ALL CATEGORY
Misi Jokowi ke Ukraina dan Rusia Tak Lebih Dari Urusan Mie Instan?
Jakarta, FNN – Wartawan senior FNN Hersubeno Arief dalam Kanal Hersubeno Point, Sabtu (2/7/2022) bertanya-tanya, apa sesungguhnya misi atau target besar dari Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Kyiv, Ukraina dan Moskow, Rusia? Perjalanan itu bukan tanpa resiko, boleh dikatakan relatif berbahaya karena Ukraina saat ini tengah dilanda perang dan diinvasi oleh Rusia. Pertanyaan itu sangat wajar muncul mengingat profil Presiden Jokowi di dunia International itu sangat lemah. Menurut Hersubeno, beda sekali dengan para pendahulunya. Sebut saja, Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apalagi jika kita bandingkan dengan Presiden Soekarno. “Saya sengaja tidak menyebut masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri yang pendek, tapi mengapa saya tetap menyebut BJ Habibie walaupun lebih pendek dari Ibu Megawati, namun profil Internasionalnya dari Pak Habibie ini memang sangat kuat,” ungkap Hersubeno. Ada kesan yang sangat kuat selama periode pertama pemerintahannya Jokowi sangat menghindari forum-forum internasional khususnya PBB. Dalam lima tahun pertama kekuasaannya Jokowi selalu absen dalam sidang umum PBB dan selalu melimpahkan tugas tersebut kepada wakilnya Wapres Jusuf Kalla. Jokowi baru hadir “Dan menyampaikan sambutannya pada sidang umum PBB pada hari pertama periode ke-2 pemerintahannya, dan itupun karena alasan pandemi maka Sidang Umum digelar secara virtual”. Jadi, lanjutnya, Presiden Jokowi cukup menyampaikan sambutannya yang sudah direkam sebelumnya tanpa harus terbang jauh-jauh ke New York dan hadir di sidang umum PBB. Jadi, secara fisik walaupun ia sudah pernah menyampaikan pidato di PBB. Jokowi itu belum pernah sekalipun hadir dalam forum internasional terbesar di PBB itu, alasannya dikemukakan oleh staf Jokowi pada waktu itu seperti dikatakan KSP, presiden lebih fokus menangani persoalan di dalam negeri karena itu bolehlah kita sebut Jokowi ini adalah seorang presiden yang inward looking. Kalau kita sekarang tiba-tiba menyaksikan Jokowi menempuh perjalanan yang sangat bersejarah ke Kyiv menemui presiden Ukraina Zelenskyy dan kemudian melanjutkan perjalanannya ke Moskow menemui Presiden Rusia Putin. Wajar kalau kita kemudian menjadi bertanya-tanya ada apa kok tiba-tiba Jokowi seorang presiden yang secara Internasiomal introvert, inword looking tersebut berubah menjadi seorang presiden yang secara aktif ingin menjadi penengah dua negara Eropa Timur yang tengah bersengketa. “Ingin mencoba mendamaikan dua negara tetangga yang berseteru akibat Rusia melancarkan invasinya ke Ukraina?” tanya Hersubeno. Ini bukan misi main-main sejumlah kepala negara saja telah mencobanya tetapi juga tidak berhasil. Presiden Perancis Emmanuel Macron dan kanselir Jerman Olaf Scholz adalah dua pemimpin Eropa yang telah beberapa kali berbicara dengan Putin, ini perlu dicatat ya Jerman dan Perancis adalah dua negara Uni Eropa yang secara ekonomi terkuat dan mau tidak mau ini harus diperhitungkan oleh Rusia. Scholz telah bicara via telepon dengan Putin, sementara Macron itu pada awal Februari lalu malah langsung menemui Putin di Moskow. Walaupun banyak ditentang, Scholz dan Macron tetap mencoba mencairkan kebekuan dan membangun komunikasi dengan Putin, namun keduanya gagal membujuk Putin untuk menghentikan agresinya ke Ukraina, walaupun Putin pada waktu bertemu dengan Macron mengakui bahwa proposal yang diajukan oleh Macron banyak yang masuk akal dan patut dipertimbangkan dan untuk itu Putin mengucapkan terima kasih. Tidak berlebihan bila presiden Polandia Andrzej Duda itu mengatakan bahwa bicara dengan Putin itu sama saja dengan mencoba bicara atau mencoba menenangkan Adolf Hitler pemimpin Nazi Jerman. Bisa dibayangkan bila dua pemimpin negara yang sangat kuat di Eropa saja gagal membujuk Putin apalagi Jokowi? Benar sekarang ini Presiden Jokowi tengah menjadi presidency negara-negara G20. Ini kelompok negara-negara dengan ekonomi terkuat di dunia dan Rusia bersama-sama dengan negara Eropa maju yang bergabung dalam G7 dan Indonesia itu menjadi anggotanya di G20 ini. Tetapi perlu status presidency negara-negara G20 itu bukan menunjukkan posisi Jokowi yang Superior, ini hanya semacam posisi yang digilirkan, dipergilirkan diantara anggota G20 berdasarkan alfabet yang ini hanya ya semacam arisan Mak-mak. Posisi ini harus kita pahami jangan sampai kita terjebak dalam glorifikasi yang dibangun oleh para buzer bahwa Jokowi ini sekarang adalah salah satu pemimpin terkuat di dunia karena dia menjadi presidensi dari G20. “Tapi, okelah bagaimanapun lepas adanya perbedaan pandangan politik di dalam negeri secara domestik namun misi Pak Jokowi ke Ukraina dan Rusia ini bagaimanapun juga adalah representasi Indonesia dimata dunia,” ungkap Hersubeno. Wajah Jokowi bagi dunia adalah wajah 270 juta rakyat Indonesia, negara yang nggak peduli bahwa ada pembelahan yang terjadi di dalam Indonesia saat ini. Pokoknya mau diterima itu adalah Jokowi representasi dari Indonesia. Tapi kita berharap Presiden Jokowi berhasil dengan misinya, jangan sampai membuat malu bangsa Indonesia saja. Soal ini penting kita tekankan karena dengan profil yang sangat kuat itu Putin itu bisa saja lo jumawa dan memperlakukan Presiden Jokowi dengan kurang hormat. Ada cerita yang menarik nih saat kunjungan Macron ke Moskow beberapa bulan lalu keduanya itu duduk berjauhan dan juga memberikan keterangan Pers itu posisinya juga jauh enggak dekat seperti yang biasa gitu. Rupanya ini ada ceritanya dibalik posisi yang berjauhan ini. Macrom itu menolak untuk menjalani tes PCR sebagai syarat dia bisa berjabat tangan dan bicara secara akrab dan dekat dengan Putin dan belakangan juga terungkap alasan Macrom kenapa tidak mau dia tes PCR, karena dia tidak mau Moskow bisa ambil sampel DNA