ALL CATEGORY

Indonesia Kini: Ngeri!

Oleh Dr. Masri Sitanggang - Ketua Umum Gerakan Islam Pengawal NKRI SEMUA bagian bangunan negeri ini sudah digrogoti rayap korupsi, menunggu ambruk atau diambil alih pihak lain. Masihkah bisa diselamatkan dengan cara-cara prosedural biasa ? Mahfud MD bingung, LaNyalla pesimis.  Mahfud MD kehabisan  kata untuk menggambarkan kondisi Indnesia kini. Ia cuma bisa bilang : “mengerikan”. Padahal  ia seorang guru besar, pakar di bidang Hukum Tata Negara, pernah jadi Ketua Mahkamah Konstitusi dan  sudah malang melintang  di jabatan politik negeri ini. Pastinya, dengan back ground seperti itu, sudah ratusan judul buka pula ia baca. Lazimnya, perbendaharaan dan tutur kata serta gaya bahasa seseorang sebanding dengan bahan bacaannya. Mahfud bukanlah type pembaca  komik Dora Emond atau Sincan. Oleh karena itu, mengejutkan bila Menko Polhukam ini kehabisan kata untuk menggambarkan Indonesia kini.    Tentu bukan Mahfud yang salah. Kondisi Indonesia memang sudah sangat sulit dilukiskan dengan kata. Terlalu panjang kata –yang memiliki nilai rasa mengerikan, dirangkai untuk bisa menjelaskan  Indonesia now. Itu artinya, keadaan sesungguhnya bukan lagi mengerikan, melainkan : “Udah ngeri kali”, bahasa orang Medan.  agar negara ini bisa maju, menurut Mahfud, pemimpin yang muncul setelah Jokowi, haruslah pemimpin yang bisa menyatukan, menjaga keseimbangan dan merekatkan.  “Nggak kayak sekarang, waduh mengerikan saya lihat,” katanya. Korupsi sudah tidak terkendali dan itu ada di semua sektor, begitu kata orang Madura ini. Parlemen, pengadilan, birokrasi dan para pengusaha semua bekerja dengan cara-cara itu. Apa tidak ngeri ?  Bagaimana mungkin rakyat bisa menyatu, merekat dan seimbang kalau pengelola negara sudah bekerja dengan cara-cara korupsi ? Yang ada, adalah kecemburuan sosial karena tercipta jurang lebar dan dalam antara kaya dan miskin.  Yang ada, adalah rasa kebencian kaum papa yang terdzalimi terhadap arogansi dan kesewenangan penguasa dan pengusaha serta orang berpunya. Itu alamiayah. Sementara bagi pengelola negara yang korup,  suasana itu bahkan dikehendaki karena dapat memberikan keuntungan tersendiri. Parlemen (legislatif), birokrasi-pemerintah (eksekutif) dan pengadilan-penegak hukum (yudikatif) –yang dalam teori politik modern adalah pilar tegaknya negara hukum, negara demokrasi– sudah  sama-sama bekerja degan cara-cara korupsi. Bagaimana membayangkan sebuah negara yang demikian ? Mungkin lebih cocok digambarkan sebagai sebuah pasar tradisional yang dikuasai oleh para preman atau pun bandit. Di situ hukum, kekuasaan dan keadilan adalah milik para preman dan bandit ditambah pengusaha bermodal kuat.  Janganlah  berharap ada belas kasih di situ. Apalagi keadlilan sosial. Cari makanlah sendiri-sendiri dan bersainglah sekuatmu (tapi jangan coba-coba saingi pedagang bermodal kuat kalau tidak ingin dicampakkan dari pasar itu) . Setiap orang adalah pesaing bagi orang lain.  Homo homo ni lupus kata Plautus : manusia adalah serigala bagi manusia lainnya, saling terkam. Awas, jangan telat bayar macam-macam pajak upeti pada para penguasa.  Apalagi membangkang. Maka, Ian Antono dan Taufiq Ismail benar :  “Dunia Ini Pangung Sandiwara”. Lagu yang bawakan Rocker Indonesia, Ahmad Albar, di tahun 78, mungkin dapat menggambarkan prilaku pengelola negara seperti ini. Setiap orang dapat satu peranan. Ada peran wajar dan peran berpura pura. Ada yang jelas menampakkan kebanditannya, ada pula yang menutupinya dengan pencitraan yang mengesankan. Yang terakhir ini, selalu berteriak “Pancasila dan NKRI harga mati”, “demi rakyat, bangsa dan negara” atau teriakan lain yang senada dengan itu. Tetapi, bagaimana punj uga, kalau pengadilan –yang mestinya menjadi benteng penegakan hukum, sudah bekerja dengan cara-cara korupsi, dipastikan akan sangat sulit  beraharap keadilan  dari yang mulia tuan hakim.  Gedung pengadilan tak lebih dari theater tempat pementasan drama sandiwara atau dagelan. Tempat mafia hukum dan cukong  menyusun skenario, menentukan ending cerita, memiliih dan mengarahkan pemeran utama –para jaksa dan hakim, agar sandiwara persidangan enak dinikmati. Agar bisa bikin penonton terbahak-bahak, atau mabuk kepayang. Kalau ada yang tidak puas, itu salah dia sendiri: kenapa tidak pesan (bayar upeti tentunya) sekenario ? Di panggung sandiwara ini, “ceritanya mudah berubah” : kasus yang sama putusan bisa berbeda.  Kalau legislatif sudah bekerja dengan cara-cara korupsi, masihkah bisa berharap akan lahir undang-undang yang pro rakyat dari anggota dewan yang terhormat ? Setiap pasal dalam setiap RUU ada harganya. Itu tak mungkin terbeli oleh rakyat yang –karena himpitan ekonomi, diminta untuk makan keong sebagai pengganti daging dan dua buah pisang pengganti nasi serta memasak dengan cara merebus saja.  Oleh sebab itu, lahirnya sebuah UU lebih  sering atas dorongan –dan karena itu untuk kepentingan,  pengusaha dan penguasa. Rakyat dan segala propertinya justeru jadi komuditas, barang dagangan. Ibarat sumber daya alam (bukan lagi sumber daya manusia), rakyat dan propertinya dieksploitasi para bandit untuk memperkaya  diri. Dan, seperti juga sinetron, seringkali undang-undang harus kejar tayang, harus segera disahkan sesuai pesanan. Para anggota dewan yang terhormat pun khusuk  dalam sidang marathon untuk kemudian :  “tok”, “tok”, “tok”. Palu berbunyi tepat dini hari, ketika rakyat tenggelam di lelap malam.   Kalau sudah begini, masihkah rakyat boleh berharap parlemen  melakukan pengawasan terhadap prilaku dan kenerja pemerintah yang juga bekerja dengan cara-cara korupsi  ? Heh, hepeng do mangatur nagaraon, kata orang kami Batak : uang lah yang mengatur negara ini. Jaganlah berharap macam-macam. Kalau eksekutif sudah bekerja dengan cara-cara korupsi, maka para birokrat sesungguhnya adalah pelaku bisnis. Bisnis kotor, pastinya. Bisnis para preman dan bandit. Bisnis para penghisap darah. Mengambil hak orang lain secara bathil. Menguras kekayaan rakyat dan negara untuk kekayaan pribadi. Dengan cara maling yang bersembunyi di balik undang-undang atau bisa juga terang-terangan merampok gaya begal.  Bagi pelaku bisnis, wilayah Indonesia yang luas berserta penduduk yang ramai dan kekayaan alam yang melimpah adalah pasar sekaligus aset dagangan. Terlalu naif bila mengeluarkan kebijakan atau aturan yang tidak menghasilkan rupiah untuk bekal anak cucu. Semua tindakan, harus menambah pundi-pundi.     Maka, “Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia” adalah mimpi. Yang akan nyata adalah melindungi mereka yang punya uang, siapa pun dia : bangsa Indonesia maupun bukan.  Melindungi  “seluruh tumpah darah Indonesia” juga mimpi. Memang, laut, gunung dan hutan serta pulau-pulau itu masih ada di wilayah Idonesia –karena tidak bisa dipindahtempatkan, tapi mungkin penguasanya sudah entah siapa.  “Memajukan kesejahteraan umum”, pastilah juga mimpi. Mana ada begal yang berpikir untuk kesejahteraan orang lain?  Mencerdaskan bangsa ? Heeemmm..., ini yang ngeri-ngeri sedap. Bagi para bandit, penghisap darah, orang-orang cerdas adalah ancaman. Apalagi cerdas dan berani. Maka bandit-bandit berupaya mengebiri dunia pendidikan. Bukan saja membuat biaya pendidikan jadi mahal, mereka berusaha mencengkeramkan cakarnya di lembaga-lembaga pendidikan agar bsa menjadi perpanjangan tangan kekuasaan. Tetapi repotnya ketika berhadapan dengan  lembaga pendidikan yang sukar didikte karena sifat kemandiriannya. Untuk yang ini, perlu jurus dewa mabok : menohok dengan radikul-radikul.  Mungkinkah para maling dan penjarah kekayaan negara dapat “mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”? Jauhlah panggang dari api. Niat untuk itu saja pun dipastikan mereka tidak punya. Sebab, perilaku  jahat (korupsi-maling-rampok) dan niat baik (mewujudkan keadilan sosial) adalah dua hal yang berlawanan secara diametral. Pelaku kejahatan (koruptor-maling-rampok), pada saat yang sama, tidak mungkin adalah pelaku kebaikan (berniat) mewujudkan keadilan sosial. Sebaliknya, seorang yang berniat baik (mewujudkan keadilan sosial), pada saat yang sama, tidak mungkin mau melakukan kejahatan (korupsi-maling-rampok).  Tidak mungkin seorang yang beradab sekaligus adalah  biadab,  atau sebaliknya.  Jadi kalau penegak hukum, parlemen dan birokrasi sudah bekerja dengan cara-cara korupsi, ditambah lagi para pengusahanya juga demikian, lengkaplah sudah kerusakan negeri ini. Bagaimana lagi mendiskripsikannya ? Kita terpaksa setuju dengan Mahfud, hanya  ada satu kata: mengerikan! Hilanglah sudah harapan akan Indonesia Adil dan Makmur. Pupuslah sudah cita-cita Indonesia merdeka yang dengan susah payah dirumuskan para pendiri bangsa dalam pembukaan UUD 1945 –dan susah payah pula kita camkan sejak duduk di bangku Sekalolah Dasar. Indonesia sudah seperti bangunan  yang semua bagiannya digrogoti rayap, menunggu ambruk atau diambil alih pihak lain.   Bagaimana memperbaiki keadaan ini? Mahfud pun bingung. \"Kayaknya memang perlu satu terobosan. Kalau teori klasik, seperti di Amerika Latin biasanya muncul kudeta. Ini negara mau hancur, saya ambil, dan memang ada teorinya. Teori Plato 2.500 tahun lalu mengatakan, kalau demokrasi sudah menjadi anarkis memang harus muncul apa yang disebut strong leader, pokoknya babat saja dulu, daripada negaranya hancur.\" Begitu kata  Mahfud. Atau, mungkin juga seperti di Pililipa yah, People Power : kekuatan rakyat memaksa penguasa dzalim turun? Bila dikuasi para bandit, demokrasi pastilah anarkis. Dalam situasi seperti ini, melalui demokrasi prosedural normal, sulit mengharapkan munculnya  pemimpin yang berani jujur (shiddiq –kata-katanya dapat dipercaya),  mampu menunaikan tugas yang diembankan dengan baik dan tidak menyalahkangunakan kekuasaan (amanah), dapat mengambil keputusan yang tepat dengan cepat (fathanah)  dan senantiasa menyampaikan kebenaran sebagai pengajaran bagi rakyatnya (tabligh).  AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, Ketua DPD RI, juga pesimis. Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu –berkenan ambang batas pencalonan Presiden, menjadi penghalang munculnya pemimpin harapan rakyat. Ini dinilai sebagai  pasal penyumbang terbesar ketidakadilan dan kemiskinan struktural di Indonesia. “Itu menjadi pintu masuk bagi Oligarki Ekonomi dan Oligarki Politik untuk mengatur dan mendesain pemimpin nasional yang akan mereka ajukan ke rakyat melalui Demokrasi Prosedural yang disebut sebagai Pilpres,”kata LaNyalla. Tentu yang dicalonkan adalah sosok yang memihak kepentingan mereka.  Selain melanggar Konstitusi, menurut LaNyalla UU produk parlemen ini menghalangi terwujudnya cita-cita negara seperti tertulis di dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itulah DPD RI secara kelembagaan mengajukan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi untuk menghapus Pasal 222 Undang-Undang Pemilu yang dibuat oleh para anggota dewan yang terhormat itu.   Masalahnya adalah, bukankah Mahkamah Konstusi juga adalah bagian dari peradilan Indonesia –yang kata Mahfud telah bekerja dengan cara-cara korupsi ? Mungkinkah oligarki (penguasa dan pengusah korupsi) itu membiarkan gugatan yang mengganggu kepetingan mereka dikabulkan ? Entahlah, mudah-mudahan saja nurani para haki MK diterangi cahaya hidayah.  Tetapi yang pasti, jalur itu –Judicial  Reviw mengikuti prodedur hukum dan perundang-undangan, sudah  ditempuh oleh banyak orang yang masih memelihara moralitas, yakni orang-orang tidak ingin cara parlemen jalanan. Harapannya,  agar  semua pihak taat pada –-dan mau menegakkan, hukum dan perundang-undangan. Perhatikanlah, sepanjang ada Mahkamah Konstitusi, di masa pemerintahan sekarang inilah yang terbanyak Judicial Reviw.  Tapi hasilnya? Para moralis pengaju Judicial Reviw   menumpahkan kekecewaannya di berbagai media.  LaNyala tampaknya telah menyadari resiko ini.  Karena itu ia memberi warning keras. Katanya begini : “Mahkamah Konstitusi nanti menolak gugatan DPD RI atas Pasal 222, maka saya katakan di sini, bahwa Mahkamah Konstitusi telah dengan sengaja memberi ruang kepada Oligarki Ekonomi Sehingga sudah sepantasnya Mahkamah Konstitusi dibubarkan. Karena tidak lagi menjaga negara ini dari kerusakan akibat produk perundangan yang merugikan rakyat dan menjadi penyebab kemiskinan struktural di negara ini.” Ngeri memang. Bayangkan,  DPD RI –yang semua anggotanya dipilih rakyat bukan atas dasar aliran politik, secara kelembagaan menggugat hasil kerja  DPR RI yang tidak memihak kepentingan rakyat. Apa yang akan terjadi bila MK menolak dan MK pun tidak pula bubar? Mudah-mudahan Mahfud sudah menemukan terobosan dan LaNyalla sudah siap dengan langkah lanjutan.  Wallahu a’lam bisshawab

