ALL CATEGORY

Prabowo Bukan Pemimpin Bagus

Oleh Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan BERTINDAK sudah merasa sebagai Presiden padahal belum dilantik adalah ciri dari kesadaran diri yang rendah. Presiden kini masih Jokowi, namun Prabowo telah menjalankan berbagai agenda seperti publikasi kabinet gemuk, rencana membangun koalisi besar, berkoar-koar untuk kmenyejahterakan rakyat dengan menafikan oposisi. Bergaya Soekarno dalam pola menghimpun semua dalam satu komando.  Sekurangnya ada tiga karakter sekaligus fenomena yang menunjukkan Prabowo bukan pemimpin yang bagus, yaitu  : Pertama, kurang peduli pada pengorbanan pendukung. Peristiwa Pilpres 2019 masih dalam ingatan. Ketika aksi memprotes  kecurangan Jokowi di depan Bawaslu korban berjatuhan tetapi tidak mendapat empati yang memadai. Kasus 21-22 Mei 2019 dan juga penyiksaan dan pembunuhan 6 Syuhada FPI menjadi monumen dari ketidakpedulian Prabowo.  Kedua, egois dan abai pada pertimbangan kepentingan orang banyak. Sungguh aneh seorang pemimpin dapat dengan mudah meninggalkan pendukung dengan alasan strategi. Strategi yang semata kepentingan pribadi. Menjadi Menteri nya Jokowi merupakan penghancuran martabat diri. Tragedi dari sebuah ambisi. Rakyat sama sekali tidak menikmati.  Ketiga, atas keinginan untuk menjadi Presiden segala cara dilakukan. Berkolaborasi dengan Jokowi melakukan kecurangan penggunaan dana bansos, otak atik sirekap serta menerima Gibran anak haram konstitusi. Dahulu korban kini pelaku. Menjilat habis Jokowi dan mengancam oposisi.  Prabowo bukan tipe demokrat tetapi profil otokrat. Mungkin karena hidup dan dibesarkan di lingkungan aristokrat. Jenderal dengan pangkat yang melompat. Berita media tahun 1998 penuh dengan penculikan dan penghilangan orang dengan Prabowo sebagai tokoh yang terlibat. Dunia ikut melihat dan mencatat.  Rekam jejak itu mungkin menjadi sebab pengamat politik dan keamanan internasional Universitas Murdoch Ian Wilson memprediksi kepemimpinan suram Prabowo. Dalam tajuk \"An election to end all election\" ia menyatakan \"Di masa kepresidenan Prabowo mungkin terdapat perluasan pendekatan pemerintahan \'tanpa opisisi\' yang dibingkai oleh kiasan nasionalis untuk menjaga persatuan\". Rekan Syahganda Nainggolan menulis dengan merujuk pada ungkapan Prabowo di depan Rakornas PAN \"bersama saya atau diam menonton\" yang dikutip dari Jakarta Globe \"either you are with us or watching us working\". Menurutnya keinginan seperti Soekarno yang menjadi pemimpin semua golongan menunjukkan bahwa akhirnya Prabowo adalah seorang diktator.  Penggemukan sapi alias politik dagang sapi dengan membengkakan kementrian adalah kekacauan fikiran kenegaraan Prabowo. Akan terjadi pemborosan keuangan negara, lalu ia lari-lari dengan tidak jelas kerja. Rakyat disuruh menonton. Betapa hebat dan dahsyatnya program \"food estate\" yang menggerus uang rakyat tanpa pertanggungjawaban atas kebangkrutannya. Alih-alih menuai, korupsi yang ditanam.  Berapi-api omon omon Prabowo di setiap momen, heroik tapi memercik muka sendiri. Mulai blunder disana sini dan jika tak terkendali maka akan terus berkelanjutan. Belum dilantik sebagai Presiden ia sudah belepotan. Semangat untuk membungkam kritik sama saja dengan bunuh diri. Memang Prabowo bukan pemimpin bagus. (*)

Selamat Ginting: Terminologi OPM Membuat Koops Habema TNI Lebih Efektif dalam Menjaga NKRI di Bumi Papua

