KESEHATAN

Jejas Vaskuler dan "Bed Rest"

Tanjungpinang, FNN - Ada yang menarik dari pernyataan Dr. dr. Hisnindarsyah, SE, MKes, MH, CFEM, dokter di salah satu rumah sakit di Tanjungpinang. Menurutnya, meningkatnya kasus kematian pasien isoman, reinfeksi, hingga kematian pasca vaksinasi telah menimbulkan beragam spekulasi. Tetapi, ada satu hal yang terlupakan, yaitu tentang pentingnya memahami jejas vaskular atau luka pada dinding pembuluh darah atau endothelial injury dan Bed Rest (istirahat total). Jejas Vaskuler (Endothelial Injury) adalah luka pada dinding pembuluh darah bagian dalam (endotel). Ada banyak faktor penyebab jejas vaskuler, salah satunya adalah karena reaksi inflamasi. Kala ada luka akibat infeksi virus, maka jaringan tersebut akan mengeluarkan sinyal kemokin untuk memanggil makrofag. Lalu makrofag datang untuk memakan jaringan yang rusak dan memakan patogennya juga (virus). Kemudian makrofagakan mengeluarkan sinyal sitokin yang akan memberikan pesan kepada endotel untuk membuka pintu agar teman-teman pasukan darah putih yang lain bisa keluar. Ketika sitokin sampai pada endotel, dia akan mengaktivasi reseptor selectin. “Selectin ini sensitif dengan karbohidrat yang dimiliki oleh neutrofil. Sehingga, jika ada sitokin, neutrofil akan bergerak lebih pelan,” jelas Dokter Hisnindarsyah. Neutrofil juga memiliki reseptor integrin. Integrin ini berikatan dengan reseptor yang dimiliki endotel, yaitu ICAM. Adanya ikatan antara Integrin dan ICAM akan menyebabkan neutrofil berhenti bergerak di daerah sekitar luka. Kemudian jaringan yang luka tersebut akan memberi sinyal untuk pengeluaran Bradikinin. Bradikinin adalah zat kimia yang bisa membuka celah endotel (hipermiabilitas). Sehingga ketika celah endotel terbuka, neutrofil bisa keluar dari pembuluh darah menuju sel/jaringan yang luka/rusak itu lalu memakannya. Lalu Bradikinin juga akan mengaktifkan sel mast. Dimana sel mast iniakan mengeluarkan histamin. Histamin bisa melebarkan dinding-dinding pembuluh darah pada endotel kapiler sehingga terjadi kebocoran plasma dan sel darah merah. Yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan dan warna kemerah-merahan. Bradikinin ini 0juga akan mengaktifkan prostaglandin di sel endotel sehingga prostaglandin bisa merangsang sel saraf dan memunculkan rasa nyeri. Untuk itulah mengapa ketika terjadi inflamasi (peradangan) akan muncul 5 tanda, yaitu Kalor (demam), Tudor (nyeri), Rubor (kemerahan), Tumor (bengkak), dan fungtio laesa (penurunan fungsi). Penurunan fungsi pada kasus Covid-19 ditandai dengan Anosmia (hilangnya penciuman), karena lokasi infeksinya berada pada nasofaring yang dimana pada lokasi tersebut terdapat serabut saraf pembau. Nah, jika saat tubuh sudah kasih 5 tanda radang itu artinya tubuh minta istirahat. Stop dulu aktivitasnya. Karena para agen radang ini akan membanjiri seluruh aliran darah dari ujung kepala hingga ujung kaki. Seluruh dinding pembuluh darah termasuk endothelial artery dalam posisi hipermiabel, berdilatasi (melebar dan melunak) akibat kerja agen radang tadi. Jika tubuh diistirahatkan, maka kerja jantung akan melambat. Aliran darah menjadi lebih ringan. Low Blood Flow. Kondisi pembuluh darah saat terjadi inflamasi, berdilatasi dan dindingnya hipermiabel. Yaitu dinding vaskuler menipis, melunak, dan melebar. Ini sebagai upaya membuka celah dinding endotel untuk tempat keluarnya sel darah putih ke sel yang luka akibat infeksi virus tersebut. Namun, jika tidak rebahan atau tiduran, maka jantung akan memompa darah lebih cepat. Akibatnya, aliran darah bisa kencang dan turbulen melewati dinding endotel yang sedang berhipermiabel itu. Adanya gesekan aliran darah kencang bisa melukai dinding endotel. Luka pada endotel itulah yang disebut endothelial injury atau jejas vaskuler. Untuk meminimalisir terjadinya luka, maka aktivitas fisik harus dikurangi. Oleh karena itu, menjadi penting untuk memahami perlunya bedrest saat mulai timbul gejala infeksi. Begitu pula pada saat isolasi mandiri dan paska isoman. Termasuk setelah menerima vaksin. “Sangat disarankan untuk bed rest minimal 10-12 jam per hari, untuk memberikan kesempatan pada tubuh, membentuk sel antibodi,” kata Dokter Hisnindarsyah. (mth)

