AGAMA

Ustadz Abdul Somad Datang, Wali Kota Pematang Siantar Merasa Lega

Pematang Siantar, FNN - Masyarakat Muslim di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, sebenarnya sudah lama menunggu kehadiran Ustadz Abdul Somad (UAS).  \"Kami pun rasanya susah juga untuk bisa menghadirkan Tuan Guru Ustadz Abdul Somad. Tapi Alhamdulillah, dalam momen peletakan batu pertama Pembangunan Ponpes Tahfidz As-Sulaimaniyah ini, Tuan Guru bisa datang ke Kota Pematang Siantar,\" kata Wali Kota Pematang Siantar,  Hefriansyah, dalam sambutan sebelum UAS menyampaikan ceramahnya, Kamis (6/1/2022).  Dalam ceramahnya Abdul Somad mengatakan Sejarah Pondok Pesantren As Sulaimaniyah di Indonesia tidak terlepas dari sekolah Tahfiz Alquran di Turki.  Berdirinya Ponpes Arras Sulaimaniyah di Pematangsiantar di Tahun 2022 ini bertepatan dengan 100 tahun berdirinya sekolah tahfiz As Sulaimaniyah. Abdul Somad juga mengajak jemaah yang hadir untuk menginfakan hartanya ke jalan yang bermanfaat bagi ummad khususnya untuk menjadikan anak-anak penghafal Alquran. Dalam Tausyianya Ustadz Somad juga memaparkan 3 hal yang harus diamalkan pertama wakaf, kedua mendidik Anak dan ketiga ingat mati. Keluarga Pejuang \'45 Pondok Pesantren berdiri di atas tanah keluarga besar Alm Purnawirawan Kamidin Saragih. Beliau adalah salah satu pejuang 1945 yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kota Pematang Siantar.  Kamidin Saragih juga orangtua dari pengusaha wanita yang sukses terbilang sukses yakni Julita M Saragih. Beliau juga adik kandung dari salah satu anggota DPRD Kota Pematangsiantar, Bintar Saragih.  Pesantren ini akan diperuntukan bagi anak laki-laki untuk tingkat SLTP dengan kapasitas 60 orang Lokasi Pondok Pesantren Tahfiz Arras- Sulaimaniyah (As Sulaimaniyah) berada di Jalan Nagahuta no 14, Kelurahan Setia Negara, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Pematangsiantar.  Selain Wali Kota Pematang Siantar, yang mendampingi UAS adalah Komandan Rindam, ketua MUI Siantar dan lainnya. Sementara itu, Julita M. Saragih sebagai Pembina sekaligus pendiri Pondok Pesantren As Sulaimaniyah Pematangsiantar mengucapkan terimakasih kepada Abdul Somad bisa hadir dan meletakan batu pertama untuk pembangunan Pesantren Arras Sulaimaniyah. “Pertama-tama terima kasih atas kehadiran Tuan Guru, bapak, ibu dan saudara-saudaraku semua. Suatu kehormatan bagi saya dan keluarga juga warga di sini, menyelenggarakan peletakan batu pertama pembangunan Pesantren Arras Sulaimaniyah. Masya Allah Ustad Abdul Somad berkenan hadir di tengah-tengah kita, untuk melakukan peletakan batu pertama,” ujar Julita. Pndok pesantren ini dikhususkan untuk para santri putra. “Insya Allah pesantren ini akan diisi dengan santri-santri putra tingkat SMP,” kata Julita.  Namun, lanjut dia, dirinya berencana membangun pondok pesantren untuk putri yang lokasinya di Kota Pematangsiantar juga. Untuk itu dia memohon do\'anya. Sedangkan Ponpes Tahfidz yang akan dibangun di Jl Nagahuta No 14 Pematang Siantar, luas bangunannya sekitar 1,250 meter persegi. Sementara waktu untuk pembangunannya sekitar 1,5 tahun. “Mohon doa restunya semoga tahun ajaran 2023-2024 kegiatan pesantren Tahfiz sudah bisa di laksanakan,” pintanya. Desain pesantren ini dibuat dengan design ala Turkey dan Batak menggunakan motif Gorga. Untuk bangunannya di bangun dari 0. “Pembangunan pesantren ini 100% menggunakan konsep dari Sulaimaniyah Turkey insya Allah kuat sampai 200 tahun ke depan,” ucapnya. Dalam nada terbata-bata campur rasa haru, Julita mengakui memang sungguh berat awalnya untuk memutuskan rumah ini dihancurkan karena begitu banyak kenangan dan mimpi-mimpi keluarga besarnya di rumah ini. “Sebagai pengganti, akan dibuat video tentang rumah ini sehingga keturunan kami akan tetap bisa melihat dan mengetahui sejarah tentang awal mula berdirinya Pesantren Tahfiz Arras Sulaimaniyah Pematangsiantar,” kata Julita.  Di acara ini, tampil juga cucu dan cicit keluarga Kamidin Saragih yang sudah mampu menghafal Alquran. “Acara ini dimeriahkan dengan pembacaan tilawah Qur’an oleh Ananda Rayyan dan anak-anak santri,” tambah Julita Saragih.  Dalam sambutannya, Bintar Saragih mengatakan, pembangunan pesantren ini merupakan cita-cita orang tua untuk menjadikan harta keluarga menjadi ladang amal yang nantinya bisa bermanfaat bagi kehidupan keluarga almarhum Kamidin Saragih dan bagi masa depan anak-anak Indonesia agar mereka bisa menghafal  Alquran. (TG) 