Jakarta | FNN - Pengamat politik dan militer Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengungkapkan, penggunaan terminologi OPM (Organisasi Papua Merdeka) ternyata sangat efektif bagi Koops Habema TNI dalam menjaga NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) di Bumi Papua.  \"Pasukan dari tiga matra yang tergabung dalam Komando Operasi Habema (Harus Berhasil Maksimal) TNI berhasil melumpuhkan 24 personel OPM termasuk dua pimpinan tentara OPM serta merebut senjatanya dan empat markas OPM dalam tempo satu bulan,\" kata Selamat Ginting di Jakarta, Ahad/Minggu (12/5/2024). Menurutnya, perubahan terminologi OPM dari sebelumnya KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) maupun KST (Kelompok Separatis Teroris) membuat pasukan TNI tidak terkendala psikologis dalam menggempur markas-markas OPM di hutan-hutan Bumi Papua. \"Data-data orang yang bisa diperangi dari informasi Satgas Polri di Papua kepada Koops Habema TNI ditindaklanjuti dengan serbuan-serbuan cepat oleh Koops Habema TNI dalam perebutan tempat strategis pertempuran,\" ungkap Selamat Ginting. Terminologi OPM kembali digunakan saat Jenderal Agus Subiyanto menjadi Panglima TNI. Koops Habema TNI juga dibentuk oleh Jenderal Agus Subiyanto. Koops Habema TNI, kata Ginting, dipimpin Panglima Brigjen Lucky Avianto, lulusan terbaik Akmil 1996. Ia juga lulusan Seskoad, Sesko TNI, dan Lemhannas. Koops ini terdiri dari satuan terbaik dari Kopassus, Kostrad, Marinir, dan Kopasgat. Koops Habema TNI, lanjutnya,  dibagi dalam Sektor Timur dan Sektor Barat yang merupakan basis OPM.  \"Jadi mereka efektif  bertugas di wilayah hitam atau tempat yang dikuasai combatan OPM,\" ujar Ginting yang lama menjadi wartawan bidang politik dan pertahanan keamanan negara. Lebih efektif lagi, kata Ginting, Koops Habema TNI juga sekaligus menangani operasi tempur, intelijen, dan, pembinaan teritorial di wilayah hitam tersebut. Satu rentang kendali operasi, tidak banyak komandan dari berbagai tingkatan yang merecoki aktivitas mereka. Wilayah-wilayah yang masuk kategori hitam, lanjut Ginting, setelah berhasil dikuasai Koops Habema akan diserahkan kepada satuan lain untuk pembinaan masyarakat. Dalam beberapa bulan terakhir, kata dia, combatan OPM, senantiasa menyasar pos-pos TNI dan Polri, seperti di Distrik Homeyo. Juga menyasar pasar tradisional, rumah sekolah, rumah ibadah, rumah sakit dan rumah masyarakat.  \"Teror  yang dilakukan OPM jelas menimbulkan keresahan dan ketakutan masyarakat, karena itu harus ditumpas,\" pungkas Ginting. (sws)

Jokowi Akan Berakhir di Lorong Gelap

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  KEKACAUAN dan kerusakan negara terjadi di segala aspek kehidupan, keadaan terus berjalan terasa tanpa ujung untuk mengahiri segalanya.  Kejadiannya masih terus berlangsung sekalipun sudah di ujung ahir masa jabatannya. Bahkan makin membabi buta dengan munculnya politik dinasti tanpa rasa malu. Rakyat merasa muak dan marah. Mengakhiri segalanya masih berupa harapan kapan semuanya berhenti dan keadaan negara normal kembali. Keadaan terasa makin jauh dari harapan, bahkan keadaan seperti semakin kusut belum ada jalan keluar yang realistis. Dengan kebohongan dan rekayasa busuk  merasa menang dalam perkara kecil, tidak menyadari akan mengundang kemalangan dan kerusakan lebih parah karena karena perilaku yang sudah menyimpang jauh dari tatanan, norma, cinta cita dan tujuan negara. Betapa tragis rekayasa buruk dan busuk untuk meraih kemenangan Pilpres tanpa merenungkan konsekuensinya sama saja berdamai dengan hasil Pilpres curang akan mendatangkan keburukan dan bencana berikutnya. *Dalam usaha apapun, kecenderungan hanya untuk berpikir meraih menang atau kalah, sukses atau gagal tanpa memandang jauh keden dan resiko yang akan diakibatkannya sungguh itu kedunguan, ketololan yang nyata dan itu berbahaya\" \"Ketentuan alam bahwa kemenangan atau kekalahan apapun itu bersifat sementara dan semuanya ada di pada posisi transisi dan semua akan ada akhirnya (baik atau buruk)\" Rezim Jokowi akan berakhir di lorong yang gelap karena semua yang dikerjakan tanpa memperhatikan ahirnya: Apapun yang dilakukan berdimensi kedunguan, emosional, kekinian, asal negara ada proyek tidak peduli telah melewati batas menjual kedaulatan negara. Tanpa ide yang kokoh tentang cara mengahirinya, semua akan berbeda dengan yang dibayangkan dan semuanya akan berakhir berantakan. Tidak memahami hukum utama tentang kuasa dan strateginya, semua asal jalan bahwa lebih parah hanya dikendalikan oleh kekuatan Oligarki , akan di kenang sebaga pemimpin boneka perusak negara. \"Dengan berbangga diri merasa kemenangan dan keberhasilan telah di capai . Tinggal sisa sisa kejahatan yang perlu dihapuskan sesuai tuntunan waktu. Segala tampak mudah. Akan tetapi justru di sanalah letak bahayanya\" \"Kalau tidak berjaga jaga, diam diam kejahatan akan meloloskan diri, dan ketika kejahatan telah terlepas, kemalangan baru akan datang dan berkembang dari sisa sisa benihnya, sebab kejahatan tidak akan bisa mati atau di matikan dengan waktu\". Akibat seseorang merasa memang dan berhasil hanya untuk diri dan keluarganya sama sama membiarkan kemenangan akan memancing menciptakan musuh musuh yang terpukul  keras, permainan politik menjijikkan tersebut akan berbalik arah menerkam dan menerjang dirinya.  Mengahiri apapun dengan buruk tidak akan ada nilainya, selain bencana demi bencana yang akan menimpanya. \"Bencana sangat mungkin akan menimpa Prabowo (sadar atau tidak) menempel dalam dirinya sebagai Presiden yang lahir sungsang oleh MK dan harus menerima Capres anak haram konstitusi\" (*)