Menkes Kemukakan 3 Strategi Hidup Berdampingan dengan Epidemi Covid-19

Jakarta, FNN - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengemukakan tiga strategi hidup berdampingan bersama epidemi COVID-19 yang bertujuan untuk menyeimbangkan kehidupan yang sehat serta bermanfaat secara ekonomi. "Untuk hidup bersama epidemi ada beberapa arahan Bapak Presiden Joko Widodo yang perlu segera kami tindak lanjuti," kata Budi Gunadi Sadikin saat hadir secara virtual menyampaikan keterangan pers melalui YouTube Sekretariat Presiden yang dipantau dari Jakarta, Senin malam. Budi mengatakan strategi tersebut menyasar sejumlah sektor kebijakan, di antaranya protokol kesehatan berbasis teknologi informasi, testing dan tracing serta perawatan. Pada sektor protokol kesehatan, kata Budi, hal terpenting adalah perilaku disiplin masyarakat dalam menyikapi pembukaan sejumlah akses ruang publik secara bertahap di perkotaan. "Kami sudah bekerja sama dengan beberapa asosiasi dan beberapa perkumpulan untuk mulai menyusun protokol kesehatan berbasis teknologi informasi," katanya. Teknologi yang dimaksud adalah aplikasi PeduliLindungi yang akan dipakai secara nasional untuk membantu menjaga implementasi protokol kesehatan berbasis teknologi informasi. Ia mengatakan protokol kesehatan tersebut diimplementasikan pada aktivitas perdagangan modern maupun tradisional, transportasi darat, laut, udara, tempat kerja seperti industri maupun perkantoran. Selain itu, aplikasi PeduliLindungi juga diterapkan pada aktivitas pariwisata seperti pertandingan sepak bola atau konser musik, juga kuliner dan restoran. "Protokol kesehatan juga digunakan di bidang pendidikan, baik SD, SMP, SMA, universitas, serta protokol kesehatan yang paling penting di acara atau hari keagamaan, ritual-ritual keagamaan yang tiap minggu atau hari raya besar," katanya. Budi mengatakan strategi kedua adalah kegiatan pengetesan dan penelusuran yang akan diperkuat secara terarah, sehingga tepat sasaran. "Nanti pengetesan dan penelusuran ini harus terarah. Tidak secara massal, benar-benar yang butuh atau istilahnya para ahli kesehatan adalah pengetesan epidemiologi, bukan pengetesan untuk skrining," katanya. Strategi pengetesan yang dilakukan, kata Budi, mengarah pada suspek dan orang dengan kontak erat yang bergejala. "Bukan semua orang dites karena mau melakukan aktivitas tertentu," katanya. Strategi ketiga, kata Budi, adalah perawatan atau terapeutik pada pasien COVID-19 di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan. "Bapak Presiden memberikan arahan secara spesifik bahwa nantinya harus ada perawatan untuk layanan primer isolasi dengan pengobatan-pengobatan dasar. Sehingga, rumah sakit hanya diisi dengan kasus-kasus kritis dan berat," ujarnya. Ia mengatakan Kemkes juga melakukan kajian untuk memfokuskan perawatan pasien kritis bergejala berat di rumah sakit serta mengurangi tingkat kematian yang saat ini masih relatif tinggi. "Kita mendorong layanan primer, baik di Puskesmas atau klinik untuk merawat orang-orang yang hanya perlu isolasi atau pengobatan ditahap dasar," katanya. (sws)

