KESEHATAN

Kabupaten Manggarai Barat Butuh Tambahan Pasokan Vaksin COVID-19

Labuan Bajo, FNN - Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat di Provinsi Nusa Tenggara Timur membutuhkan tambahan pasokan vaksin COVID-19 secepatnya karena stok vaksin yang tersedia semakin menipis. Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Barat Paul Mami dalam keterangan persnya di Labuan Bajo, Rabu, mengatakan bahwa stok vaksin COVID-19 yang ada tinggal vaksin buatan Moderna untuk penyuntikan dosis ketiga vaksin bagi tenaga kesehatan dan vaksin untuk penyuntikan dosis kedua bagi warga yang sudah dapat suntikan dosis pertama. Menurut dia, stok vaksin COVID-19 cepat menipis karena dalam tiga bulan belakangan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat gencar melakukan vaksinasi pada warga, pelaku pariwisata, pegawai, dan guru di 12 kecamatan. Paulus menjelaskan bahwa jumlah warga Manggarai Barat yang sudah dapat suntikan vaksin COVID-19 dosis pertama sekitar 47 ribu orang dan warga yang sudah mendapat dua kali suntikan vaksin atau sudah selesai menjalani vaksinasi sekitar 33 ribu orang. Sasaran vaksinasi COVID-19 di Kabupaten Manggarai Barat, menurut dia, total sebanyak 250 ribu orang. Sementara itu, Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi mengatakan bahwa pemerintah kabupaten harus berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk mendapat tambahan pasokan vaksin COVID-19. "Sesuai komitmen pemerintah pusat, termasuk provinsi, bahwa Manggarai Barat adalah daerah super prioritas, maka ini menjadi perhatian khusus," katanya. (sws)

Antara Virus Covid-19 dan Kolesterol

Jakarta, FNN - Hasil riset terbaru menunjukkan bahwa virus Covid-19 membutuhkan kolesterol yang ada di membran sel tubuh kita agar bisa menginfeksi sel tersebut. Jadi menurunkan kadar kolesterol dengan obat kelompok Statin. Misal: simvastatin, pada pasien Covid akan memberikan hasil terapi yang lebih baik. “Karena Statin bisa mencegah virus untuk masuk ke dalam sel, dengan cara menghilangkan kolesterol dari membran sel,” ungkap Arie Karimah, Pharma-Excellent alumni ITB. Mari kita kenali dulu apa itu kolesterol. Menurut Arie Karimah, salah satu fungsi kolesterol memang sebagai penyusun membran sel. Dan di tubuh kita itu ada 100 triliun sel. Struktur kolesterol dan posisinya di membran sel. Tapi kalau bicara tentang kelompok Statin, itu adalah obat untuk menurunkan kadar Lipoprotein di dalam darah, bukan di sel. Lipoprotein adalah zat yang komponennya ada 4: kolesterol, trigliserida, protein dan fosfolipid. Lipoprotein yang paling terkenal adalah: LDL (kolesterol jahat) dan HDL (kolesterol baik). Keduanya dibedakan berdasarkan komposisi keempat penyusun lipoprotein itu. Statin berfungsi Menurunkan kadar LDL di dalam darah dan menaikkan kadar HDL. Sekarang kembali lagi: Kolesterol adalah komponen membran dari 100 triliun sel. Anggap saja ini sama dengan satu kecamatan. Sel yang bisa diinfeksi oleh virus Covid adalah sel yang memiliki “pintu” (reseptor) bernama ACE-2 (Angiotensin-Converting Enzyme tipe 2). Dan, sel yang memiliki “pintu” itu adalah sel-sel di saluran pernafasan. Kira-kira setaralah dengan satu kompleks perumahan. Lantas apakah agar virus tidak bisa memasuki rumah di satu kompleks itu maka seluruh pintu dan jendela rumah satu kecamatan harus dihilangkan? Meskipun tidak ada hubungannya? Ini ongkos ynag terlalu mahal, karena kolesterol Bukan Hanya dibutuhkan untuk menyusun membran sel yang memiliki pintu ACE-2, melainkan Semua Sel. Kolesterol juga dibutuhkan untuk produksi hormon seks dan fungsi memori. Jadi kalau Tanpa Justifikasi Klinis, misal: kadar LDL memang tinggi atau ada batu empedu akibat kadar kolesterol di dalam darahnya tinggi, maka Sungguh Tidak Tepat memberikan kelompok Satin kepada pasien Covid dengan alasan untuk menurunkan kadar kolesterol dan “menghilangkan pintu masuk” virus ke dalam sel. Karena hal ini akan mengganggu keutuhan dan regenerasi membran di seluruh sel tubuh kita. Bisa-bisa daya ingat dan hasrat seksual pasien juga menjadi turun. “Nanti butuh Aricept dan Viagra pula pada masa pemulihannya,” tulis Arie Karimah dalam akun Facebook-nya. “Jadi nggak bisa main hantam kromo begitu. Ilmu Kedokteran dan Farmasi memang tidak bisa dipelajari dengan sambil lalu sembari makan sepiring nasi goreng,” ujarnya. (mth)