Selamat Ginting: Airin Seng Ada Lawan di Pilgub Banten

Jakarta | FNN - Pengamat politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengungkapkan hingga kini Airin Rachmi Diany menjadi cikal bakal calon Gubernur Banten terkuat dan terpopuler. \"Bahkan mantan Walikota Tangerang Selatan dua periode itu seperti seng (tidak) ada lawan sepadan di Banten dari segi elektabilitas maupun popularitas,\" kata Selamat Ginting di Jakarta, Sabtu (11/5/2024). Menurutnya, hasil pemilu legislatif 2024 lalu mencatat Airin Rachmi Diany sebagai peraih suara terbanyak ketiga se-Indonesia. Sehingga kapasitas dan kapabilitas Airin sesungguhnya sudah berada di tingkat nasional, bukan sekadar provinsi lagi. Untuk Provinsi Banten, lanjut Ginting, Airin yang baru pertama kali mengikuti pemilu legislatif DPR RI ternyata jauh berada di atas Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan mantan Gubernur Banten Rano Karno dari PDIP, serta para petahana lainnya. \"Untuk pemilihan gubernur faktor figur menjadi nomor satu dibandingkan faktor partai politik.  Airin sebagai kader Partai Golongan Karya (Golkar) menjadi tambah lengkap. Apalagi Golkar juga menjadi partai yang meraih kursi terbanyak di DPRD Banten, bersama PDIP dan Gerindra, yakni 14 kursi,\" ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unas itu. Selain tiga partai tersebut, lanjut Ginting, masih ada PKS yang meraih 13 kursi dan Demokrat 11 kursi. Maka partai-partai tersebut sudah mengukur diri jika akan mengajukan cikal bakal calon Gubernur Banten. \"Karena Airin seng ada lawan, maka partai-partai itu justru akan berebut untuk menjadi cikal bakal calon wakil gubernur mendampingi Airin,\" ungkap Ginting yang berpendidikan doktoral ilmu politik itu. Diungkapkan, para mantan Gubernur Banten seperti Rano Karno dari PDIP maupun Wahidin Halim yang kini bergabung ke Partai Nasdem, kini tinggal kenangan, karena taji politiknya sudah lemah. \"Airin memiliki jaringan keluarga yang berpengaruh dalam lingkungan pemerintahan dan politik di tanah Banten. Termasuk catatan positif Airin saat memimpin Kota Tangerang Selatan selama dua periode. Belum lagi kekuatan Partai Golkar yang merata di provinsi tersebut sejak era Orde Baru hingga kini membuatnya sulit untuk dibendung,\" ujar Ginting yang lama menjadi wartawan nasional bidang politik ini. Sehingga, lanjut Ginting, jika sekarang muncul tokoh-tokoh lokal yang akan maju dalam Pilgub Banten, hanya sebagai penggembira untuk mendapatkan simpati agar bisa diduetkan dengan Airin. Belum lagi dari hasil survei elektabilitas Airin mustahil dikejar kandidat lain. \"Jadi hal yang mustahil Airin dapat dikalahkan jika belum muncul tokoh sepadan,\" pungkas Ginting.

