AGAMA

Al-Qur'an Solusi Persatuan Umat Islam

Jakarta, FNN - Penggagas gerakan Khatam Quran, Ustadz Bachtiar Nasir menegaskan bahwa Al-Quran merupakan solusi persatuan umat Islam.  “Tidak ada yang bisa mempersatukan umat Islam di dalam fitnah hari ini, kecuali Alquran,” ujar UBN, panggilan akrab Ustadz Bachtiar Nasir, pada pertemuan dengan puluhan pengurus Dewan Kemakmuran Masjid Jakarta Timur, Ahad 10 April 2022. Pertemuan UBN dengan para pengurus DKM Jakarta Timur untuk membahas perhelatan Khatam Quran. Puncak program Khatam Quran akan dilaksanakan pada Senin (18/4/2022) bertepatan malam 17 Ramadhan,  momen diturunkannya Alquran. Masyarakat dulu mengenal Ramadhan sebagai bulan puasa. Menurut UBN, sejatinya Ramadhan itu adalah bulan Quran.  \"Dan ini adalah solusi persatuan umat. Karena Quran adalah tali Allah kepada kita. Maka dijamin siapa memegang Quran, maka hubungannya ke Allah akan kuat,” ungkap UBN. Umat sering baca buku fiqih ketimbamg baca Quran. Baca buku hadist lebih banyak ketimbang Quran. Padahal jelas, lanjut UBN, bahwa Rasulullah Shalallau alaihiwasalam itu adalah Alquran yang berjalan.  Dikatakan UBN, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengulangi berkali-kali bacaan Alquran pada bulan Ramadhan.  “Kalau Rasulullah saja khatamkan Qurannya di bulan Ramadhan, maka kita umatnya juga harus mengikuti. Maka ribuan santri baik anak-anak, remaja, dewasa, juga santri yang lansia akan berkumpul, mengkhatamkan Al Quran di hari itu,” kata UBN. Menurut UBN, di dalam Alquran disampaikan jika Ramadhan adalah bulan Quran. Sementara predikat kedua dari Ramadhan adalah bulan puasa. Pertemuan silaturrahim ini ditutup dengan pembagian kurma untuk seluruh masjid oleh Tabung Infaq. (TG)

Ustadz Bachtiar Nasir Akan Gelar Puncak Khatam Qur'an

Jakarta, FNN -- Bulan Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al Qur\'an. Untuk mengisi bulan suci ini, Ustadz Bachtiar Nasir, Pimpiman Ar-Rahman Qur\'anic Learning (AQL), mengadakan Program Khatam Qur\'an.  Puncak acara Khatam Quran ini akan diselenggarakan pada 17 Ramadhan atau bertepatan dengan hari Senin, 18 April 2022 di Jakarta Utara. \"Di sana kita akan bersama-sama melakukan seremoni, khataman Quran di bulan diturunkannya Alquran,\" kata UBN, panggilan akrab Ustaz Bachtiar Nasir.  Dalam rangka pemanasan menuju puncak acara khatam Qur\'an, UBN mengundang para jurnalis untuk bermain bekerjasama dalam program khataman Qur\'an ini.  Puluhan jurnalis muslim dari berbagai media massa mengikuti program Khatam Quran dibimbing Ustadz Bachtiar Nasir di AQL Islamic Center Jakarta, Selasa (5/4/2022) sore. Menurut UBN, untuk mensukseskan acara ini perlu kolaborasi dengan insan media untuk mensyiarkan. Termasuk memberikan edukasi kepada umat Islam bahwa Ramadhan adalah bulan Quran. Dikatakan UBN, selama ini predikat Ramadhan sebagai bulan puasa begitu melekat di kalangan umat Islam. Padahal Ramadhan itu bulan Quran. Sementara Ramadhan sebagai bulan puasa adalah predikat kedua. \"Kemulian bulan Ramadhan sebagai bulan suci bukan karena puasa sebetulnya. Tetapi karena unzila fīhil-qur\'an (diturunkan Alquran). Puasa fungsinya sebetulnya sebagai pelengkap demi menyambut datangnya Quran yang mulia ini,\" ujar UBN. Oleh karena itu program Khatam Quran ini merupakan salah satu upaya mempopulerkan Ramadhan sebagai bulan Quran. Shodiq Ramadhan, jurnalis Suara Islam menyambut baik program Khatam Quran. Menurut dia, khataman Quran sejatinya merupakan tradisi lama di kalangan umat Islam Indonesia. Namun juga masih banyak diantara Umat Islam di Indonesia yang belum bisa membaca Al-Qur\'an. \"Perlu ada gerakan dakwah untuk proses pembelajaran dan tadabur Al Qur\'an,\" saran Shodiq Ramadhan.  \"Kegiatan ini merupakan tradisi baik. Jika bulan ini UBN melalui AQL dan berbagai lembaganya akan menggelar Khatam Quran di malam 17 Ramadhan, patut didukung, diapresiasi, dan diikuti,\" kata Shodiq. Untuk diketahui, sejak progam Khatam Quran diluncurkan awal Ramadhan lalu, tercatat sekitar 3.000 orang telah mendaftar sebagai peserta. Mereka mendaftar baik secara individu maupun kelompok. (TG)

