ALL CATEGORY

Parpol: Organisasi Paling Berbahaya

Contoh terakhir adalah kesombongan Anggota DPR RI Effendi Simbolon dari partai Bantheng yang mengkritik Kedua DPD AA LaNyalla Mahmud Mattalitti yang akhir-akhir ini bersuara keras mengkritisi PT 20%. Oleh: Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS Surabaya, @Rosyid College of Arts SEJAK Reformasi telah mengganti UUD 1945 menjadi konstitusi palsu UUD 2002, partai politik bertumbuh menjadi organisasi yang makin berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika Mahfud MD pernah mengatakan bahwa malaikat bisa berubah menjadi iblis jika masuk ke jembatan timbang, maka partai politik bisa mengubah presiden menjadi petugas partai yang tunduk pada petinggi partai. Pada saat biaya politik makin tinggi, pejabat publik – di cabang eksekutif atau legislatif – kini harus tunduk pada para taipan yang menyediakan logistik bagi partai politik dan petinggi-petingginya untuk meraih kekuasaaan. Jika pejabat publik sekelas presiden pun bisa turun kelas menjadi petugas partai, maka publik pemilih hanya menjadi jongos politik setelah Pemilu berakhir. Tidak mengherankan jika pemilu selalu berakhir dengan kepiluan masal seperti antrian minyak goreng dan harga kebutuhan pokok yang makin membubung tinggi. Prof. Noam Chomsky dari MIT bahkan mengatakan bahwa organisasi yang paling berbahaya di planet ini adalah Partai Republik AS saat di bawah Donald Trump, bukan Al Qaedah atau Hamas, apalagi FPI atau HTI. Sejak reformasi, walaupun pemerintahan Republik ini presidensial, peran dari partai politik merambah ke hampir semua sudut kehidupan penting negeri ini. Hampir seperti CO2 yang mengotori atmosfer, jejak Partai Politik ada di semua tempat yang telah menjadi racun kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia dahulu, organisasi yang paling berbahaya itu PKI, lalu kemudian Golkar menjelang reformasi. Saat ini, organisasi yang paling berbahaya adalah  parpol berlogo bantheng, sehingga hampir semua parpol terpaksa mbantheng agar aman-aman saja. Jika tidak berteman dengan bantheng, para elit parpol itu banyak yang akan disaduk dan dipenjarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sifat racun parpol itu bisa dijelaskan secara berikut dengan menggunakan analogi gula dan sekolah. Baik sekolah maupun parpol itu sebenarnya dibutuhkan bagi kehidupan yang sehat. Seperti tubuh membutuhkan gula. Namun jika kadarnya berlebihan, bahkan memonopoli secara radikal, maka gula akan menyebabkan diabetes. Sekolah yang memonopoli sistem pendidikan juga telah merusak pendidikan dengan cara melemahkan keluarga dan masyarakat dalam mendidik warga muda. Wajib belajar disamakan dengan Wajib Sekolah, padahal belajar bisa dilakukan di mana saja. Akibatnya pendidikan menjadi barang langka yang mahal. Parpol saat ini telah memonopoli politik sehingga melumpuhkan partisipasi publik dalam menyediakan polity as public goods. Politik menjadi barang langka mahal yang hanya disediakan oleh parpol. Persis seperti monopoli radikal sekolah dalam Sisdiknas telah merusak education as public goods. Sudah lama persekolahan secara radikal memonopoli pendidikan sejak persekolahan dikerdilkan menjadi sekedar instrumen teknokratik untuk menyediakan buruh yang cukup trampil untuk menjalankan mesin-mesin pabrik sekaligus cukup dungu untuk setia dan patuh pada pemilik modal. Persekolahan sejak Orde Baru tidak pernah dirancang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi menjadi strategi untuk menyediakan syarat-syarat budaya bagi bangsa yang merdeka. Persekolahan hingga hari ini tak pernah dimaksudkan untuk menjadi fasilitas belajar merdeka, sekalipun kini ada wacana Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Template kehidupan mahasiswa saat ini adalah lulus tepat waktu dengan predikat cum laude, lalu bekerja di BUMN atau MNC. No more no less. Begitupun kebanyakan parpol saat ini. Saat politik sebagai kebajikan publik telah dikerdilkan menjadi jual-beli kekuasaan, maladministrasi publik marak terjadi di mana berbagai aturan perundangan (sengaja) dibuat bukan untuk kepentingan publik, tapi untuk melayani elit parpol dan para taipan. Seperti UU Omnibus Law alias Cipta Kerja, aturan ini membuka lebar proses penjongosan bangsa ini oleh para investor, terutama asing. Partai-partai politik yang berkuasa bukannya memastikan Pilpres yang hemat biaya dan efektif merekrut pejabat publik yang kompeten, masyarakat justru digiring parpol untuk sibuk memikirkan sosok capres. Padahal dengan arsitektur legal saat ini, para capres sudah ditentukan oleh para elit parpol berkuasa dan Taipan. Dengan aturan presidential threshold saat ini, partai politik sudah membajak kedaulatan rakyat. Contoh terakhir adalah kesombongan Anggota DPR RI Effendi Simbolon dari partai Bantheng yang mengkritik Kedua DPD AA LaNyalla Mahmud Mattalitti yang akhir-akhir ini bersuara keras mengkritisi PT 20%. Jika tidak terjadi penataan ulang perpolitikan nasional untuk mengakhiri monopoli parpol, maka kita akan menyaksikan kehidupan politik yang makin jauh dari kebajikan publik.  Gunung Anyar, 3 Juli 2022. (*)