Ferdinand Hutahaean, dan Penegakan Hukum dalam Ujian

Oleh Ady Amar, Kolumnis Ferdinand Hutahaean perlu membuat pernyataan via berbagai video di Youtube, berkenaan dengan \"Allah mu lemah, Allah ku luar biasa\". Ia katakan, bahwa itu dialog imajiner dengan diri sendiri. Tidak dimaksudkan mengusik agama lain.  Boleh saja Ferdinand mencoba ngeles dan itu agar tidak meringkuk dalam tahanan. Maka, ia perlu mengkarifikasi, bahwa ia sedang dialog dengan diri sendiri. Itulah andalan yang diharap bisa menyelamatkan. Meski argumen darinya itu bisa dengan mudah dipatahkan. Apa yang dicuitkannya itu tidak berdiri sendiri. Ada latar belakangnya, dan itu lanjutan komentar atas ditahannya Habib Bahar bin Smith. Ferdinand seperti orang yang terseret arus sungai deras, maka apapun yang ada didekatnya disambarnya meski cuma ranting kecil. Maka, ia berharap \"ranting kecil\" berupa argumen dialog imajiner, itu bisa menyelamatkannya. Ferdinand berharap semua bisa mengerti tentangnya, bahwa ia sedang ada masalah dengan diri sendiri. Semua diharap bisa mengerti tentang dirinya. Bisa memahaminya. Tapi Ferdinand tidak coba mengeri, bahwa apa yang di-tweetnya itu punya konsekuensi hukum. Ganas Menjadi Melas Ferdinand dikenal ganas jika menghantam siapa saja yang disasarnya. Utamanya Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, yang seolah jadi sarapan paginya untuk dicaci maki dengan tidak semestinya. Bahkan dengan memfitnah segala. Anies di mata Ferdinand tidak ada baik-baiknya. Karya-karya Anies yang dibuat, yang cemerlang itu, bukannya diapresiasi tapi dipelintir sebagai hal yang gagal. Anies bahkan digoblok-goblokkan. Lalu, tiba-tiba Ferdinand tampil melas ingin difahami tentang dirinya yang sedang ada masalah. Sebagai pegiat media, khususnya di Twitter, Fedinand bisa disebut tengah memerankan peran antagonis menyeramkan. Semua tokoh yang \"dianggap\" kritis pada rezim disasarnya dengan umpatan. Buatnya mengumpat setiap hari itu seolah wajib, seolah pekerjaan hariannya. Tiada hari tanpa menyerang seseorang dengan narasi buruk. Ferdinand seolah mengabdikan diri tampil di tempat becek menjijikkan. Buatnya itu tidak masalah. Ia bahkan sering berganti peran dengan skenario berbeda dalam adegan siapa yang mesti disasarnya. Pernah membela Jokowi di 2014. Lalu berpisah. Bergabung dengan Partai Demokrat. Saat partainya mengusung Prabowo (2019), Ferdinand tampil menyerang Jokowi dengan tidak semestinya. Jejak digitalnya bisa dengan mudah dicari. Setelah Prabowo bergabung dengan Jokowi, ia memutar seratus delapan puluh derajat, memilih keluar dari Partai Demokrat, dan jadi freeman. Ia lalu balik kucing muncul sebagai pembela Jokowi. Tanpa arahan sekalipun, seolah Ferdinand sudah tahu apa yang mesti dikerjakan. Ferdinand sudah tahu ke mana sasaran mesti ditembakkan. Maka, Anies jadi obyek sasaran berikutnya. Seolah tiada hari tanpa memproduk ujaran buruk untuk Anies. Mengapa ia mesti menyerang Anies, analisis sederhana bisa dibuat, dan semua akan menunjuk pada 2024. Tarik Menarik Kepentingan Sekarang semua berpulang pada hukum itu sendiri. Mestinya hukum ditegakkan pada siapa pun tanpa terkecuali. Maka, penista agama, dan itu kasus SARA, semacam Ferdinand Hutahaean, ini dipenjarakan. Saksi-saksi dan saksi-saksi ahli sudah diminta kesaksiannya. Konon Kepolisian sudah menaikkan kasusnya dari penyelidikan ke penyidikan. Lalu menunggu apa lagi pihak kepolisian untuk bisa memanggil dan memeriksa Ferdinand guna ditetapkan statusnya. Setidaknya ia bisa diperlakukan sama dengan Kepolisian memperlakukan Habib Bahar bin Smith, yang awalnya diperiksa sebagai saksi, dan lalu ditahan. Memperlambat memberikan status pada Ferdinand, seperti upaya tarik menarik kelompok tertentu, yang coba ingin melindunginya. Setidaknya asumsi demikian mengemuka. Dan itu bisa difahami. Hukum memang serasa permainan bola pimpong yang ditampar ke sana dan kemari. Maka, reaksi umat dalam hari-hari ini akan dilihat. Jika adem ayem dan tekanan untuk memenjarakan penista agama jadi kendor. Maka, Ferdinand meski jelas-jeles melecehkan agama, kasusnya akan mandek. Sekali lagi, ini asumsi yang dibaca publik. Kebenarannya akan ditentukan bagaimana hukum diposisikan dalam memperlakukan penista agama. Berharap munculnya asumsi-asumsi skeptis, itu tidak sampai menemukan kebenarannya. Umat dituntut terus  sabar melihat kerja Kepolisian yang profesional dan terukur. Penista agama, siapa pun dan ada di barisan manapun, pastilah akan diperlakukan sama di hadapan hukum. Bisa jadi hari ini, atau satu sampai dua hari ke depan, semuanya akan jadi lebih jelas jawabannya. Kita tunggu saja, apakah Ferdinand dipenjarakan, yang memang seharusnya, atau justru ia bebas melenggang. (*)