India Harusnya Menjadi Pasien Pertama Resolusi "Combat Islamophobia"

Oleh M. Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan  SETELAH Sidang Umum PBB yang menetapkan 15 Maret sebagai \"International Day to Combat Islamophobia\"  maka di bulan Juni ini ada negara yang menampilkan diri sebagai negara Islamophobia. Itu adalah India. Juru Bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) Nupur Sharma menjadi penyebab India dihajar kecaman, ia telah menghina Nabi Muhammad SAW. BJP adalah Partai berkuasa pimpinan Narendra Modi yang dikenal sangat anti Islam. Modi kini menjadi PM India.  Islamophobia Pemerintahan Modi ditunjukkan dengan sikap melarang hijab di sekolah dan universitas, membuat UU Kependudukan anti Islam (Citizenship Ammandement Act), seruan pemimpin Hindu untuk bunuh umat Islam, membakar dan menghancurkan masjid, ancaman kepada penyembelih sapi, menghina Nabi dan lainnya. Narendra Modi adalah penjahat kemanusiaan yang saat menjadi Menteri Utama Gujarat saja telah membantai 1000 muslim.  Resolusi PBB 15 Maret 2022 patut dibuktikan daya cengkeramnya. India sebagai anggota PBB telah melakukan pelanggaran bersikap Islamophobia. Tidak cukup dengan mengecam atau mengutuk, tetapi perlu memberi sanksi. Mulai dengan menyeret Modi ke International Criminal Court atau lembaga Peradilan Internasional lainnya. Pelaku genosida tidak boleh dibiarkan bergerak bebas.  India pun dapat dikenakan sanksi pemutusan hubungan diplomatik, pengurangan bantuan, boikot ekonomi, hingga pengucilan pergaulan internasional berdasarkan putusan badan peradilan PBB International Court of Justice (ICJ). Resolusi dapat bertransformasi menjadi kebiasaan internasional (customary internasional law).  Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata adalah radikalis dan rasis. Membawa India bersikap anti Islam yang hal ini nyata-nyata melanggar Resolusi PBB. Indonesia bersama negara OKI harus membawa kejahatan kemanusiaan Modi dan partainya ke Mahkamah Internasional.  India pantas menjadi pasien pertama resolusi to combat Islamophobia, selanjutnya China atas pembantaian Uyghur, dan tentu saja \"raja Islamphobia\" zionis Israel yang terkutuk itu. Harus segera diselesaikan. Hapus Israel dari peta dunia.  Bandung, 9 Juni 2022