miliknya. Itu beberapa detil yang sebenarnya tak boleh luput dari perhatian dan bagian dari kehormatan Presiden Jokowi, sebagai kepala negara dari negara berdaulat seperti Indonesia jangan sampai Presiden Jokowi nanti diplonco oleh Putin dan ini betul-betul tidak boleh terjadi. Pertanyaannya, apakah Presiden Jokowi bisa bersikap seperti Macron kalau diharuskan menjalani tes PCR? Mudah-mudahan kerumitan diplomatik dan protokoler semacam itu tidak muncul mengingat pandemi Covid sekarang ini sudah mereda. Catatan lain Indonesia ini kan berbeda dari Perancis yang berada dalam posisi sekutu Amerika Serikat, negara yang menjadi musuh bebuyutan Rusia. Indonesia tidak dalam posisi sebagai negara yang bersaing maupun perebutan pengaruh dengan Rusia seperti halnya Perancis. Pertanyaan-pertanyaan lain semacam itu penting kita diskusikan karena Presiden Jokowi bagaimanapun juga sekarang ini dengan kunjungannya ini dia berada dalam sorotan Dunia. Para analis dan media massa internasional pasti akan dengan sangat tajam mengamati kunjungan Presiden Jokowi dan apa hasilnya? Tidak bisa lagi para pendukung Jokowi apalagi buzer itu men-spin dan atau melakukan glorifikasi kunjungan ke Jokowi ini kendati nanti hasilnya berbeda. “Seperti sudah saya duga sebelumnya itu banyak analisis dunia yang mulai menyorotinya, salah satunya saya ingin mengajak Anda untuk mencermati analis dari negara tetangga kita Australia,” kata Hersubeno. Australia ini pasti sangat berkepentingan dan mengamati dengan seksama langkah-langkah dari Presiden Jokowi bukan hanya karena posisi Australia yang menjadi negara tetangga, tetapi ini tentu saja adalah posisi Australia sebagai sekutu dan proxy dari Amerika Serikat yang sejak awal menentang mati-matian invasi Rusia ke Ukraina. Salah satu analisis yang dimaksud yang kini tengah beredar luas di media sosial itu adalah tulisan dari data Dr David Angel, jangan-jangan Anda juga sempat membacanya yakni seorang mantan diplomat senior yang kini bergabung dalam sebuah lembaga think-tank Hai yang bernama osteoporosis strategic Institut atau Apsi. Dia menulis sebuah artikel dengan judul “Widodo’s Mission To Moscow: seeking peace and an end Putin blocked of Ukraine\'s Wheat” atau misi Presiden Jokowi ke Moskow untuk mencari perdamaian dan sekaligus mengakhiri blokade Putin terhadap ekspor gandum Ukraina. Dari judulnya saja kita sudah bisa mencium ke mana arah artikel ini,. Anda bisa membacanya sendiri artikel utuhnya tinggal Anda Googling dan itu bakal ketemu, namun Hersubeno mencoba membuat beberapa kesimpulan pointilis dari artikel tersebut. Pertama David Angel ini mencoba menyebut langkah Jokowi sebagai upaya untuk menghidupkan kembali peran Indonesia yang dulu digariskan oleh salah satu proklamator kita Bung Hatta yakni negara kita sebagai bebas aktif. Kalau dulu Bung Karno itu sangat aktif ya menyebut Indonesia sebagai negara non-blok ya tidak memilih blok Barat maupun blok Timur. Namun dalam kasus ini Angel memberi catatan bahwa sejak awal posisi yang diambil oleh Pemerintah Jokowi itu sangat terkesan bermurah hati terhadap Rusia yang telah melakukan invasi secara brutal ya… Indonesia tidak mau mengutuk serangan itu. Jokowi dalam misinya itu, menurut Angel, terkesan mengejar resolusi damai dan memperlakukan secara setara, seolah kedua negara itu, Ukraina-Rusia, sama-sama punya niat perang, padahal sebenarnya faktanya adalah Rusia yang melakukan invasi. Dalam artikel yang di-publish pada 29 Juni 2022 atau pada hari yang sama saat kunjungan Jokowi ke Kyiv itu, kemudian juga Jokowi akan mendesak Zelenskyy dan Putin untuk melakukan gencatan senjata. Kedua, Angel melihat misi Jokowi sebagai upaya untuk mendapat pujian baik dari dalam dan luar negeri. Lepas dari upaya berhasil atau tidak, setidaknya dia sudah berupaya ini. Kalau di Indonesia mungkin yang sering kita sebut sebagai pencitraan. Ketiga mengutip analis di dalam negeri seorang pengamat di Indonesia, dia menyatakan bahwa upaya Jokowi mendesak Rusia dan Ukraina mengakhiri konflik bersenjata itu bakal sulit terwujud, kenapa? Karena Indonesia ini kan kekurangan sumber daya dan secara pengaruh kehadiran juga tidak signifikan di kawasan itu. Namun langkah Presiden Jokowi itu sangat mungkin membantu Rusia untuk menyelamatkan muka dan bagi Ukraina sendiri bisa menghindari tragedi kemanusiaan lebih lanjut akibat perang yang terus berlarut. Bagaimanapun juga berlarutnya perang di Ukraina ini dipastikan menyedot sumber daya manusia dan ekonomi yang sangat besar bagi Rusia, belum lagi Rusia sekarang ini juga mendapat embargo dan blokade ekonomi dari negara-negara barat mungkin tadi yang dimaksud Angel, Putin ini bisa memanfaatkan kehadiran Jokowi sebagai momentum dia menarik pasukannya dari Ukraina tanpa harus kehilangan muka. Tapi, mengutip pengamat lain Angel menyebut ini merupakan upaya semacam pemuasan diri Jokowi dan sebisa disebut sebagai omong kosong yang paling buruk. Keempat Angel menduga Zelenskyy ini mungkin ada diantara mereka yang skeptis dengan kunjungan Jokowi ini betapapun sopan sambutannya, dia menyambut Jokowi dengan sangat ramah di Istana Kepresidenan walaupun tampangnya sangat lelah. Bagi Zelenski sekarang ini yang paling penting itu adalah bantuan pertahanan untuk menyelamatkan warganya dari serangan Rusia daripada sekadar basa-basi politik perdamaian Zelenskyy yang dalam analisa Angel ini dia tampaknya mencoba memahami apa maksud dari kunjungan Jokowi? Jokowi itu mewakili bagaimanapun sebuah negara yang telah menolak untuk menjatuhkan saksi terhadap Rusia dan komentar dari Presiden Jokowi secara publik itu seperti dilaporkan kedutaan besar Ukraina di Jakarta itu cenderung dianggap menelan kebohongan atau mempercayai propaganda Rusia, akibat Perang ini diakibatkan oleh provokasi Ukraina dan NATO. Kelima Angle menulis penilaian paling baik dari kunjungan presiden