Otonomi Khusus, Negara Bagian, atau Jawa Barat MERDEKA?

 Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan Dua faktor yang menimbulkan guncangan sekaligus munculnya pikiran alternatif bagi penguatan wilayah atau daerah  yaitu \"pemaksaan\" pindah ibukota dari Jakarta ke IKN Kalimantan Timur dan \"pemaksaan\" Presiden Wakil Presiden kontroversial dan nepotis Prabowo Gibran.  Potensi penguatan itu telah muncul di ruang mondial seperti pernyataan gerakan kemerdekaan Papua, Maluku dan Aceh. Kibaran bendera menjadi warna pula. Merah putih yang memudar. Hubungan kuat Indonesia China telah menimbulkan kekhawatiran akan penguasaan negara oleh kekuatan asing. Merah berkuasa, putih menyerah kalah.  Ketika IKN berpindah ke Kalimantan dengan tingkat kemandirian dan kemerdekaan yang rendah, maka daerah-daerah lain layak untuk berpikir ulang akan efektivitas sebagai negara seperti ini. Perlu evaluasi dan penataan ulang atas aturan dan sistem yang ada.  Apalagi jika ternyata kepemimpinan nasional diragukan akan keabsahan atau kapasitasnya sebagai pemimpin bangsa. Upaya-upaya untuk mengembalikan kedaulatan rakyat berbasis daerah menjadi penting untuk didiskusikan dan dipertimbangan.  Pilihan rasional adalah desakan agar semakin banyak daerah yang mendapatkan otonomi khusus. Bukan saja Aceh atau Yogya tetapi juga Maluku, Papua atau Jawa Barat. Daerah lain pun potensial seperti Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Madura dan Kalimantan Selatan.  Pilihan kedua adalah penataan aturan Konstitusi untuk menguji kemungkinan Indonesia kembali menjadi Negara Federal. Akar kesejarahan memberi landasan bahwa keberadaan Negara Federasi pernah terjadi di bawah Konstitusi Republik Indonesia Serikat pada tahun 1949. Negara itu bernama Republik Indonesia Serikat atau United States of Indonesia.  Ada 7 negara bagian yaitu Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatrra Timur, Negara Sumatrra Selatan dan Negara Republik Indonesia. Ditambah dengan 9 Satuan Kenegaraan. Negara Pasundan meliputi juga Distrik Jakarta.  Ditinggalkan Jakarta tidak boleh membuatnya merana, Jakarta harus tetap menjadi Ibukota. Sayang jika dikecilkan atau dihilangkan nilai kesejarahannya hanya demi ambisi atau membuka peluang invasi melalui investasi. Saat Negara Federal dahulu Jakarta masuk menjadi Negara Pasundan bersama Banten dan tentu Jawa Barat.  Negara Pasundan didirikan 24 April 1948 dengan Presiden pertama dan terakhir RA Adipati Wiranatakoesoema. Versi lain dideklarasikan 4 Mei 1947 dengan pemimpin Soeria Kartalegawa. Berbendera hijau, putih, hijau dan bermotto \"Gemah Ripah, Pasir Wukir, Loh Djinawi\" (Kemakmuran dan kegembiraan dari lautan hingga gunung membuat semua orang sejahtera dan panjang umur).  Kini masalah yang dihadapi adalah \"pemaksaan\" dan \"perekayasaan\" baik ibukota baru maupun pemimpin nasional yang otoritarian, oligakhis dan nepotis. Daerah tidak otonom serta sumber daya alam yang dieksploitasi sekehendak pusat, dikorupsi dan dirampok oleh kepentingan asing. Indonesia yang semakin terjajah.  Konteks kedaerahan khususnya Jawa Barat opsi otonomi khusus, negara bagian atau Jawa Barat merdeka layak untuk didiskusikan dan dimusyawarakan secara jernih dan sehat. Pemaksaan dan perekayasaan patut mendapat perlawanan. Rakyat harus kuat dan berbuat untuk dapat kembali berdaulat. (*)