Presiden Terkena Batunya

Gaya kepemimpinan yang sering mencla-mencle sangat berbahaya. Solitudinem faciunt pacem appellant (mereka menciptakan kehancuran dan menyebutnya perdamaian), celakanya ini terjadi dalam percaturan diplomasi global. Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih BERBOHONGLAH ketika sudah pintar, jangan coba-coba berbohong di atas kedunguan. Memanipulasi informasi politik untuk mobilisasi cari dukungan politik, itu pekerjaan khas orang-orang dungu. Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar, kurang cakap bisa dihilangkan dengan pengalaman. Namun, tidak jujur sulit diperbaiki. Pengamat politik Rocky Gerung menjelaskan bahwa jika sebuah negara ingin menjadi penengah bagi negara lain yang sedang berkonflik, maka dia harus memiliki moral standing yang kuat. Sebagian rakyat Indonesia, merasa was-was ketika Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke luar negeri. Resonansi akhir yang didapat selalu berakhir menjadi berita dan kesan negatif. Skenarionya selalu gagal dan berantakan. Kalau jujur, faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat komplek mulai dari kemampuan dan kapasitas diri sang Presiden sendiri sampai para penasehat politiknya yang ngawur sama-sama konyolnya. Pantas juga menjadi renungan bersama kritik Cliffort Geertz, ahli antropologi asal Amerika (AS), yang mengatakan: “Ya Indonesia sudah berubah menjadi “negara panggung” alias theater state”. Simbolisme, persepsi, narasi, dan drama lebih penting ketimbang realitas. Selanjutnya kita coba pahami saat kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia atas inisiatifnya sendiri yang berakhir menjadi tertawaan para pengamat politik, dan bahkan rakyat biasa pun ahirnya mengetahui bahwa yang terjadi meski dibungkus dan dikemas seperti apapun, akhirnya memberi kesan hanya dagelan. Bersumber info dari Nikiforov mengatakannya kepada media lokal Ukrainska Pravda. Komentarnya juga dikutip media Rusia TASS. Bahwa Nikiforov lebih lanjut mengatakan, topik pembicaraan utama saat Jokowi ke Ukraina adalah blokade pelabuhan Ukraina yang membuat ekspor biji-bijian terganggu. Dan, “Indonesia adalah salah satu pengimpor biji-bijian terbesar dari Ukraina, fokus utama pembicaraan antara kedua presiden (Indonesia dan Ukraina) di Kyiv”. Inilah yang dibicarakan secara rinci dengan Joko Widodo,” kata Nikiforov. Topik ini kata Nikiforov, Rusia bertanggung jawab atas terganggunya ekspor biji-bijan Ukraina itu ke Indonesia, begitu pun dengan wilayah lain di dunia. Jangankan direspon positif yang terjadi langsung mentok dicegat Presiden Vladimer Putin. Pada kesempatan sebelumnya Jokowi mengatakan bahwa ke Ukraina pada Rabu (29/6/2022) dengan menawari Zelensky jika ingin titip pesan ke Putin, yang akan dia kunjungi keesokan harinya. Pada kesempatan berikutnya saat Jokowi di Rusia, Presiden Indonesia itu mengatakan bahwa sudah menyampaikan pesan Zelensky ke Putin. Jokowi mungkin terbawa kebiasaan menyampaikan bohong di dalam negeri. Lupa sedang dalam percaturan politik internasional. Tiba-tiba muncul info: Serhii Nikiforov, Sekretaris Pers Kantor Kepresidenan Ukraina berujar, sebenarnya jika Zelensky ingin mengucapkan sesuatu ke Putin, dia bisa melakukannya secara terbuka dalam pidato harian. Tidak ada pesan apapun dari Zelensky terkait dengan perang Ukraina dan Rusia kepada Putin. Zelensky hanya menyatakan bahwa menghargai misi perdamaiannya. Putin pun tidak mengapreasi pesan damai yang dibawa Jokowi. Putin hanya membahas rujukan mengenai hubungan ekonomi RI-Rusia, itupun terlihat gesturnya direspon dengan angin-anginan. Putin sama sekali tidak menyebut mengenai misi perdamaian dan yang dirujuk hanya mengenai hubungan ekonomi Indonesia-Rusia dan juga mengenai jika tidak salah ada mengenai ekspor gandum Ukraina. Jadi tidak sama sekali merujuk pada misi perdamaian Presiden Jokowi. Tidak ada sama sekali terobosan dalam misi damai yang dibawa Jokowi. Semua pengamat sudah mengetahui ini hanya dagelan konyol. Kalau misi perdamaian itu ada konsep perdamaian diterima oleh kedua pihak, baik Ukraina maupun Rusia, dan saat masing-masing kepala negara ketemu sudah siap dan tidak perlu lagi banyak basa basi, yang sia sia. Maka wajar dan benar kalau Internasional Ukraina membantah Zelensky titip pesan untuk Putin lewat Jokowi. Bahkan, Presiden Rusia nampaknya tidak mau dikotori dari kesan ecek-ecek oleh kedatangan Presiden Jokowi yang jauh dari level dengan Presiden Rusia. Begitu selesai pertemuan, Ukraina digempur kembali. Dan, bahkan bekas pertemuan Zelensky dan Jokowi juga dirudal. Artinya, setelah kedatangan Jokowi itu malah yang lebih fatal. Kebohongan Jokowi bukan saja akan membawa kesan buruk terhadap negara juga menjadi preseden buruk yang terus-menerus diulang-ulang. Bisa terjadi kepercayaan luar negeri terhadap kemampuan diplomasi Indonesia merosot, dan tidak dipercaya lagi? “Orang yang berani berkata terus terang adalah orang yang mendidik jiwanya sendiri untuk merdeka. Orang yang berani menerima perkataan terus terang adalah orang yang membimbing jiwanya kepada kemerdekaan.” (Buya Hamka). Gaya kepemimpinan yang sering mencla-mencle sangat berbahaya. Solitudinem faciunt pacem appellant (mereka menciptakan kehancuran dan menyebutnya perdamaian), celakanya ini terjadi dalam percaturan diplomasi global. Presiden suka atau tidak suka harus menerima kenyataan dan akhirnya kena batunya. Karena terbiasa melakukan perilaku politik berbeda yang diucapkan dan realitasnya. Dan berbohong dikira tidak terdeteksi apalagi dalam diplomasi internasional. Hitungan detik semua akan terbongkar dan tidak akan ada tempat untuk membela diri dan bersembunyi. (*) 

