak itu sebetulnya. Dan, itu buruk sekali. Satu peristiwa dikaitkan dengan peristiwa yang lain, lalu di ujungnya, oh itu karena Islam tuh. Ya memang karena Islam itu mayoritas, tapi kan kita mesti tahu bahwa yang diperjuangkan Islam itu adalah keadilan, bukan negara Islam yang diperjuangkan tuh. Bahwa narasinya begitu itu adalah hak komunitas itu untuk membayangkan keadilan di dalam satu kekhalifahan. Tapi, sebetulnya kan secara historis itu enggak mungkin. Apalagi, secara ekonomi untuk membiayai revolusi menuju negara Islam. Jadi, sebetulnya kan dengan mudah kita anggap bahwa enggak, itu hanya ingin protes terhadap ketidakadilan. Secara teknis nggak mungkin itu terjadi. Tetapi, Pak Jokowi sudah keburu punya pikiran bahwa ini ngapain nemuin mereka yang beroposisi berbasis agama. Jadi, Pak Jokowi sebetulnya kalau dia masuk akal politiknya, dia bisa temui demonstran supaya terlihat bahwa Pak Jokowi tidak pro Islamofobia. Nah, sementara ini, kalangan Pak Jokowi, termasuk orang-orang yang tadinya punya pandangan demokratis, itu kemudian mengolok-olok politik muslim, lalu membentur-benturkan dengan data kependudukan bahwa yang Kristen itu seharusnya satu blok, jangan terpecah belah. Itu mereka justru memprovokasi politik identitas. Jadi kalau ditanya apa ya akan diwariskan oleh Pak Jokowi? Satu, adalah IKN yang mangkrak; dua, adalah masyarakat yang terbelah. Ya ,oke. Mari kita dudukkan secara proporsional ya tentang demokrasi dan kemudian hak publik, hak warga negera untuk melakukan unjuk rasa, di Indonesia ini kelihatannya seolah-olah bahwa kalau unjuk rasa itu identik bahwa akan terjadi kerusuhan atau kekacauan. Dan itu yang kemudian membuat aparat keamanan bertindak represif dalam soal unjuk rasa. Padahal, sebenarnya hak menyatakan pendapat itu dijamin oleh konstitusi. Ya, itu yang harus diamankan. Jadi, hak saya untuk demonstrasi itu yang mesti dijaga, bukan dipamer-pamerkan bahwa hak saya akan merusak demokrasi. Justru terbalik. Hak saya minta dijaga supaya demokrasi itu betul-betul tumbuh di dalam perbedaan pandangan. Kan demonstrasi itu tanda ada perbedaan pandangan. Nggak mengangguk-ngangguk saja seperti ketua-ketua partai yang ngangguk-ngangguk di depan Presiden. Rakyat membutuhkan ekspresi. Kalau alasannya itu berbahaya, di mana ada demonstrasi yang tidak menimbulkan semacam kerusuhan? Tapi, tidak ada kerusuhan yang membahayakan demokrasi kalau betul-betul aparat bekerja sesuai dengan SOP. Karena itu yang terjadi. Sekarang kita ditakut-takuti, kalau ada kumpulan massa itu berarti akan terjadi seperti Kanjuruhan. Oh enggak. Lain. Itu SOP yang buruk pasti akan terjadi seperti yang di Kanjuruhan. Sekarang pagelaran musiknya Ahmad Dhani nggak bisa dilakukan karena dianggap itu akan mengarah pada keributan. Kalau begitu nanti kampanye juga nggak usah dilakukan karena akan mengarah pada keributan. Jadi, semua kumpulan massa ditakuti. Padahal, sebetulnya tugas aparat memungkinkan kumpulan massa itu berjalan dengan damai. Orang yang nonton musik enggak akan merusak, dia mau senang-senang saja. Kecuali ada gas air mata dilemparkan pada penonton, ya panik lagi kan. Jadi, hal-hal yang sudah pernah terjadi, jangan jadi preteks bahwa itu akan terjadi lagi. Justru