Yang Paling Rasional dan Strategis, Anies Baswedan DKI-1 Lagi

Oleh Dr. Legisan Samtafsir  | Ketua Gernas Indonesia Gemilang Pilpres bukan saja jalur elektoral untuk mengganti pemimpin nasional, tetapi juga jalan untuk mewujudkan perubahan paradigmatis dalam politik ekonomi nasional, yaitu Indonesia adil makmur untuk semua. Dan itulah yang dimaksudkan oleh barisan Pejuang Perubahan (Relawan) dalam mengusung Anies-Muhaimin pada pilpres 2024. Ketika faktanya, jalur elektoral itu dikalahkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) maka energi perubahan itu tidak akan dan tidak boleh patah. Energi perubahan itu harus terus mengalir dan mencari jalannya. Lalu, ke manakah energi perubahan itu harus mengarah? Ini harus dijawab dengan perspektif taktis, logis, dan strategis. Yang paling tidak taktis (ribet, blunder dan mengecewakan) adalah Anies masuk koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran. Maka ini akan sangat melukai perasaan masyarakat (setidaknya 40 juta rakyat versi KPU) dan menimbulkan mosi tidak lagi percaya pada Anies. Yang paling tidak logis (pilihan ngawur, pecundang dan kerdil) adalah Anies meninggalkan panggung politik dan kembali ke dunia pendidikan, sebagai guru atau aktivis sosial. Maka ini akan melemahkan dan bahkan mematikan secara perlahan energi perubahan yang banyak diharapkan rakyat pada sosok Anies. Yang paling tidak strategis (salah arah dan serampangan) adalah Anies meninggalkan Indonesia dan bekerja pada pihak-pihak asing secara profesional, yang tidak ada kaitannya dengan perhelatan berbangsa di tanah air. Ini akan mematikan karir politik Anies dan mengubur harapan perubahan seluruh rakyat. Yang Paling Taktis, Logis dan Strategis Maka yang paling taktis, logis dan strategis adalah Anies kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta. Anies akan terus menghidupkan energi perubahan dan menantang semua pihak untuk menyongsong Indonesia yang lebih adil makmur bagi semua, bersama-sama.  Taktis karena Anies memiliki rekam jejak cemerlang yang tidak diragukan, ketika memimpin DKI Jakarta 2017-2022. Ini modal besar yang tak akan terkalahkan oleh kontestan siapapun. Relawan dan masyarakat luas akan sangat mendukung Anies Baswedan. Jabatan Gubernur DKI akan menjadi panggung yang luas bagi Anies untuk menggerakkan energi perubahan, bahkan ke seantero tanah air. Logis, karena kontestasi pada Pilgub DKI nanti akan menarik semua elemen Partai untuk memenangkan Anies. Dan melihat parlemen DPRD DKI Jakarta banyak berisi anggota dewan yang berasal dari partai pendukung Anies saat pilpres 2024 barusan, maka semua program perubahan yang telah dicanangkan Anies akan dapat dijalankan dengan nyaris sempurna karena dukungan parlemen, setidaknya di wilayah DKI Jakarta. Strategis karena jabatan Gubernur DKI Jakarta adalah icon dan generator bagi kehidupan politik ekonomi untuk seantero negeri. Seluruh kekuatan perubahan di tanah air akan tetap kokoh dan menyala. Anies bahkan akan menyulut munculnya kandidat pro perubahan pada Pilkada serentak 2024 di berbagai daerah. Maka Relawan Anies di semua daerah akan tetap hidup dengan mendukung kandidat yang pro perubahan, untuk mengusung tema perubahan di daerahnya. Dan itu artinya sangat strategis bagi upaya semua pihak untuk memenangkan Anies pada kontestasi Pilpres tahun 2029. Penutup Alhasil, yang terbaik bagi Anies dan seluruh rakyat di tanah air adalah mengusung kembali Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2024 ini. Dan itulah harapan yang nyata-nyata disampaikan masyarakat luas maupun kelompok-kelompok pengaruh kepada Anies, saat kemarin 7 Mei 2024 menghadiri Milad ke 55 beliau, di kediamannya, di Lebak Bulus Jakarta Selatan. Wallahu a\'lam bissawwab.(*)