Ferdinand Menyulut Api

Oleh Ady Amar, Kolumnis FERDINAND Hutahaean bermain api. Bukan sembarang api. Kali ini api yang dimainkan, bukan hanya mengena bilik kecilnya semata. Jika tidak cepat dipadamkan, maka api yang ditiup-tiupnya dengan keras bisa membakar seluruh negeri. Mulut Ferdinand yang meniup-niup api itu, jika tidak dihentikan, bisa mengundang marah bahaya dahsyat. Ferdinand ngelunjak. Merasa di atas angin, merasa tak tersentuh hukum. Menjadi percaya diri berlebihan. Nekad memasuki hal yang semestinya tabu untuk dimasukinya. Ia mengggugat Allah, Tuhan dalam makna Islam. Ia mengatakan, \"Allah mu lemah, Allah ku luar biasa\". Status Twitter @FerdinandHaean3 dibuat pada Selasa, 4 Januari 2022, pukul 10.54 WIB, demikian bunyinya: \"Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maka segalanya, DIA lah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela.\" Merasa cuitan apapun darinya tidak akan menimbulkan persoalan.  Ferdinand merasa jadi orang kuat, meski tidak jelas apa pekerjaannya, kecuali hari-harinya memproduk cuitan nyinyir. Hantam sana-hantam sini. Merasa tak tersentuh hukum. Bebas bicara apa saja, bahkan boleh bicara menghina Allah, Tuhannya Presiden Joko Widodo, dan  mayoritas umat Islam Indonesia. Seorang Jusuf Kalla (JK),  yang dua kali jadi Wakil Presiden dari Presiden berbeda, itu pun kalah sakti dengan Ferdinand. JK diolok-olok di-Chaplin-chaplin-kan dan difitnah segala. Itu karena kumisnya, meski tidak sama, coba diserupakan dengan Charlie Chaplin. Sang anak perempuan tidak terima melihat sang ayah diperlakukan tidak semestinya, dan  melaporkan pada Bareskrim Polri. Tapi bertahun tidak ada tindak lanjut atas laporannya.  Sedang Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta, entah sudah berapa puluh bahkan ratus kali mendapat hinaan dan fitnah keji. Seolah tidak ada puas-puasnya. Intensitasnya dibuat makin meninggi dan jahat, mencoba memancing Anies untuk meresponsnya. Tapi seperti biasanya, Anies tidak menanggapi atau mempersoalkan. Marga Baswedan, marga sang kakek AR Baswedan, yang pahlawan nasional, itu dipelesetkan dengan Bus Edan. Lagi-lagi Anies mendiamkannya, seperti juga pemimpin negeri ini membiarkan ulahnya, seolah tampak memanjakan. Tapi kali ini yang disasar Ferdinand adalah Allah, Tuhannya mayoritas umat Islam. Kali ini apakah Ferdinand tetap mendapat privilage, dibiarkan tanpa tersentuh hukum. Kita lihat saja. Jika api yang ditiup-tiup Ferdinand tidak cepat dipadamkan, maka tidaklah perlu khawatir jika api itu nantinya akan menjalar ke mana-mana tanpa bisa dihentikan. Itu berbahaya. #TangkapFerdinand Ferdinand memasuki wilayah SARA, khususnya agama. Mestinya ia hindari. Mestinya tahu pada batas apa ia bisa ditolerir. Tapi pada sensitivitas agama persoalan akan menjadi lain. Cuitan Ferdinand itu bisa disebut masuk bagian dari kategori strategi politik memecah belah sesama anak bangsa. Jelas, ia melanggar UU ITE Pasal 45 ayat 2, dan Pasal 28 ayat 2 UU 19/2016. Selain itu ia melanggar Pasal 14 ayat 1 dan 2 KUHP. Mestinyai tidak menunggu aduan masyarakat. Polri bisa langsung menangkap pelaku ujaran kebencian. Bagian dari antisipasi agar \"api\" tidak membesar, yang akan sulit bisa dipadamkan. Jika terlambat, maka jangan tahan gerakan Aksi Umat Islam bergerak membela agamanya. Persoalan akan jadi berlarut. Kasus Ahok yang menghina Surat Al-Maidah 51, memunculkan gelombang gerakan aksi umat berjilid, yang mengantarkan Ahok ke penjara. Aksi Umat Islam tidak perlu terjadi jika keresahan umat bisa direspons selayaknya. Ferdinand tidak belajar dari kasus Ahok. Diri merasa terlindungi, tak tersentuh hukum. Karenanya, ia merasa akan aman-aman saja. Siang kemarin (5/1) Haris Pratama, Ketua KNPI, mendatangi Bareskrim Polri, melaporkan Ferdinand Hutahaean atas ujaran kebencian. Sedang di Makassar, Brigade Muslim Indonesia (BMI) Sulawesi Selatan, salah satu lembaga gerakan Islam di kota Makassar, resmi melaporkan Ferdinand ke Polda Sulawesi Selatan. Hampir semua elemen masyarakat mengecam ujaran kebencian bernuansa SARA produk Ferdinand itu. Termasuk Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) mengecam cuitan tidak bertanggung jawab Ferdinand. PGI menyatakan, bahwa apa yang disampaikan Ferdinand tidak mewakili umat Kristen, dan PGI mendukung proses hukum untuknya. Setidaknya itu yang disampaikan Pdt. Hendrik Lokru, Direktur Eksekutif Komisi Keadilan dan Perdamaian PGI. Sepertinya ada kesadaran bersama untuk menjaga negeri, agar tidak terlanjur menjadi arang. Maka, memadamkan \"api\" yang disulut Ferdinand menjadi kewajiban yang semestinya disegerakan. Tidak perlu umat Islam bergerak massal membela agamanya. Tidak perlu hingga muncul Aksi berjilid menuju Jakarta, di tengah kondisi negeri tengah berperang melawan penyebaran pandemi Covid-19. Sikap tegas Kapolri, tanpa pandang bulu, dinanti untuk disegerakan: #TangkapFerdinand. (*)