Jokowi ke Kyiv adalah kunjungan itu naif dan tidak adil, jika memang dia benar-benar berpikir dia bisa menengahi bahkan kemudian melakukan genjatan senjata apalagi itu dialog. Keenam, kunjungan Jokowi ini juga akan dimanfaatkan sepenuhnya oleh Putin, dalam bahasa sinis Angel menyatakan, bersiaplah untuk melihat foto-foto Putin dan Jokowi bersalaman dengan wajah berseri-seri. “Saya kira kalau yang ini bukan hanya Putin yang akan mendapat poinnya. Presiden Jokowi juga akan mendapat poin, kita bersiap-siap juga nanti untuk foto-foto presiden Jokowi bersama Putin itu akan digoreng oleh para buzer,” ujar Hersubeno. Ketujuh, penjelasan yang lebih meyakinkan untuk misi Jokowi ini mengejar perdamaian itu adalah kepentingan pribadi dari Jokowi dan tentu saja juga kepentingan Indonesia. Jokowi misalnya ingin agar pertemuan G20 di Bali sukses di tengah ancaman boikot negara-negara barat bila Putin tetap hadir. Sejauh ini tekanan negara Barat akan kehadiran Putin sudah mulai sedikit mengendor karena seperti dikatakan oleh kanselir Jerman mereka tidak akan mentorpedo pertemuan G20. Tetapi tetap saja Presiden Jokowi itu menyimpan kekhawatiran dan ingin mengamankan dan dengan menghilangkan risiko sekecil apapun yang bisa menggagalkan pertemuan G20 di Bali. Karena itu dia menegaskan undangannya kembali agar Zelenskyy hadir di Bali. Ini keliatannya untuk semacam memberikan kongsesi kepada negara-negara Eropa karena Ukraina bukan anggota dari G20. Kedelapan kesimpulan dari Angle ini bisa tercermin dari judul tulisannya tadi “Tidak ada yang lebih mendapat manfaat dari kunjungan ini selain presiden Jokowi dan Indonesia, Indonesia saat ini adalah pengimpor gandum terbesar di dunia dan itu berdasarkan nilai dolar dan memperoleh 25% impornya dari Ukraina itu pada tahun 2020.” “Ukraina adalah pemasok gandum terbesar bagi Indonesia pada tahun 2020. Gandum itu digunakan oleh Indonesia untuk membuat mie instan yang telah menjadi makanan pokok yang populer dan relatif murah bagi jutaan orang di Indonesia, tetapi kekurangan gandum dan tepung terigu yang sekarang terjadi akibat perang Rusia Ukraina ini telah merugikan konsumen dan produsen dan secara signifikan mengurangi produksi bahan makanan berbasis gandum dan memicu inflasi.” Pemerintah Presiden Jokowi saat ini tengah menghadapi protes yang luas atas kelonjakan harga serupa dalam hal harga minyak goreng akibat kelangkaan komoditas tersebut. Kemudian yang mendorong larangan ekspor minyak sawit Indonesia yang lebih berumur pendek dan disusul dengan pemecatan menteri perdagangan Indonesia Muhammad Lutfi. Semakin lama perang dan gangguan yang dihasilkan dalam ekspor gandum dan minyak bunga matahari dari Ukraina begitu terus berlangsung tersebut semakin tinggi tinggi risikonya bagi lonjakan harga pangan di Indonesia dan itu secara historis, kata Angle, bisa memicu kerusuhan politik di dalam negeri. Dengan perjalanan ke Ukraina dan Rusia Jokowi setidaknya itu dia dapat memberitahu kepada rakyatnya bahwa dia telah melakukan segala daya untuk meringankan beban hidup rakyat, jadi walaupun seolah kunjungan itu seakan menghidupkan idealisme yang dibangun oleh Bung Hatta yakni tentang politik Indonesia yang bebas aktif tapi bagi pihak yang lain ketika mengakhiri tulisannya “Kunjungan ini setidaknya hanya tentang mie instan”. Supaya fair benarkah kunjungan Jokowi itu motif utamanya hanya sekedar ya untuk mendapatkan nama baik dari Presiden Jokowi muncul di media-media internasional dan kemudian paling penting itu adalah produksi mie instan Indonesia itu bisa pulih kembali sehingga dengan begitu bisa mengurangi tekanan politik terhadap pemerintah karena ketersediaan langkanya bahan pangan dan juga harga-harga bahan pokok. Hersubeno mengajak kita untuk menyimak penjelasan Presiden Jokowi saat bertemu dengan Presiden Zelenskyy, “Saya sampaikan ke Presiden Zelenskyy bahwa kunjungan ini saya lakukan sebagai manivestasi kepedulian Indonesia terhadap situasi di Ukraina dari pertemuan bilateral tadi saya ingin menyampaikan beberapa hal, Yang pertama saya sampaikan kembali undangan saya kepada presiden Zelenskyy secara langsung untuk berpartisipasi dalam KTT G20 yang akan diselenggarakan bulan November tahun ini di Bali, kemudian. Yang kedua saya tegaskan posisi prinsip Indonesia mengenai pentingnya penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah. Yang ketiga walaupun masih sangat sulit dicapai saya tetap sampaikan pentingnya penyelesaian damai dan spirit perdamaian tidak boleh pernah luntur dalam kaitan ini saya menawarkan diri untuk membawa pesan dari Presiden Zelenskyy untuk Presiden Putin yang akan saya temui segera. Yang keempat saya sampaikan empati dan kepedulian saya terhadap dampak perang bagi kemanusiaan dengan kemampuan yang ada rakyat dan pemerintah Indonesia berusaha memberikan kontribusi bantuan termasuk obat-obatan dan komitmen rekontruksi salah satu rumah sakit di sekitar Kyiv. Yang kelima saya sampaikan pentingnya Ukraina bagi rantai pasok pangan dunia, semua usaha harus dilakukan agar Ukraina dapat kembali melakukan ekspor bahan pangan penting bagi semua pihak untuk memberikan jaminan keamanan bagi kelancaran ekspor pangan Ukraina termasuk melalui pelabuhan laut saya mendukung upaya PBB dalam hal ini. Yang keenam on bilateral not tahun ini adalah 30 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Ukraina saya menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat kerjasama dengan Ukraina, Terima kasih,” ujar Jokowi. Nah tadi sudah sama-sama kita simak ya ada enam misi kunjungan Jokowi ke Kyiv soal impor pangan itu tadi ditempatkan oleh Presiden Jokowi pada poin kelima silakan ada simpulkan sendiri benarkah analisis David Angel ini karena apa? Penting kita catat, David Angel ini adalah seorang diplomat senior ya dia lebih dari tiga puluh tahun berkutat di dunia diplomatik dan