Keluarga Berencana, Keluarga KKN

Oleh Yusuf Blegur | Mantan Presidium GMNI PRESIDEN Indonesia sebelumnya tidak pernah melibatkan keluarganya dalam politik dan pemerintahan begitu terstruktur, sistematik dan masif. Hanya Jokowi yang mampu memecahkan rekor itu secara nasional dan internasional. Sepanjang berdirinya Republik Indonesia, hanya pemerintahan  Jokowi yang praktek-praktek KKN begitu melampaui batas.  Serakah, rakus dan kejam menjadi representasi rezim yang belum pernah ada sepanjang pemerintahan yang berlaku di Indonesia. Jokowi seperti ingin mengubah NKRI menjadi negara monarkhi. Tak sekedar dianggap publik sarat korupsi, bahkan sebagian besar keluarga Jokowi dilibatkan dalam politik dan pemerintahan tanpa etika dan kepantasan. Partai politik, DPR, KPU dan MK serta TNI Polri dll. telah menjadi bagian tak terpisahkan  dari konspirasi kejahatan rezim dibawah kepemimpinan Jokowi. Mendukung kejahatan pemerintahan Jokowi berarti mendapat fasilitas uang dan jabatan. Bagi yang menentangnya, hanya penjara dan kematian yang didapat, setidaknya dimiskinkan. Anak, menantu, ipar dan kini keluarga besan Jokowi ikut memangku jabatan pemerintahan. Setelah Gibran menjadi walikota Solo dan sekarang wapres, Bobby Nasution menjadi walikota Medan dan Anwar Usman tetap dipertahankan sebagai hakim MK. Publik kembali dikejutkan dengan pamannya Bobby Nasution yakni Benny Sinomba Siregar yang diangkat sebagai Pelaksana Harian (Plh) Sekda Kota Medan. Tak cukup dengan melibatkan keluarga dalam jabatan pemerintahan, Jokowi juga memberikan penghargaan nasional berupa Satyalencana Karya Bhakti Praja kepada Gibran dan Bobby. Begitu parahnya Jokowi memerankan keluarga dalam praktek-praktek KKN.  Jokowi benar-benar melampaui batas, lebih dari kejahatan konstitusi dan demokrasi. Keberadaan negara juga telah dianggap sebagai milik keluarga. Jokowi sepertinya sedang menyiapkan keluarga berencana, keluarga yang mengatur negara dengan perilaku  KKN. Nilai-nilai, prinsip-prinsip  dan  pesan moral kebangsaan sebagaimana tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945 telah dihancurkan Jokowi. Sepertinya selain KKN, dengan politik dinasti Jokowi terus membesarkan Oligarki dan ingin menggantikan NKRI menjadi negara monarki.  Jokowi telah membunuh kaidah nasionalisme  dan patriotisme yang menopang kelahiran NKRI. Jokowi  telah mengkhianati cita-cita Bung Karno dan para pendiri bangsa lainnya. Jokowi juga telah menjadi antek asing. Semua kejahatan telah dilakukan bahkan tak ada  yang tersisa sedikitpun, meski  sekadar  kebaikan untuk rakyat, negara dan bangsa Indonesia. Jokowi hanya terus memelihara kemiskinan dan kebodohan rakyat agar bisa dimanipulasi dan terus melanggengkan kekuasaannya. NKRI diambang kehancuran, seiring Jokowi membangun keluarga berencana dan membangun KKN yang terstruktur, sistematis dan masif. NKRI mungkin hanya akan tinggal sejarah, semua bermula dari satu orang yang kemudian melibatkan keluarga. Keluarga yang aktif menjadi keluarga berencana, keluarga yang identik dengan KKN.  Keluarga sebagai fondasi masyarakat, baik buruknya keluarga menjadi baik buruknya bangunan kehidupan berbangsa dan bernegara. (*)