Ganjar Itu Jokowi Kecil Yang Hendak Menghalangi Megawati Mengatur Politik PDIP

Jakarta, FNN – Kandang banteng sedang gaduh. Pergolakan di tubuh partai warisan Bung Karno itu lantaran ada upaya “kudeta” senyap yang dilakukan petugas partai. Ini yang membuat Ibu Mega marah, karena DPP membaca gelagat tak sedap bahwa Ganjar itu perwujudan dari Jokowi kecil yang hendak menghalangi Megawati mengatur politik PDIP. Kegaduhan itu tak cukup hanya dhapus dengan keterangan pers Hasto Kristianto, Sekjen PDIP. Maka publik menyangsikan kemesraan yang dieksploitasi oleh Sekretariat Presiden, sebab sesungguhnya mereka sedang perang batin. Jika mereka baik-baik saja, mustinya Trimedya Panjaitan dan Masinton Pasaribu sudah dipecat karena menyebut presiden bebal. Demikian tafsir singkat dari hasil wawancara wartawan senior FNN Hersubeno Arief dengan pengamat politik Rocky Gerung dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Rabu, 08 Juni 2022. Petikannya: Situasi politik sekarang semakin menyenangkan, lucu, kacau, dan seru. Bagaimana menurut Anda?   Iya, banyak orang yang akhirnya melihat bahwa Indonesia itu politiknya soal pribadi doang, bukan soal kelembagaan, hubungan kelembagaan, regulasi, dan institusi. Ini betul-betul soal pribadi. Dan itu buruknya. Jadi, seolah-olah 270 juta rakyat Indonesia, itu tergantung pada suasana hati dua orang. Sekarang orang sedang fokus memperhatikan apa yang terjadi di antara Bu Mega dengan Pak Jokowi. Setelah beberapa kali mereka nggak ketemu dalam forum penting, salah satu yang paling mencolok adalah ketika peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni di Pulau Ende. Tapi kemarin orang mulai melihat ada yang mulai mencair. Ibu Megawati muncul di istana merdeka dan videonya kemudian sengaja diposting oleh Sekretariat Kepresidenan. Padahal videonya cuma 32 detik. Kemudian ramai-ramai mulai dari Sekretariat Presiden sampai staf membantah bahwa tidak ada kegiatan antara Pak Jokowi dengan Ibu Mega. Katanya hari ini Pak Jokowi akan menghadiri peresmian Masjid Attaufik di Lenteng Agung, di sekolahnya kader PDIP? Sinyal-sinyal begini yang kita sebut saja, mungkin sudah cair. Kalau sudah cair artinya reshuffle kabinet PDIP akan dapat 3-4 kursi. Kira-kira begitu gampangnya. Tapi apa gunanya tukar tambah politik, kalau badai ekonomi sedang masuk ke Indonesia. Itu percuma. Dan yang lebih penting sebetulnya terlalu berlebihan orang-orang PDIP, mulai dari Sekjen,  “Oh itu tidak ada problem, tidak ada masalah”. Justru kalau diterangkan begitu kita mengerti bahwa memang ada masalah. Nah, itu dipamerkan bahwa seolah-olah tidak ada masalah. Kan nggak natural, Pak Jokowi dalam satu minggu 3-4 kali bertemu Bu Mega. Itu artinya ada tukar tambah yang sedang disogokkan. Dan memang ada konsekuensinya. Kalau memang dari awal tidak ada ketegangan maka konsekuensinya Trimedya Panjaitan sudah bisa bisa dipecat. Masinton Pasaribu juga bisa dipecat karena dia sudah mengatakan presiden bebal. Itu suara partai. Jadi, Ibu Mega sedang sodorkan dua peralatan itu. Itu yang kita sebut sinyal beginian, kan ya dangkal betul politik semacam itu, kecuali bersamaan dengan pertemuan dengan Ibu Mega, Ibu Mega bilang ke publik bahwa saya sudah bertemu Pak Jokowi dan dua anak buah saya itu emang ngacau. Kan kita tahu, misalnya, Trimedya itu membuat konferensi pers dalam bentuk laporan tertulis. Artinya, itu keputusan partai. Bahwa Ganjar itu adalah Jokowi kecil yang hendak menghalangi Bu Mega untuk mengatur politik PDIP. Berarti Bu Mega marah, maka dikirim sinyal itu. Itu tanda semacam enggak bisa dihapus sekadar dengan keterangan Hasto. Ya boleh saja itu keterangan public relation, tetapi relasi politik tetap memanas. Kecuali Ibu Mega sudah betul-betul mengucapkan saya akan mendukung Ganjar. Selesai masalahnya. Kan cuma itu battle field-nya. medan perangnya ada di situ. Jadi, selama tidak ada keterangan langsung dari Bu Mega, nanti Hasto datang lagi dan bilang iya memang masih ada masalah sedikit, tapi nanti akan diselesaikan. Lalu kita dengar lagi tokoh-tokoh PDIP ngoceh-ngoceh lagi untuk menghajar Jokowi juncto Ganjar. Ya sudah kita anggap saja bahwa ini head line saja, tapi di belakang layar orang selalu enggak bisa dibohongi untuk membaca keadaan sebetulnya. Ini sebetulnya berkaitan dengan isu reshuffle. Mungkin untuk balancing karena PDIP sudah mulai terdesak dan Ganjarist sebetulnya sudah di depan. Sebetulnya kita bisa lebih jauh melihat bahwa dua pihak ini, Presiden Jokowi maupun Ibu Mega sudah bertemu dengan pihak ketiga, yaitu para investor politik alias oligarki. Ya, saya sepakat dengan Anda karena memang memang apple to apple kalau sekarang Pak Jokowi hanya meresmikan masjid meskipun masjid sangat penting artinya karena menggunakan nama almarhum suaminya Ibu Mega, Pak Taufik Kiemas, tapi kalau dibandingkan ketika peresmian K-smart, kampusnya STIN (Sekolah Tinggi Intelijen Negara) Smart Kampus Doktor Honoris Causa Ir. Soekarno dan Pak Jokowi tidak hadir, ini maksa banget ya? Ini kan ketegangan bolak-balik saja, karena kekacauan koordinasi makropolitik. Sering kita sebut kekacauan itu disebabkan oleh masyarakat dipasang presidential threshold. Ada KIB yang mungkin diintip bahwa ini sebetulnya mau pro-Ganjar tapi separuh hati, masih ada jalan tikus, karena bagaimanapun Pak Airlangga itu punya potensi juga untuk jadi presiden. Lalu mulai timbul sinyal apa sebetulnya yang terjadi tiba-tiba Airlangga ditanya wartawan siapa calon presidennya, tentu dia tidak akan menyebutkan namanya sendiri kan? Sebetulnya sebut saja, saya mau jadi calon presiden karena saya yang memimpin Koalisi Indonesia Bersatu. Tapi beliau kasih sinyal bahwa itu tokoh yang tidak berbasis politik aliran. Lalu orang menduga bahwa itu berarti Ganjar. Kalau Ganjar berarti Ibu Puan tersisih di situ. Lebih lagi Bu Mega mungkin baca pernyataan itu dan menganggap KIB ini adalah mainan baru Jokowi. Padahal, sebetulnya kita ingin lihat Pak Airlangga Hartarto mengucapkan sesuatu yang betul-betul bisa dihitung akibatnya. Kalau cuma sekadar bilang politik aliran, kan orang di dalam teori ilmu politik dasar, yang disebut politik aliran itu santri dan abangan. Jadi, nggak boleh yang santri dan abangan. Siapa yang abangan? Ganjar mungkin abangan dalam perpolitikan yang dibuat oleh Herbert Feith dulu untuk memetakan politik Indonesia. Artinya Ganjar juga enggak boleh dong. Kan dia politik aliran juga. Aliran abangan. Santri-santri enggak boleh juga. Itu artinya Erick Thohir yang lagi disasar karena Erick Thohir lagi main-main sama kalangan santri. Jadi, Pak Airlangga musti jelas. Kalau enggak, orang akan menganggap Pak Airlangga kurang mengerti juga apa yang disebut politik aliran.  Kan  secara teoritis begitu yang disebut politik aliran. Nggak ada aliran lain yang disebut sosial demokrat yang dari kalangan sosialis sampai kalangan PKI, dan PKI sudah nggak dianggap lagi. Ini bahayanya kalau Pak Airlangga tidak dibekali dengan konsep yang utuh. Menyebut politik aliran itu artinya yang berbasis abangan sebagai aliran dan santri sebagai aliran, tidak akan diusung Golkar. Kacau argumen Airlangga. Sekarang ada kecenderungan bahwa itu diframing dan distigma bahwa aliran itu berarti Islam dan dalam hal ini yang mendapat stigma itu adalah Anies Baswedan, walaupun sebenarnya banyak tokoh-tokoh lain? Sinyal-sinyal begitu yang orang anggap, ini ngapain sih KIB. Itu yang saya sebut nanti menjadi Koalisi Indonesia Berantakan karena konsepnya nggak utuh. Saya mengerti zig-zagnya Pak Airlangga, karena beliau juga lagi rentan diamputasi oleh Jokowi karena problem minyak goreng. Tetapi kita musti biasakan beri pelajaran pada publik tentang ketegasan politik, kejujuran politik, dan persaingan politik. Jadi, Pak Airlangga Hartarto dan Hasto, Sekjen PDIP, sama juga, main-main dengan istilah yang sebetulnya orang tahu di belakangnya tidak ada apa-apa, kosong. Istilah politik aliran itu berbahaya karena itu juga langsung seolah-olah Islamofobia. Padahal kalau kita baca teori ilmu politik, enggak begitu pengertiannya. Sinyal ini yang akan memperuncing friksi di masyarakat. Ini pentingnya konsultan politik yang berawawasan. Masalah Megawati dan Jokowi, sebenarnya kalau cuma soal reshuffle kabinet, sebenarnya Permen, karena makanan utamanya itu adalah Pilpres 2024. Itu berarti urusannya antara Ganjar dengan Puan? Betul dan kelihatannya kubu Pak Jokowi sudah dapat bisikan bahwa Anies itu berpotensi politik aliran. Kira-kira begitu. Karena banyak survei yang menganggap bahwa Anies masih diasuh oleh kalangan muslim yang radikal. Kemarin ada bukti bahwa Anies diusung oleh FPI walaupun ternyata itu hoaks. Pak Jokowi dengar itu. Jadi, mungkin itu yang diprotes oleh Pak Jokowi pada Ibu Mega, jangan Anies dong. Itu juga menunjukkan bahwa kubu Ganjar, itu nggak stabil. Kalau sudah fix ngapain takut pada Anies. Jadi, sangat mungkin juga kubu Ganjar amplopnya belum turun dari oligarki. Itu pentingnya datang ke kampus, datang ke redaksi-redaksi media massa, untuk duel argumen. Bukan sekadar dengan head line, lalu ada berita Bu Mega sudah  berdamai, tapi apa pointnya? Demi Anies atau demi Ganjar. Demi ketakutan pada politik aliran atau hanya transaksi dangkal untuk mendapat kursi baru setelah reshuffle. Politik kita diasuh oleh semacam tular tambah psikologi 2 orang antara Bu Mega dan Pak Jokowi. Padahal dalam seminggu ini ada akrobat lain seperti Prabowo yang ngalor ngidul nyari dukungan, ada Pak SBY yang akhirnya secara sinergis memikirkan masa depan politik Indonesia dengan mendatangi Nasdem. Politik Indonesia saat ini antara kasak kusuk dan hiruk pikuk. (sws)

Politik Tengah Minggu

Oleh Ridwan Saidi - Budayawan Memasuki minggu kedua Juni 2022 banyak peristiwa politik dalam negeri yang menarik: 1. Pertemuan Presiden Jokowi dengan Megawati tanggal  7/6/2022 menjelang pelantikan Dewan Pengarah BPIB. Konten pembicaraan tak dibahas komentatator, tapi gestur keduanya yang menurut Sekjen PDIP menunjukkan keakrababan batin. Tapi kalau saja diamati video pengantaran Megawati naik ke mobilnya tanpa .ekspresi atau kata-kata perpisahan dengan para pengantar menyulitkan saya mendukung kesimpulan Hasto. Apalagi Megawati punya kebiasaan menghornati pengantarnya dengan membuka kaca jendala mobil maka terlihat Ibu kasih daag dengan melambaikan tangan sambil menabur senyum. Di hari itu scene ini tak ada.  Para pengantar akhirnya langsung pada bicara  sesamanya dengan suara agak keras.  2. Pada 8/6/2022 Prabowo berkata, kita dipecah belah oleh asing. Ad verbatim kata-kata itu tak perlu ditafsir, tapi itu dilontarkan saat tokoh-tokoh reformasi sibuk bercapres. Sehingga ucapan itu sesungguhnya lanjutan belaka dari kata-katanya sebelumnya, Capres harus yang berpengalaman, tapi tak harus saya. 3. Beberapa komentator semakin seru meramalkan (mengharapkan?) USA rubuh karena resesi. Patutlah dipahami mekanisme anggaran USA bertumpu pada states, bukan  federal. Sistem kenegaraannya beda dengan pemerintah Indonesia yang bahkan menentukan harga jual minyak goreng per liter.  Tulisan amatiran tentang econ USA yang diramal bakal bangkrut the oother side of the coin kekuatiran China akan hilang peran di Asia Tenggara.  Tiga butir di atas menggambarkan gejolak politik Indonesia yang teksturnya di atas canvas semakin jelas.  Kejadian-kejadian di tengah minggu ini menjadi indikator bahwa situasi politik tidak stagnant, tapi ada eskalasi. Perkembangan ini berpacu dengan politik resmi pencapresan 2024 bercampur dengan hasrat Presidential Threshold 0 % saja. (RSaidi)

Lewat Ganjar, Jokowi Lawan Mega?