dia pernah menjadi duta besar di beberapa negara Amerika Tengah dan Karebia dia juga pernah bertugas di kedutaan besar Australia di Indonesia dan juga dia pernah bertugas lama di Kementerian Luar Negeri Australia. Ngomong-ngomong ketika terjadi serangan dari Rusia ke Ukraina itu David Angel juga pernah membuat sebuah artikel yang menyoroti komentar dari Presiden Jokowi kalau gak salah ini artikel dibuat pada tanggal 1 Maret, tapi yang jelas di situ media menyebutnya, dia juga pernah membuat artikel yang menyebut Jokowi itu sebagai bodoh karena komentarnya tentang konflik di Ukraina. Sekali lagi tentu saja kepentingan Australia dan Indonesia sangat berbeda dalam melihat konflik Rusia dan Ukraina namun tulisan David Angel ini bisa membantu kita memahami bagaimana negara-negara barat dan sekutunya memandang kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia. (mth/sws)
Rocky Gerung Meminta Indonesia Belajar dari Bahaya Islamofobia di India
Jakarta, FNN – Indonesia dianjurkan berkaca pada kasus Islamofobia yang kini menggerogoti negara India, soal pemenggalan kepala seorang penjahit beragama Hindu di Udaipur karena mendukung politikus partai berkuasa, Bharatiya Janata (BJP), yang menghina Nabi Muhammad. Berbagai bentuk ujaran kebencian dan kebijakan pemerintah, termasuk di negara-negara bagian, kini India dilabeli dengan negara yang membenci Islam atau Islamofobia. Pengamat politik, Rocky Gerung, mengatakan hal yang sama juga berpotensi terjadi di Indonesia mengingat Indonesia dan India sama-sama negara demokrasi. “Banyak hal yang membuat kita berpikir ulang bahwa dunia memang sedang mengalami frustrasi, karena kesulitan ekonomi, disparitas antara kaya miskin itu lalu datang mereka yang masih berupaya untuk mengambil keuntungan dari keadaan itu dengan sinyal-sinyal yang justru memperparah berpecah terutama di dalam negeri kita karena ada isu Agama,” kata Rocky Gerung dalam wawancara dengan wartawan senior FNN Hersubeno Arief di kanal YouTube Rocky Gerung Offcial, Sabtu (2/7/22). Melihat kemarin Indonesia juga digemparkan dengan penghinaan bukan hanya Nabi Muhammad tetapi Bunda Maria juga di dalam Promo dari Hollywings, namun untungnya kita cepat menangani itu meskipun pada awalnya mau digoreng-goreng ini berkaitan dengan langkah Anies Baswedan menutup 12 cabang outlet Hollywings di Jakarta. India sering disebut sebagai negara demokrasi nomor satu, nomor dua dan segala macam tetapi di dalam berkehidupan kebudayaan yang disebut sebagai communities could tidak mungkin kita hilangkan yang disebut politik identitas dan demokrasi. Rocky mengingatkan bahwa kasus Islamofobia di India yang disebabkan pergolakan demokrasi juga bisa terjadi di Indonesia karena pemburukan demokrasi yang terjadi di Indonesia. Selain itu, menurutnya demokrasi Indonesia juga dihalangi, di mana kemampuan kita untuk mengevaluasi diri itu justru dihalangi oleh mereka yang tidak menginginkan terciptanya semacam percakapan public, kalau percakapan publik macet maka terjadi percakapan komunitas itu yang disebut kasak-kusuk, diskusi yang saling kirim untuk saling ngomporin. “Nah ini sebetulnya intinya yang seringkali dalam teori kita sebut sebagai politik identitas tapi sebetulnya di belakang itu ada permainan kartel bisnislah atau agama, yang mencari cara untuk menimbulkan sebut aja ketidak legaan berwarganegara di Indonesia itu makin terasa,” ujar filsuf jebolan Universitas Indonesia itu. (ida/lia)
Republik Oligarki
Justru elit politik di negeri ini menjadi penyambung lidah para Nekolim, para oligarki untuk menguasai negeri ini. Oleh: Prihandoyo Kuswanto, Ketua Pusat Studi Kajian Rumah Pancasila ARTI Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, baik itu dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau militer. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Yunani untuk “sedikit” dan “memerintah”. Digantinya UUD 1945 dengan UUD Reformasi 2002 itu bukan hanya secara fundamental negara berubah dari negara yang berdasarkan Pancasila menjadi negara super Kapitalis, super Liberal, dan dikuasai oleh segelintir orang. Secara fundamental negara yang di-Proklamasikan 17 Agustus 1945 dengan UUD 1945 sebagai arah, philisophy, tujuan, hakekat, cita cita, merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, berdasarkan Pancasila sudah diporak-porandakan. Tatanan nilai dan jati diri sebagai bangsa kita sudah terkoyak-koyak. Bangsa ini sudah banyak kehilangan kedaulatan, bahkan sudah di titik nadir, hanya sebagai permainan bangsa lain atas nama demokrasi liberal dan segala sesuatu apa kata Oligarki. Sumber rusaknya ketatanegaraan adalah partai politik yang menjadi oligarki politik, dimana tidak ada kontrol dalam kehidupan berbangsa dan bernegara lagi. Eksekutif, Legeslatif, Yudikatif, dan Pengusaha menjadi satu oligarki yang dikendalikan oleh partai politik. Sementara oligarki ekonomi sendiri dikuasai oleh segelintir Konglemerat yang mengeruk kekayaan ibu Pertiwi dengan dukungan DPR dengan membuat UU, misal UU Minerba, UU Omnibuslaw, tidak mikir lagi, yang penting wani Piro. Sudah sevulgar itu yang terjadi! Jika saja Soekarno, Hatta dan para pendiri negeri ini melihat negara bangsa itu seperti ini pasti kecewa, sebab apa yang pernah dinasehatkan itu akan menjadi kenyataan. Bung Karno pernah mengatakan, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri”. Bung Hatta juga pernah mengatakan di dalam pembelaannya yang berjudul Indonesia Merdeka, Hatta mengatakan, “Biarlah Indonesia tenggelam ke dasar lautan kalau tetap dikuasai penjajah”. Rupanya pernyataan Bung Karno dan Bung Hatta ini akan menjadi kenyataan jika rakyat tidak sadar dan berjuang untuk kembali ke UUD 1945 Asli. Hanya dengan kembali ke UUD 1945 itulah yang bisa menghabisi oligarki. Jika kembali ke UUD 1945 maka semua UU, peraturan yang bertentangan dengan UUD 1945 harus dihapuskan. Pasal 