Selamat Ginting: Sistem Presidensial Rasa Parlementer Membuat Kabinet jadi Gemoy

Jakarta| FNN - Pengamat politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengungkapkan,  memang sistem pemerintahan negara Indonesia adalah sistem presidensial. Namun penuh dengan rasa parlementer. \"Akibatnya presiden Indonesia di era reformasi kesulitan membentuk zaken kabinet atau kabinet yang berasal dari kalangan ahli dan bukan representasi dari suatu partai politik tertentu,\" kata Selamat Ginting di Kampus Unas, Jakarta, Jumat (10/5/2024). Menurutnya, kendati Prabowo Subianto terpilih menjadi presiden hasil pilpres 2024, namun partai politiknya Gerindra hanya menduduki posisi ketiga.  Selain itu, kata dia, Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mendukungnya dalam pilpres pun hanya mendapatkan sekitar 48,3 persen kursi di parlemen. Terdiri dari Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, dan PAN. Sedangkan lawan politiknya kubu pendukung Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo jika digabung mendapatkan 51,7 persen kursi di DPR. Terdiri dari PDIP,  Partai Nasdem, PKB, dan PKS. \"Kondisi inilah yang membuat presiden terpilih di era reformasi gamang bahkan ketakutan jika lawan politiknya tidak diajak bergabung dalam kabinet. Takut diganggu di parlemen,  sehingga cenderung membuat kabinet gemoy (gemuk),\" ujar Selamat Ginting, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unas. Ia menanggapi rencana presiden terpilih Prabowo Subianto yang berencana akan menambah jumlah kementerian dari 34 menjadi 40 kementerian.  \"Untuk menambah nomenklatur harus terlebih dahulu merevisi UU Kementerian Negara,\" ujar pengamat berpendidikan doktoral ilmu politik itu. Presiden terpilih, lanjutnya, tidak bisa serta merta menambah jumlah kementerian tanpa merevisi undang-undang, karena akan melanggar hukum, yakni Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Selamat Ginting menjelaskan  pada Pasal 12,13, dan 14 UU Kementerian Negara telah mengatur tentang pembatasan jumlah bidang kementerian yakni sebanyak 34. \"Disebutkan paling banyak 34 kementerian, dengan rincian empat menteri koordinator, dan 30 menteri bidang,\" kata pengamat politik yang sebelumnya menjadi wartawan bidang politik itu. Dia mengingatkan agar presiden terpilih Prabowo Subianto tidak sekadar  mengakomodasi kepentingan partai politik yang justru pada saat pilpres menjadi lawan politiknya. \"Jika Prabowo akan menambah jumlah kementerian dengan mengakomodasi lawan politiknya, artinya Prabowo gamang dan tidak yakin dapat mengendalikan pemerintahannya dengan efektif,\" ungkap Selamat Ginting. Kondisi seperti ini, lanjutnya, mirip seperti era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Jokowi yang ketakutan dengan lawan politiknya, sehingga merangkulnya dalam kabinet. \"Bagi-bagi jabatan dengan mengabaikan zaken kabinet seperti era Jokowi tidak perlu ditiru. Apalagi sejumlah menteri dari partai politik, utamanya dari partai pendukung justru menggerogoti pemerintahan dengan tindakan korupsi,\" ujarnya. Disebutkan sejumlah menteri pemerintahan Presiden Jokowi dari partai politik ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), seperti Idrus Marham (Golkar), Juliari Batubara (PDIP), Johnny Plate dan Syahrul Yasin Limpo (Nasdem), Imam Nahrawi (PKB), dan Edhy Prabowo (Gerindra). Sedangkan di era Presiden SBY ada lima menteri dan era Presiden Megawati Soekarnoputri ada tiga menteri yang ditangkap KPK. (*)

Politik Islam Berantakan

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  Ingat tentang Moshe Dayan  (Menhan Israel) mendapatkan aduan (laporan) dari bawahannya yang mengatakan : \"Panglima dokumen rahasia kita hilang\".  Mose Dayyan ketawa. Kenapa ketawa ?. Mose Dayyan : \"Anda jangan khawatir, karena pemuda / umat Islam itu tidak suka membaca\" Sama persis dengan ucapan Zion Golda Meir ( PM Israel 1969 - 1074 ) : \"Ketika kami membakar masjid Al Aqsha sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Aku takut bangsa Arab akan berbondong-bondong memasuki Israel dari segala penjuru. Tapi ketika esok hari tiba aku baru tahu bahwa kami bisa berbuat apapun yang kami inginkan karena sebenarnya kami sedang berhadapan dengan umat Islam yang tidur\"_ Lain cerita dengan umat Islam di Indonesia dalam perjuangan politiknya, sangat hobi bertengkar, menjual ayat ayat suci dengan harga  dunia, terpecah belah dan begitu mudahnya di adu domba, sebagian  terkesan sudah menjadi  budak Oligarki. Segelintir tokoh Umat Islam yang terus berjihad menyatukan umat Islam, seperti kewalahan dan masih belum menemuka  jalan keluarnya dengan terus berteriak \"bersatulah wahai umat Islam\" musuhmu sudah didepan mata dan terus akan membunuhmu. Tetap saja blm bisa bisa menyadarkan memori ingatannya untuk bersatu melawan kezaliman yang terus terjadi. Kalau umat Islam ingin tumbuh sebagai *Rohmatal lil alamin*, harus memiliki kekuatan dengan arah perjuangan ; 1. Umat islam harus terus diberi pencerahan ada kekuatan yang akan melemahkan dan menghancurkan umat Islam.2. Menggalang ukhuwah Umat Islam bukan pada tataran Islam hanya soal _*ibadah dan muamalah tetapi ada konsep syiasah*_3. Hentikan umat Islam sebagai pengemis dan kuli para kapitalis dan Oligarki.4. Hilangkan perselisihan soal khilafiah minimal pada tatataran pemahaman 4  ( empat ) Madzhab untuk mengindari saling menyalahkan dan merasa paling benar dan paling islami.5. Umat Islam harus ada kerangka perjuangan dalam konteks *Jihad Qital* yang terukur dalam konsep keilmuan syariah - memiliki kekuatan gerakan dan dukungan finansial.6. Hentikan umat Islam hanya sebagai permainan boneka politik sesaat dan menjual diri - melelang agamanya dengan harga dunia . Setiap pemilu / pilpres nasibnya sangat memilukan, sekedar sebagai mangsa bagi siapapun yang ingin menelan dan memangsanya, dengan dibeli harga dunia semua berantakan. Semua bisa terjadi ketika umat Islam sedang terserang wabah mematikan penyakit WAHN (takut mati dan miskin ) semua lunglai tanpa daya. Semestinya memahami perjuangan dari Sifat Nabi : Sidik, Amanah, Fathonah, dan Tablig. Sifat tersebut dapat diartikan : sidiq sebagai visi hiidup seorang muslim, amanah  sebagai misi tabligh diartikan sebagai taktik dalam menjalankan hidup, serta fatanah diartikan sebagaiaa strategi* dalam menjalankan hidup.***