DALAM Dialog Kanal Off The Record FNN kali ini dua wartawan senior FNN, Agi Betha dan Hersubeno Arief mengajak kita untuk diskusi di balik meja redaksi soal dugaan adanya permainan Buzzer PDIP yang tahu siapa Bohirnya Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah yang sedang menyiapkan diri untuk turut dalam kontestasi Pilpres 2024 nanti. Berikut dialog antara Hersubeno Arief dengan Agi Beta: Saya kira yang menarik sekarang kalau kemarin soal Formula E sudah kita bahas banyak bahas yah, tapi sebenanya ada topik yang ingin kita bicarakan ini berkaitan dengan kehadiran mbak Puan (Puan Maharani, Ketua DPR RI) di Formula E. Mbak Puan yang digadang-gadang mau dipasangkan dengan Pak Anies (Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta). Kenapa? Karena ini terjadi pertarungan di internal kandang Banteng lawan Celeng. Celeng ini tadinya juga sama dari kandang Banteng, yakni Ganjarist yah. Yang disebut Ganjarist itu yang akan kita bahas, tapi nanti ada beberapa topik lain yang saya kira perlu kita bahas, tapi yang menjadi topik utama pembahasan kita adalah soal para Ganjarist ini, siapa sih mereka? Karena dalam dialog kanaidast misalkan, disebutkan bahwa politisi PDIP itu tahu kok siapa yang jadi bohirnya alias para penyandang dananya dari para Ganjarist ini. Kalau kita lihat foto-fotonya, ini gerombolan Ganjarist semua ini di ulang tahun Ganjar yang pertama ini. Ini sih pasti kalau Anda suka memperhatikan seru, ini buzer satu ini dari Cokro Tv minus PSI. Saya kira yang belum kelihatan ini yah. Ya, ya… Minus PSI, mungkin itu yah, tapi sebenarnya mereka itu kan saling terafiliasi satu sama lain. Kita bisa liat jejak digitalnya orang yang mendirikan PSI adalah orang yang juga mengelola Cokro TV. Begitulah ini bisa dikatakan demikian, kita tahu namanya tapi kita tidak perlu sebutkan di sinilah. Orang tersebut pada banyak acara terus kemudian seperti Bang Yos (Letjen TNI Purn Sutiyoso, mantan Kepala BIN) yang digoreng ramai-ramai soal dia TKA China itu. Itu juga dari PSI Grace Natalie mengudarakan pendapatnya itu di Cokro Tv, Mas Hersu (Hersubeno Arief). Karena memang kalau berdasarkan jejak digital mereka itu satu grup. Jadi, mereka satu grup dalam hal orang yang ada di belakangnya. Orang yang ada, menjadi petinggi di PSI adalah juga orang yang mendirikan Cokro Tv dan juga media yang satu, ada media lainnya lagi, tidak hanya 1. Ada beberapa begitu yah. Kemudian memakai nama dia si orang ini, gitu. Jadi, kita kembali kepada ulang tahun Ganjarist ini. Ketuanya adalah Kuntet yang selama ini dikenal Eko kuntadi, salah satu dari orang yang memang aktif di Cokro Tv tersebut begitu. Dan kemudian sebenarnya Ganjarist ini sebelumnya ketuanya kalau tidak salah orang yang bernama Mas Jopray. Mas Jopray ini seorang Buzzer yang kemudian pada akhir tahun lalu itu ada pergantian Koornas (Koordinator Nasional), lalu dipegang oleh Eko Kuntadi ini. Kemudian pada acara ILC ini diundang pak Karni Ilyas berhadapan dengan Trimedya Panjaitan dari PDIP, politikus PDIP, dan kita tahu mas Hersu juga membahas bersama Bang Rocky Gerung bahwa Trimedya Panjaitan bersama Masinton Pasaribu dari PDIP juga. Masinton Pasaribu sesama politikus senior dari PDIP ini suara mereka adalah suara dari Bu Mega (Megawati Soekarnoputri, Ketum DPP PDIP). Jadi apa yang dikatakan mereka itu adalah tentunya atas persetujuan Bu Mega. Kita lihat itu adalah atas persetujuan Bu Mega. Jadi, yang dikatakan mereka itu tentunya adalah seruan Bu Mega. Kita bisa melihat itu sebagai kepanjangan lidah Bu Mega. Dan ini menarik sekali saya bacakan apa yang dikatakan oleh Bang Trimedya Panjaitan ini kepada Eko Kuntadi. “QRelawan ini duitnya darimana? Apa iya relawan kerja sendiri. Saya ini politisi, konkret kalau sudah bertarung. Kalau jual kaos mana kena bagi saya. Tolong saya minta Ganjarist jujur. Kita tahu siapa-siapa bohirnya. Kita juga tahu, Ganjarist setiap kegiatan membagikan sembako. Kami ini orang politik jangan digurui, rakyat jangan dibodohi, seakan-akan relawan itu tak perlu duit.” Begitu. Ini jawaban dia karena Kuntet tadi menjawab bahwa uangnya berasal dari jualan kaos, Mas Hersu. Polanya Anda inget dulu kawan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) itu kan juga begitu. Katanya ngakunya jualan kaos, ngumpulin duit dari para donatur, dan orang-orangnya itu juga di balik semua. Jadi polanya ini juga sama. Makanya gak salah kalau kita nyebut sebenarnya memang Ganjar ini mencoba menggunakan trek yang sama persis seperti yang dilakukan oleh Pak Jokowi. Jadi ngincar tiketnya dari PDIP dan dengan pola yang sama itu membaranding orang dengan lembaga survei terus kemudian juga relawan seperti itu. Tapi, kan Bu Mega gak mau kecolongan yang kedua kalinya. Pada waktu Pak Jokowi kecolongan dan sekarang Bu Mega gak mau kecolongan. Dan, feeling Bu Mega sekarang benar karena sekarang ini PDIP harus berhadapan dengan Pak Jokowi. Karena ketika berbeda pilihan dan Ganjar melakukan hal yang sama soal ini. Ya benar Mas Hersu, karena ini seperti copy paste gitu dan juga merupakan relawan branding relawan branding. Jadi, berfungsi 2, sebagai relawan Jokowi dan juga relawannya Ganjar. Jadi kita bisa melihat siapapun seperti Jokowi dan juga relawan Ganjar. Dan, ini kita bisa lihat juga ketika Pak Jokowi menghadiri acara Projo yang diketuai oleh Ari Budi Setiadi itu yah, yang di daerah Borobudur, di daerah sama dan kemudian apa yang dikata Pak Jokowi itu tersirat. Bahwa yang Ojo Kesusu itu, dan kemudian di situ ada Ganjar bahwa mungkin orangnya ada di sini. Kemudian Ari Budi Setiadi ini juga datang di acara KIB, yaitu kemarin. Di situ saja kita sudah melihat bahwa Ari Budi Setiadi sejajar loh dengan ketua partai. Jadi, memang ada partai relawan. Ada partai di sini dikumandani oleh Projo sebagai relawan yang besar, karena dia juga duduk di pemerintahan, kan Ari Budi Setiadi ini. Wakil Menteri Desa atau apa gitu di Kemendes.Jadi ya memang sangat strategis profesi Ari Budi Setiadi ini. Makanya ketika ada rencana Deklarasi Jokowi 3 periode oleh para aparatur desa kemudian dia juda hadir di acara tersebut, orang melihatnya wah ternyata ini orang yang tidak hanya dari BUMN saja yang kemudian menyambi bekerja politik. Tapi, ini juga menyambi karena dia punya kewenangan di desa dan kemudian selain Ganjarist ini memang ada banyak deklarasi-deklarasi di tingkat desa. Jadi kita tahu bahwa Sabtu, 4 Juni kemarin itu diklaim ada sekitar 25.000 aparatur desa yang kemudian melakukan deklarasi di Jepara. Kalau saya lihat memang orangnya banyak sekali dan katanya itu datang dari 32 provinsi, mungkin ada 2 provinsi belum ada cabangnya, belum ada DPD- nya, tapi mereka mengatakan itu aparatur desa dari seluruh Indonesia. Wah luar biasa, dananya dari mana Mas Hersu kira-kira yah? Itu yang disebut dari Trimedya, saya tahu bahwa karena kalau kita lihat Ganjar ini identik dengan Jokowi, dan Rocky Gerung sebut sebagai the little Jokowi gitu yah. Jadi ini kan saya pernah menyebut bahwa Ganjar ini kursi penyelamat kalau  Pak Jokowi itu tidak bisa lagi maju sampai 3 periode meskipun sekarang kita melihat ini ada tanda-tanda bahwa Pak Jokowi mulai lebih serius menyiapkan kursinya karena mulai deklarasi di mana-mana, gitu ya. Walaupun saya tetap saja mengingatkan, prioritas utama itu ke Pak Jokowi. Jadi jangan menganggap bahwa ini sudah tutup buku wacana 3 periode, ini sudah tutup buku. Wacana itu masih terus berlanjut. Dan sebenernya waktu itu ketika beliau menyebutkan ojo kesusu itu bagian dari itu, kenapa? Karena memang pada waktu acara di Borobudur itu mereka sudah menyiapkan diri untuk Deklarasi Ganjar. Dan itu disampaikan sendiri oleh banyak fungsionalis Projo, termasuk Joman juga, meskipun dia tidak hadir di situ. Mereka juga siap-siap untuk mendeklarasikan Ganjar sebagai calon presiden, tapi kan pada waktu itu Jokowi mengatakan ojo kesus.u Itu kan artinya Pak Jokowi sebenarnya menyiapkan Ganjar sebagai skoci, tapi sebenarnya opsi utamanya adalah bagaimana pak Jokowi bisa maju 3 periode. Kalau sekarang mulai kenceng, mulai keceng deklarasi-deklarasi itu, saya kira ada indikator sedikit melemah di 3 periode, tapi tetap saja itu jangan ditutup. Siapa sih kendaraannya? Kendaraanya jelas tadi, kan orang tidak salah kalau menduga bahwa Golkar, PPP dan PAN itu akan digunakan Jokowi sebagai kendaraannya. Seperti itu dan kecurigaan itu semakin nyata seperti yang tadi Anda bilang dalam Silaturahmi Nasional yang berlangsung di hutan kota Senayan. Itu Pak Luhut (Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Marinves) hadir, dan kita tahu pak Luhut ini kan Dirijen 3 periode, kemudian