PPKM Luar Jawa Bali Hingga 6 September 2021

Jakarta, FNN - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan penerapan PPKM di luar Jawa Bali diperpanjang hingga 6 September 2021 dan akan dievaluasi setiap 2 minggu sekali. “Seluruh detailnya, jumlah kabupaten kotanya akan ada dalam instruksi Mendagri,” kata Menko Airlangga dalam konferensi pers Evaluasi dan Penerapan PPKM secara daring di Jakarta, Senin. Menko Airlangga menyampaikan evaluasi penerapan PPKM di luar Jawa Bali, sesuai arahan Presiden, dibedakan untuk evaluasi PPKM di Jawa Bali yang dilakukan setiap seminggu sekali, “Luar Jawa Bali mencakup wilayah yang sangat luas dan juga mencakup tiga waktu, yaitu Indonesia barat, tengah dan timur. Oleh karena itu bapak Presiden memberi arahan yang berbeda antara Jawa dan luar Jawa,” ujar Airlangga. Airlangga menyampaikan bahwa perkembangan kasus aktif COVID-19 di luar Jawa Bali mengalami penurunan dan dari sisi level assement mulai membaik. “Terkait dengan level assessment yang sedikit membaik dan seperti yang disampaikan Bapak Presiden level 4 itu dari 11 turun menjadi 7 provinsi,” ungkapnya. Ia merinci, level 4 dari 132 kabupaten/kota menjadi 104 kabupaten/kota. Level 3, dari 215 kabupaten/kota menjadi 234 kabupaten /kota dan Level 2 dari 39 kabupaten/kota menjadi 48 kabupaten/kota. Selain itu juga terdapat kecenderungan penurunan mobilitas di Level 4 selama periode 10-23 Agustus. Dikarenakan ada perbaikan disejumlah indikator, pemerintah kembali melakukan penyesuaian pengaturan untuk penerapan PPKM Level 4 di luar Jawa Bali. Perkantoran diizinkan beroperasi dengan kapasitas 25 persen dan akan ditutup selama 5 hari jika terjadi kluster COVID-19. Kemudian, tempat ibadah dibuka dengan kapasitas 25 persen untuk maksimal 30 orang, restoran dan tempat makan dengan katerisian 25 persen dan maksimal 2 oran per meja serta jam operasional hingga pukul 20.00. “Terkait mal sampai jam 20.00 dan masih 50 persen (kapasitas) dengan prokes dan diatur dalam Pemda,” jelasnya. Ia juga menegaskan bahwa aplikasi Peduli Lindungi akan menjadi prasyarat untuk berkegiatan atau sebagai syarat masuk ke mal atau perkantoran. (sws)