Bib Bahar, Sampeyan Itu Terlalu Lelaki

Oleh Ady Amar, Kolumnis SEPERTI melawan kemustahilan dan ia lagi-lagi jatuh pada hal yang sama. Jatuh yang pasti ia sadari, yang justru ia pilih. Itu setidaknya gambaran yang dihadirkan Habib Bahar bin Smith. Seseorang yang memilih takdirnya di penjara. Ia bisa diibaratkan seseorang dengan saraf takut yang sudah putus. Bahkan sudah putus saat ia masih jadi orok. Itu setidaknya narasi menggambarkannya. Atau untuk menyebut manusia yang tidak merasa perlu takut pada apapun yang nantinya akan merepotkannya. Badannya kurus kering. Tubuh pun relatif pendek,  tidak terlalu tinggi. Dan dengan rambut gondrong pirang berjurai lebih dari sepundak, ia lebih pantas dilihat bak penyanyi rock. Melihat sosoknya tidak ada seram-seramnya sebagai orang nekat. Tapi khusus untuknya, kenekatan itu sepertinya tidak perlu tampak sebagai gambaran orang nekat, yang tampil dengan badan gempal dan muka seram. Nada suaranya khas berat seksi. Ia memang asli putra Menado, yang berguru ilmu agama di tanah Jawa. Mendirikan pondok yang masuk di wilayah Kabupaten Bogor. Entah berapa banyak santrinya. Dan tidak tahu pula ia mengajar agama pada bidang apa. Nama pondok pesantrennya Tajul Alawiyyin. Habib Bahar bin Smith semalam jadi tahanan Polda Jawa Barat. Ia ditahan karena kasus ujaran kebencian. Pasal ujaran kebencian ini bisa ditarik kesana kemari, sesuai yang dikehendaki. Itu yang mengena pada Habib Bahar. Mestinya ia bisa menghindar dari persangkaan ujaran kebencian, jika ia menyadari bahwa setiap perkataannya yang diunggah di video dan viral itu punya konsekuensi menjeratnya. Tapi ya itu tadi, ia seolah berakrab dengan persoalan yang lalu membuatnya meringkuk dalam tahanan. Orang lain coba menghindar, tapi tidak dengannya yang seolah tidak hendak bergeser dari apa yang diyakini. Dan karenanya, disuarakan dengan tanpa tedheng aling-aling. Maka mendengarkan ceramahnya, seolah melihat orang sedang marah-marah. Memang ia marah melihat hal tidak sebenarnya dan lalu disampaikan dengan gayanya. Tidak sebagaimana orang lain, yang bisa memilih dengan narasi lebih halus dan dengan intonasi datar-datar saja. Tidak Gentar Saat Kasad Jenderal Dudung Abduracman mengatakan, \"Tuhan Kita Bukan Orang Arab\". Muncul banyak yang mengoreksi pernyataan absurd itu. Tuhan kok diserupakan dengan makhluk. Tidak terkecuali Bahar yang mengkritik keras. Diunggah di video dan viral. Sampai harus Brigjen Achmad Fauzi mendatanginya di pondoknya, dan terjadilah perdebatan seru keduanya. Habib Bahar tampak tegar tidak sedikitpun ada rasa gentar. Video perdebatan keduanya itu pun viral. Beberapa televisi berita pun menampilkan perdebatan itu. Orang lalu mengatakan, bahwa kedatangan Brigjen Achmad Fauzi dengan beberapa anak buahnya semestinya hal tidak perlu. Ada nada ancaman yang disampaikannya, yang disambut dengan jawaban Bahar dengan tegar pula. Nyali lelaki tidak biasa. Adegan perdebatan itu tidak perlu ada jika TNI dalam hal ini AD, tidak mendatanginya, meski menurut Brigjen Achmad Fauzi, itu ada di wilayahnya. Tapi bukan ranah TNI, itu ranah Kepolisian. Tapi ya itu tadi, sepertinya tidak suka seorang Bahar mengoreksi atasannya, Jenderal Dudung Abdurachman, ia jadi abai masuk pada yang bukan tupoksinya. Bahar tampak dominan dalam perdebatan itu, yang tetap dengan suara lantang dengan sesekali telunjuk tangannya dimainkan ke sana kemari. Siang kemarin Bahar mendatangi di Polda Jawa Barat, diperiksa dan ditahan. Bisa jadi \"sudah\" ditemukan alat bukti memberatkan. Harusnya hal demikian tidak perlu harus sampai ditahan segala. \"Harusnya Bantah pendapat dengan pendapat, bukan dengan dikriminalisasikan\". Setidaknya itu pandangan Refly Harun, pakar Hukum Tatanegara, yang juga aktif sebagai pegiat media. Habib Bahar bin Smith sudah ditahan, dan itu pilihannya, meski itu jadi pilihan tidak mengenakkan dalam mengawali tahun 2022. Manusia satu ini sulit bisa dihentikan, ia sudah memilih jalannya sendiri. Jalan yang tidak biasa. Jalan yang mesti dihindari, anehnya ia tetap enjoy memasukinya. Bib Bahar, sampeyan itu terlalu lelaki... (*)