"Anjing Penjaga" Oligarki Itu Mulai Menyalak

  DPR sudah tidak berfungsi justru membangun oligarki dengan membuat barier Presidential Threshol 20%. Hal demikian yang ditentang habis-habisan oleh Ketua DPD RI tersebut. Karena jelas bertentangan dengan UUD 1945 dan mengamputasi kehendak rakyat. Oleh: Prihandoyo Kuswanto, Ketua Pusat Studi Kajian Rumah Pancasila EFFENDI Simbolon, anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, telah membela Oligarki dengan menyerang Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Jelas apa yang dilakukan LaNyalla itu, setiap langkahnya selalu mendapat sambutan dari rakyat di mana-mana di negeri ini. Keresahan rakyat semakin membuncah itu ditumpahkan kepada LaNyalla. Karena, ada harapan yang ingin dinarasikan oleh rakyat yang selama ini terkungkung oleh ketidak-adilan dan semakin semena-menanya pengusa terhadap rakyatnya. Pasalnya, DPR sudah tidak menjadi harapan. Sebab, tidak pernah memikirkan kebutuhan rakyat, bak dahaga di tengah gurun, tiba-tiba ada LaNyalla dengan berani menentang arus politik elit yang sudah bukan isapan jempol, membela dan “bersetubuh” dengan Oligarki. Perjuangan LaNyalla inilah yang membuat Simbolon kebakaran jenggot. Sebab peran DPR yang seharusnya memperjuangkan kehendak rakyat justru mereka membuat UU yang menyengsarakan rakyat dan malah merugikan masa depan negara bangsa. Coba saja kita buka berbagai UU, mulai UU Omnibuslaw, UU Minerba, tentang persoalan agraria, persoalan minyak goreng, DPR tidak tanggap, tidak mampu membela kepentingan rakyat. Justru mereka ikut membelenggu kepentingan rakyatnya. Begitu juga dengan isu Islamophobia, stikma radikal, teroris yang disematkan pada Islam, justru DPR tak pernah bersuara, soal LGBT malah mick dimatikan Ketua DPR Puan Maharani (dari Fraksi PDIP juga) ketika ada yang bersuara. DPR sudah tidak berfungsi justru membangun oligarki dengan membuat barier Presidential Threshol 20%. Hal demikian yang ditentang habis-habisan oleh Ketua DPD RI tersebut. Karena jelas bertentangan dengan UUD 1945 dan mengamputasi kehendak rakyat. Timor Leste dengan penduduk yang tidak banyak calon presidennya 16 orang. Justru Indonesia yang penduduknya 270 juta pemilihan presiden (pilpres), lu lagi, lu lagi. Apa yang dituduhkan Simbolon pada LaNyalla sangat tendensius. Memangnya LaNyalla sendirian, tentu saja tidak. Di belakangnya ada rakyat dari aktivis dan akar rumput riil mendukungnya. Sebab, perubahan kembali ke jati diri bangsa kembali ke UUD 1945 dan Pancasila sudah sangat meluas. Simbolon adalah simbol “politikus kardus” yang tak mampu membaca geliat rakyatnya akan perubahan, mengaku sebagai anak ideologis Soekarno justru mengkhianati ajaran Soekarno, membiarkan persatuan bangsanya terkoyak- koyak akibat keserakahan oligarki. Simbolon justru bagian dari oligarki, maka sebagai “anjing herder” penjaga oligarki akan menyalak jika ada kepentingan oligarki terusik. Rupanya genderang perubahan telah ditabuh oleh LaNyalla yang membuat rakyat terbangun dari tidurnya, yang bisa menatap lagi matahari masa depan. (*)  

Al-Qaeda, Organisasi Teroris Pemerintah Amerika

Jakarta, FNN – Breaking News! Dokumen rahasia yang membuktikan Al-Qaeda adalah organisasi teroris bentukan Pemerintah Amerika Serikat (AS), mulai bermunculan. Disebarkan oleh WikiLeaks, meski Ashange saat ini dalam pengawasan Inggris. Menunggu proses pemulangan ke AS. Isi dokumen yang berasal dari email Jake Sulivan, Penasehat Keamanan Nasional Presiden Joe Biden itu sangat mengejutkan. “Al Qaeda ada di pihak kita,” bunyi email pengakuan Jake Sulivan tersebut kepada Hillary Clinton saat menjabat Menteri Luar Negeri rezim Barrack Obama. Ini sebuah bukti hukum, bahwa semua peristiwa terorisme oleh Al-Qaeda di dunia diduga atas perintah AS.   ISIS Sempalan Al-Qaeda Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin pernah menyebut organisasi teroris ISIS merupakan bikinan Amerika Serikat (AS). ISIS sendiri merupakan organisasi sempalan Al-Qaeda yang dipimpin Osama bin Laden. Riwayat berdirinya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) tak bisa dilepaskan dari fenomena Arab Spring, tumbangnya rezim-rezim lawas di sejumlah negara Timur Tengah. Sebagaimana dicatat oleh Masdar Hilmy dalam tulisan berjudul \'Genealogi dan Pengaruh Ideologi Jihadisme Negara Islam Iraq dan Suriah (NIIS) di Indonesia\', mulanya ISIS menyebut diri sebagai Al-Dawlah al-Islâmîyah yang merupakan organisasi jihadis sempalan dari Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden. ISIS mengklaim beberapa negara, seperti Yordania, Israel, Palestina hingga Turki bagian selatan, sebagai wilayahnya.Berdiri sejak 2004, kelompok ini dipimpin oleh Abu Musab al-Zarqawi, yang merupakan salah satu tokoh Al-Qaeda. Lalu pada 2006 kepemimpinan diambil alih oleh Abu Hamza al-Muhajir, yang juga tokoh Al-Qaeda.Kepemimpinan terus berganti hingga dipimpin oleh Abu Umar Al-Baghdadi, pemimpin Al-Qaeda Irak. Namanya pun akhirnya berubah menjadi Islamic State of Iraq (ISI). Estafet kepimpinan kemudian berpindah lagi ke Abu Bakr al-Baghdadi. Abu Bakr akhirnya pada 2014 mengganti nama ISI menjadi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Dia lantas mendapuk dirinya sebagai khalifah dari organisasi tersebut.Gerakan ISIS ini pernah mendapatkan dukungan finansial dari donasi orang-orang kaya di Kuwait dan Arab Saudi untuk memerangi dan menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Asad dengan sentimen isu sektarian Irak.Lalu, apakah ISIS adalah buatan Amerika Serikat?Jika ditelusuri berdasarkan riwayat berdirinya ISIS, belum ada pengakuan AS soal ini. Namun, Al-Qaeda sudah diakui sebagai organisasi bentukan AS yang pada mulanya dibentuk untuk mendukung gerakan para jihadis Afghanistan pada 1988.Saat itu, Al-Qaeda dibentuk AS untuk memerangi Uni Soviet yang menginvasi Afghanistan. Setelah perang berakhir, alih-alih membela AS, Al-Qaeda justru memusuhi AS. Al-Qaeda bahkan disebut-sebut sebagai dalang dari tragedi Serangan Tower WTC 11 September 2001.Selain itu, \'ISIS buatan AS\' menjadi salah satu hoax yang ramai disebarkan pada 2014 di media sosial. Hoax itu menyebut mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton secara terang-terangan mengakui ISIS sebagai gerakan buatan AS guna memecah-belah dan membuat Timur Tengah senantiasa bergolak. Pengakuan disebut termuat dalam buku terbaru Hillary Clinton, \'Hard Choice\', dan menjadi pemberitaan luas media-media massa internasional.Kominfo pun membuat klarifikasi dan memastikan berita itu hoax. Kominfo melakukan validasi berdasarkan berita internasional terpercaya.“Faktanya setelah ditelusuri situs berita Orient News pada Jumat (8/8/2014) juga menegaskan bahwa berita Hillary Clinton yang mengklaim bahwa ISIS adalah buatan Amerika adalah laporan palsu. Wartawan Mesir menegaskan bahwa buku tersebut tidak mengandung informasi apa pun terkait hal ini dan semua berita yang telah diterbitkan adalah palsu dan kebohongan,” tulis Kominfo di laman resminya.Sebelumnya, Din Syamsuddin menyebut organisasi teroris ISIS merupakan bikinan AS. Pernyataan mantan Ketum Muhammadiyah ini disampaikan ketika ia mengkritik sikap pemerintah RI yang tak memilah WNI yang disebut ISIS.“Anak-anak itu kan nggak, dalam agama pun tidak berdosa, karena belum tahu apa-apa kan? Saya ingin anu saja, bukan karena saya pro-ISIS, saya tahu ISIS itu bikinan Amerika dari dulu. Maka kita nggak pernah mendukung ISIS, saya tidak pernah mau mendukung,” kata Din di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, dilansir Detik.com, Rabu (12/2/2020). Apakah Kominfo sekarag ini juga akan mengklarifikasi email Jake Sulivan itu? Kita tunggu saja responnya. (mth)