itu yang mesti dibuktikan bahwa tidak akan terjadi seperti Kanjuruhan. Jadi, jangan karena ada Kanjuruhan maka semua perhimpunan manusia itu, crowd ini yang mau dilarang. Kan jeleknya begitu cara berpikir kekuasaan. Nanti terjadi seperti Kanjuruhan. Nah, justru mesti dicegah supaya jangan terjadi Kanjuruhan. Kan terbalik-balik. Saya kira agak berbeda ya Bung Rocky karena musiknya Ahmad Dhani, kita tahu dia seorang pemuda dan kita tahu dia orang yang sangat kritis terhadap pemerintahan. Dan kita tahu juga kemarin misalnya ketika acara Jakarta Berdendang juga sempat menimbulkan (kisruh), mereka itu bukan oposisi, justru menimbulkan entertaimen. Tadi malam juga berlangsung pertunjukan Korea atau apa gitu kemudian ada sejumlah penontonnya berdesak-desakan, kemudian sampai ada yang pingsan. Akibatnya pertunjukan kemudian dihentikan. Saya kira ini kita masih terpengaruh dalam situasi Kanjuruhan, di Taiwan, di Seoul Korsel, dan sebagainya sehingga membuat petugas keamanan tidak mau mengambil risiko. Ya. Lama-lama orang naik Transjakarta juga dianggap potensial untuk desak-desakan segala macam. Jadi, kepanikan itu justru yang membuat kita merasa kalau begitu nggak ada caranya dong untuk menjamin bahwa perkumpulan manusia itu dalam bentuk ekspresi atau nonton musik atau apapun itu bisa dimungkinkan untuk dilakukan tanpa ada kecemasan. Kan tugas dari pengatur ketertiban publik adalah menjamin keamanan, bukan mengamankan orang yang akan menonton. Kan itu beda. Jadi, sebetulnya konsep kepublikan kita itu berubah sama sekali karena kita akhirnya masuk dalam kecemasan yang kita buat sendiri sebetulnya. Padahal, dengan Kanjuruhan, mesti ada semacam pembelajaran supaya nggak akan lagi ada contoh yang lain, yang menjurus pada situasi seperti di Stadion Kanjuruhan. Demikian juga soal demonstrasi, presiden pasti tahu bahwa ini akan ada potensi untuk jadi kerusuhan maka dia pergi dari situ tuh. Justru dia pergi dari situ menimbulkan semacam dendam sehingga nanti akan balik lagi demonstran. Dan pengamanan dengan mudah dilakukan, bahkan di awalnya 212 juga Pak Jokowi temui dan enggak ada apa-apa itu. Karena orang mau mengeluh, rakyat itu mau mengeluh pada pemimpinnya, eh pemimpinnya kabur. Bagaimana jalan pikirannya? Itu kan rakyat dia. Nah, kalau rakyat mengeluh ya dia mesti dengar. Bukan dia tutup telinga, apalagi melarikan diri, artinya dia tidak bertanggung jawab sebetulnya tuh. Dan itu sudah berkali-kali kan. Jadi orang lihat oh polanya begitu, mentalnya segitu doang. Kalau ngancem-ngancem pada ketua partai bisa, tapi menemui demonstran kok nggak berani kan. Jadi, akhirnya timbul satu kesan bahwa ya ada perilaku yang oportunis sebetulnya pada kepala negara kita. Oke. Mari kita dudukkan juga secara proporsional karena saya menyimak ini (kita tonton video-video dari aksi kemarin) unjuk rasa 411. Oke, di situ memang muncul juga tuntutan agar Presiden mundur. Dan kita selalu menganggap kalau tuntutan mundur itu bukan berarti harus makar loh ya, karena itu juga dijamin secara konstitusi untuk menuntut seorang presiden mundur. Yang nggak boleh itu justru tuntutan untuk seorang presiden yang mau maju terus sampai tiga periode kan. Justru itu yang dilarang oleh