Ekstradisi Segera Abraham

Oleh  M. Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan Saifudin Ibrahim alias Abraham ben Moses adalah penista agama. Sulit berkelit atas konten ungkapannya lewat media bahwa itu penistaan agama baik menurut syari\'at maupun hukum positif. Perbuatan Abraham merupakan delik penodaan agama. UU ITE dan KUHP mudah untuk menjeratnya. Meminta penghapusan 300 ayat Qur\'an adalah membabi buta. Buta mata, buta hati, dan buta fpkiran. Serudukan babi.  Masalahnya adalah Abraham kini berada di Amerika artinya perlu sedikit kerja keras untuk memulangkannya ke Indonesia. Tapi tidak musykil. Ada dua hal yang mendasarinya.  Pertama, sejak tahun 1952 Indonesia telah menjadi anggota International Criminal Police Organization (ICPO) yang dikenal dengan \"Interpol\". Berpusat di Lyon Perancis. Sebanyak 194 negara terikat dalam kerjasama ini. Meskipun tidak ada perjanjian ekstradisi dengan Amerika, namun melalui kerjasama Interpol maka Abraham ben Moses dapat diekstradisi.  Kedua, Amerika Serikat baru saja menerbitkan Undang-Undang Penghapusan Islamophobia. Ini sangat menguntungkan dan memungkinkan bagi pelaku Islamophobia untuk diekstradisi. Amerika harus membuktikan konsistensinya. Abraham ben Moses bukan hanya telah menyakiti umat Islam Indonesia, tetapi juga dunia. Menodai Qur\'an yang disucikan oleh umat Islam sedunia.  Dengan adanya Resolusi PBB tentang dukungan anti Islamophobia, maka ada momentum yang memudahkan untuk menyeret Abraham ke pangkuan hukum pidana di Indonesia. Pengulangan perbuatan Abraham dapat memperberat hukuman. Omongan sompralnya harus disumpal dengan jeruji besi.  Berbeda dengan Paul Zhang yang keberadaannya tidak jelas, kadang di Jerman kadang pula di Belanda. Di negara yang di samping tidak ada Undang-Undang anti Islamophobia juga memang tidak menganggap penting agama. Sejak 2014 Belanda telah menghapus UU religious blasphemy. Agama relatif bebas dihujat atau dipermainkan.   Eggi Sujana advokat dan tokoh kritis sambil berseloroh pernah menyebut Abraham ben Moses itu \"goblog\" seharusnya jangan lari ke AS tapi ke Belanda atau Jerman.  GNPF Ulama dan elemen lain telah resmi melaporkan Saifudin Ibrahim alias Abraham ben Moses ke Mabes Polri. Umat lain selain umat Islam juga ada yang melaporkan pendeta penista ini.  Kita percaya Kepolisian akan mampu membawa penjahat Abraham ke Indonesia untuk kembali menjalani proses hukum yang juga ditantang dan dilecehkannya. Mahfud MD disemprot dan dilawan pula. Dasar babi tukang seruduk.  Abraham ben Moses adalah musuh agama,  musuh negara, dan musuh orang sehat. Tangkap dan penjarakan pendeta iblis ini.  Welcome home, demon priest.  Decent your house in prison.  Bandung, 30 Maret 2022

Wapres Harap Tak Ada Perbedaan Penetapan Awal Ramadhan

Jakarta, FNN - Wakil Presiden RI Ma\'ruf Amin berharap tidak ada perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan 1443 Hijriah tahun ini, antara Muhammadiyah dengan pemerintah.\"Diharapkan tahun ini masih sama antara Muhammadiyah dan pemerintah,\" ujar Wapres di Jakarta, Selasa.Wapres mengatakan terkait penetapan awal Ramadhan, kecuali Muhamamdiyah, sudah ada kesepakatan sistem atau cara penetapan melalui sidang Isbat di Kementerian Agama.Namun dia mengatakan, seandainya terdapat perbedaan penetapan Ramadhan, maka sudah ada pemahaman bersama untuk saling bertoleransi.\"Artinya ada toleransi, ya, misalnya, Muhammadiyah ada pendekatan ada namanya wujudul hilal, asal ada hilal. Kalau pemerintah itu ada imkanur rukyah, kemungkinan rukyah, minimal dua derajat,\" ujarnya.Meskipun demikian Wapres meyakini, jika melihat tahun ini, maka kemungkinan penetapan awal Ramadhan antara pemerintah dengan Muhammadiyah akan sama.\"Kalau melihat tahun ini kemungkinan lebih dari dua derajat, kemungkinannya akan sama. Mudah-mudahan sama,\" ucap Wapres berharap. (mth/Antara)