Geliat (Lagi) Prostitusi Dolly dan Morsen

Surabaya, FNN – Eks Lokalisasi Dolly dan Morsen (Moroseneng) buka lagi? Pertanyaan ini diterima oleh anggota DPRD Kota Surabaya Imam Syafii dari beberapa teman setelah mereka mendapat informasi dari mulut ke mulut secara terbatas. “Saya pun eager (amat ingin tahu) untuk turun langsung ke bekas tempat lokasi pelacuran terkenal di Surabaya tersebut,” kata Imam Syafii.Ia berharap kabar bukanya Dolly dan Morsen tidak benar alias hoax. Maklum Pemkot Surabaya sudah menggelontorkan dana sangat besar. Pemkot membeli belasan, bahkan puluhan rumah yang sebelumnya dijadikan bisnis “esek-esek”.Lalu rumah-rumah maksiat itu disulap menjadi taman, rumah baca, tempat budidaya anggrek, hingga sentra produk UMKM. Bahkan, yang paling gress di Sememi Jaya, sangat dekat Morsen, juga didirikan rumah padat karya untuk warga MBR (masyarakat berpenghasilan rendah). Yaitu tempat cuci motor dan mobil.Setelah melakukan investigasi ke lapangan, ternyata kabar bukanya lagi Dolly dan Morsen bukan isapan jempol. “Di Dolly temukan 10 wisma beroperasi lagi. Modusnya wisma digembok dari luar. Gembok dibuka jika makelar di depan rumah membawa masuk laki-laki hidung belang yang ingin jajan kue cinta instan di dalamnya. Tamu wisma bisa pilih cewek-cewek yang display di showroom. Harganya Rp 180 ribu dan Rp 200 ribu,” ungkap Imam Syafii.Di Dolly agak beda. Imam memergoki cafe dipakai untuk prosititusi. Tidak jauh dari mulut gang Dolly. Di pinggir jalan utama. Tidak ada ruang pamer gadis-gadis penjaja cinta duduk berderet di sofa seperti di Morsen.Sebagai gantinya, agar bisnis haram ini tidak terendus petugas keamanan, makelar menunjukkan foto sejumlah gadis di handphone. Terlihat masih muda dan cantik-cantik. Jika deal, gadis-gadis tersebut dijemput dari tempat kos mereka. Tidak jauh dari cafe yang buka hingga jam 4 subuh itu.“Lho kok gak sama dengan yang di foto. Wajahnya lebih tua dan badannya agak gemuk,” protes laki-laki setelah si makelar membawa masuk dua gadis ke cafe. Sebelum naik ke loteng dengan tarif Rp 300 ribu.“Saya sudah menyampaikan temuan ini. Yaitu saat rapat Komisi A (Hukum dan Pemerintahan) DPRD Surabaya dengan 31 Camat. Lalu beberapa hari kemudian dengan 154 lurah se-Surabaya,” lanjut Imam.Semoga ada upaya dari pemkot mengatasi persoalan sosial dan dosa besar. Tidak hanya melarang gadis-gadis itu bermaksiat. Tapi juga dicarikan solusi yang manusiawi. Agar mereka tidak terus menerus ke jalan sesat dan juga menyesatkan itu. (mth/*)

Seharusnya Presiden Jokowi Tidak Perlu Memaksakan Berbahasa Inggris!