Pengalaman Deddy Corbuzier dan Pelajaran COVID-19 Tak Bisa Diremehkan

Jakarta, FNN - Pengalaman presenter Deddy Corbuzier terkena COVID-19 bergejala berat beberapa waktu lalu bisa menjadi pelajaran untuk masyarakat agar tak meremehkan penyakit akibat virus SARS-CoV-2 itu, menurut Dr. Vito Anggarino Damay, Sp.JP(K)., M.Kes., FIHA., FICA, FAsCC dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). "Saya salut sama Deddy Corbuzier tidak menutupi dia kena COVID-19 dan memakai ini sebagai edukasi bahwa orang sehat pun masih bisa kena COVID-19 yang berat, dan pola hidup sehat memang sangat membantu menyelamatkan seseorang kalaupun terkena penyakit," kata dia kepada ANTARA, Senin. Badai sitokin seperti pada kasus Deddy terjadi saat kekebalan tubuh yang awalnya menyerang dan menghabisi virus, masih bereaksi bahkan mungkin berlebihan, sehingga walau virus sudah tak ada lagi tetapi tubuh masih menanggung akibatnya. Vito mengatakan, ketika badai sitokin terjadi, maka bisa terjadi kegagalan fungsi organ, syok, tekanan darah turun, peradangan jantung, gagal ginjal dan kesadaran turun. Dia menyebut kondisi ini sebagai sesuatu yang menyeramkan. Mereka yang bahkan sudah dinyatakan negatif berdasarkan hasil tes swab juga bisa mengalaminya, seperti hal yang dialami Deddy. Dalam hal ini, tubuh yang bugar dan sehat akan membuat mereka dengan COVID-19 lebih kuat menghadapi serangan virus. Tetapi, ini tak berarti Anda bisa menganggap enteng virus corona. "Tubuh yang kuat, bugar, hidup yang sehat akan membuat kita lebih kuat menghadapi serangan virus. Tubuh yang sehat membuat pertahanan lebih kuat. Tapi intinya jangan anggap enteng virus ini, mau tua mau muda atau yang merasa sehat, jangan sampai kena, karena itu protokol kesehatan pertahankan, termasuk pakai masker," demikian pesan Vito. Hal senada terkait badai sitokin juga diungkapkan dokter yang juga tergabung dalam tim COVID-19 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Tanjung Priok, Siti Rosidah, MD. Dia mengatakan, badai sitokin bisa menginduksi ke infeksi yang lebih berat, mengakibatkan kegagalan multiorgan dan menyebabkan kematian. Sebelumnya, Deddy melalui podcast-nya menyatakan sempat terkena COVID-19 tanpa gejala. Setelah beberapa hari dia melakukan tes swab dan hasilnya negatif. Tetapi, tak lama setelahnya dia mengalami badai sitokin dengan keadaan paru paru rusak 60 persen dalam dua hari. "Hebat-nya oksigen darah saya tidak turun bahkan diam di 97-99 karena pola hidup sehat saya selama ini hingga saya bisa selamat walau dengan kerusakan paru yang parah," tulis Deddy melalui laman Instagramnya. (mth)

MPR Desak Pemerintah Perbaiki Penanganan Covid-19

Jakarta, FNN - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat meminta pemerintah segera memperbaiki penanganan sektor hulu pengendalian COVID-19 untuk menekan jumlah kasus kematian akibat virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut. "Sejumlah indikator pengendalian COVID-19 membaik cukup signifikan. Namun, angka kematian akibat penyakit ini secara nasional belum juga bisa ditekan hingga di bawah 1.000 kasus," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu. Oleh sebab itu, lanjut politisi NasDem tersebut perbaikan penanganan COVID-19 di sektor hulu secara masif perlu terus dilakukan dan ditingkatkan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus harian COVID-19 di Indonesia pada Sabtu (21/8) terjadi penambahan 16.744 kasus. Kendati demikian, kasus positif mengalami penurunan cukup signifikan dibanding Jumat (20/8) yakni 20.004 kasus. Untuk jumlah tes yang dilakukan pada Sabtu (21/8) yakni 116.306 orang dengan positivity rate harian mencapai 14,40 persen. Kemudian, untuk kasus kematian pada Sabtu (21/8) mengalami kenaikan sebanyak 1.361 orang. Padahal, sehari sebelumnya kasus kematian akibat COVID-19 tercatat 1.348 orang. Lestari berharap para pemangku kepentingan segera melakukan perbaikan dan upaya-upaya pengendalian di sektor hulu secara masif dan terukur. Rerie, sapaan akrabnya, menduga masih banyak masyarakat di berbagai daerah belum memahami bahaya dari COVID-19. Hal itu berdasarkan upaya edukasi bagi masyarakat yang kurang maksimal. Faktanya, ujar dia, banyak pasien yang datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi sudah parah akibat terlambat terdeteksi COVID-19 sehingga menambah jumlah kasus kematian. Bila masyarakat paham tentang COVID-19, dua upaya pencegahan yaitu pemeriksaan dini jika mengalami gejala ringan dan vaksinasi yang telah dilakukan tentunya terealisasi dengan maksimal. Terkait distribusi vaksin, Rerie juga menegaskan agar penyaluran dari pemerintah pusat ke sejumlah daerah lebih ditingkatkan sesuai kebutuhan setiap. Tujuannya agar kekebalan komunitas segera tercapai sebagai bagian dari strategi pencegahan COVID-19. Melalui kombinasi masyarakat lewat upaya pencegahan di hulu dan penanganan COVID-19 di hilir oleh para pemangku kepentingan yang baik, Rerie percaya COVID-19 di Tanah Air segera bisa diatasi sesuai rencana. (sws)