Hegemoni Barat Segera Runtuh, Islam Kembali Berjaya

Mojokerto, FNN – Pada dasarnya Allah menggilir kejayaan dan kekalahan di antara manusia. Saat ini Barat mendapat giliran memegang hegemoni dunia, sementara Islam giliran terpuruk. Tapi kondisi ini akan segera berubah berbalik. Islam akan kembali berjaya dan memimpin dunia. Demikian Anwar Hudijono, wartawan senior saat menyampaikan tausiyah pada pengajian Fajar Shodiq di Masjid Nurul Azhar, Ngoro, Mojokerto, Jatim, Ahad (27/3/2022). Menurut dia, pergiliran itu ditegaskan dalam Quran surah Ali Imran 140. “Dan masa (kejayaan dan keterpurukan) itu, Kami pergilirkan di antara manusia.” Tujuannya apa? Agar Allah membedakan orang-orang beriman dengan orang kafir. Agar ada di antara manusia yang dijadikan mati syahid. Agar Allah membersihkan orang beriman dari dosa, dan membinasakan orang kafir. “Nah, saat ini Islam sedang kena giliran terpuruk setelah lebih kurang 1.350 tahun mendapat giliran berjaya. Rasulullah menyebut era keterpurukan ini sebagai era Mulkan Jabriyah. Dunia dikuasai golongan penindas. Siapa golongan penindas ini tiada lain adalah Barat atau Amerika dan sekutunya,” katanya. Inilah era yang disimbolisasi Rasulullah seperti sepenggal malam yang gelap gulita. Disimbolisasi sebagai matahari terbit dari barat. Berarti matahari palsu.  Matahari palsu harus dipahami sebaliknya. Jika matahari yang asli membawa cahaya, matahari palsu membawa kegelapan. Jadi selama sekitar 300 tahun di bawah hegemoni Barat terjadi proses pergerakan dunia min an-nuri ilad- dhulumat (dari terang ke kegelapan). Menurut Anwar yang baru saja meraih awards dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim sebagai Tokoh Pers Daerah, pergantian pergiliran akan terjadi tidak lama lagi. “Kapan? Rabbi a’lam. Hanya Allah yang tahu. Tapi tanda-tandanya sudah sangat banyak,” katanya. Bahkan Presiden Perancis Emmanuel Macron, menurut dia, sudah mengakui  bahwa hegemoni Barat mungkin segera berakhir. Macron bilang, saat ini tatanan dunia sedang dijungkirbalikkan dengan cara yang baru. Memiliki konsekuensi yang sangat luas  di hampir semua wilayah.  “Kalau saya segera berakhirnya hegemoni Barat bukan mungkin lagi, tapi insya Allah segera terwujud. Barat berkuasa selama 300 tahun. Al Quran surah Kahfi memberi perumpamaan dunia seperti sebuah goa yang sangat luas dan gelap. Kehidupan ala goa itu berlangsung selama 300 tahun plus 9 tahun. Jadi hegemoni Barat cukup 300 tahun plus,” tegasnya. Perjanjian Hudaibiyah Sudah banyak tanda-tanda Islam akan meraih kejayaan kembali atau memasuki fase ke lima dalam kesejarahan Islam yaitu khilafah yang sesuai Manhaj Nubuwah (sistem kenabian).  Manhaj Nubuwah pertama terjadi pada masa Khalafaur Rasyidin. Manhaj Nubuwah kedua akan hadirnya Muhammad Al Mahdi atau Imam Mahdi. Sekaligus pertanda kian dekatnya kiamat. Salah satu tanda yang paling aktual adalah resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menetapkan 15 Maret sebagai Hari Melawan Islamfobia. Artinya melawan Islamfobia harus menjadi gerakan global. Posisi resolusi PBB ini seperti Perjanjian Hudaibiyah.  Perjanjian Hubaibiyah antara Rasulullah dengan golongan kafir Mekah terjadi tahun ke-6 hijriyah.  Meletakkan dasar yang kuat  sekali dalam kebijakan politik dan dakwah penyebaran Islam.  Dari situ Islam menyebar ke seluruh  pelosok dunia. “Inilah fathan mubina, kemenangan yang nyata,” tegasnya. Anwar yakin bahwa resolusi melawan Islamfobia akan segera disusul gelombang mualafisasi (orang masuk Islam) di seluruh dunia. Terutama dari kalangan ilmuwan dan kaum Nasrani seperti yang ditunjukkan oleh Al Quran.  Mengapa imuwan? Karena ilmuwan lebih dekat dengan Quran. Dalam surah Al Ankabut 49 disebutkan, “Sebenarnya (Quran) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang berilmu. Hanya orang-orang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami”. Sekarang pun semakin banyak ilmuwan yang masuk Islam. Yang awalnya berniat mencari kelemahan Quran malah kesengsem jatuh cinta kepada Quran. Gelombang mualafisasi juga dari kalangan Nasrani. Kenapa? Karena pada dasarnya eksistensi kaum Nasrani itu sangat dekat dengan Islam. Dasarnya Quran surah Maidah ayat 82-83. “Dan pasti kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang beriman. Ialah orang yang berkata sesungguhnya kami adalah orang Nasrani. Yang demikian itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan rahib, juga mereka tidak menyombongkan diri”. Di ayat 83 disebutkan, “Dan apabila mereka mendengarkan apa (Quran) yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri). Seraya mereka berkata, ya Tuhan, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Quran dan kerasulan Muhammad)”. Hal senada ditegaskan di Surah Al Isra 107-109. Nabi Isa sendiri menjelang kiamat akan turun ke bumi untuk bersaksi atas kebenaran Quran dan kerasulan Muhammad. Yahudi Tetapi ingat, tegas Anwar, tetap ada golongan yang tidak rela Islam berkembang memimpin dunia. Tidak senang cahaya Islam menyinari peradaban manusia. Mereka akan berusaha mempertahankan kegelapan.  Siapa mereka? Jawabnya ada di Al Maidah 82. “Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman. Ialah orang-orang Yahudi dan musyrik”.  “Jadi sebenarnya musuh Islam abadi itu Yahudi. Di akhir sejarah ini juga akan terjadi perang Islam yang dipimpin Imam Mahdi melawan Yahudi yang dipimpin Dajjal,” katanya. Menurut dia, yang dimusuhi Yahudi bukan cuma Islam. Bapaknya sendiri, Nabi Ya’kub dituduh gila dan dilawan. Saudaranya Nabi Yusuf hendak dibunuh. Nabi Dawud dan Sulaiman hendak dikudeta. Nabi Musa dilawan dan dibenci. Nabi Luth difitnah berzina dengan dua anak gadis kandungnya. Nabi Dawud difitnah menyerobot istri orang lain dan melahirkan Sulaiman. Mereka membunuh banyak Nabi. Bahkan mereka menuduh tangan Allah diborgol. Inilah bangsa yang dikutuk oleh Daud dan Isa,” kata Anwar. Jangan Bersedih Karena saat ini masih dalam giliran terpuruk, hendaknya umat Islam memahami petunjuk Allah yang tertera di Ali Imran 139. “Dan janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman”. Nabi juga sudah memberi contoh ketika dalam posisi tertindas dan  pihak yang kalah. Yaitu selama 13 tahun di Mekah. Untuk bersikap demikian memang tidak mudah. Anwar mengatakan, buktinya banyak tokoh agama yang marah melulu, mengeluh karena merasa dipersekusi, dikriminalisasi. Merasa Islam dipedayai dan didhalimi, bahkan di rumahnya sendiri. “Pada batas tertentu, sikap demikian bisa dimaklumi karena menjadi orang yang tertindas itu njarem, tidak enak,” katanya. Tapi umat juga harus ingat, menjadi pihak tertindas itu pada dasarnya tahapan untuk menjadi hamba pilihan Allah. Akan mendapat kemenangan dan akan menjadi pewaris bumi. Allah dawuh di Surah Al Qasas 5: “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang  yang  mewarisi (bumi). (*/mth)