33 ayat 1-2-3 harus ditegakkan. Semua tanah yang dikuasai kelompok oligarki harus dikembalikan pada negara, tambang-tambang harus kembali pada negara, “Bumi air dan kekayaan yang ada di dalamnya dikuasai negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Bukan dikuasai oligarki untuk kemakmuran oligarki. Bagaimana tidak semakin menjadi jurang antara si kaya dan si miskin jika 0,10 % minoritas warga keturunan Tionghoa menguasai 70% lahan di Indonesia? Bagaimana bisa adil kalau 0,10% minoritas warga keturunan Tionghoa mengauasai 50% kekayaan Indonesia. Tentu saja semua ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap pasal 33 UUD 1945, “Bumi dan air serta kekayaan yang ada didalam nya dikuasai Negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Mana mungkin rakyat bisa makmur kalau negara telah berlaku tidak jujur membiarkan minoritas menguasai kekayaan di negeri ini. Para elit, Pemerintah dan para pengamandemen UUD 1945 telah mengkhianati ajaran Pancasila sebagai prinsip berbangsa dan bernegara. Apakah negara Indonesia itu? “Negara, jang – begitoe boenjinja – negara jang melindoengi mengungkapkan bangsa Indonesia dan seloeroeh toempa darah Indonesia dengan berdasar persatoean, dengan mewoedjoedkan keadilan bagi seloeroeh rakjat Indonesia. Ini terkandoeng dalam pemboekaan. Tadi soedah katakan, oleh karena kita menolak bentoekan negara jang berdasar individualisme dan djoega kita menolak bentoekan negara sebagai klasse-staat, sebagai negara jang hanja mengoetamakan satoe klasses, satoe golongan, oempamanja sadja, negara menoeroet sistem sovjet, jang ada sekarang, ada mengoetamakan klasse pekerdja, proletariaat, klasse pekerdja dan tani, – itoe jang dioetamakan, maka itoe poen kita tolak dengan menerimanja pemboekaan ini, sebab dalam pemboekaan ini kita menerima aliran, pengertian negara persatoean, negara jang melindoengi dan melipoeti menyatakan bangsa seloeroehnja.” Inilah negara yang dikehendaki pendiri bangsa, bukan untuk kemakmuran segelintir orang yang membentuk oligarki ekonomi yang bertemali dengan oligarki kekuasaan. Bung Karno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia, pernah memperingatkan bahaya bentuk penjajahan model baru. Yaitu apa yang beliau sebut dengan neo kolonialisme dan imperialisme (nekolim). Penjajahan tidak lagi dalam bentuk koloni (menguasai wilayah bangsa lain), tetapi dalam bentuk penguasaaan ekonomi dan ideologi. Makanya Bung Karno dulu mencanangkan gerakan BERDIKARI (berdiri di atas kaki sendiri). Berduyun-duyunnya kedatangan TKA China dengan berbagai alasan apapun merupakan bahaya bagi bangsa ini, dan anehnya DPR sudah mandul dalam pengawasannya, logika akal sehat teramputasi dengan datangnya TKA China di musim pandemi begitu bebas tanpa ada yang mengontrol. Penjajahan nekolim oligarki ini sifatnya laten, nyaris tidak tampak secara fisik. Mengejawantah dalam bentuk berbagai ketergantungan negara pada oligarki. Penguasaan negara oleh oligarki terutama akan kekayaan sumber daya alam – modus operandinya pun sangat sistematis, dan seakan-akan, sangat logis. Sehingga tanpa disadari sebuah negara Indonesia semakin terkungkung dalam ketergantungan terhadap negara China, alih-alih mampu mandiri. Demokrasi liberal yang dipraktikkan di Indonesia tak lebih dari usaha-usaha asing untuk pecah-belah terhadap bangsa Indonesia. Para elit sekarang ini bukan lagi penyambung lidah rakyat Indonesia. Seperti Bung Karno yang sangat memahami dan mengerti amanat penderitaan rakyat. Justru elit politik di negeri ini menjadi penyambung lidah para Nekolim, para oligarki untuk menguasai negeri ini. Maka tidak ada kamus pada otak elit politik untuk memandirikan bangsanya. Apalagi berdikari. Justru mereka menjadi agen asing untuk mempermulus Nekolim China Oligarki. (*)
Jumhur Hidayat: Demokrasi Bisa Ideal Jika Penghasilan Pekerja Rp 8 Juta per Orang per Bulan
Jakarta, FNN – Ketua KSPSI, Muh Jumhur Hidayat dalam kesempatannya sampaikan tentang esensi kemerdekaan dalam acara Sarasehan Nasional yang digelar oleh Syarekat Islam pada Ahad, 3 Juli 2022 di Sekretariat Syarekat Islam yang baru (samping SI lama), kawasan taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat, yang bertajuk Thema Demokrasi dan Keadilan Sosial. Berdasarkan sejarah, menurut Jumhur, bahwa bangsa kita, India, Pakistan, Brunei, dll sama-sama pernah mengalami dijajah, namun kemerdekaannya masing-masing berbeda. Kemerdekaan bangsa kita menurut Jumhur tidak lepas dari intervensi Allah SWT. Hal itu dapat dilihat salah satunya dari Konstitusi dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga yang berbunyi “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Menurut Jumhur, fakta sejarahnya antara lain peran raja-raja nusantara saat itu banyak memberikan sumbangan, kontribusi seperti wilayah, sumber alam serta dukungan personilnya untuk mencapai kemerdekaan, sehingga akhirnya terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping itu, ada beberapa hal yang sulit ditolak bahwa kemerdekaan kita merupakan kehendak Allah SWT selain perjuangan para pahlawan terdahulu. Hal itu, kata Jumhur, bahwa kemerdekaan itu seperti istilah umum, yaitu “Satu untuk semua dan semua untuk satu”. Namun dalam pelaksanaannya perwujudan itu masih jauh dari cita-cita, yang fakta satu untuk bangsa Eropa dll, bukan satu untuk rakyat. “Oleh karenanya terkait kualitas demokrasi kita saat ini masih jauh panggang dari panggang, seperti dibuatnya UU Omnibuslaw,” tegas Jumhur. Menurutnya, demokrasi bisa ideal jika pendapatan buruh pekerja/masyarakat kita Rp 8.000.000 per orang per bulannya. Artinya, jika sekeluarga yang bekerja Suami Istrinya masing-masing @Rp 8 juta, maka ia bisa hidup dengan baik dengan keluarganya. Lebih lanjut Jumhur membandingkan keadaan saat ini bagi buruh pekerja di ibukota (UMR), misalnya ia sebagai kepala rumah tangga dengan penghasilan sekitar Rp 4,7 juta, jika istirahat dan anak-anaknya tidak bekerja, maka penghasilan Rp 4,7 juta harus bisa cukup untuk kebutuhan keluarganya selama sebulan, sementara harga-harga alami banyak kenaikan. Dalam sarasehat itu, narasumber lain yang hadir dalam acara ini antara lain, Prof. Siti Zuhro, Rocky Gerung, Jumhur Hidayat, Dr. Hamdan Zoelva, Dr. Ferry Juliantono (Moderator). (mth)