Waspadai Komplikasi Akibat Seringnya Swab Hidung dan Nasopharing

Tanjung Pinang, FNN - Meski secara umum dianggap aman, tes usap hidung dan nasopharing (test swap) bukannya tanpa risiko. Individu yang melakukan tes swab dengan pelatihan minimal, memiliki risiko cedera yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang dilakukan oleh nakes yang terlatih. “Beberapa kasus menunjukkan kemungkinan cedera intrakranial ketika tes tidak dilakukan dengan tehnik dan prosedur yang benar,” ungkap Dr. dr. Hisnindarsyah, dokter di sebuah rumah sakit di Tanjung Pinang. Komplikasi yang timbul antara lain, kebocoran CSF, ensefalokel, dan meningitis. Di sisi lain, lanjutnya, meningkatnya permintaan untuk swab ini berpotensi mengakibatkan kurangnya pasokan praktisi yang berpengalaman dalam melakukan tes ini. Tingginya test swap hidung dan nasopharing yang dilakukan saat ini, membuat komplikasi yang jarang terjadi, menjadi lebih besar resiko angka kejadiannya, sebanding dengan tingkat populasi terperiksa. Semakin sering swap hidung dan nasopharing dilakukan, semakin besar potensi terjadinya jejas atau trauma berupa iritasi mukosa, meningkatnya resiko terjadi injury atau luka, resiko inflamasi. Dan, kerusakan jaringan. “Terutama di basis cranii atau cibriformis. Apalagi jika dikerjakan pada kurun waktu yang berdekatan,” kata Dokter alumni Universiti Sains Malaysia, Kubang Kerian. Karena resiko ini, tindakan untuk melakukan tes antigen dan PCR sebagai syarat perjalanan yang bertujuan untuk melakukan pembatasan mobilisasi kegiatan masyarakat, merupakan hal yang perlu dipertimbangkan matang. Baik oleh pembuat policy maupun penumpang. “Saya cuma bisa bilang: Waspada dan hati hati,” ujar Dokter Hisnindarsyah mengingatkan. (mth)

Astra Serahkan Bantuan Oksigen untuk Indonesia

JAKARTA, FNN - Astra melalui Nurani Astra telah menyerahkan bantuan berupa 375 tabung oksigen dan mendukung pendirian Rumah Oksigen Gotong Royong untuk membantu pemenuhan lonjakan kebutuhan oksigen di berbagai rumah sakit dan pasien COVID-19. Bantuan berupa 375 tabung oksigen telah diserahkan kepada Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan berbagai rumah sakit di Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, Tangerang, dan Bandung untuk membantu perawatan pasien COVID-19, sedangkan Rumah Oksigen Gotong Royong merupakan fasilitas kesehatan semi permanen yang dilengkapi peralatan suplai oksigen dan tempat tidur perawatan, melalui Yayasan Anak Bangsa Bisa, sebuah yayasan di bawah naungan Grup GoTo bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia, dan Samator Group. Pada hari ini (20/8), Astra juga menyerahkan 500 unit konsentrator oksigen kepada Kementerian Perindustrian Republik Indonesia yang selanjutnya diserahkan kepada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk didistribusikan melalui Pusat Krisis Kementerian Kesehatan dan sejumlah pemerintah daerah seperti Lampung, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Kota Solo dan menyusul daerah lainnya di Indonesia. Bantuan ini diserahkan secara simbolis oleh Direktur Astra Gita Tiffani Boer didampingi Presiden Direktur PT Tjahja Sakti Motor Anton Kumonty dan Chief of Corporate Affairs Astra Riza Deliansyah kepada Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita dalam acara Serah Terima Hibah Bantuan Penanganan COVID-19 dari Perusahaan Industri yang diadakan secara virtual pada hari ini (20/8). “Di tengah lonjakan kebutuhan akan oksigen dari berbagai rumah sakit dan masyarakat di Indonesia belakangan ini, Grup Astra senantiasa hadir dan berperan aktif untuk saling bantu dalam memberikan dukungan kepada pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat agar masa sulit ini dapat dihadapi dan kita lalui bersama-sama,” ujar Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro. Seluruh rangkaian bantuan oksigen ini merupakan bantuan tahap kesembilan. Sebelumnya, pada bulan Maret 2020 hingga bulan Agustus 2021, Grup Astra telah menyerahkan berbagai bantuan terkait penanganan COVID-19. Mulai dari tahap pertama hingga kedelapan, Astra bekerja sama dengan berbagai institusi seperti Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Palang Merah Indonesia, rumah sakit umum pusat dan daerah serta berbagai pihak lainnya, termasuk bantuan langsung ke masyarakat sekitar. Bantuan-bantuan tersebut berupa unit kendaraan, mobil ambulans, berbagai perlengkapan medis ruang intensive care unit dan high care unit seperti ventilator dan multi-slice computed tomography scan, serta alat uji tes, alat pelindung diri, masker, ventilator, dan paket berupa makanan atau bahan makanan pokok. Semangat Grup Astra dalam berkontribusi membantu pemerintah, masyarakat, dan tenaga kesehatan dalam mengatasi pandemi COVID-19 adalah sejalan dengan Sustainable Development Goals dan cita-cita Astra untuk Sejahtera Bersama Bangsa. (mth)