Ketika PBB Perangi Islamofobia, Indonesia ke Mana?

Oleh Muren Iskandar - Pemerhati Sosial Politik Islam, Forum Santri Ndeso SETELAH senat Amerika mengesahkan Undang-Undang anti-Islamfobhia dan PBB menetapkan tanggal 15 Maret menjadi hari anti-Islamfobhia di dunia, tentu banyak harapan dari seluruh ummat Islam dunia. Tidak bisa dinafikan, 50 tahun terakhir adalah masa yang berat bagi ummat Islam di dunia. Semenjak meletusnya perang Irak-Iran, invansi Irak ke Kuwait, perang Irak Vs Amerika, perang di Afghanistan menggulingkan Taliban pasca tragedi 911 yang misterius, perang Libya, hingga perang Suriah, wajah dunia Islam begitu memilukan. Apalagi kalau berbicara tentang Palestina. Bagaimana tidak, meski populasi umat Islam di dunia hampir 2 Milyar (1/4 penduduk bumi), namun kehidupan umat Islam sangat kontradiktif dengan kekayaan dan jumlah populasinya. Dituduh teroris padahal korban dari penjajahan yang lebih dahsyat dari teroris. Dituduh radikal dan fundamental, tapi faktanya di mana-mana yang jadi korban pembantaian umat Islam seperti di India, Rohingya, Palestina, Sudan, dan Suriah. Dituduh bodoh dan miskin, padahal sangat jelas dan kontras dengan kemegahan Burj Khalifa, Abu Dhabi, Brunei, dan kehidupan ala Sulthan negara di Timur Tengah. Dituduh intoleran dan kuno, justru simbol Islam seperti jilbab, cadar, jenggot yang dijadikan masalah serius berupa diskriminasi dan intimidasi. Sungguh tak terhitung banyaknya kasus ketidakadilan, pelanggaran HAM, diskriminasi, dan korban kekerasan terhadap umat Islam di dunia. Dan kembali aneh bin ajaib, yang disalahkan seolah selalu agama Islam.  Ketika yang berbuat kejahatan itu umat Islam, maka beritanya akan dibesar-besarkan dan dikaitkan dengan agamanya. Sangat berbeda dengan kejahatan yang dilakukan oleh umat selain Islam, beritanya hambar hilang ditiup angin. Tidak ada nama agamanya dibawa-bawa. Bersyukur kita umat Islam saat ini, atas resolusi PBB akan memerangi Islamfobhia di seluruh dunia. Apapun motif dan modus dibalik semua itu. Tetapi yang jelas kalau kita cermati, ada harapan baru ke depan, resolusi anti Islamfobhia ini menjadi pintu konsolidasi umat Islam dunia. Jangan lengah dan abai. Umat Islam jangan terlena dengan permainan adu domba dan digital distraction para buzzer dan influencer bayaran. Miris memang, saat ini kalau kita lihat kondisi dan suasana kebatinan umat Islam di Indonesia. Mayoritas tapi tertindas, banyak tapi tak berdaya. Fase Ahok Vs 212, dilanjutkan kemenangan Jokowi pada periode ke dua, seakan menjadi momentum balas dendam kelompok minoritas. Sehingga karena minoritas ini memegang kekuasaan maka terbentuklah tirani minoritas. Yang tampak diback-up penuh oleh kekuasaan rezim saat ini. Berbagai macam kebijakan dan aturan membuat sesak dada umat Islam Indonesia. Kalau dulu literasi jadul yang mengatakan bahwa kalau ingin menguasai dan hidup dengan umat Islam, jangan lakukan tiga hal yaitu, jangan ganggu ibadahnya, jangan rusak rumah ibadahnya, dan jangan sakiti tokoh ulamanya. Namun teori ini kayaknya tak laku saat ini di Indonesia. Karena tiga hal di atas itu telah terjadi semua. Ibadah umat Islam direcoki, rumah ibadahnya dibongkar, para ulama dikriminalisasi, bahkan Nabi Muhammad pun dicaci maki, namun umat Islam di Indonesia masih adem-adem saja atau belum sadar ? Wabah Islamfobia di Indonesia intensitasnya boleh sangat akut. Antara kebijakan pemerintah, ucapan kebencian dari para buzzer, hingga prilaku-prilaku para pejabat dan tokoh keagamaan seakan berlomba-lomba memberikan komentar yang menyakiti hati ummat Islam. Hal-hal yang tabu sebelumnya, saat ini justru diobral dan dinistakan sedemikian rupa. Banyak asumsi dan analisa yang berkembang kenapa wabah Islamfobia begitu parah di Indonesia saat ini. Tak pernah sebelumnya suara azan dipermasalahkan, tiba-tiba sekarang jadi masalah. Tak biasanya pesantren dijadikan sasaran operasi politik, sekarang pesantren dikait-kaitkan dengan kejahatan terorisme. Tak biasanya masjid diganggu peribadatannya, sekarang sampai ada monitoring penceramah dan stigmanisasi radikal. Tak biasanya para Ulama dan Ustad dipermasalahkan, saat ini malah dipenjarakan dan banyak juga