Jakarta, FNN – Sejak kemarin sebuah video pembicaraan Empat Mata antara Presiden Joko Widodo dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy beredar luas di media sosial. Video ini tampaknya diambil saat Presiden Jokowi berkunjung ke Kiev Ibukota Ukraina dan berbicara dengan empat mata dengan Presiden Zelenskyy di Istana Mariyinsky. Kalau kita amati secara cermat video ini seluruhnya berasal akun cyber jenaka satu sebagai apa ya? Nih olok-olok karena pertemuan antara Presiden Jokowi dan Zelenskyy itu terkesan kaku dan kalau kita lihat wajah dari Zelenskyy juga ada ekspresi bingung. Sementara Presiden Jokowi juga tampaknya terdiam, tidak segera membuka pembicaraan dan lebih terpaku dengan iPad di depannya, suasananya sepi atau lebih tepatnya hening ya karena itu akun tadi sengaja menambahkan suara jangkrik yang nyaring terdengar di dalam video itu. “Iya benar video itu memang sekedar olok-olok, saya ajak anda untuk melihat video aslinya ini saya ambil dari channel Youtube milik Sekretariat Presiden,” ujar wartawan senior FNN Hersubeno Arief di Kanal Hersubeno Point, Sabtu (2/7/2022).   Jadi, clear, kalau kita tonton lebih lengkap video aslinya Presiden Jokowi itu disambut di pintu Istana oleh Presiden Zelenskyy kemudian diajak masuk ke dalam Istana, dikenalkan dengan para staf Zelenskyy. Sebaliknya, Presiden Jokowi juga mengenalkan rombongan kecilnya terdiri, Menlu Retno Marsudi dan Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Nah ketika masuk kedalam ruangan Jokowi hanya berdua bersama dengan Presiden Zelenskyy tidak ada penerjemah, yang biasanya itu mendampingi para kepala negara atau kepala pemerintahan untuk menerjemahkan pembicaraan ini. “Jadi ini benar-benar pertemuan Empat Mata diantara Presiden Zelenskyy dengan Presiden Jokowi saja. Bagaimana mereka berkomunikasi, bahasa apa yang mereka gunakan, kita tidak mendapat keterangan. Karena durasi video tadi pendek. Ketika Presiden Jokowi bertemu Zelenskyy hanya sepanjang 10 detik,” jelas Hersubeno. Namun ketika keduanya memberi keterangan Pers seusai pertemuan itu kita bisa melihat dan mendengar Zelenskyy maupun Jokowi menggunakan bahasa nasional masing-masing yakni bahasa Ukraina dan Indonesia. Soal kemampuan Presiden Jokowi berbahasa Inggris ini sudah lama, sering menjadi olok-olok dari para netizen dalam berbagai kesempatan itu, memang terkesan Presiden Jokowi tampak memaksakan diri menyampaikan pidato maupun berbicara dalam bahasa Inggris secara langsung tanpa penerjemah. Barangkali yang paling heboh dan sampai sekarang itu masih sering diulang-ulang oleh netizen adalah ketika Presiden Jokowi menyampaikan pidato dan kemudian menjawab pertanyaan audience dalam sebuah forum yang digelar sebuah lembaga think-tank di Amerika, yakni Proxy Institute di Washington yang acaranya dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2015. “Jadi kira-kira setahun setelah itu masa ke pemerintahan Jokowi periode yang pertama ya,” ujar Hersubeno. Setelah menyampaikan pemaparannya dalam bahasa Inggris, Presiden Jokowi kemudian melayani tanya jawab. Semula dia menjawab pertanyaan moderator dalam bahasa Inggris yang terbatas. Setelah itu, dia menanggapi pertanyaan audience. Pada giliran audience yang kemudian menjadi heboh, karena ketika ada audience yang bertanya, Jokowi bukannya menjawab, tapi dia malah mempersilakan Menteri Perdagangan saat itu dijabat oleh Thomas Trikasih Lembong untuk menjawabnya. Jokowi ketika itu berdalih ingin mengetes kemampuan menterinya dengan kalimat, “I wanan to test minister” inilah yang kemudian jadi banyak hal bahan olok-olokan. Tindakan serupa itu kembali diulang Jokowi ketika dia juga ada pertanyaan kedua dan kemudian dia mempersilahkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk menjawabnya. “I wan to test minister”, itu kata Jokowi. Momen inilah yang jadi bahan olok-olok netizen dan memenya itu bisa dengan mudah ditemukan tersebar sangat luas di medsos pertanyaannya sekarang apakah seorang presiden Indonesia itu memang harus menguasai bahasa luar negeri, khususnya bahasa Inggris? Kita sekarang bicara soal legal formalnya dalam persyaratan sebagai seorang presiden itu tidak ada ketentuan semacam itu. Bahkan, untuk pendidikan pun syaratnya cukup lulusan SMA atau Madrasah Aliyah, SMK atau yang sederajat dengan SLTA. Soal bahasa ini bahkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan ada aturannya. Aturan yang tertera dalam pasal 28 yang berbunyi: Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi presiden wakil presiden dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri. Pada 2019 Presiden Jokowi juga menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia. Peraturan Presiden ini salah satunya mengatur bahwa presiden wapres dan pejabat negara lain wajib berpidato dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik di dalam ataupun di luar negeri. “Jadi ini wajib ya, karena itu tercantum dalam pasal 5 Perpres ini,” tegas Hersubeno. “Perpres ini diterbitkan untuk menggantikan Perpres Nomor 16 tahun 2010 yang sebelumnya diterbitkan oleh Presiden SBY maksud saya dalam Perpres era SBY itu juga diatur menggunakan bahasa Indonesia dan penggunaan bahasa Indonesia dalam pidato presiden wakil presiden luar negeri namun tidak ada kata wajib,” kata Hersubeno. Selama 10 tahun menjabat sebagai Presiden, menurut Hersubeno, SBYjuga kerapkali menggunakan bahasa Inggris saat menyampaikan pidatonya di forum-forum internasional. Pada waktu itu muncul semacam rumor bahwa Perpres