Ulama Yang Dibunuh, Ulama Yang Dituduh

Seperti mengikuti tarikan napas, sepanjang itu ulama terus  mengalami penindasan. Oleh: Yusuf Blegur, Pegiat Sosial dan Aktivis Yayasan Human Luhur Berdikari TAK cukup dihina, dianiaya dan dikriminalisasi, penyerangan dan pembunuhan para imam masjid, ustadz serta ulama mulai dilakukan dengan modus kasar namun terencana dan terorganisir. Usai Islam dan umatnya dianggap lemah dan tak berdaya. Siasat jahat menyingkirkan pewaris nabi dan penjaga ahlak itu, kini dipertontonkan dengan telanjang. Islam memang telah membuktikan sekaligus mengingatkan melalui wahyu yang berisi \"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang sampai kamu mengikuti agama mereka\", sebagaimana yang tertuang di Kitabullah Al Quran dalam surat Al Baqarah (1):120. Jauh sejak berabad-abad yang lalu hingga kini dan seterusnya.  Selama itu pula  umat Islam akan dimusuhi, diganggu, dan disingkirkan. Kemuliaan Islam sebagai agama Tauhid   dan agama  kemanusiaan memang telah lama menjadi ancaman sekaligus musuh besar bagi kepentingan-kepentingan penyembah berhala dan yang ingin menguasai dunia.  Tak cukup mendatangkan serangan dari luar, upaya penyusupan secara massif dan  terstruktur terus dilakukan dari dalam tubuh umat Islam sendiri. Semua kekuatan mulai dari agitasi dan propaganda, manipulasi data dan sejarah hingga menguasai ranah kultural dan struktural gencar dilakukan. Proyek penghancuran Islam dirancang sedemikian rupa dengan cara-cara yang halus dan kasar sekalipun. Operasi desislamisasi mampu dilancarkan dengan strategi politik maupun penggunaan kekuatan militer. Tentu saja dengan dukungan angaran yang tak terkira besarnya. Membunuh Populisme Islam Usai kegagalan sekulerisasi dan liberalisasi Islam dalam balutan globalisme. Islam di Indonesia terus menjadi persfektif dan proyeksi target politik ideologi kaiptalis dan ideologi komunis. Kedua produk pemikiran manusia yang secara substansi dan esensi berorientasi pada material juga  bersifat atheis itu. Memang memposisikan Islam sebagai penghalang  terbesar ambisi thogut  dunia. Setelah kriminalisasi ulama, khususnya pada Imam Besar  Al Mukarrom Al Habib Rieziq Syihab. Rezim tak pernah membiarkan seseorang  menjadi simbol pemimpin dan perlawanan rakyat di luar pemerintahan. Ulama kharismatik yang bervisi amar maruf nahi kunkar dan penggerak massa seperti Imam Besar Habib Rieziq Syihab itu. Bukan saja menjadi pemimpin umat Islam dan rakyat Indonesia pada umumnya. Keteguhan dan konsistensinya berdakwah, seiring waktu dinilai sebagai ancaman kekuasaan dan dianggap dapat menggulingkan rezim yang memang cenderung dibawah anasir kekuatan anti Islam.  Selain banyak lagi pemenjaraan ulama dan aktifis yang kritis terhadap rezim. Belakangan juga sering terjadi teror dan penganiyaan terhadap ulama. Bahkan sudah ada beberapa pembunuhan ulama yang terang-terangan dan terbuka. Habib Bahar Bin Smith  yang dianggap penerus Imam Besar Habib Rizeq Syihab juga mengalami hal serupa. Setelah bebas dari penjara dan harus bolak balik ke kepolisian menghadapai laporan tendensius dan politis. Sempat mengalami teror dikirimi kepala seekor Anjing. Boleh jadi Habib Bahar Bin Smith juga dapat terancam pembunuhan.  Tak lama berselang teror dan intimidasi oleh perwira TNI pada Habib Bahar Bin Smith. Lebih miris lagi, baru-baru ini tepatnya Jumat dini hari tanggal 31 Desember 2021. Di dalam Masjid Al Ikhwan Kelurahan Sepa, Kecamatan Belapa, Kabupaten Luwu - Sulawesi Selatan. Umat Islam dikejutkan dengan penganiayaan hingga menyebabkan kematian terhadap seorang imam masjid yang bernama Yusuf Daeng Palebba (72 tahun) oleh orang tak dikenal. Begitu keji dan laknatnya  pembunuhan imam masjid dilakukan di dalam masjid di wilayah NKRI dan  Panca Sila secara brutal. Rangkaian sikap permusuhan, kebencian dan sikap anti Islam tak bisa dipungkiri telah terintegrasi dan menjadi agenda yang dilakukan dengan sistem dan cenderung menggunakan institusi   yang berkepentingan. Sebagai mayoritas dinegerinya sendiri dan  terbesar di dunia. Umat Islam tak terhindarkan menjadi sasaran empuk konspirasi global. Tak cukup diformat sebagai potensi pasar internasional dan eksploitasi sumber daya alam.  Umat Islam kini diperburuk memasuki suasana intimidasi dan teror keagamaan. Islam telah berada dalam peperangan pemikiran (ghazwul fikri) dan kecenderungan program depopulasi. Mungkin sulit membuktikan secara    ilmiah  dan terkendala dalam mengeksplorasi data yang sarat statistik. Namun secara faktual dan kolerasinya  pada kehidupan umat Islam  yang nyata. Umat Islam khususnya di Indonesia, terus-menerus mengalami kedzoliman dan ketidak adilan. Kelemahan umat Islam di Indonesia menjadi equivalen dengan serangan luar yang begitu offensif dan progressif. Jumlahnya umat Islam memang mayoritas namun secara nilai masih minoritas. Tinggi dan mulia agamanya namun rendah dan buruk martabat umatnya. Seakan menegaskan kebenaran-kebenaran masa lampau yang disampaikan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam yang menjadi kesedihannya. Bahwasanya akan ada suatu massa, dimana umat Islam akan seperti buih di lautan. Sebuah kritik otokritik bersejarah yang visioner dari pembawa risalah yang agung. Betapa rapuhnya umat Islam di satu sisi, sementara begitu buasnya predator mengincar umat Islam di lain sisi. Pandemi yang menjadi  menjadi mega proyek sekaligus strategi global yang jitu fan efektif mereduksi Islam. Menjadi triger dari upaya merekonstruksi kemanusiaan dan ketuhanan dalam versi  poros tunggal dunia. Menjadi bagian dari skenario dan  berlangsungnya \'new age\'. Musuh-musuh Islam   menghancurkan sistem nilai yang selama ini sudah berjalan seperti demokratisasi, penegakan HAM, supremasi hukum,  kelestarian lingkungan,  isu negara kesejahteraan dan keadilan dsb. Isu-isu global yang selama ini mereka hembuskan dan kampanyekan sendiri. Namun mereka yamg mengingkari juga. Kekuatan yang melebur dalam kelompok \'non state\' dan muncul dalam kemasan zionis, freemassion-ilumminati, fundamentalis dan sekte agama-agama barat lainnya serta kekuatan komunis internasional. Nyata-nyata menguasai dunia, menghidupkan \"agama-agama\" dan \"Tuhan-Tuhan baru\". Membangun berhala-berhala dunia. Dalam situasi yang sedemikian itu, Islam menjadi keharusan untuk \'dilenyapkan\'. Kini, akankah kesabaran umat Islam ada batasnya?. Jauh sebelum bicara tentang jihad. Kesadaran kritis, ghiroh dan pembelaan terhadap umat, ulama dan agama Islam akan bersemi ditengah derasnya prises deislamisasi. Akankah umat Islam diam saat imam masjid, ustadz dan ulama dianiaya dan dibunuh?. Haruskah umat Islam membiarkan terus rangkaian  peristiwa  ulama yang dibunuh, ulama yang dituduh. Wallahu a\'lam bishawab. (*)