Syahganda: Demokrasi Buruk, Feodalisme Berusaha Wariskan Kekuasaan
Jakarta, FNN – Sarasehan Nasional yang digelar oleh Organisasi Islam tertua di Indonesia yakni Syarekat Islam (SI) pada Ahad, 3 Juli 2022 di Sekretariat Syarekat Islam yang baru (samping SI lama), kawasan taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat, mengangkat tema “Demokrasi dan Keadilan Sosial”. Dalam paparannya Dr. Syahganda Nainggolan dari Sabang Merauke Circle menyinggung berbagai hal terkait tema, bahwa menurutnya hal itu terjadi karena adanya struktur feodalisme. Aktivis yang juga akademisi itu menjelaskan, dalam struktur feodalisme itu berfikir bagaimana berupaya mewariskan kekuasaannya, kepada anak-anaknya, seperti yang dilakukan Joko Widodo, Susilo Bambang Yudhoyono, juga Megawati Soekarnoputri. “Sehingga kita terkunci tidak saja oleh oligarki semata, tapi juga oleh oligarki primordial,” kata Syahganda. Syahganda menyampaikan bahwa di jamannya Ir. Soekarno pernah alami problem yang sama terkait penindasan serta feodalisme yang dilakukan oleh oligarki, yakni kolonial Belanda dan bangsa Eropa. Soekarno saat hadir dalam persidangan Belanda di Bandung ia menuntut kepada Belanda atas kebebasan merdeka yang diberikan kepada Pekerja di Negeri Belanda berbeda dengan di Indonesia, yang mana nasib bangsa kita ditindas. Selanjutnya Syahganda menuturkan bahwa menurut suatu buku yang ditulis oleh pengamat Oligarki, Jefry Winters, bahwa praktek oligarki yang pernah terjadi di masa sebelum Indonesia merdeka kembali marak lagi saat masa pemerintahan Soeharto dengan membentuk raja-raja kecil/konglomerat yang kemudian kini mereka berubah menjadi oligarki. D isisi lain Syahganda mengungkap indeks demokrasi selama pemerintahan Presiden Jokowi menurun drastis. Secara kualitatif, Syahganda mengutip pernyataan dari Amnesty Internasional Indonesia (AII), pada seminar tentang demokrasi di Jakarta tahun ini, bahwa selama 14 tahun terakhir, tahun inilah tahun demokrasi yang paling buruk. Kemunduran ini akibat pemerintah ingin mengembalikan kekuasaan menjadi sentralistik, otoriter, dan melemahkan institusi reformasi seperti KPK dan MK. Pembungkaman demokrasi, kebebasan sipil, pembungkaman media sosial dan spying, serta pemenjaraan aktivis politik kembali terjadi secara massif dalam era Jokowi. “Rezim intelijen di masa orde baru kembali muncul dengan massif lagi di masa Jokowi ini,” ungkap Syahganda. Narasumber lain yang hadir dalam acara ini antara lain, Prof. Siti Zuhro, Rocky Gerung, Jumhur Hidayat (Ketum KSPSI), Dr. Hamdan Zoelva (Keynote speaker dari Presiden SI) dan moderator Dr. Ferry Juliantono (Sekjend SI). (mth)
Kapan Indonesia Bersenjata Api? British Litho 1610
Oleh Ridwan Saidi - Budayawan Zona ekonomi di Indonesia mempunyaj pertahanan kuat. Menurut laporan. Ferdinand Mendez Pinto, pasukan bayaran yang dipimpin orang-orang Yahudi barbar pada tahun 1540 gagal menyerang zona ekonomi Pasuruan pimpinan Pambekel. Ranggalawe dari zona ekonomi Tuban serang Majapahit pada XIV M karena mau memanfaatkan zona ekonomi Tuban. Pada abad XVI Banten gagal menyerang zona ekonomi Lampung. Begitu mudah Syahbandar Sunda Kalapa menolak permintaan JP Coen pada 1619 yang mau bikin markas di Majakatera, Jakarta sekarang. JP Coen tahu pasukan Betawi sudah bersrenjata api. Betawi memiliki senapan api sebelum 1610. Tatkala Betawi menyerbu basis \"pangeran\" Jayakarta di Pajagalan tahun 1610, Betawi menggunakan senjata api (re: van der Zee, 1922, lihat litho). Dari mana Syahbandar memperoleh senjata api? Dari pasar senjata api di luar. Ketika perang Sultan Agung vs VOC 1628-9, tentara Sultan Agung sudah tiba di Jakarta, menurut Belanda, Agustus 1628. Tapi mereka menyerang Belanda di Beos baru 1 Januari 1629. Pasukan Betawi dengan senjata api melibatkan diri. Sultan Agung menang perang melawan Belanda. Kemudahan memperoleh senjata api sampai akhir abad XIX. Pitung membunuh orang Tionghoa di Bandengan dengan pistol pada tahun 1886 (re: Margriet van Tiel). Ia disidang dan dipenjara. Pistol dirampas. Tahun 1887 ia lolos dari penjara dan membunuh Demang Kebayuran dengan pistol (ibidem). Ini aksi pembalasan karena Demang tembak mati sepupu Pitung. Pemberontakan abad XX baik yang dipimpin Entong Gendut Condet 1916, atau Kaiyin bapa Kayah Tangerang 1924 pakai golok. Pemberontakan ini bermotif nasionalisme dan keadilan. (RSaidi)
Negosiator Dunia Kaleng-Kaleng
Oleh M. Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan JUDUL berita Rakyat Merdeka \"Aktif Mendamaikan Rusia-Ukraina Bukti Jokowi Negosiator Dunia\" ternyata tidak terbukti. Yang terbukti adalah Jokowi negosiator kaleng-kaleng atau, jikapun dunia, mungkin dunia lain. Handicap utamanya bukan substansi tapi komunikasi. Berdialog dengan tokoh dunia terlihat tidak lancar. Jika tidak berdiam-diaman maka pola komunikasinya itu lebih banyak menggerakkan tangan ketimbang bicara. Adanya bantahan resmi Ukraina soal pesan Zelensky untuk Putin yang disampaikan oleh Jokowi adalah bukti atas predikat negosiator kaleng-kaleng tersebut. Kemungkinan Jokowi berbohong atau salah menangkap persan pembicaraan. Sekretaris Pers Kepresidenan Ukraina Serhii Nikiporof menyatakan Volodymir Zelensky dapat menyampaikan pesan melalui pidato yang bersifat terbuka. Menurut Nikiporof fokus pembicaraan Jokowi dengan Zelensky adalah seputar blokade pelabuhan yang menghambat ekspor pangan Ukraina ke Indonesia, khususnya gandum. Ukraina adalah negara kedua terbesar