yang diterbitkan oleh Jokowi ini untuk menutupi kelemahan dia dalam berbahasa Inggris, tapi sebenarnya Jokowi gak salah juga dengan bentuk Perpres ini karena aturan undang-undangnya. Juga ada semacam itu jadi Perpres macam aturan pelaksana dari undang-undang tadi. Jadi sekali lagi, ini perlu kita garis bawahi kalau kita merujuk pada undang-undang maupun Perpres tadi ketika menyampaikan pidato secara resmi itu Jokowi harusnya juga menggunakan bahasa Indonesia. Tapi kemarin saat menyimak Presiden Jokowi menyampaikan penjelasan kepada wartawan bersama dengan Presiden Zelenskyy dan juga bersama Presiden Rusia Putin, Jokowi menggunakan bahasa Indonesia, sementara Zelenskyy dan Putin menggunakan bahasa nasional mereka. Kalau Putin menggunakan bahasa Rusia. “Tapi jangan salah ya, walaupun tetap menggunakan bahasa Rusia, Putin itu sesungguhnya menurut sejumlah media di Rusia, dia menguasai sejumlah bahasa asing. Antara lain bahasa Inggris, Jerman, dan Tartar. Tartar ini saya kira bagian dari komunitas Islam yang juga masuk dalam hidrasi Rusia. Dan dia juga sedikit bisa berbahasa Swedia. Saya percaya info ini karena sebagai mantan perwira intelijen, Putin itu pasti dituntut untuk memahami berbagai bahasa asing,” ungkap Hersubeno. Hersubeno pernah menyaksikan ketika Putin bertemu dengan Angela Markel yang pada waktu itu adalah Kanselir dari Jerman. Dia saat itu menggunakan bahasa Jerman. Sementara kemudian Angela Markel ini menggunakan bahasa Rusia karena memang Markel ini berasal dari Jerman Timur yang pada waktu itu dikuasai oleh Rusia. Putin juga pernah berdinas di Jerman Timur dan saja dia fasih berbahasa Jerman, namun tetap saja dalam berbagai forum resmi termasuk ketika bertemu dengan para kepala negara lain Putin tetap saja menggunakan penerjemah. “Kalau kita belajar dari pengalaman presiden-presiden kita sebelumnya, saya ambil contoh Presiden Soeharto yang dikenal, karena dia berkuasa selama 32 tahun ya itu juga selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam forum-forum internasional,” lanjutnya. Pak Harto ini mempunyai seorang penerjemah tetap yang tampilannya selalu mencuri perhatian. Bahkan ini telah menjadi semacam legenda karena posisi duduknya itu selalu disampingnya Pak Harto dengan para tamu negara yang ditemui Pak Harto dan kenapa menjadi legenda? Karena dia mendampingi Pak Harto selama tiga puluh tahun. Namanya adalah Widodo Sutiyo. Dia ini seorang diplomat karir yang kemudian dicomot menjadi penerjemah karena kemampuan bahasa asingnya. Widodo ini selalu duduk di samping Pak Harto, sangat ikonik. Apakah Pak Harto tak bisa berbahasa Inggris? Menurut keterangan Widodo, Pak Harto itu paham dengan bahasa Inggris namun Pak Harto tetap saja menggunakan bahasa Indonesia dalam forum-forum internasional maupun dalam berkomunikasi dengan para kepala negara maupun orang-orang asinh. “Sebagai wartawan yang pernah bertugas di lingkungan kepresidenan era Pak Harto, dan saya pernah menyaksikan sendiri Pak Harto menjawab pertanyaan wartawan dalam bahasa Inggris itu tanpa menunggu penerjemah. Pertanyaannya, “Mengapa dengan keterbatasan bahasa Inggris tersebut kok Jokowi itu masih tetap terkesan memaksakan diri untuk tampil dalam forum internasional menggunakan bahasa Inggris?” Dalam berbagai kesempatan, kita lihat Jokowi menggunakan contekan berupa kertas, contekan itu bukan hanya ketika dia pidato, tapi juga ketika menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris. Misalnya ini, ketika dia diwawancarai oleh seorang youtuber Amerika Keyse Sinister, Jokowi itu menjawab pertanyaan Keyse dengan membaca kertas jawaban. Begitu juga ketika bertemu dengan Zelenskyy, Presiden Jokowi itu sekarang contekannya beda, dia tampak membaca contekan dari sebuah iPad. “Anda sempat memperhatikan tidak, tadi Ketika Jokowi bicara membaca iPad. Jadi ketika bicara tidak ada kontak kontak mata yang dengan Justin Pierre James Trudeau MP PC (Perdana Menteri Kanada), karena dia membaca iPad,” ungkap Hersubeno. Padahal, dalam culture orang Barat, kalau bicara, sebagai tanda hormat, kita harus saling menatap. Tapi karena Jokowi harus membaca iPad, maka tidak ikontek. Sebaliknya, Trudeau dengan santainya menjawab dalam dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan kemudian melanjutkan dalam bahasa Perancis, dua bahasa resmi itu yang digunakan di Kanada. Saat Perdana Menteri Trudeau berbicara, Jokowi tampak asyik menatap iPad. Pemandangan serupa itu berulang ketika Jokowi bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron tapi kali ini Jokowi membuat contekannya dalam kertas.  Suasananya agak berbeda ketika presiden Jokowi bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Jokowi tidak membawa contekan, baik iPad maupun kertas, tapi kita tidak bisa mendengar Presiden Jokowi bicara apa karena durasi videonya pendek dan yang terlihat bicara itu hanya Perdana Menteri Boris Johnson, tapi Pak Jokowi sempat berbicara pendek semacam griting, ucapkan selamat datang dan mempersilahkan Boris Johnson untuk duduk. Sekali lagi memang tidak ada persyaratan seorang Presiden itu harus bisa berbahasa Inggris. UU dan peraturan presidennya bahkan mengatur harus menggunakan bahasa Indonesia ketika menyampaikan pidato dalam forum resmi di dunia internasional. “Jadi seharusnya Pak Jokowi ndak perlu memaksakan diri berbahasa Inggris yang nanti malah jadi bulian netizen di Indonesia, saya gak tahu bagaimana reaksi komunitas International. Saya belum mendapatkan informasinya,” ujar Hersubeno. (mth/sws)