IIC London terus dorong pembangunan Masjid Indonesia

London, FNN - Pusat keIslaman Indonesia (IIC) di London, Inggris, terus mendorong upaya pembangunan Masjid Indonesia di kota itu dengan menyepakati pelunasan bangunan di lokasi baru selama 6 hingga 9 bulan.Total dana yang perlu disiapkan panitia untuk membeli bangunan ini adalah 1,5 juta poundsterling (setara Rp28,57 miliar) dengan 100 ribu poundsterling biaya administrasi jual beli yaitu di antaranya untuk biaya survei resmi dan pengacara (solicitor), demikian perwakilan panitia IIC Berry Natalegawa dalam keterangannya diterima pada Kamis (23/12) malam.Lokasi bangunan berada di wilayah Neasden, Barat Laut London sekitar 9 km dari pusat kota.Bangunan terdiri atas 2 lantai dengan luas 368,5 meter persegi dinilai strategis karena dekat dengan stasiun kereta bawah tanah, jalur bus, dan jalan lingkar utara yang menghubungkan Central London.“Nilai plus selain lokasi yang cukup strategis, adalah bangunan ini sudah berizin sebagai tempat ibadah dan bisa menampung hingga 500 orang ,\" tambah Berry menjelaskan sebelumnya bangunan digunakan sebagai gereja.Menurut dia, kondisi bangunan tidak memerlukan perbaikan besar untuk segera bisa digunakan.Selain itu, bangunan lama yang sebelumnya ditempati IIC juga dalam proses penawaran penjualan ke pihak lain.\"Dari hasil penjualan rumah ini nanti dan donasi yang sudah terkumpul hingga saat ini, maka kekurangan dananya 600 ribu poundsterling, “ kata Ketua Panitia Pembangunan Masjid IIC London Eko Kurniawan.Dia menambahkan mulai Januari 2022, panitia akan meluncurkan rencana penggalangan dana.Hingga berita ini dimuat, dana yang tersedia sebesar 900 ribu poundsterling yang berasal dari hasil penjualan bangunan lama IIC senilai 560 ribu poundsterling, dan pengumpulan donasi sebesar 340 ribu poundsterling.“Untuk itu kekurangan dana yang diperlukan adalah sebesar 600 ribu poundsterling atau sekitar Rp12 miliar yang harus lunas dalam 6 hingga 9 bulan ke depan sesuai nanti hasil negosiasi dengan pemilik bangunan yang sedang kita tawar ini, “ demikian keterangan IIC London. (sws, ant)