ada Projo. Ketua Projo, artinya ini memang disiapkan dari kendaraan Pak Jokowi, dan kalau tidak, Pak Jokowi disempurnakan ya Ganjar yang akan disiapkan. Jadi sebenernya ini kalau orang Jawa menyebutnya “ceto welo welo”. Ya begitu masifnya ya? Jadi kita melihatnya seperti Mas Hersu bilang ini terang benderang kita melihatnya ceto welo-welo, apalagi saat ini kemudian orang melihatnya bahwa itu juga wajar, karena memang deklarasi itu terjadi di banyak provinsi. Kemudian di semua provinsi hampir di semua provinsi, dan kemudian diikuti dengan deklarasi-deklarasi untuk Ganjar Presiden di Kabupaten dan di Kota sampai Kecamatan, bahkan sampai di tingkat Desa. Dan kemudian kita masih ingat yah Bara pernah mengaku dalam wawancara oleh media, deklarasi itu sekitar 50 juta, tetapi kemudian dia mengatakan, deklarasi yang biasa saja, deklarasi yang misalnya ada di desa gitu. Deklarasi yang sederhanalah, yang biasa-biasa saja di kecamatan dan sebagainya, yang dihadiri oleh tidak terlalu banyak orang. Kita bayangkan bagaimana kalau jumlahnya sampai ratusan hingga ribuan, menyewa gedung pertemuan loh, dan kemudian mereka semuanya biasanya mendapat fasilitas. Di situ mereka mendapat juga goodieback, bahkan amplop. Kan biasanya seperti itu. Makanya kemudian Pak Trimedya Panjaitan ini, dia bilang, mengetahui siapa bohirnya. Karena dia ini bukan kaleng-kaleng loh. Dia ini sangat senior dan dia mewadahi relawan. Dia mengatakan di situ bahwa relawan itu kalau tidak ada duit ya mereka tidak jalan. Padahal Ganjar ini selain bagi sembako, juga di Sumatera Selatan kalau tidak salah, dia juga membangunkan rumah, renovasi rumah. Jadi semacam bedah rumah. Ini kan luar biasa sekali Mas Hersu. Ya jadi ini kan kalau kita dengar apa yang dikatakan Masinton, kita dengar apa yang dikatakan Trimedya, ini semacam insight information, ini informasi orang dalam. Mereka bagaimamapun pernah bekerja sama pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019. Sekarang ini kebetulan saja mereka jadi bersimpang jalan. Ini yang jadi masalah. Makanya kenapa kelihatannya sengit banget, gitu kan yang ada di PDIP. Betul pengakuan dari Pak Trimedya. Dia mengatakan bahwa jangan salah, dia ikut menggolkan Ganjar menjadi Gubernur gitu. Pada saat periode pertama itu Ganjar menjadi Gubernur itu dari Pak Taufik (Taufik Kiemas) yah, almarhum dengan Puan (Puan Maharani) begitu. Jadi, mereka tahu persis bagaimana dukungan, cara menggerakkan relawan-relawan itu kepada Ganjar. Jadi, dia tahu persis bagaimana dan kemudian itu dilakukan sekarang ini. Jadi kalau sekarang dia mengatakan demikian itu sangat-sangat wajar. Sebab, mereka juga bisa memprediksi berapa orang yang beredar itu. Begitu. Kita juga masih ingat Mas Hersu, sebuah unggahan Ganjar tahun lalu soal rokok, kemudian Ganjar ini ada di Jawa Tengah, dan unggahan itu adalah keprihatinan soal video tersebut. Jadi dia melakukan monolog keprihatinan soal buruh-buruh pabrik rokok yang sebaiknya ada dari pemerintah pusat maupun daerah. Ada keberpihakan kepada buruh rokok. Apabila pemilik industri rokok itu kaya raya, sebaiknya buruhnya juga demikian. Kurang lebih seperti itu. Tapi di situ dari bungkus narasinya kita bisa melihat, ada keberpihakan dia  pada pabrik rokok tersebut. Jadi, di balik monolog, dia itu ada pesan tertentu dan kita kemudian bertanya-tanya, kenapa dia membicarakan itu dan kita tahu siapa bohirnya Pak Jokowi dulu ketika Pilpres. Begitu bagaimana peran pabrik industri rokok atau para pengusaha rokok ini, dan Ganjar di situ menyebutkan bahwa mereka itu menyumbang cukai sekitar 170 triliun rupiah kepada para industri rokok itu. Kalau sekedar mendukung Ganjar untuk jadi presiden itu hanya butuh berapa triliun Mas Hersu, sekitar 9 atau 10 triliun untuk mendukung Ganjar, itu kecil sekali kan ya? Ya kecil sekali ya, ada yang menyebut begitu, tapi sesungguhnya itu angkanya lebih besar dari itu ya, tiket saja untuk 1 partai itu sudah sampai 1 trilliun untuk tawaran sekarang ini. Dan ini angka terbaru yang saya dengar, ini yah angka masing-masing partai. Itu saya dengar untuk tiket untuk masing-masing partai. Itu mereka disediakan 1 triliun partai level atas, tapi bukan paling atas, bukan yang suara terbanyak. Itu minimal 1 triliun. Jadi tiket untuk partai politik saja kalau perlu 2 atau 3 sudah sampai 2 triliun, 4 triliun. Kira-kira jumlahnya seperti itu. Belum yang lain. Tadi kan para relawan ini juga bukan relawan. Kalau relawan betul, itu juga bukan relawan. Kalau ini kan relawan macam-macam. Ini ada pernah cerita kepada saya, pengakuan dari Abu Janda. Itu ada relawan yang kemudian jatahnya komisaris. Ini artinya relawan nanti nomor bukti nomor belakang setelah bukti nanti baru dapat. Ada juga yang cash and carry model si Abu Janda mengakunya seperti itu juga kan dia dapatnya. Ya betul ketika dia diwawancara oleh seorang wartawan dari media, ditanya kenapa Anda tidak menjadi komisaris sementara relawan yang lain menjadi komisaris? Ya relawan yang menjadi komisaris itu adalah mereka-mereka yang terlibat dalam tim sukses yang betul namanya mungkin tercantum di situ juga. Dan mereka itu ikut berdarah-darah, gitu istilahnya. Dan mereka ketika itu tidak dibayar seperti dirinya. Temannya itu yang kemudian bayarannya besar. Dia mengakui demikian untuk menjadi buzzer Pak Jokowi pada tahun 2019 lalu. Jadi wajar kalau seandainya saya tidak menjadi komisaris. Nah, sekarang kita tahu kalau komisaris perbulannya ada yang 50 juta, ada 100 juta, ada yang 200 juta, bahkan ada yang lebih, seperti Ahok, kan miliar gitu. Jadi, wajar seandainya sekarang ini mereka menjadi relawan. Dan, ini wajar kalau kita tidak percaya kalau itu adalah berdasarkan dari penjualan kaos, terus kemudian melakukan deklarasi juga di gedung Pertamina kemarin itu. Acara ulang tahun dari Ganjarist ini diadakan di gedung pertemuan Pertamina di Jakarta Timur. Kita tahu, mereka strukturnya ada di berbagai daerah, dan kemudian juga acara-acaranya itu, seperti misalnya ada konvoi mobil, ada bagi-bagi sembako dan kemudian ada acara yang dikemas yang tentunya acara-acara yang berbiaya. Ok, tapi artinya gini dengan sekarang ini kita makin klir karena kita kemarin menyebut bahwa satu mainan baru buzzer ini Ganjar. Waktu kita membahas kelihatannya petugas baru yang dipilih itu Ganjar. Itu klir mainannya yah. Tugasnya apa tentu saja mengamankan kepetingan-kepentingan bisnis para oligarki ini. Kita bisa membayangkan kalau Ganjar dipilih menjadi Presiden nantinya seperti apa? Kira-kira gak akan jauh desain sosial dan politik Indonesia akan seperti sekarang, Pak Jokowi selama 2 periode ini. Ya betul Mas Hersu. Saya jadi teringat nih gara-gara mas Hersu bicara begitu kalau misalnya peserta Off The Record tanya, kira-kira seperti apa yah? Nasib minyak goreng ini di belakangnya para oligarki. Kemudian kita tahu Pak Luhut itu adalah orang yang serba bisa. Pada tanggal 25 Mei lalu dia mengatakan paling cepat 1 minggu, tapi paling lama 2 minggu minyak goreng itu pasti sudah masuk ke target pemerintah harga 14 ribu per liter itu untuk harga minyak goreng curah. Dan sekarang kita tahu, sekarang tanggal tanggal 6 Juni 2022, artinya tinggal hanya 1-2 hari saja itu target 2 minggu dari sejatinya itu. Karena pada tanggal 25 Mei 2022 itu, besok mungkin sudah deadline, sudah 2 minggu, dan mana kenyataannya, harga minyak goreng masih tinggi. Itu tidak hanya Pak Luhut yang mengatakan, tapi Pak Jokowi secara resmi mengadakan jumpa Pers. Dia mengatakan bahwa kuncinya saya sudah tahu, ini kuncinya. Dan kuncinya bisa diterjemahkan siapa orangnya, mafianya. Terus kemudian tempatnya minyak goreng ini ada di mana, di distributor. Apakah di masih di pabrik atau bagaimana? Pak Luhut juga 1-2 hari kemarin mengatakan, dia tidak segan-segan untuk mengatakan dan menghukum mereka-mereka yang bermain minyak goreng ini. Karena sampai saat ini, itu hanya di sebagian daerah saja yang sudah turun. Di bagian lain, provinsi lain, itu masih cukup tinggi. Kita tahu yang bermain adalah oligarki. Tadi Mas Hersu mengatakan kalau seandainya didukung oleh oligarki apalagi oligarki yang sangat kompak yang mungkin di Indonesia ini adalah mereka-mereka yang berada di papan atas dalam 10 besar terkaya di Indonesia, inilah yang terjadi pada minyak sawit. Bahkan Pak Luhut pun sepertinya kewalahan untuk melawannya walaupun itu juga saya yakin, masih teman-teman atau Pak Luhut juga mengenalnya sebagai sesama pengusaha. Tumanggor kita tahu yang dari Wilmart itu juga ternyata teman dekat Pak Luhut juga. Jadi, gampang kok membayangkan kalau ditanya kira-kira nanti seperti apa? Satu, kalau mau lihat Indonesia