Anies Radikal, Anies Pro-Oligarki

Oleh Asyari Usman, Jurnalis Senior FNN  HANYA di tangan buzzer bayaran, minyak dan air bisa bercampur. Inilah yang terjadi ketika para buzzer itu menuduh Anies Baswedan radikal sekaligus pro-oligarki. Percampuran radikal dan pro-oligarki di dalam diri Anies adalah persenyawaan mustahil antara minyak dan air. Tapi, bagi buzzer bayaran, percampuran yang aneh itu tidak masalah sepanjang itu dinisbatkan kepada Anies. Anies dilabel oleh buzzer sebagai figur radikal lantaran menutup 12 gerai Holywings di wilayah provinsi DKI Jakarta. Kata mereka, Anies mencabut izin Holywings atas permintaan seorang narapidana. Hampir pasti ini maksudnya Habib Rizieq Syihab.  Kemudian, Anies dilabel berpihak kepada, atau menjadi kaki tangan dari, oligarki cukong. Tak jelas dasar labelisasi ini. Pokoknya bagi buzzer bayaran apa saja bisa. Harus bisa. Ada kemungkinan yang dimaksud para buzzer itu adalah dukungan baru-baru ini dari salah seorang pengusaha besar untuk pencapresan Anies. Nah, sekarang bagaimana cara agar percampuran antara paham Islam radikal dan pro-oligarki di dalam diri Anies menjadi valid? Apa yang harus dilakukan agar tidak cacat logika? Satu-satunya cara yang konstruktif-akomodatif untuk ini adalah menghapus teori logika konvensional tentang “minyak dan air tidak akan bercampur”. Teori ini harus dibatalkan demi labelisasi “Anies radikal, Anies oligarki” yang digaungkan oleh kelompok buzzer cuan.  Kontradiksi, tak masalah. Illogical, biarkan saja. Toh, kaum buzzer bayaran memang tidak mengenal logis atau tak logis. Mereka telah membuang elemen isi kepala yang berfungsi untuk analisis buruk-baik. Jadi, tidak ada lagi pikiran analitis yang dimiliki manusia normal. Kaum buzzer adalah “robotical human being” (manusia robotik) yang berbasis perintah berbayar. Aktivasi otak mereka ada dalam kekangan pengguna (user) yang lumrah dijuluki sebagai pembina.[]

Memompa Wibawa

Oleh Ridwan Saidi Budayawan  Dino Pati Jalal, ex Wamenlu RI, menyayangkan Presiden Putin yang  lagi-lagi bombardemen Ukraine. Ini, kata Dino, pertanda Presiden Rusia itu mengbaikan misi perdamaian Presiden Jokowi. Bukan hanya Dino, beberapa pakar juga bicara  idem Dino sebelumnya, dan digemakan sejumlah media dan media sosial. Misi Jokowi kesimpulan mereka membawa misi damai.  Kunjungan Jokowi minggu lalu katanya misi perdamaian yang bahkan kasus tentara Rusia tinggalkan Snake Island ada di antara mereka yang mengatakan akibat   kedatangan Jokowi ke Ukraine. Padahal, sejatinya itu usaha diplomasi Turki untuk melancarkan arus barang, dalam hal ini pangan dan pupuk dari Ukraine. Dalam perjalanan minggu lalu Jokowi cuma berseru hentikan perang. Berseru hentikan perang tidak menjadi agenda bahasan pertemuan Jokowi dan Zelensky, juga Jokowi dan Putin. Dengan Zalenski, Jokowi janji bantu obat-obatan ke Ukrain. Zelensky bicara soal Rusia yang menyusahkan dunia. Putin sejak  Jokowi menginjak Moskwa, saat itu juga ia berkata tak bersedia bicara tentang Ukraina. Dan dalam konferensi pers bersama, Putin memberi usul pada Jokowi agar sudi apalah kiranya membawa soal konflik Rusia dan Ukraine ke forum-forum Asean, G20, dan PBB.. Giliran Jokowi bicara yang diutarakan lebih banyak soal pangan, pupuk, dan kerjasama tourisne.  Jokowi membawa misi perdamaian dalam kunjungan LN minggu lalu cuma  tafsir sementara pakar dan media tertentu. Media luar bahkan  sangat sedikit beri tempat pada kunjungan LN Jokowi. Malah ironisnya beberapa pakar asing berkata seruan stop perang beraroma gandum.  Machbub Djunardi, ex Ketua PWI, bercerita saat Bung Karno powerless di awal tahun 1966. BK undang Machbub dan BM Diah minum kopi pagi di serambi belakang istana. Diah terus menerus desak BK bertindak karena koran Merdeka dibreidel Orba. Dengan kesal BK merespon, Hey Diah kau pulang, naik ke gentemg rumahmu dan teriak Merdeka dibreidel..... Bung Karno realistik dan tidak merasa perlu pompa wibawa. Kalau kantong udara kapasitasnya makin terbatas tak ada guna pompa-pompa wibawa orang. \"Everybody knows from where the power came, but nobody knows where the power gone to\". RSaiidi