Waspada Zionis Israel

By M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan ENTAH karena keterpilihan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PB NU atau bukan tetapi isu normalisasi hubungan dengan Israel tiba-tiba menghangat. Memang Ketua Umum PB NU ini sering mengikuti kegiatan di Israel dan dikenal dekat dengan pejabat Israel.  Apakah ada hubungan dengan keterpilihan tersebut maka Media Israel \"The Jerusalem Post\" tanggal 24 Desember 2021 memberitakan kembali hubungan Israel-Indonesia.  \"Indonesia negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia adalah salah satu negara yang coba diajak oleh Pemerintah Trump ke dalam kesepakatan Abraham, meskipun menjadi terhenti pada masa jabatan Trump berakhir\". Mengomentari kedatangan Menlu AS ke Jakarta dan bertemu dengan Menlu RI Retno Marsudi pada tanggal 14 Desember 2021 lalu \"The Times of Israel\" mengutip ucapan pejabat senior AS bahwa Pemerintahan Biden bekerja \"diam-diam tetapi cukup tekun\" untuk memperluas Kesepakatan Abraham. Tercatat empat negara muslim telah terikat dalam Kesepakatan Abraham ini yaitu UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko.  Indonesia harus tetap konsisten dengan sikap \"bersama Palestina\" nya sebagai bentuk anti kolonialisme. Konstitusi mengatur sikap anti penjajahan secara tegas. Israel adalah negara penjajah dan dunia sangat tahu akan hal itu.  Keterpilihan KH Yahya Staquf tidak boleh membuka celah pada siapapun untuk berupaya melakukan lobi atau pendekatan untuk mengubah sikap konsisten Pemerintah dalam \"menutup pintu\" normalisasi hubungan Indonesia-Israel. Zionis tetap Zionis, Israel adalah penjajah dan pelaku kejahatan dunia.  Penjelasan penting dari KH Yahya Cholil Staquf setelah terpilih menjadi Ketua Umum PB NU yang ditunggu umat Islam adalah pernyataan bahwa ia tidak akan berupaya atau tidak akan terpengaruh oleh upaya dari pihak manapun untuk terjadinya normalisasi hubungan Indonesia-Israel.  Gerakan Zionis Israel harus diwaspadai dengan seksama. Lobinya luar biasa. Tahu akan kelemahan para pemimpin bangsa dan umat di manapun. Uang dapat mengubah pendirian dan kebijakan.  Umat Islam dan rakyat Indonesia harus ketat mengawasi gerak-gerik pemimpinnya. AS dan Zionis Israel bekerja \"diam-diam tetapi cukup tekun\".   

PGI: Natal 2021 Masih Bertumpu pada Ibadah Virtual

Jakarta, FNN - Ketua Umum Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom mengatakan pelaksanaan perayaan Natal 2021 secara nasional masih bertumpu pada ibadah virtual.\"Sampai saat ini panitia gereja belum memutuskan mekanisme lain. Masih tetap bertumpu pada ibadah virtual,\" kata Gomar Gultom dalam konferensi pers yang digelar di Gereja Immanuel, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat.Gomar mengatakan mayoritas panitia ibadah Natal 2021 mengonfirmasi aktivitas jemaat masih dilakukan secara hybrid demi menjaga protokol kesehatan. \"Prokes harus dipatuhi, kita minta seluruh warga tetap waspada, cuci tangan dan pakai masker sebab sudah menjadi ketentuan,\" katanya.PGI juga mendorong seluruh panitia penyelenggara ibadah dan perayaan Natal 2021 di setiap gereja untuk menyelenggarakan kegiatan secara hybrid dengan pembatasan sosial yang ketat.\"Penyelenggaraan virtual bagus karena orang bisa rayakan Natal bersama keluarga. Pasti sangat indah,\" ujarnya. Pada acara yang sama, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Kardinal Ignatius Suharyo mengatakan seluruh gereja telah membentuk Tim Gugus Kendali Paroki (TGKP) sebagai panitia Natal sekaligus merangkap tanggung jawab acara.\"Ada TGKP, masing-masing tim mendampingi satu kali ibadah. Mereka mengatur pelaksanaan ibadah,\" katanya.Ia menjelaskan, satgas COVID-19 dibentuk dari kepolisian dan TNI sekaligus bertanggung jawab pada sektor keamanan beribadah jemaat.\"Pemerintah membolehkan jemaat hadir di gereja 50 persen dari kapasitas. Kita ambil lebih sedikit, biasanya 40 persen,\" katanya.Ignatius menambahkan masyarakat lintas agama pun mengambil bagian dalam keamanan membantu tim polisi. \"Tahun lalu banyak inisiatif lokal bahu membahu. Itu semua di bawah koordinasi kepolisian tidak ada organisasi bertindak sendiri,\" katanya.Pihaknya juga meminta panitia gereja bekerja sama penuh dengan tim keamanan untuk mengedukasi jemaat agar tidak membawa tas, bungkusan, berpakaian biasanya dan sederhana saat ibadah demi menghindari situasi yang tidak diinginkan. (mth)