di bawah Ganjar nantinya itu seperti di bawah kepemimpinan Pak Jokowi. Ini pasti tak akan berubah karena polanya, dia menagih kekuasaan juga persis seperti template-nya. Pak Jokowi hanya, yang saya sebut tadi, gagal karena Bu Megawati sudah ngertilah caranya seperti itu. Yang kedua, kinerja Anda lihat saja, Jawa Tengah seperti apa, Jawa Tengah kan gitu saja. Ya betul Jawa Tengah sebagai provinsi dengan banyak daerah miskin. Sebutan miskinnya, miskin akut atau miskin kronis. Begitu. Semacam itu, tapi makin bertambah daerah miskinnya. Begitu juga peristiwa terakhir, yaitu banjir rob yang ternyata itu karena pembangunan tidak berpihak kepada lingkungan. Menurut Walhi karena pembangunan daerah pesisir yang masif tambah masif. Padahal itu sudah diperingatkan juga Ibu Megawati. Nanti kalau itu terjadi, Ganjar nangis-nangis. Itu kan kata Bu Mega. Dan ternyata apa yang dikatakan Bu Mega itu betul. Jadi, tidak ada antisipasi terhadap hal itu, karena yang mungkin dihadapi adalah pengusaha-pengusaha, Mas Hersu. Daerah pelabuhan di Semarang itu kan salah satu pelabuhan besar di Indonesia, selain Surabaya, dan Jakarta. Itu pelabuhan pedagangan terbesar sejak jaman Kompeni sampai sekarang, begitu ya. Dan tentunya di sana adalah tempat para oligarki ini mereka untuk mengekspor, mengimpor, dan sebagainya. Mereka melakukan pembangunan yang terus masif dan memang diperlukan. Ini keberpihakan Pemimpin Daerah untuk menjaga lingkungan yang akibatnya kalau itu tidak dijaga, maka akan terkena ratusan, bahkan ribuan orang yang terdampak di sekitarnya. Seperti yang terjadi kemarin di mana kendaraan itu berjalan bersama kapal bisa bertemu dengan air rob yang masuk ke wilayah darat. Ini belief it or not atau bisa masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) karena sebetulnya Pak Jaya Suprana orang Semarang. Itu kan mesti layak supaya perahu bisa berjalan dengan truk dengan bus. Tadinya negara-negara yang maju dengan pengelolaan banjirnya saja seperti Belanda, Amsterdam, gitu ya yang saya lihat itu gak ada namanya kendaraan bisa berbagi jalan antara perahu dengan mobil yang ada di jalan itu. Kendaraan-kendaraan biasa terus perahu-perahnya itu dikanal-kanal kalau diamsterdam gitu yah di Semarang itu luar biasa bisa berbagi jalan itu antara perahu dengan kendaraan-kendaraan biasa itu ini keren memang Ganjar menurut saya mengelola wilayah ini. Padahal itu sesuatu yang bisa diprediksi, sesuatu yang bisa diramalkan. Karena ini berkaitan dengan teknologi, berkaitan dengan sendimentasi, berkaitan dengan abrasi dan sebagainya. Sesuatu yang bisa dihitung secara teknis, sehingga ada mitigasinya. Nah, sekarang bagaimana kalau Ganjar jadi Presiden dan seluruh Indonesia mitigasinya bisa kacau ini. Mas Hersu, kalau dilihat dengan penduduk miskin harusnya ada mitigasinya. Mitigasi, saya ingat kemarin soal Formula E ternyata tanpa pawang juga, gak ada hujan. Sebenarnya bisa gitu. Jadi kalau basisnya saint gitu ya semua itu bisa kita selesaikan. Tapi kan kita masih cara berpolitik itu saja masih sangat primitif. Masih sering bulli-membuli kemudian orang itu memilih berdasarkan pada pilihan-pilihan yang sentimental. Orang sempat memilih Pak Jokowi itu dulu. Uks keren yah Pak Jokowi itu kayak gue banget! Orang memilih itu bukan karena kualitas seseorang apa yang sering kita sebut kapasitasnya, kapabilitasnya, tapi lebih memilih pada orang yang bisa lebih deket, sempat merakyat. Padahal di atas gak seperti itu. Saya kira kita bisa membayangkan kalau Ganjar jadi (presiden) dan kita perlu mengingatkan bahwa modusnya ini kelihatan gaspol ini yah Ganjar Pranowo ini tim suksesnya ini yah. Ya Mas Hersu, saya juga melihatnya demikian. Sama dengan Mas Hersu, saya melihatnya gaspol betul. Karena deklarasi ini terjadi tidak hanya tiap bulan. Bahkan, hampir setiap minggu karena sampai ke pelosok-pelosok desa. Jadi, pergerakannya sangat masif seperti juga Pak Trimedya tadi mengatakan bagi-bagi sembako gitu karena sahabat Ganjar. Kemudian teman Ganjar, relawan Ganjar seperti Ganjarist ini tadi Des Ganjar, yaitu relawan desa untuk Ganjar itu kan mereka memiliki bawahan atau level tingkat bawah itu sampai kedesa-desa ke kampung-kampung kan gitu. Dan, ini sangat-sangat masif kan gitu. Saya tidak membayangkan ini Jawa Tengah yang dalam kondisi sekarang itu perlu penanganan yang sangat khusus karena masih banyaknya ketertinggalan dibandingkan daerah lain karena gubernurnya sangat sibuk. Disibukkan walaupun yang sibuk adalah relawan, tapi gubernur juga keliling ke berbagai daerah. Ta*mencalonkan diri pada 2024 nanti.  Jadi artinya apa yang bisa kita simpulkan, semakin jelas yah perpecahan Pak Jokowi dengan Ibu Megawati. Dan, Ibu megawati pasti paham lah, ini serius, ini lawan yang harus dihadapi, gitu. Wajar kalau kemudian muncul kemarahan seperti yang kita lihat dari Masinton Pasaribu dan juga Trimedia Panjaitan. Lalu, menyerang Ganjar, itu kenapa? Karena bagaimanapun juga ini saya kira Bu Mega pertarungan terakhirlah. Kita bukan mendahului takdir, tapi dilihat dari sisi usia Bu Mega sudah mulai estafetkan kepemimpinannya kepada Puan Maharani dan saya kira tahun ini adalah tahun-tahun di mana tongkat estafet harus diserahkan kepada Puan Maharani. Dan antara lain caranya adalah bagaimanapun Puan Maharani ini harus masuk dalam situasi elit kepemimpinan nasional. Tapi, dengan hadirnya Ganjar dan perlawanan Pak Jokowi ini bisa terancam. Karena, jujur bahwa kita ini menilai apa yang sudah sering disampaikan oleh lembaga-lembaga survei, sebenarnya secara kasat mata kita bisa melihat kalau Mbak Puan dihadap-hadapkan dengan Ganjar dengan pertarungan bebas agak akan berat situasinya. Kenapa? Karena memang Ganjar jauh lebih populer dibandingkan Mbak Puan. Jadi, ini kerja keras buat PDIP. Ini pertarungan apa ya? Ini perang saudara sebenarnya. Jadi, jurus-jurusnya, mereka sudah saling tahu. Padahal dulu kan kita sering dikasih tahu bahwa 1 guru 1 ilmu kan dilarang saling mendahului. Yang terjadi ini Ganjar membalap Puan. Dalam situasi semacam ini kemudian didukung Pak Jokowi, wajar jika PDIP sangat kesal soal ini. Ya betul Mas Hersu, dan ini akan menjadi sangat berat. Kemudian juga, kita harus paham, kita harus waspadai bahwa dengan “dihibahkan” dalam tanda kutip relawan-relawan Pak Jokowi dan buzzer-buzzer sebelumnya kepada Ganjar yang tadinya mereka bekerja untuk Pak Jokowi saja, sekarang malah merangkap bekerja untuk Ganjar. Maka keterbelahan akan semakin dalam. Saya sih melihat kedepannya seperti itu. Kita harus betul-betul melihat setiap gerakan mereka, kemudian narasi framming-nya karena mereka cukup profesional. Saya lihat bisa membuat keterbelahan di Indonesia ini menjadi andalan selain melalui Islamofobia. Selain juga melalui Rasisme antar agama dibuat menjadi perpecahan antar agama, kemudian juga antar suku dengan membuat narasi-narasi di medsos yang kemudian diyakini sebagai kebenaran oleh followers-nya mereka dan ini apa yang terjadi di 2019 dan mungkin akan lebih dahsyat lagi pada 2024 ini. Tapi kalau kita baca petahari ini pertempuran yang lebih sengit itu sebenarnya antara kubu para buzzer dengan PDIP yah. Bahkan hari-hari ini dalam pekan-pekan ini yang lebih besar dan kemudian ada juga oposisi minimal sekarang saja segitiga-lah gitu. Karena gini Mas Hersu, kalau pak Jokowi dan pengamat-pengamat juga tahu itu buzzer-buzzer-nya adalah buzzer-buzzer berbayar di 2019 dan kemudian sekarang mungkin yang berbayar dalam bentuk lain gitu ada sumber dana lain, itu adalah relawan. Tapi kalau buzzer ini kan memang buzer politik yang berbayar dan kemudian kita tahu dari pihak PDIP relatif adalah buzzer organik. Saya sih gak lihat ada taman kanak-kanak pembina yang kemudian mengorganisir buzzer-buzzer ini. Gitu itu di PDIP. Kemudian yang melawan adalah ya seperti Demokrat juga melawan misalnya  Andi Arief. Di PDIP yang melawan adalah Masington, Trimedya, kemudian yang aktif di medsos, dan di lapangan. Mereka adalah para akrivis. Jadi, mereka ini sebenarnya melawan antara buzer dan aktivis. Ini makin seru permainannya. Tapi posisi maining kita adalah apakah itu Puan, apakah itu Ganjar, apakah itu Anies bergabung di situ. Kalau tidak bicara soal 0 persen, kita juga akan menjadi lawan mereka. Semua posisi kita jelas, kita tetap 0 persen. Demokrasi dimulai dari 0 persen. Kalau Eko tadi menyatakan bahwa dia gak mau kayak di pombensin dimulai dari 0 persen, Presidennya dari 0 dulu gitu. Kita justru dimulainya dari 0 karena kejujuran simbolnya adalah 0, gitu yah. Satu topik saja tentang Ganjar Pranowo. Kita tahu buzernya siapa, bohirnya siapa kan gitu ya. (mth/sws)