yang mati secara misterius. Tiba-tiba saat ini, dalam kepemimpinan rezim saat ini, Islam menjadi masalah besar dan akut. Dengan narasi radikalisme dan intoleransi. Saat ini, seakan Islam jadi racun menjijikkan yang harus dihapuskan dari bumi Nusantara. Sampai-sampai ada pendeta yang mau hapus 300 ayat Alquran, dan mengatakan santri calon terorisme di Indonesia, sampai saat ini masih melenggang bebas. Belum lagi teror yang tiada henti dari Densus 88 menangkap dan membunuh ummat Islam tanpa alasan yang jelas. Padahal Densus 88 itu adalah Polisi dan penegak hukum. Tugasnya mempidanakan ancaman. Bukan membunuh orang tanpa pengadilan. Lihat kasus KM50, Dokter Sutarji, Munarman, dan banyak lagi nama-nama “yang diteroriskan”. Kondisi ini tentu sangat kontradiksi dengan apa yang sedang digaungkan oleh Amerika (barat). Anehnya lagi Indonesia itu adalah negara berpenduduk Islam terbanyaj di dunia. Namun, apa sikap dan tanggapan pemerintah hari ini tidak jelas sampai sekarang. Kan jadi aneh bin ajaib. Dalam posisi lain, tentu juga ada pertanyaan kenapa ujug-ujug Amerika baik dengan Islam ? Setelah Irak, Libya, Afghanistan, dan Suriah di hancurkan? Jawabannya bisa beragam tapi juga bisa sederhana. Seperti, telah terjadinya pergeseran kutub hegemoni dunia. Dimana kemunculan China dan Rusia sebagai ancaman baru bagi Amerika dan sekutunya. Bisa jadi, Amerika ingin merangkul dunia Islam untuk memghadang China komunis ini. Apalagi, China juga mempunyai program De-Islamisasi di beberapa wilayah yang sudah di takluk kannya. Seperti di Uyghur yang berubah jadi Xinjiang. Program DeIslamisasi dari daratan China komunis ini, yang menurut para ahli menjadi pasokan hulu utama Islam fobhia di Indonesia. Tentu argumentasi dari analisis ini perlu kita cermati seksama. Kenapa? karena ada semacam relevansi, historikal sejarah, dan kesamaan agenda China komunis dengan pemerintahan Indonesia saat ini. Secara relevansi, partai penguasa di Indonesia saat ini adalah PDIP yang mempunyai kerja sama dan kemitraan strategis bahkan ideologis dengan partai komunis China. Buktinya adalah, PDIP mengirimkan setiap tahun para kadernya belajar politik ke China. Meskipun menurut ahli tata negara Prof Jimly Assiddiqi itu melanggar hukum Indonesia dan bisa pidana.  Selanjutnya secara historikal, tragedi kudeta gagal PKI pada tahun 1965 terhadap Indonesia. Dimana saat itu jelas dan terang benderang kembali China yang menjadi sponsor utama melalui poros Jakarta - Peking di bawah kepemimpinan Soekarno. Sehingga banyak para orang tua kita yang dahulu juga hidup di masa PKI berkuasa, kondisi sosial politik kita hari ini sangat mirip dengan tahun 1960an.  Kembali kepada pokok permasalahan kita di atas. Artinya, akan ada ancaman distorsi kedepannya antara program Anti Islamfobia Amerika di Indonesia dengan proyek De-Islamisasi China komunis di Indonesia. Program Anti-Islamfobhia dari Amerika tujuannya untuk merangkul dunia Islam, sedangkan proyek De-Islamisasi dari China komunis bagaimana menghilangkan pemgaruh hegemoni Islam yang mayoritas di Indonesia.  Cuma bedanya, program Anti-Islamfobia Amerika ini belum bergulir luas bahkan tertutupi dgn banyak isu lain. Sedangkan proyek De-Islamisasi China komunis di Indonesia, semakin full power dan sistematis. Dengan mengangkat isu keberagaman dan kebhinekaan, para proxy China di Indonesia mengangkat isu ini setinggi-tinggi ya sehingga muncul ego kesukuan dan keagamaan. Kemudian ego berbasis SARA ini yang asyik mereka goreng, adu domba, saling hasut, melalui para buzzer dan perlindungan kekuasaan. Sehingga jadilah Indonesia saat ini, terpecah belah saling benci dan saling caci maki sesama anak bangsa. Itulah kehebatan strategi komunis dimanapun di dunia. Jago infiltrasi, jago adu domba, ahli membolak balik kan fakta, dan pakar dalam menanamkan rasa kebencian antar sesama musuhnya. Yang Islam sesama Islam diadu domba. Yang sesama organisasi dipecah belah. Boleh dikatakan, nyaris tidak ada kekuatan civil society ummat Islam dan bangsa Indonesia yang tidak berhasil mereka susupi dan pecah belah. Tinggal pertanyaannya kepada bangsa Indonesia saat ini. Mau pilih yang mana?  Surabaya, 21 Maret 2022.