Pengamat Ingatkan Kekuatan Ekonomi dari Luar Bisa Pengaruhi Muktamar NU

Jakarta, FNN - Kekuatan ekonomi dan politik di luar kelompok nahdiyin berpotensi mempengaruhi hasil Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama mulai 23 hingga 25 Desember di Lampung.Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina A. Khoirul Umam mengatakan bahwa kekuatan dari luar kelompok nahdiyin itu kemungkinan menghendaki dukungan dari pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk agenda investasi dan politik ke depan, terutama pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. \"Demi mencegah itu, butuh independensi dan netralitas para pemilih demi memilih pemimpin PBNU yang sesuai dengan aspirasi nahdiyin,\" kata Khoirul Umam sebagaimana dikutip dari pernyataan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa.Ia menyebutkan ada beberapa faktor yang berpotensi memengaruhi arah keputusan pemilik hak suara di Muktamar NU kali ini, yakni: pertama, level independensi dan netralitas PWNU, PCNU, dan PCI-NU; kedua, efektivitas kekuatan pendukung masing-masing calon.Ketiga, pengaruh kekuatan sel-sel ekonomi politik yang tersebar di berbagai politik, baik di level state actor (penyelenggara negara) maupun nonstate actor; keempat, potensi adanya intervensi kekuatan ekonomi politik dari eksternal nahdiyin.Hipotesisnya, kata Umam yang pernah menjabat sebagai Ketua Tanfidz PCI-NU Queensland, Australia, jika faktor pertama dan kedua yang lebih berpengaruh, hasil Muktamar Ke-34 NU akan menghasilkan kepemimpinan PBNU yang sesuai dengan aspirasi nahdiyin.Namun, jika faktor ketiga dan keempat yang lebih dominan, NU akan jadi mesin politik pihak-pihak tertentu yang ingin menang pada Pemilu 2024.\"Tentu, itu tidak diinginkan semua pihak,\" tegas Umam.Dalam pengamatannya, dia menyebut ada dua kandidat kuat dan dua kandidat alternatif pada pemilihan Ketua Umum PBNU.Dua kandidat kuat itu petahana K.H. Said Aqil Siradj dan Katib Aam PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf, kemudian dua kandidat alternatif yaitu mantan Waketum PBNU dan mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara K.H. As’ad Ali dan Ketua PWNU Jawa Timur K.H. Marzuki Mustamar.Umam menilai keempat kandidat itu punya peluang untuk terpilih sebagai Ketum PBNU.Ia menerangkan bahwa petahana K.H. Said Aqil Siradj, yang memimpin NU selama 10 tahun terakhir, telah membangun akar dukungan cukup kuat di tingkat wilayah (PWNU), cabang (PCNU), dan cabang istimewa (PCI-NU).Said Aqil diyakini juga memiliki hubungan erat dengan Istana Presiden dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai pemimpin koalisi partai penguasa saat ini.Sementara itu, K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), menurut dia, punya peluang kuat karena dianggap sebagai tokoh yang dapat membawa pembaruan di tubuh NU.Di samping itu, Gus Yahya merupakan saudara kandung Menteri Agama yang kemungkinan itu turut berpengaruh pada perolehan dukungan PWNU dan PCNU.Keberadaan dua kandidat alternatif, seperti K.H. As’ad Said Ali dan K.H. Marzuki Mustamar, menurut Umam, dibutuhkan untuk menurunkan tensi pada Muktamar Ke-34 NU yang sebelumnya cenderung terbagi dalam dua poros.\"Calon alternatif Ketum PBNU dibutuhkan untuk memecah kebekuan komunikasi dan menurunkan tensi. Hadirnya calon pemimpin alternatif akan membuat regenerasi makin terbuka,\" ujarnya. (sws, ant)  

Fahri: Indonesia Bisa Menjadi Pemimpin Negara Muslim

    Jakarta, FNN - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menilai Indonesia bisa menjadi pemimpin di kalangan negara-negara Muslim di dunia.    Fahri Hamzah dalam keterangan diterima di Jakarta Jumat, mengatakan Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia.    Indonesia, menurut Fahri, salah satu negara demokrasi terbesar di dunia sehingga Indonesia bisa menjadi pemimpin di kalangan negara-negara Muslim, sekaligus menjadi pemimpin di negara-negara demokrasi.   Menurut dia, bila dikaitkan dengan perebutan pengaruh antara pakta militer baru Australia, Inggris, dan AS (AUKUS) dengan China, menurut Fahri, Indonesia harus menjadi pemimpin dan menolak menjadi \"ekor\".    Fahri Hamzah menilai Indonesia tidak layak menjadi \'ekor\' dalam konflik maupun polarisasi yang terjadi di dunia. Indonesia adalah negara yang didesain untuk berada di tengah-tengah, baik secara geografis maupun nilai.  \"Karena itu, Indonesia lebih cocok menjadi pemimpin,\" ujarnya.  Hal itu dikatakan Fahri dalam Webinar Moya Institute bertajuk \"Perebutan Pengaruh di Kawasan Pascakapitulasi AS dari Afghanistan\".  Saat ini, kata dia, bila merujuk pada Buku Samuel Huntington, The Clash of Civilization and the Remaking of World Order telah terjadi konflik peradaban antara peradaban barat dengan nonbarat. Indonesia, lanjut Fahri, berada di tengah-tengah seluruh kutub itu dari segala segi. Pada kesempatan sama, pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana menyatakan bahwa Indonesia selayaknya menganut politik luar negeri bebas aktif dalam konstelasi politik dunia.    Dengan begitu, katanya, Indonesia selalu netral dalam konflik maupun polarisasi di dunia. Lagi pula Indonesia bisa bersahabat dengan negara manapun.    Namun, Hikmahanto mengingatkan politik luar negeri bebas aktif itu dipegang oleh Indonesia selama Indonesia tidak diganggu kepentingan nasionalnya. \"Ketika Indonesia sudah diganggu kepentingan nasionalnya, maka kita harus berhadapan dengan siapa pun pengganggu itu,\" ucapnya.    Hikmahanto mencontohkan kebijakan Presiden Jokowi. Saat ini, Indonesia memang menjalin hubungan ekonomi erat dengan China.    Namun, ketika Laut Natuna Utara diganggu oleh China, maka Presiden Jokowi tegas berhadapan dengan China.   \"Demikian pula terhadap Amerika Serikat. Kita bersahabat dengan Amerika, tapi ketika militer Amerika, Australia, dan Inggris itu bermanuver, Presiden Jokowi perlu menentang hal itu karena bisa memicu perlombaan senjata di Asia Pasifik,\" ujarnya. (sws, ant).