Haji Itu Simbol Kesempurnaan Islam

Oleh: Imam Shamsi Ali, Haji itu simbol kesempurnaan Islam  KATA haji itu sendiri sesungguhnya  sangat unik. Arti epasnya adalah “melakukan safar atau perjalanan ke tempat yang jauh”. Namun jika kita lihat lebih dekat lagi, kata ”hajj” (ح ج ج) ternyata melahirkan beberapa nuansa pemaknaan.  Kata haji itu berasal dari kata ”hajja” tadi   minimal mengahasilkan dua makna: Bisa membawa kepada ”hajja-yahijju-hajjun”. Atau “hajja-yahijju-hijjun”.  Yang pertama adalah “Hajjun” (dengan haa fatha) adalah bentuk mashdar atau asal kata itu sendiri. Sementara “hijjun” (dengan haa kasrah) itu adalah bentuk ism atau kata benda dari amalan ini.  Tapi yang lebih menarik lagi adalah kata “hajja” juga bisa menghasilkan: ”yahujju-hujjatun” (dengan haa dhomma).  Hujjatun dalam bahasa Arab kita kenal bermakna dalil, alasan atau argumen. Tapi juga bisa bermakna tanda atau bukti.  Jika bentuk pertama (hajjun dan hijjatun) lebih menggambarkan makna kasat dari haji, maka hujjatun lebih menggambarkan makna hakiki dari haji. Hajjun atau hijjun dalam ”syariah” berarti perjalanan jauh (ke tanah suci) untuk melakukan ritual Ibadah karena Allah SWT.  Penggambaran makna ini diekspresikan dalam bahasa Al-Quran dengan: “ya’tuuka rijaalan wa ’alaa kulli dhoomir”. Yang menjelaskan bahwa jamaah dalam memenuhi panggilan haji itu ”akan datang ke tanah suci dengan berjalan kaki atau dengan mengendarai onta-onta yang jinak. Dan mereka datang dari berbagai penjuru yang jauh”. Semua hal yang relevansinya dengan “hajjun wa hijjatun” ini berada pada ruang lingkup pembahasan fiqh haji. Yaitu tatacara atau aturan melaksanakan haji. Atau lebih mayshur dengan istilah “manasik haji”.  Sementara kata ”hajja-yahujju-hujjatun” lebih banyak berhubungan dengan makna-makna spiritual atau hakiki dari pelaksanaan ibadah haji. Sesuatu yang ketika berbicara tentang ritual dalam Islam banyak terlupakan (ignored).  Haji disebut hujjatun yang berarti dalil, alasan atau bukti (proof) dimaksudkan bahwa haji adalah penutup dari rangkaian rukun Islam. Sebuah kewajiban sekali dalam hidup manusia. Maka melaksanakannya sekaligus sebuah komitmen pembuktian kesempuranaan seseorang dalam berislam.  Tidak mengherankan jika figur sentra dari seluruh rangkaian ritual ibadah haji adalah Ibrahim AS. Karena beliaulah sosok yang dikenal telah menyempurnakan semua perintah Allah (atammahunna).  Ibrahim dikenal sebagai ”penghulu monoteisme”. Dalam bahasa agama beliau dikenal sebagai ”abul ambiya”. Bapak dari para nabi.  Ibrahim AS juga merupakan sosok yang telah menjadi ”uswah” dalam perjalanan menuju kepada kesempurnaan Islam. Mulai dari proses mencari tuhan yang sebenarnya hingga pengorbanan tanpa pamrih dalam peribadatan kepada Rabbul alamin. Maka sangat wajar jika kemudian dalam Islam Ibrahim AS dikenal sebagai orang pertama yang digelari ”Muslim”.  Tentu penobatan gelar yang maksud bukan pada hakikatnya saja. Karena secara hakikat semua manusia diyakini  terlahir Muslim. Dan semua nabi dan rasul adalah pembawa risalah Islam.  api bagi Ibrahim kata Muslim di sini adalah penyebutan “institutional”. Itulah yang diabadikan dalam Al-Quran: ”huwa samaakumul muslimiina min qabl”. Bahwa sebelum Muhammad SAW atau sebelum Al-Quran, Allah SWT memberikan gelar “muslim” pertama kali kepada Ibrahim AS. Bahkan dengan tegas Al-Quran menegaskan: ”Ibrahim bukan Yahudi, tidak juga Nasrani. Tapi seorang Muslim yang hanif”. Semua realita itulah yang menjadikan ibadah haji terkait erat dengan Ibrahim AS. Sebab sekali lagi haji menjadi bukti kesempurnaan Islam seperti komitmen Ibrahim dalam beragama. Dan yang lebih penting lagi, haji berarti hujjah atau bukti karena dengan haji seorang Mukmin membuktikan keislamannya. Sehingga meninggalnya seseorang dengan haji mabrur adalah pembuktian bahwa seseorang itu meninggal dalam keadaan Muslim.  Sebagaimana diingatkan oleh Al-Quran: ”wa laa tamutunna illa wa antum Muslimun” (janganlah kalian meninggal kecuali dalam keadaan Muslim”.  Maka haji yang mabrur menjadi jawaban dan pembuktian. Sehingga sangat wajar jika ”haji mabrur balasannya tiada lain selain syurga”. (hadits).  New York, 2 Juni 2022. (*)

Presiden dan Ibu Iriana Tiba di Tanah Air Usai Kunjungan Empat Negara

Jakarta, FNN - Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana beserta rombongan tiba di Indonesia pada Sabtu (2/7) usai melakukan kunjungan kerja ke empat negara, yakni Jerman, Ukraina, Rusia, dan Persatuan Emirat Arab (PEA) selama sepekan.Berdasarkan keterangan resmi yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu, Presiden tiba dengan pesawat Garuda Indonesia GIA-1 yang mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, sekitar pukul 06.25 WIB, setelah menempuh perjalanan selama delapan jam dari Bandar Udara Internasional Abu Dhabi, PEA.Di tangga pesawat, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana tampak disambut oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin beserta Ibu Wury Ma’ruf Amin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo dan Pj. Gubernur Banten Almuktabar.Selama di Jerman, Presiden Jokowi menghadiri KTT G7 sebagai negara mitra sekaligus pemegang Presidensi G20.Selain itu, Presiden Jokowi juga melakukan sejumlah pertemuan bilateral, antara lain dengan Kanselir Jerman, Presiden Prancis, Perdana Menteri (PM) India, PM Kanada, dan PM Inggris.\"Selain membahas isu penguatan kerja sama bilateral, isu terkait perang di Ukraina dan dampaknya terhadap rantai pasok pangan dunia dibahas hampir di semua pertemuan bilateral tersebut,\" kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangannya di Munich, Jerman, Senin (27/6) lalu.Di dalam pertemuan-pertemuan bilateral tersebut, Presiden kembali menekankan bahwa waktu dunia tidak panjang untuk menyelesaikan gangguan rantai pasok pangan yang menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga pangan dan pupuk.Dari Jerman, Presiden melakukan lawatan dengan misi perdamaian ke Ukraina melalui Polandia.Presiden Jokowi dan Ibu Iriana meninjau reruntuhan gedung terdampak perang di Kota Irpin, lalu menyerahkan bantuan kemanusiaan di salah satu rumah sakit di Kyiv.Presiden Jokowi kemudian melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, di Istana Maryinsky, Kyiv.Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa kunjungannya ke Ukraina merupakan perwujudan kepedulian masyarakat Indonesia untuk Ukraina dan menegaskan posisi Indonesia mengenai pentingnya penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.Dari Ukraina, Presiden Jokowi menuju Moskow, Rusia, dan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.Presiden Jokowi menyatakan kesiapannya menjadi jembatan komunikasi antara Rusia dengan Ukraina dan meminta jaminan keamanan Rusia bagi jalur ekspor pangan Ukraina.Setelah itu, Presiden melakukan lawatan ke Abu Dhabi, PEA, dan bertemu dengan sejumlah pengusaha dan investor PEA.Presiden Jokowi juga melakukan pertemuan dengan Presiden PEA, Sheikh Mohamed bin Zayed bin Sultan Al Nahyan, dan menyaksikan pertukaran dokumen IUAE-CEPA (Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement) yang telah disepakati kedua negara di Istana Al Shatie, Abu Dhabi, Jumat (1/7). (mth/Antara)