Ini Dia Penyebab Panas Dingin Hubungan Jokowi dengan Megawati

Jakarta, FNN – Panasnya hubungan pemilik partai, Megawati Sukarnoputri dengan petugas partai, Joko Widodo mencapai klimaks dengan tersebarnya video pertemuan keduanya di istana negara. Jika ditelusuri ke belakang retaknya hubungan mereka terjadi sejak 2019 lalu. Benarkah mereka telah berdamai? Demikian benang merah yang bisa ditarik dari analisis wartawan senior FNN, Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Hersubeno Point, Rabu 08 Juni 2022. Hubungan ibu Megawati, Ketua Umum PDIP dengan Presiden Joko Widodo yang disebut dan diposisikan sebagai petugas partai, kalau kita membaca yang tersirat maupun yang tersurat, jelas sedang tidak baik-baik saja. Akan tetapi untuk menyebut hubungan mereka sudah pecah kongsi, saya kira juga tidak tepat dan terlalu berlebihan. Yang tepat barangkali kalau kita menggunakan kata panas-dingin, kadang-kadang panas kadang-kadang dingin. Ada video yang viral yang bisa menjelaskan keduanya. Video ini diambil dari YouTube resmi Sekretariat Presiden, durasinya tidak terlalu panjang hanya 32 detik saja. Kelihatannya, video ini diambil di ruang transit sebelum Ibu Megawati mengikuti pelantikan sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Ibu Mega dilantik kembali sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP. Setelah berbincang-bincang sebentar atau tepatnya basa-basi ternyata Megawati kemudian berjalan ke ruang tengah Istana Merdeka tempat acara pelantikan berlangsung. Megawati terlihat didampingi oleh mantan Wakil Presiden Try Soetisno yang menjadi Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP. Ada juga Menteri Sekretariat Kabinet yang juga kader PDIP Pramono Anung, selanjutnya berlangsung acara pelantikan. Tidak ada penjelasan apa yang dibicarakan oleh Megawati dan Presiden Jokowi. Kelihatannya video ini memang sengaja dipublikasikan oleh Sekretariat Istana untuk menyampaikan pesan sekaligus membantah rumors bahwa hubungan kedua figur ini sedang tidak baik-baik saja. Buktinya mereka bertemu dan berjalan bersama dan yang paling penting Ibu Mega dilantik kembali sebagai Dewan Pengarah BPIP. Rumors hubungan keduanya menegang ini sebenarnya sudah berhembus cukup lama. Tetapi memang masyarakat tidak pernah mendengar sepatah kata pun ada ucapan dari Ibu Megawati apalagi Pak Jokowi. Kita hanya bisa membaca isyarat dan bahasa tubuh dari keduanya. Yang tersirat, kita bisa membaca bahwa keduanya sudah tidak lagi bersama dalam momen-momen penting, bahkan momen-momen super penting. Yang tersurat, kita bisa baca dari pernyataan para petinggi PDIP dan politisi PDIP yang saling serang dengan Ganjar Pranowo. Dari petinggi PDIP, yakni Sekjen DPP PDIP Hasto Kristianto misalnya dalam soal penolakan PDIP untuk mengubah masa jabatam Presiden Jokowi dari 2 periode menjadi 3 periode. Berkali-kali kita bisa membaca statemen Hasto Kristianto yang mengatasnamakan Ibu Megawati bahwa PDIP tegas menolak wacana itu. Dan ini kemudian berlanjut dengan silang sengkarut, yakni wacana soal penundaan Pemilu dan memperpanjang masa jabatan Presiden Jokowi. Sementara sekarang ini yang sedang panas-panasnya adalah dugaan kuat bahwa Jokowi itu akan mengajukan Ganjar sebagai Capres penggantinya. Padahal, Ibu Megawati jelas menyiapkan putrinya Puan Maharani sebagai subsesornya. Soal Ganjar ini yang sangat keras berbicara adalah politisi PDIP Trimedya Panjaitan. Ini dia sudah tidak lagi di struktur DPP PDIP. Sementara sebelumnya yang bermain dan mengeluarkan pernyataan keras adalah  Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDIP Bambang Wuryantoro atau Bambang Pacul yang juga merangkap sebagai Ketua DPD PDIP Jawa Tengah. Dari Bambang Pacul inilah kemudian muncul istilah barisan banteng versi barisan celeng.  Barisan celeng itu mengacu pada pendukung Ganjar yakni kader PDIP yang dianggap tidak disiplin. Mereka ini terlibat dalam berbagai deklarasi mendukung Ganjar. Padahal dengan tegas dinyatakan oleh Bambang Pacul untuk urusan pencapresan itu menjadi hak perogatif dari ibu Megawati. Karena itu ketika mereka masih terus melakukan deklarasi-deklarasi menentang keputusan DPP PDIP, mereka dianggap sebagai barisan celeng. Anda semua paham yang dimaksud dengan celeng adalah babi hutan yang tukang seruduk sana seruduk sini. Soal Pilpres 2024 ini juga tampaknya menjadi pemicu ketegangan antara Jokowi dengan ibu Megawati. Bersimpang jalan ini antar Ketua Umum Partai dengan Petugas Partai ini bermula ketika muncul gerakan menjadikan Jokowi sebagai Presiden untuk periode yang ketiga. Usulan ini muncil setelah Jokowi dilantik menjadi Presiden, setelah dia memenangkan kontestasi yang sengit dua kalinya dengan rivalnya Prabowo Sugianto. Tadinya banyak yang menduga gerakan ini tanpa restu Jokowi.  Apalagi setelah Jokowi pada tanggal 02 Desember 2019 dengan tegas menyatakan menolak wacana tersebut. Anda pasti masih ingat dengan ucapan Presiden Jokowi ketika itu. Dia ngobrol santai dengan para wartawan di Istana dan ketika ditanya soal itu, Jokowi mengatakan ada 3 kemungkinan mereka yang mengusulkan dia menjadi Presiden 3 periode. Ingin menampar muka dia, ingin menjerumuskan dia atau mencari muka pada Jokowi. Namun ternyata makin ke sini, kita mulai melihat ada tanda-tanda presiden Jokowi itu mulai menyukai ide orang-orang Jokowi itu yang ingin menampar mukanya. Operasi politik untuk menjadikan Jokowi Periode ke 3 itu makin gencar. Di berbagai daerah mulai muncul beberapa deklarasi yang kalau kita kenal pada masa Orde Baru itu dengan istilah kebulatan tekad. Kalau kali ini berbeda, ada yang menyebut tegak lurus pada Presiden Jokowi, ada yang menyebutnya pokoknya tahun 2024 ndherek Pak Jokowi atau tetap setia pada Pak Jokowi. Itu basa-basa politik yang dikemas dalam deklarasi 3 periode. Sebagai upaya membendung gerakan ini, PDIP bersama partai-partai pengusung pemerintah seperti Nasdem, PPP dan Gerindra itu menutup pintu amandemen dengan cara menarik diri dari pembahasan PPHN (pokok-pokok haluan negara) di MPR. PPHN ini adalah usulan dari PDIP dan menjadi konsen dari Ibu Megawati. Jadi, ibu Megawati menginginkan Presiden itu ke depan walaupun sekarang sistemnya Presidential, tapi tetap saja punya PPHN yang menjadi pedoman seorang Presiden untuk menjalankan garis-garis besar haluan negara. Gagal dengan amandemen memperpanjang masa jabatan, para pendukung Presiden Jokowi yang dikomandoi oleh Menko Marinves Luhut Panjaitan, mengubah polanya. Kita sama-sama tahu melalui Menteri Investasi Bahlil Lahadahlia muncul wacana menunda Pemilu dan memperpanjang masa jabatan Jokowi. Dia berkilah itu aspirasi dari dunia usaha, alasannya untuk menciptakan situasi yang kondusif pemulihan ekonomi pasca pandemi. Operasi politik makin konkret ketika Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto diikuti oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan juga Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengungkapkan penundaan pemilu. PDIP bersama Nasdem, PPP, dan Gerindra kembali menolak wacana tersebut. Tentu plus partai-partai oposisi seperti PKS dan Demokrat. Dari situ kita bisa menangkap ada ketegangan hubungan antara ibu Megawati dengan Jokowi yang kian meningkat. Tanda-tandanya kita bisa meliat pada Lebaran lalu,  Presiden Jokowi memilih merayakan Idul Fitri di Jogjakarta bukan di Solo. Di istana Jogjakarta atau kita kenal Gedung Agung dan kemudian dia berlebaran bersilaturahmi dengan Sultan Hamengkubuwono X, bukan sowan ke rumah Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta seperti biasanya. Jokowi kemudian meneruskan liburannya bersama keluarga ke Bali, baru Lebaran hari ke 6 baru Jokowi bertandang ke rumah Megawati. Ketegangan hubungan ini juga bisa kita baca ketika Megawati dan keluarga tidak hadir dalam pernikahan adik Presiden Jokowi dengan Ketua Mahkamah Konstitusi, Anwar Usman yang digelar di Solo 26 Mei 2022. Sebelum peristiwa itu terjadi pada tanggal 21 Mei Presiden Jokowi itu bertemu dengan relawannya yaitu Projo (Pro Jokowi) di Kawasan Candi Borobudur yang sedang menyelenggarakan Rakernas. Pada waktu itu muncul statemen yang terkenal dari Jokowi untuk siapa yang ditunjuk menjadi Calon Presiden itu “Ojo Kesusu” dan dia memberikan isyarat bahwa kemungkinan besar hadir di ruangan itu. Dan pada waktu itu ada Ganjar Pranowo. Tapi bukan itu sebenarnya pointnya. Pointnya di situ kelihatan sekali bahwa Jokowi itu sudah seolah dia melupakan statusnya sebagai petugas partai, karena dia yang akan menentukan siapa yang menjadi Calon Presiden. Padahal, keputusan DPP PDIP siapa yang menjadi Presiden adalah hak preodatif dari Ibu Megawati. Pada tanggal 31 Mei 2022 ketika Megawati hadir dalam peresmian Smart Kampus Sekolah Tinggi Intelijen Negara milik Badan Intelijen Negara yang diberi nama Kampus Doktor Insinyur Soekarno, itu giliran Jokowi tidak hadir. Puncaknya sangat mencolok, Megawati baik sebagai Ketua DPP PDIP maupun putri Bung Karno, tidak hadir dalam perayaan hari lahirnya Pancasila di Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur. Megawati lebih memilih hadir sebagai pembicara di sebuah acara Webinar yang diselenggarakan para rektor Perguruan Tinggi. Mega mengetahui bahwa ada anggota DPP PDIP yang sudah hadir mewakilinya, jadi bagi-bagi tugas jangan menyalahkan wartawan yang suka iseng menanyakan hal itu. Alasan Megawati tampaknya hanya dalih saja, sebab Hari Lahir Pancasila secara resmi dilakukan di Pulau Ende, NTB tempat Bung Karno pernah dibuang di sana. Itu jelas momentum historis yang luar biasa penting bagi Megawati dan keluarga besar Bung Karno. Di tempat inilah di bawah pohon Sukun, Bung Karno disebut-sebut mendapat ilham dan kemudian merusmuskan dasar negara yang sekarang kita kenal Pancasila. Sekarang ini Bu Mega kembali lagi ke Istana kemudian bertemu dengan Presiden Jokowi, apakah ini sebagai tanda adanya penurunan tensi ketegangan hubungan keduanya atau karena alasan seremonial kepantasan, kepatutan karena kalau sampai tidak hadir kali ini juga, akan menimbulkan spekulasi yang luar biasa sehingga Megawati mau tidak mau harus hadir. Atau memang betul-betul sekarang ini sudah mulai mencair ada semacam saling paham ini baru bisa kita baca beberapa hari mendatang dari pernyataan-pernyataan para politisi PDIP. Tapi satu hal yang bisa kita pastikan, sampai saat ini kelihatannya ide memperpanjang masa jabatan Jokowi itu belum juga padam. Benar Jokowi sudah mempersiapkan skoci penyelamat menyiapkan Ganjar sebagai subsesornya. Inilah yang kemudian memperpanjang ketegangan antara ibu Megawati dengan Jokowi masih terus berlanjut. (sof, sws)