impor gandum Indonesia setelah Australia. Ukraina tahun lalu mengimpor gandum dan meslin senilai USD 2,83 Milyar sementara Australia USD 4,63 Milyar. Serangan masif Rusia ke Ukraina pasca pertemuan Putin dengan Jokowi memalukan Jokowi. Terlampau tinggi memasang target untuk misi perdamaian, apalagi berstatus negosiator kelas dunia. Boleh dibilang misi itu telah gagal total. Pertama, Putin tetap menyerang gencar Ukraina. Kedua, Ukraina sendiri membantah omongan Jokowi. Jokowi telah dipermalukan Rusia dan Ukraina. Bangsa Indonesia juga dipermalukan oleh Jokowi. Apalagi ternyata fokus misi bukanlah perdamaian tetapi kepentingan Indonesia sendiri soal impor gandum Ukraina dan pasokan pupuk Rusia. Sekurangnya Presiden telah melakukan perbuatan tercela dan sayangnya itu menjadi tontonan dunia. Presiden melanggar etika berbangsa menurut Tap MPR No Vl/MPR/2001 yang menegaskan tentang kemestian mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportivitas disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleran, rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa. Jujur, amanah, dan keteladanan sama sekali tidak ditunjukkan oleh perilaku Presiden dalam berdiplomasi. Apalagi rasa malu, tanggung jawab, serta menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa. Presiden Jokowi telah mempermalukan diri dan bangsa Indonesia. Berdasar pada Pasal 7A UUD 1945 maka dengan perbuatan tercela tersebut Presiden Jokowi sudah sampai pada titik untuk tidak dapat dipertahankan lagi. Terlalu berat bangsa ini harus terus menerus menandu pemimpin yang terus menerus berbuat salah. Rakyat terpaksa harus terus menerus mengurut dada, menahan marah, dan sesak nafas. Menanggung beban berat pemimpin kaleng-kaleng. Bandung, 4 Juli 2022
La Nyalla Mattalitti Gugat PT 20 Persen: Itu Perjuangan Rakyat Melawan Oligarki
Jakarta, FNN – Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyatakan, gugatan pihaknya melalui Mahkamah Konstitusi (MK) atas ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen adalah bagian dari perjuangan rakyat melawan oligarki. Karena tanpa ambang batas tersebut, rakyat bisa punya banyak pilihan calon pemimpin nasional. “Jika Allah memberikan amanah kepada saya, saya siap menerima untuk mempercepat mengembalikan kedaulatan rakyat,” ujar LaNyalla. Ia meminta MK jernih dan tegas menjaga konstitusi. Hal itu berkaitan dengan judicial review pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, yang mengatur khusus tentang ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold. “MK tidak boleh membiarkan negara ini dikuasai oleh oligarki ekonomi dan oligarki politik yang membuat aturan seenaknya, tanpa ada sandaran hukum berdasarkan konstitusi kita,” ujar LaNyalla. Ia pun mempertanyakan jadwal putusan atas gugatan yang dilayangkan DPD. LaNyalla mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi kinerja MK dalam memutus kasus judicial review atas presidential threshold ini. “Silakan rakyat mengawasi. Silakan tanyakan MK kapan keputusan yang berkaitan erat dengan kedaulatan rakyat itu akan diputuskan. Mari kita tanyakan kepada MK. Silakan rakyat tanyakan kepada MK,” ujar LaNyalla. (mth)
Resah dengan Kondisi Hari Ini, Ibu-Ibu di Palembang Deklarasikan LaNyalla Capres 2024
Palembang, FNN – Ratusan perempuan Sumatera Selatan yang menamakan diri Relawan Cindo Sriwijaya mendeklarasikan dukungan kepada Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI), LaNyalla Mahmud Mattalitti, untuk maju menjadi calon presiden pada Pilpres 2024. Dekelarasi tersebut berpusat di Aston Hotel, Kota Palembang, Ahad (03/07/2022). Koordinator Relawan Cindo Sriwijaya, Yuni Darti menambahkan bahwa karakter LaNyalla yang Egaliter, sehingga sangat dibutuhkan oleh Negara saat ini. Masyarakat Sumatera Selatan berharap pemimpin di masa depan mampu memperjuangkan aspirasi para ibu dan perempuan. Khususnya kebutuhan dasar di rumah tangga.Seperti mahalnya bahan kebutuhan pokok sehari-hari hingga masih tingginya harga minyak goreng di pasaran. “Persoalan Minyak Goreng yang sampai hari ini masih menjadi keluhan para ibu-ibu juga perlu diselesaikan oleh pemimpin yang menggali langsung permasalahan ke bawah, dan Pak LaNyalla memiliki itu,” kata Yuni Darti. (mth)
Saat Rocky Gerung, Said Didu, dan Syahganda Nainggolan Bisa Bungkam
Makanan berlimpah di atas meja tadi pun sudah diangkat. Apa yang terjadi? Rupanya seremoni penjemputan tadi salah wesel. Acara itu disiapkan untuk rombongan Presiden Megawati yang semula akan mendarat darurat di Banjarmasin. Oleh: Ilham Bintang, Ketua Dewan Kehormatan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Pusat INI momen langka. Mungkin bagi aktivis dan pemikir sekelas Rocky Gerung, Said Didu, Syahganda Nainggolan, Ahmad Yani, dan Ferry Juliantono, bisa beberapa jam berkumpul tanpa orasi yang seperti biasa dengan analisis tajam menyelami kedalaman masalah-masalah aktual. Hari itu mereka “puasa” bicara politik. Hanya ngobrol \"ngalor ngidul\" disertai derai dan gelak tawa panjang dari siang sampai sore, menjelang Maghrib. Peristiwa itu terjadi Sabtu, 2 Juli 2022, siang di \"Kebonnya Oma\", Kompleks Taman Villa Meruya, Jakarta Barat. Saya mengistilahkan, lima sahabat itu sedang menikmati momen-momen \"memanusia\" atau menikmati hidup secara \"normal\". Lepas dari rutinitas yang menjadikannya seperti \"mesin\", sebagai konsekwensi sekian tahun konsisten mendengungkan perubahan ke arah lebih baik segala aspek kehidupan di tanah air. Sekitar lima jam mereka tertawa lepas, terpingkal-pingkal \"dibungkam\" Anwar Fuady yang ber-stand up comedy, melakonkan dirinya dalam beberapa episode kehidupan yang lalu. Sekedar mengingatkan, Anwar Fuady adalah aktor film legendaris Indonesia. Dia seniman pertama yang sampai sekarang masih satu-satunya yang pernah mengajukan diri menjadi calon presiden pada 2004 lewat Konvensi