konstitusi. Ya, saya dapat banyak postingan dan banyak buzzer yang menganggap ini sudah makar nih. Lah, orang minta presiden mundur itu ada alasannya. Kalau ditodong dengan senjata untuk mundur baru itu namanya makar. Ini permintaan dengan analisis kan Jadi, itu mundur demi kebaikan bangsa sebetulnya, bukan untuk menghancurkan bangsa. Tapi, karena sudah timbul semacam antipati, kalau yang ngomong oposisi maka itu buruk, lalu presiden menganggap bahwa ya sudah enggak usah diladenin gitu. Ya enggak perlu diladeni juga. Kan itu cuma wacana. Artinya, didiemin aja, enggak usah dibalas dengan itu makar segala macam. Jadi, hak untuk mengucapkan kejujuran pikiran terhalang karena ketakutan akan adanya pidana. Kalau saya bilang presiden mundur saja karena enggak mampu untuk membereskan potensi perpecahan bangsa yang basisnya rasialisme, yang basisnya agama, yang basisnya primordial. Ini memang faktanya. Memang faktanya bangsa ini terbelah kok. Sudah berkali-kali Presiden minta supaya sudah selesaikan konflik masa lalu, tetapi jalan terus. Yang provokasi siapa, ya pihak presiden, pihak pendukung presiden yang terus-menerus menganggap bahwa jangan sampai negara ini jatuh pada pemimpin yang namanya kearab-araban atau Islam atau radikal atau radikun segala macam, itu kan terbaca betul oleh publik bahwa itu adalah kerjaan para pendukung Presiden. Itu bodohnya di situ tuh. Berupaya untuk membangkitkan harapan pemimpin baru, tapi takut kalau ada pemimpin baru yang berbeda dengan pemimpin sebelumnya. Padahal biasa saja. Kan itu cuma dihitung policy Anies misalnya apa bedanya jenis keadilan Anies dengan jenis keadilan Ganjar. Kan orang mau tahu. Jadi, orang enggak mau lihat ada perspektif lain, kalau setelah Jokowi harusnya Ganjar itu. Oleh karena itu, Ganjar harus didukung oleh Islam maupun oleh Kristen. Kan itu yang dipromosikan sekarang dengan segala macam ancaman. Kalau Kristennya terbelah maka Ganjar akan kalah itu. Apa itu. Dari mana risetnya. Itu omong kosong yang kosongnya sangat besar. Oke, kita ini kelihatannya masih berkutat terus pada hal-hal yang seperti itu, yang seharusnya nggak perlu terjadi lagi. Dan ini yang menurut saya membuat kita nggak pernah maju sebagai bangsa, karena hal-hal yang elementer ini nggak pernah kita beresin. Justru malah yang hal-hal yang remeh temeh yang kita perdebatkan terus. Kalau misalnya orang menilai di ujung pemerintahan Pak Jokowi apa yang ditinggalkan Pak Jokowi itu: yang pertama adalah dendam yang berketerusan dan itu membahayakan yang kita sebut peradaban demokrasi ke depannya yang akan dihuni oleh anak-anak milenial. Karena itu anak-anak milenial menganggap ini ngapain kita terus memuja NKRI harga mati, kalau yang terjadi terus adalah persaingan, pertentangan, dan nggak ada satupun perintah Pak Jokowi untuk menghentikan olok-olok itu yang didengar oleh buzzer-buzzer beliau.  Jadi, buzzer-buzzer Pak Jokowi ini juga enggak mau dengar apa yang sudah diterangkan oleh Pak Jokowi. Hentikan sinyal-sinyal primordial itu, tetap berjalan. Hentikan sinyalnya rasis, tetap berjalan. Hentikan Islamofobi, tetap berjalan. Jadi partai-partai pun yang seharusnya bersifat moderat, ikut di dalam orkestrasi yang Islamofobis semacam itu. (sof/sws)