IHSG Ditutup Menguat Signifikan di Tengah Ancaman Resesi Global

Jakarta, FNN - Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore ditutup menguat di tengah ancaman resesi global.IHSG ditutup menguat 52,27 poin atau 0,73 persen ke posisi 7.193,31. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 10,76 poin atau 1,04 persen ke posisi 1.041,61.\"Laju pergerakan IHSG sejalan dengan bursa AS dan Asia yang mayoritas mengalami penguatan. Hanya bursa Eropa yang masih tertekan seiring dengan memanasnya paket sanksi yang dikeluarkan atas embargo migas Rusia,\" tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam ulasannya di Jakarta, Rabu.Bank Dunia yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,9 persen tidak begitu memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan pasar saham. Ancaman resesi yang membayangi pasar tampaknya telah diantisipasi investor.Investor juga menunggu rilis indeks keyakinan konsumen esok hari di mana diperkirakan mengalami kenaikan terbatas.Dibuka menguat, IHSG mayoritas menghabiskan waktu di zona hijau hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih terus bergerak di teritori positif sampai penutupan perdagangan bursa saham.Sepanjang jam perdagangan hari ini, saham yang mengalami penguatan terbesar diantaranya BIMA, SLIS, ISAT, TOYS, IPTV. Sedangkan, saham-saham yang mengalami penurunan terbesar diantaranya RAJA, SGER, HRUM, WINR, YELO.Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tujuh sektor meningkat dengan sektor teknologi naik paling tinggi 2,17 persen, diikuti sektor infrastruktur dan sektor kesehatan masing-masing naik 1,5 persen dan 1,4 persen.Sedangkan empat sektor terkoreksi dengan sektor transportasi & logistik turun paling dalam 2,05 persen, diikuti sektor energi dan sektor barang baku masing-masing turun 1,1 persen dan 0,25 persen.Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi beli saham oleh investor asing di seluruh pasar yang ditunjukkan dengan jumlah beli bersih asing atau net foreign buy di seluruh pasar sebesar Rp566,72 miliar. Sedangkan di pasar reguler tercatat aksi beli asing dengan jumlah beli bersih Rp457,83 miliar.Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.577.701 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 28,73 miliar lembar saham senilai Rp17,31 triliun. Sebanyak 235 saham naik, 296 saham menurun, dan 162 tidak bergerak nilainya.Bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei menguat 290,34 poin atau 1,04 persen ke 28.234,29, Indeks Hang Seng naik 482,92 poin atau 2,24 persen ke 22.014,59, dan Indeks Straits Times terkoreksi 5,74 poin atau 0,18 persen ke 3.225,8. (Sof/ANTARA)

Pelaku Usaha Mengingatkan bahwa Teknologi 5G untuk Komersial adalah Keniscayaan

Jakarta, FNN - Perusahaan teknologi semikonduktor multinasional Qualcomm mengingatkan bahwa penggunaan teknologi 5G untuk bidang komersial merupakan keniscayaan sehingga berbagai pihak perlu bersinergi untuk mewujudkannya.\"Saat ini penerapan teknologi 5G untuk penggunaan komersial sudah menjadi mainstream mengingat 5G membawa perubahan yang sangat signifikan,\" kata Country Director Qualcomm Indonesia, Shannedy Ong, dalam rilis webinar tentang 5G Private Network yang diterima di Jakarta, Rabu.Shannedy mengatakan, 5G Private Network merupakan jaringan spesial dengan waktu pemasaran yang jauh lebih hemat biaya, terukur dan lebih cepat, di mana jaringan tersebut akan membantu perusahaan dan semua lini industri untuk menuju transformasi digital.Selain itu, ujar dia, Qualcomm menjalin kolaborasi dengan mitra global, termasuk dengan Microsoft, yang membawa E2E 5G Private Network komersial yang telah terintegrasi dari perangkat yang terhubung di edge ke jaringan Radio Access Network (RAN) dan Core, solusi chip-to-cloud pertama di industri.\"Kalau kita lihat secara global, datanya ada 850 juta orang yang baru pertama kali punya akses ke internet dan ini potensial. Kalau kita bisa menangkap potensi ini, maka akan bisa membawa perubahan yang signifikan sebesar 3,3 triliun dolar AS menambah GDP global pada 2032,\" ujarnya.Apalagi, masih menurut dia, saat ini telah bermunculan kawasan industri yang terintegrasi dengan pusat komersial dan area pemukiman, sekaligus menjelma sebagai sebuah kota industri “pintar” karena didukung dengan kecanggihan teknologi seperti IoT untuk mengantisipasi salah satu tren industri global yakni peningkatan otomatisasi dan pertukaran data dalam proses manufaktur, serta jaringan yang andal.Selain pengelolaan kawasan industri, lanjutnya, penerapan otomasi dan komputasi cerdas juga dapat dilakukan pada pengelolaan kawasan hunian dan sektor usaha yang melibatkan banyak sumber daya dalam suatu aktivitas sehingga optimalisasi ekosistem digital menjadi kunci pengembangan Industri 4.0.\"Kunci lainnya adalah kolaborasi, baik pemerintah, operator dan juga dari pemain industri teknologi yang mendukung terealisasinya 5G Private Network. Ini memang jaringan yang sangat spesial, karena tidak bisa mengandalkan arsitektur jaringan tradisional saja. Arsitektur hybrid di jaringan operator dengan slicing adalah satu contoh yang bagus, dan yang paling penting adalah spektrumnya,\" tutur Shannedy.Sementara itu, Vice President Network Architecture and Design Telkomsel, Marfani Hasan mengakui, ekosistem Indonesia memang belum sepenuhnya siap untuk mengadopsi teknologi 5G. Namun, pihaknya selalu berusaha mengadakan lokakarya maupun sosialisasi, khususnya kepada kalangan BUMN dan UMKM, terkait manfaat yang bisa mereka dapatkan dari teknologi 5G tersebut.Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan bahwa sejumlah perusahaan asing menyampaikan minat untuk mengembangkan jaringan 4G dan 5G di Indonesia pada World Economic Forum Country Startegic Dialogue.“Seperti Ericson yang sudah mengetahui betul Indonesia dan establish-nya di Indonesia sudah lama sekali dan mereka sangat berminat dan mengetahui betul potensi digital ekonomi Indonesia yang tinggi,” kata Menteri Johnny kepada media usai pertemuan di Davos, Swiss, Rabu (25/5).Pertemuan yang turut dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang itu membahas topik yang berkaitan dengan energi berkelanjutan untuk mendukung industri dan transformasi digital.Mitra-mitra bisnis Indonesia yang hadir pun menyampaikan minatnya untuk mengambil bagian dalam kebijakan dan rencana besar Indonesia melakukan transisi energi menuju energi berkelanjutan dan transformasi digital.Minat investor tersebut juga diperkuat dengan kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh sebesar 5,01 persen pada kuartal pertama 2022. Begitu juga dengan potensi digital ekonomi Indonesia dengan valuasi digital sekitar 315 miliar dolar AS yang semakin menarik minat para investor. (Sof/ANTARA)

Sosialisasi Cuaca Ekstrem di Arab Saudi Hendaknya Disampaikan kepada Jamaah Haji

Jakarta, FNN - Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI TB Ace Hasan Syadzily meminta Kementerian Agama memberikan sosialisasi dan edukasi kepada jamaah calon haji untuk waspada dalam menghadapi cuaca yang panas dan ekstrem di Arab Saudi menjelang pelaksanaan Ibadah Haji tahun 2022.\"Kami mendapatkan informasi bahwa musim haji tahun 2022 dengan temperatur udara yang cukup panas di Arab Saudi. Karena itu Kementerian Agama diharapkan dapat memberikan sosialisasi dan edukasi kepada jamaah calon haji untuk waspada dalam menghadapi cuaca yang panas ini,\" katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.Menurut dia, kondisi di Arab Saudi saat ini yang sedang mengalami musim panas dengan suhu rata-rata 40-44 derajat celcius, bahkan suhu bisa lebih tinggi dari yang diperkirakan.Menurut Ace, sosialisasi dan edukasi terkait cuaca ekstrem di Arab Saudi perlu terus dilakukan oleh pemerintah dan petugas haji demi menjaga keselamatan jamaah haji.\"Komisi VIII DPR juga meminta Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan harus memberikan pengetahuan kepada jamaah calon haji untuk mempersiapkan payung selama di luar hotel,\" ujarnya.Selain itu, Ace meminta kepada para jamaah haji untuk menjaga kesehatan dan memperhatikan kebutuhan air minum agar tidak terjadi dehidrasi selama musim haji.Dia juga menyarankan agar para jamaah haji memperhatikan asupan makanan yang bernutrisi selama menjalani ibadah haji di saat musim panas di Arab Saudi.Sebelumnya, Pemerintah Arab Saudi melalui aplikasi e-Haj mengumumkan bahwa jamaah haji reguler mendapat 92.825 kuota. Sementara untuk haji khusus, Saudi juga sudah menentukan jumlah kuota-nya, sebesar 7.226 jamaah. Kuota petugas tahun ini berjumlah 1.901 orang. Sehingga, total jumlah kuota haji Indonesia sebanyak 100.051 orang di tahun 2022.Jamaah yang bisa berangkat haji adalah mereka yang usianya berusia maksimal 65 tahun, kelahiran sebelum tanggal 30 Juni 1957. Selain itu, mereka juga sudah menerima vaksinasi lengkap COVID-19. (Sof/ANTARA)

KPU Kirim Surat Permohonan Harmonisasi PKPU ke Kemenkumham

Jakarta, FNN - Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) M. Afifuddin mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan surat permohonan harmonisasi kepada Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) untuk segera mengesahkan dan mengundangkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Tahapan Pemilu 2024.\"Koordinasi KPU dengan Kemenkumham telah dilakukan berupa mengirim surat permohonan harmonisasi kepada Kemenkumham hari ini, Rabu 8 Juni 2022,\" kata Afifuddin dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.Draf PKPU Tahapan Pemilu 2024 telah disetujui bersama dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPR, Pemerintah dan KPU pada Selasa, 7 Juni 2022. Oleh karena itu, kini PKPU akan segera diundangkan.\"KPU bergerak cepat untuk segera memproses harmonisasi, pengesahan, dan pengundangan PKPU Tahapan Pemilu 2024,\" tutur Afifuddin melanjutkan.Ia juga menjelaskan bahwa Kementerian Hukum dan HAM sudah memberikan merespon positif terkait dengan permohonan untuk melakukan harmonisasi PKPU. Kemenkumkam juga sudah menjadwalkan harmonisasi RPKPU Tahapan Pemilu 2024 pada hari ini, Rabu, 8 Juni 2022 pukul 18.30 WIB.\"Kami berharap PKPU Tahapan Pemilu 2024 dapat diundangkan pada hari Kamis, 9 Juni 2022, atau paling lambat Jumat, 10 Juni 2022, sehingga sudah tersedia payung hukum yang kokoh untuk dimulainya tahapan Pemilu 2024 pada 14 Juni 2022 ini,\" kata Afifuddin berharap.Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Komisi II DPR RI bersama Kementerian Dalam Negeri, KPU, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) menyepakati PKPU tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2024.Salah satu poin yang disepakati di dalam RDP tersebut adalah masa kampanye yang dipangkas dari 90 hari menjadi 75 hari.\"Dari sisi pemerintah, semakin pendek semakin baik. Kami harapkan anggaran bisa berkurang dan potensi keterbelahan rakyat tidak terlalu lama, yakni hanya 75 hari,\" tutur Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. (Sof/ANTARA)