Partai Golkar. Saat ini Anwar Fuady politikus Partai Hanura dan Ketua Umum Koordinator Nasional Jokowi Centre. Ihwal pertemuan di \"Kebonnya Oma\" dimulai Ahad lalu, ketika saya bertemu Rocky Gerung di acara Indonesia Lawyers Club (ILC). Ia \"menagih\" bersantap lagi di rumah dengan menu Gulai Kepala Ikan Resto Medan Baru. Roger – begitu panggilan akrab pengamat politik terkenal itu – setiap kali berkunjung ke rumah saya jamu dengan menu utama yang sama sejak awal: gulai kepala ikan kakap. Sabtu (2/7/2022) siang tagihan itu saya tunaikan. Menu lezat tentu tidak seru kalau cuma dinikmati hanya dua tiga orang. Maka, saya kontaklah beberapa teman dan sahabat untuk bersantap bersama di rumah. Ada sebagian yang berhalangan. Seperti Karni Ilyas, yang pas hari itu harus menghadiri promosi Doktor Brigita Manohara, presenter TVOne, di kampus Universitas Indonesia. Juga aktor Deddy Mizwar yang tak bisa hadir karena mendadak ada acara keluarga. Satu lagi: da\'i kondang Ustaz Das\'ad Latif yang masih di Kalimantan. Tamu yang memenuhi undangan aktor Anwar Fuady, wartawan senior Marah Sakti Siregar, CEO Group Media Republik Merdeka Teguh Santosa, produser film sekjen PPFI Zairin Zain. Selain gulai kepala ikan, menu lezat lainnya, seperti yang disebut tadi, adalah perbincangan \"ngalor ngidul\" dengan derai dan gelak tawa panjang, yang telah berlangsung sejak siang hingga menjelang Maghrib. Humor segar aktor Anwar Fuady yang heboh mengalahkan komedian stand up comedy manapun. Itu alasan yang tepat mengapa waktu serasa berjalan begitu cepat. Beruntung Tak Jadi Presiden Episode kehidupan Anwar Fuady yang paling menarik, tentulah ketika dia itu memutuskan maju menjadi calon presiden RI di dalam Konvensi Partai Golkar pada 2004. Saat mendaftar di kantor Partai Golkar, ia diantar oleh tiga bus aktor artis film dan sinetron. Puluhan infotainmen memberitakan acara itu berhari-hari di seluruh televisi. Hari-hari selanjutnya, adalah liputan televisi memberitakan bagaimana Anwar Fuady harus bersaing dengan tokoh-tokoh politik nasional yang sudah kampiun, seperti Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Surya Paloh, Prof Muladi, Tuty Alawiah, Marwah Daud, dan sederet nama lainnya. “Saya bersyukur juga tidak terpilih,” kata Anwar Fuady. Lho? \" Mungkin satu jam setelah dilantik saya mati, dikeroyok lebih 2000 orang yang saya janjiin jabatan. Untuk jabatan Wapres saja, saya tawarkan kepada 48 orang, yang saya sendiri pun lupa nama-namanya,” kenang Anwar yang direspons gelak tawa panjang spontan para tamu. S Saya baru pertama kali melihat tawa Rocky Gerung, Said Didu, Syahganda Nainggolan, dan Ferrry Julianto, pecah. Anwar bercerita lagi. Kisah sewaktu menghadiri Kongres PWI di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, delapan belas tahun lalu. “Ini ada Pak Ilham saksinya. Kami bersama Surya Paloh menumpang private jet Ketum Parpol Nasdem itu menghadiri Kongres PWI yang dibuka oleh Presiden RI, Megawati Soekarnoputri, \"ujarnya. Menjelang Palangka Raya. Surya Paloh mengumumkan pesawat tidak bisa mendarat karena awan tebal. Dia menawarkan pilihan landing sementara di Pangkalan Bun atau Banjarmasin. Saya mengusulkan yang terakhir. Pesawat pun mendarat di Bandara Banjarmasin. Pemandangan menakjubkan ketika pintu pesawat dibuka. Digelar karpet merah, pemuda-pemudi berpakaian adat menyambut dengan membawa karangan bunga untuk dikalungkan kepada tamu VVIP. “Waktu itu saya membisiki Surya Paloh. Luar biasa ini, baru capres konvensi saja sambutan sudah begini, bagaimana nanti kalau sudah presiden,” ujar Anwar. Tidak sampai di situ. Di ruang VVIP sambutan lebih meriah, berlimpah makanan disajikan. “Saya melirik komandan pangkalan, saya bilang kepada yang bersangkutan siap-siap jadi KSAU. Siap, sahutnya dengan sikap tegap menghornat. Hari itu saya menjajikan jabatan kapada sekitar 20 orang. Termasuk menjanjikan jabatan Kapolda dan Kapolri, hehehe,” jelas Anwar. Tidak tahan lihat ulah Anwar, saya pamit ke toilet. Terus terang saya tak kuat menanggung tawa geli yang menyebabkan otot perut sakit. Masya’ Allah dari mana Anwar menyerap ilmu prank itu. Apakah prank sudah menjadi adab para politikus kita? Sekitar lima belas menit waktu saya butuhkan untuk menstabilkan diri, baru masuk kembali ke ruang tunggu yang mendadak senyap. Saya memperhatikan para penjemput tamu tadi, petugas yang mengalungkan kembang, dan menggelar tarian sudah tidak ada. Makanan berlimpah di atas meja tadi pun sudah diangkat. Apa yang terjadi? Rupanya seremoni penjemputan tadi salah wesel. Acara itu disiapkan untuk rombongan Presiden Megawati yang semula akan mendarat darurat di Banjarmasin. Juga karena alasan cuaca yang tak bersahabat di atas Palangka Raya. Namun, pendaratan di Banjarmasin batal karena ternyata cuaca telah membaik dan pesawat presiden pun mendarat dengan selamat di Palangka Raya. Konsewensinya, sesuai protokol, pesawat yang kami tumpangi harus menunggu satu jam di bandara baru boleh take off. “Ya, waktu itu kami hanya bisa saling memandang,” ucap Anwar. Tawa tamu kembali pecah. Rocky Gerung tampak seperti tertawa guling-guling. Juga Said Didu, Ferry Juliantono, Syahganda Nainggolan, Ahmad Yani, dan semua tamu. Lahirlah kesimpulan bahwa pertemuan “memanusia” seperti itu perlu rutin diselenggarakan. Disepakati pertemuan berikutnya dua pekan yang akan datang. Rocky Gerung mengusulkan nama komunitasnya “Partai Kepala Ikan”. Semua setuju. Apapun namanya, gathering berbincang ngalor-ngidul diiringi ledakan derai tawa memang perlu untuk memelihara semangat dan daya juang di masa serba sulit dan rumit seperti sekarang. Anda berminat ikut? (*)
 
                     
                     
                     
                     
                                 
                                 
                                 
                                