Yusuf Martak: Kasus Pendeta Saifudin Lebih Berat dari Ahok

Jakarta, FNN – Dugaan pelecehan terhadap agama Islam yang dilakukan oleh pendeta Saifudin Ibrahim di YouTube sudah sangat keterlaluan dan membakar perasaan umat Islam. Anehnya Presiden Joko Widodo tidak pernah berkomentar terhadap pelecehan demi pelecehan agama Islam. Demikian dipaparkan Ketua GNPF Ulama, Yusuf Martak dalam perbincangan dengan wartawan FNN, Hersubeno Arief dalam kanal Hersubeno Point, Jumat (25 Maret 2022). “Ini sudah penistaan tingkat tinggi dan levelnya sudah di atas Ahok. Karena dia meminta 300 ayat Al Quran dihapus. Ini sudah gila dan kurang ajar berlebihan,” paparnya. Yusuf berharap umat Islam semakin cerdas menanggapi pelecehan terhadap Islam. “Mudah-mudahan kita makin cerdas. Selama ini yang disasar adalah yang dianggap radikal, dianggap ekstrem, yang tidak toleran, dan sebagainya. Tapi kenyataannya yang radikal justru bukan dari kita,” tegasnya. Sepanjang sejarah, kata Yusuf, umat Islam Indoneia tidak pernah melakukan penistaan terhadap agama lain. “Kita tidak pernah menistakan agama lain, komunitas lain. Akan tapi silih berganti baik dari komunitas maupun agama lain menyerang agama Islam,” paparnya. Menyikapi pelecehan yang dilakukan oleh pendeta Saifudin, Yusuf Martak meminta umat Islam harus bertindak. “Ini menurut saya umat Islam tidak boleh diam. Harus menanggapi dan harus bergerak. Kalau didiamkan akhirnya bisa terjadi pecah-belah di negara RI,” tegasnya. Ajakan Yusuf agar umat Islam bergerak bukan untuk melakukan kekerasan atau hal lain yang melanggar hukum. “Bukan saya memprovokasi, tapi sudah kelewatan, rasanya sudah sampai ke ulu hati, berlebihan, sewenang-wenang, seolah apapun perbuatan penistaan selalu dilindungi karena - mohon maaf yang selama ini terjadi, dari menteri agama, Deny Siregar, Ade Armando, sampai Abu Janda, tidak pernah diproses,” tegasnya. Pembiaran terhadap para penista agama Islam berdampak pada makin banyaknya orang yang berani melakukan pelecehan Islam. “Ini yang mengakibatkan makin munculnya penista-penista baru. Dan yang lebih parah lagi, menurut  saya, presiden tidak pernah sekalipun berkomentar, sekalipun berkomentar,” katanya. Presiden, kata Yusuf selalu absen jika ada pelecehan terhadap Islam. “Coba kalau hal-hal lain. Urusan balap saja sudah kayak mau ikut balapan besoknya. Itu kan kelihatan sekali terlalu aktif, reaktif. Cuma hanya pencintraan,” tegasnya. Yusuf menduga Presiden tak mau komen soal pelecehan terhadap Islam, karena takut pamornya turun. “Mungkin kalau dia masuk di wilayah ini citranya akan jelek di mata kelompoknya, tapi bagus di mata kita. Mustinya kan presiden tidak boleh. Contohnya, menteri agama yang lalu berapa kali sleep of tongue terus, salah bicara. Apalagi yang sekarang, jangankan minta maaf, bahkan pingin menantang,” ungkapnya. Menteri agama yang sekarang jauh lebih parah ketimbang Menteri yang dulu. “Bahkan organisasi-organisasinya juga seolah melindungi. Ini kan aneh. Dia kan pejabat publik, mustinya memberi contoh yang baik, ujar yang baik, yang santun. Jangan samakan saat dia menjadi ketua ormas,” pungkasnya. (ida, sws)

Apakah Zaman Kelam Islam Segera Berakhir?