Organisasi Kesehatan Dunia Tegaskan tidak Perlu Vaksin Ketiga

Jenewa, FNN - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, saat ini suntikan ketiga vaksin Covid-19 tidak diperlukan. Justru kelompok orang-orang paling rentan di seluruh dunia harus sudah terlebih dulu mendapatkan vaksin lengkap sebelum negara-negara berpenghasilan tinggi memberikan suntikan penguat Covid-19. Pernyataan itu muncul tepat sebelum pemerintah AS mengatakan berencana menyediakan lebih banyak suntikan vaksin ketiga bagi seluruh warga Amerika mulai 20 September 2021 saat infeksi akibat varian Delta melonjak. Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan, yang ditanya soal perlunya suntikan penguat untuk meningkatkan perlindungan terhadap virus corona, saat konferensi pers di Jenewa mengatakan, "Secara gamblang kami meyakini bahwa data saat ini tidak mengindikasikan perlunya (suntikan) penguat." "Perlu penelitian lebih lanjut," ucapnya, sebagaimana dikutip dari Antara. Penasihat senior WHO, Bruce Aylward, merujuk suntikan penguat yang kini diberikan di negara-negara berpenghasilan tinggi. Kepada wartawan ia mengatakan, "Ada cukup vaksin di seluruh dunia, namun (vaksin) itu tidak didistribusikan ke lokasi yang tepat dalam urutan yang benar." "Dua dosis harus diberikan kepada kelompok yang paling rentan di seluruh dunia sebelum suntikan vaksin ketiga diberikan kepada penerima vaksin lengkap. Kita masih jauh, sangat jauh dari itu." katanya (MD).