Cinaisasi Akan Berlanjut

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan JUALAN kedaulatan adalah karakter rezim Jokowi. Sepulang dari Chengdu Jokowi langsung menyerahkan 17.000 Hektar Rempang Kepulauan Riau kepada Cina dengan modus pabrik kaca. Mungkin kaca terbesar di dunia yang akan dibuat. Jokowi telah menjadi kacamata Xi Jinping untuk melihat wilayah Indonesia yang hendak dikuasai.  Komitmen Chengdu juga menyinggung IKN Kalimantan. Lagi-lagi Jokowi menyerahkan IKN untuk investasi Cina. Perencanaan boleh dirombak dan dipersilahkan dilakukan oleh Cina. Terbayang lahan dan bangunan kelak akan dimiliki oleh pengusaha yang terafiliasi dengan Cina. Ibukota Negara menjadi \"China Town\". Singapura baru sedang diciptakan.  Pribumi segera dikeluarkan dari area sebagaimana Melayu Rempang yang diprogram untuk dipindahkan. Suku-suku asli hanya akan mengisi ruang-ruang Museum. Menjadi tontonan wisata para turis Cina yang datang ke kota saudara-saudaranya sendiri. Kalimantan menjadi kawasan Cina-isasi strategis IKN di Kalimantan Timur.  Di Kalimantan Barat suku dominan di samping Melayu dan Dayak juga Tionghoa. Potensi pengembangan etnis ini cukup besar. Investasi lagi-lagi menjadi jembatan penguasaan. Provinsi Jiangsu Cina bersepakat menjalin kerjasama investasi untuk Kalbar. Singkawang yang berjuluk \"Kota Amoy\" menjadi pintu masuk.  Menteri Investasi Bahlil meyakini akan segera \"groundbreaking\" 4 CEO Cina di Kalimantan Utara. Untuk industri petrokimia, Luhut menagih terus realisai ini ke Cina. Luhut juga baru-baru ini membuat berita kejutan bahwa Cina bersiap-siap untuk membangun pabrik sendok dan garpu di Kalimantan Utara.  Kalimantan Tengah terancam juga oleh \"invasi\" Cina. Luhut Binsar yang dikenal sebagai \"Menteri Cina\" berniat menyerahkan satu juta hektar tanah di Kalimantan Tengah kepada Cina. Untuk lahan pertanian, katanya. Gila, Cina mulai merambah ke sektor pertanian. Ini adalah hasil kesepakatan High Level Dialoge And Cooperation Mechanism antara RI dengan Cina di Labuan Bajo.  Semakin lengkap Cinaisasi yang bukan semata industrialisasi, tetapi tentu berdampak pada tenaga kerja dan migrasi peningkatkan populasi. Sudah program Kereta Cepat, hilirisasi Nikel, One Belt One Road, Morowali Sulawesi Tengah Konawe Sulawesi Tenggara, kini Luhut pun menawarkan pula pengelolaan potensi laut dalam kepada Cina.  Cinaisasi adalah program rezim Jokowi. Kini Prabowo, sekurang-kurangnya hingga Putusan KPU adalah pelanjut Jokowi, akankah melanjutkan Cinaisasi ini? Yang jelas Prabowo sudah dipanggil untuk menghadap Xi Jinping di Beijing untuk berkomitmen melanjutkan kerjasama \"two countries twin parks\" Indonesia Cina.  Masa depan bangsa dan rakyat Indonesia dalam bahaya. Dimulai dari investasi lalu migrasi populasi, milisi hingga berujung pada aneksasi. Semakin dekat kolonialisasi Cina atas Indonesia. Selamat menikmati kepasrahan dan kebodohan sendiri.  Aneh, Cina kok dipercaya. Ingat mereka komunis, Bro. (*)