Mojokerto, FNN – Apakah era Mulkan Jabriyah yang merupakan zaman terkelam dalam kesejarahan Islam saat ini akan segera berakhir? Masalah ini, menurut rencana akan dikupas tuntas dalam pengajian Fajar Shodiq di Masjid Nurul Azhar Ngoro, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Ahad (27/3/2022) pagi. Sebagai pembicara, Ust. H Anwar Hudijono, wartawan senior. Muhammad Mirdasy, Pembina Yayasan Nurul Azhar Porong, Sidoarjo, Jumat (25/3)  mengatakan, pemilihan topik  itu untuk menambah pengetahuan dan wawasan umat Islam bahwa mereka saat ini hidup di zaman yang bukan baik-baik saja. Hidup di zaman di mana posisi umat Islam sedang terpuruk. Cahaya Islam sedang redup ditelan kekekuatan ghasikin idza waqab (kegelapan). Suatu era yang disebut Mulkan Jabriyah. Istilah Mulkan Jabriyah didasarkan Hadits riwayat Ahmad dan Al Hakim bahwa perjalanan sejarah Islam terbagi dalam lima fase. Pertama, zaman Rasulullah selama 23 tahun. Kedua, zaman Manhaj Nubuwah atau Khalafaur Rasyidin selama 40 tahun. Ketiga, masa kerajaan-kerajaan Islam atau Mulkan Adhan yang berlangsung sekitar 1.350 tahun. Di era ini Islam boleh dibilang sebagai pemenang atau fase kejayaan. Fase ke empat disebut zaman Mulkan Jabriyah atau emperium penindas. Terakhir fase kelima yaitu fase kembalinya Mahjad Nubuwah atau Khilafah yaitu munculnya Imam Mahdi. “Saya memilih Ustad Anwar karena intens menulis di banyak media tentang eskatologi Islam atau ilmu akhir zaman. Kami ingin melanjuti dengan dialog,” kata Mirdasy, mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Jatim ini. Ketika dikonfirmasi, Anwar Hudijono mengatakan, sebenarnya dia adalah penulis. Bukan penceramah. “Kalau yang menugaskan Nurul Azhar saya tidak bisa menolak. Ini sebagai takdhim kepada guru saya Buya Ustad Abdur Rahim Nur,” kata Anwar. Buya Ustad Abur Rahim Nur yang pernah menjadi Ketua PW Muhammadiyah Jatim adalah pendiri Yayasan Nurul Azhar Porong. “Istilah yang tepat saya ngaji. Kalau berceramah itu kemelipen, ketinggian. Sepertinya saya ini mengajari bebek berenang.  Jamaah pengajian Fajar Shoqik itu tingkatannya sudah tinggi,” tambah Anwar. Yayasan Nurul Azhar selain merawat Masjid Nurul Azhar di tegah lumpur Lapindo, juga mendirikan Pondok Modern Bustanul Quran Nurul Azhar Ngoro. Pondok ini merupakan pengembangan dari Panti Asuhan dan jamaah pengajian yang dirintis Ust Abdur Rahim Nur. Saat ini bekerja sama dengan Muhammadiyah mengembangkan boarding school di Desa Lajuk, Porong. Mendirikan PAUD dan TK. Basis pendidikan di Nurul Azhar adalah membumikan Quran dalam akhlak keseharian dan menjadikan sunah sebagai alat memahami praktik ber-Islam Rasulullah. (mth/*)