BPOM: EUA Vaksin Unair Ditargetkan Semester Pertama 2022

Jakarta, FNN - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Penny K Lukito mengemukakan izin penggunaan darurat (EUA) bagi Vaksin Merah Putih karya peneliti Universitas Airlangga (Unair) ditargetkan terpenuhi pada semester pertama 2022. "Harapannya, EUA Vaksin Merah Putih produksi PT Biotis Pharmaceutical Indonesia bersama Universitas Airlangga ini sekitar semeter pertama tahun 2022," kata Penny K Lukito dalam konferensi pers penyerahan sertifikasi pemenuhan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) kepada PT Biotis Pharmaceutical Indonesia yang dipantau secara virtual dari Jakarta, Rabu. Penny mengatakan vaksin COVID-19 tersebut saat ini telah merampungkan uji praklinik tahap pertama transgenik dan sedang memasuki tahap kedua uji praklinik pada hewan makaka. Sebelum memperoleh EUA, kata Penny, vaksin tersebut akan diuji coba kepada manusia dalam waktu dekat. Penny mengatakan BPOM bersama industri farmasi, peneliti dan sponsor terus melakukan pendampingan pengembangan uji praklinik vaksin tersebut. "BPOM terus mendiskusikan konsep pengembangan rasional dari penelitian, desain setiap perencanaan prakilinik dan uji klinik juga aspek pengembangan mutu formula serta mutu obat," katanya. Penny mengatakan seluruh vaksin harus diproduksi dalam skala laboratorium yang mengikuti kaidah cara pelaksanaan uji klinik yang baik. "Uji prakilinik dan klinik ini akan menjadi data saintifik yang menjadi dasar dalam proses registrasi selanjutnya," katanya. Penny menambahkan sertifikat CPOB yang diberikan kepada PT Biotis Pharmaceutical Indonesia didasari atas sejumlah aspek penilaian di antaranya desain fasilitas produksi, pelaksanaan inspeksi, asistensi, konsultasi hingga penyelesaian perbaikan. "Ini bukan sesuatu yang mudah untuk mencapai tahapan CPOB. Ke depan kami akan tetap mendampingi," katanya. (mth)

Lemak Berlebihan Bisa Perparah Gejala COVID-19

Jakarta, FNN - Asupan lemak terutama yang sifatnya jenuh berlebihan bisa memperparah gejala COVID-19 yang dialami pasien, ungkap dokter spesialis gizi klinik dari PPSI Ilmu Gizi Klinik Universitas Indonesia, dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK. "Konsumsi banyak lemak terutama lemak jenuh akan bisa menyebabkan kondisi peradangan lebih berat akhirnya yang mungkin keluhannya ringan tetapi karena konsumsi yang salah, akhirnya menjadi lebih berat gejalanya," ujar dia dalam webinar bertajuk "Bahaya Salah Asupan Saat Pandemi dan Isoman", Rabu. Juwalita mengatakan, asupan tinggi lemak mempengaruhi reseptor tempat melekatnya virus SARS-CoV-2 atau ACE-2 sehingga membuatnya lebih mudah dimasuki virus. Lebih lanjut, salah satu jenis lemak, yakni yang sifatnya jenuh bisa meningkatkan pengeluaran mediator yang sifatnya inflamasi dari sel imun. Akhirnya bila, inflamasi terjadi semakin berat maka ini akan memperparah gejala COVID-19 pasien. Di sisi lain, diet tinggi lemak juga mempengaruhi kondisi bakteri baik dalam usus, menyebabkan terjadinya peradangan menyeluruh yang akhirnya menurunkan sistem imun tubuh. "Mikrobiota di dalam tubuh ini punya manfaat luar biasa, tidak hanya menjaga kesehatan saluran cerna juga berdampak pada sistem imunitas tubuh karena membantu mengaktivitasi sel-sel imun tubuh, meskipun kelihatannya hanya di usus," tutur Juwalita. Lemak sendiri termasuk salah satu komponen yang perlu seseorang batasi bila ingin mendapatkan kondisi tubuh sehat termasuk respon imun yang baik. Kementerian Kesehatan menganjurkan konsumsi lemak 20-25 persen dari total energi (702 kkal) atau setara dengan 5 sendok makan per orang per hari (67 gram). Lalu, pola makana seperti apa yang dianjurkan untuk para pasien COVID-19 termasuk yang sedang menjalani isolasi mandiri? Juwalita menyerankan diet bergizi seimbang, seperti anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni konsumsi makanan segar dan minim olahan supaya untuk mendapatkan berbagai nutrisi yang dibutuhkan mencakup vitamin mineral, serat makanan, protein dan antioksidan demi pemulihan lebih baik dan cepat. "Karbohidrat misalnya dari beras merah, beras cokelat, umbi-umbian. Protein bisa dari makanan segar seperti seafood (ikan, udang), ayam tanpa kulit, daging sapi, kacang-kacangan seperti kedelai, almond. Ingat kita butuh magnesium, selenium, mikronutrien untuk bisa menyempurnakan diet sehat kita," demikian kata Juwalita. (mth)