Menag: Islamofobia dan Ketakutan terhadap Agama Harus Diperangi

Jakarta, FNN - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mendukung langkah PBB yang menetapkan tanggal 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia dan menyatakan bahwa gelombang ketakutan terhadap agama harus diperangi. \"Kemenag menyambut baik dan mendukung ketetapan PBB, tanggal 15 Maret dijadikan sebagai Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia. Segala bentuk Islamofobia memang harus diperangi,\" ujar Menag Yaqut dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat. Menag mengatakan istilah Islamofobia sering dipahami sebagai gelombang prasangka, diskriminasi, ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan Muslim. Menurutnya, semua bentuk prasangka dan ketakutan yang dialamatkan kepada agama, harus diperangi sebab kondisi tersebut menjadi salah satu faktor yang mengancam kerukunan dan harmoni antarumat beragama. \"Segala bentuk gelombang ketakutan terhadap agama, harus diperangi,\" kata dia. Menag berharap keputusan PBB ini bisa menjadi momentum bagi umat Islam untuk berada di garda terdepan dalam mengatasi berbagai permasalahan dunia. Umat Islam harus dapat menunjukkan tingkah laku yang sesuai dengan prinsip Islam yang cinta damai. Demikian pula umat agama lainnya, kata dia, agar menunjukkan sikap sesuai ajaran agamanya masing-masing yang juga mengedepankan persaudaraan dan kedamaian. \"Penting bagi umat seluruh agama untuk memastikan bahwa kerukunan, perdamaian, dan harmoni adalah ajaran universal agama. Sudah semestinya semua bergerak bersama dalam menciptakan persaudaraan kemanusiaan, bukan perpecahan dan permusuhan,\" kata dia. Ikhtiar mewujudkan perdamaian dunia harus terus diupayakan. Kemenag terus berupaya menjalin komunikasi dengan dua tokoh agama dunia, Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dan Pemimpin Gereja Vatikan Paus Fransiskus, untuk menyebarkan benih perdamaian dunia. Menag mengapresiasi inisiatif keduanya dalam mempromosikan nilai-nilai koeksistensi, toleransi, dan perdamaian yang dirinci dalam Dokumen Persaudaraan Manusia. Dokumen ini ditandatangani bersama oleh Imam Besar Ahmed Al-Tayeb dan Paus Fransiskus di Abu Dhabi pada Februari 2019. \"Kami masih mengupayakan kedua tokoh agama dunia itu bisa hadir di Indonesia untuk melihat kerukunan, harmoni, dan persaudaraan bangsa Indonesia yang sangat beragam ini,\" kata dia. (mth/Antara)

Tolak Logo Halal Baru

Oleh M. Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan BUKAN soal perlu atau tidaknya logo halal pada hasil sertifikasi, akan tetapi logo halal buatan Kemenag yang dipublikasikan nampaknya tidak pas dan mengundang kontroversi. Di samping itu Menag juga terlalu cepat menyatakan tidak berlakunya logo MUI. Sebagaimana penjelasan Sekjen MUI, bahwa logo lama MUI berlaku hingga tahun 2026. Menag bagai tengah ber-euforia telah berhasil merebut kewenangan sertifikasi halal dari MUI. Bersimbol segitiga mengambil filosofi gunungan wayang kulit dengan tulisan kaligrafi halal yang tidak jelas dan interpretatif. Terasa kehilangan nilai sakral dari makna halal. Wakil Ketum MUI Anwar Abbas menyebut logo ini lebih menonjolkan seni semata. Buya Gusrizal Ketua MUI Sumbar menyebut tidak komprehensif karena hanya mengangkat nuansa budaya Jawa.  Olok-olok juga terjadi. Orang Minang membuat logo nuansa padang untuk halal. Ada yang menggambarkan seperti pohon cemara dengan berbagai coretan keruwetan bangsa dan tulisan di bawah \"Halah Ind###s#a\". Ada yang merubah segitiga nya dengan \"aseupan\" atau kukusan bambu lalu \"Halal Indonesia\". Muncul pula yang mengganti kaligrafi halal dengan \" Langka\" bawahnya \"Minyak Goreng Indonesia\". Tetap bentuk logo segitiga gunungan wayang kulit.  Yang paling parah adalah kaligrafi \"halal\" ujungnya seperti \"ka\" sehingga terbaca\"halaka\" artinya \"kehancuran\" bukan halal. Lalu warna ungu disebut warna keimanan padahal warna keimanan dalam islam itu hijau. Ungu warna Partai Damai Sejahtera (PDS) dengan simbol salib Kristiani. Tulisan juga menurut ahli telah melanggar kaedah penulisan khat.  Khat kufi yang digunakan ternyata keliru. lam pada \"halal\" ditengah seperti \"ro\" dan akhir ada \"mim\" jadi bisa dibaca  \"haram\". Fatal sekali. Semestinya sebelum ditetapkan diuji dulu baik secara estetika maupun kesahihan dalam kaidah penulisan. Jangan semata ingin menonjolkan seni dan budaya yang akhirnya membuang aspek kesakralan atau nilai-nilai syari\'ah dari hukum \"halal\" tersebut.  Pak Menteri Agama berkoar-koar soal logo baru, tetapi MUI meyakini keberlakuan hingga tahun 2026. Konsekuensinya adalah jika Presiden Jokowi selesai tahun 2024 dan Menteri Agama Yaqut juga sudah lengser, maka logo halal baru yang \"amburadul\" tersebut akan sia-sia dan pasti diganti lagi.  Betapa tidak representatif nya logo baru itu. Hanya karena sentimen \"Arab\" maka gunungan wayang kulit Jawa telah mengambil alih. Tidak Islami, tidak syar\'i, tidak pula komprehensif. Murni Jawa. Dapat memunculkan halal Minang, halal Medan, halal Aceh, halal Menado atau Papua. Halal Sunda juga tidak akan ketinggalan. Dampak dari \"halal budaya\" sangat besar bagi kesemrawutan logo dan makna.  Atas kondisi seperti ini, maka sikap kita demi  kebaikan dan tanggung jawab syariah atas kehalalan suatu produk, adalah TOLAK LOGO HALAL BARU.  Logo baru itu tak bermutu. (*)