BOR Rumah Sakit Penanganan COVID-19 di Pontianak Mendekati 53 Persen

Pontianak, FNN - Tingkat keterisian tempat tidur pasien (Bed Occupancy Rate/BOR) di rumah sakit rujukan penanganan pasien COVID-19 yang ada di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, mendekati 53 persen menurut data Dinas Kesehatan setempat. "Dari sebanyak 13 rumah sakit yang ada di Kota Pontianak, saat ini tercatat BOR yang menangani isolasi pasien COVID-19 sekitar 52,98 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Sidiq Handanu di Pontianak, Senin, merujuk pada data BOR tanggal 8 Agustus 2021. Ia menambahkan, jumlah tempat tidur untuk perawatan pasien COVID-19 yang tersedia di 13 rumah sakit di Kota Pontianak sebanyak 655 unit. "Sementara untuk tempat tidur ICU BOR-nya sebesar 91,89 persen, yakni dari yang tersedia sebanyak 37 tempat tidur, yang terisi sebanyak 34 tempat tidur," katanya. Sidiq menjelaskan bahwa jumlah total pasien COVID-19 yang dirawat di 13 rumah sakit yang ada di Pontianak sebanyak 381 orang--267 orang dari Pontianak dan 114 orang dari luar kota-- dan 14 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah tempat perawatan pasien COVID-19 di rumah sakit yang ada di Kota Pontianak sudah ditambah dari 334 tempat tidur menjadi 655 tempat tidur pada Juli 2021. Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono sebelumnya mengatakan bahwa Kota Pontianak harus menjalankan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 dari 3 hingga 9 Agustus 2021 karena tingkat penularan virus corona, angka kematian akibat COVID-19, dan BOR rumah sakit rujukannya masih tergolong tinggi. (sws)

Kasus COVID-19 di Bangka Barat Bertambah 38, Dua Meninggal Dunia

Mentok, Babel, FNN - Satuan Tugas Pengendalian COVID-19 Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sabtu, melaporkan penambahan 38 warga terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona baru dan dua kasus pasien meninggal dunia. "Dengan adanya penambahan 38 kasus ini, jumlah keseluruhan kasus warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 sejak awal pandemi hingga kini menjadi 4.279 orang," kata Juru Bicara Satgas Pengendalian COVID-19 Kabupaten Bangka Barat, M. Putra Kusuma di Mentok, Sabtu. Ia menjelaskan sebanyak 38 kasus baru tersebut berasal dari Kecamatan Mentok 34 orang, Simpangteritip satu orang dan Jebus tiga orang, sehingga jumlah pasien wajib karantina, perawatan dan isolasi mandiri menjadi 588 orang. Pada hari ini juga dirilis adanya tambahan dua dua kasus pasien meninggal dunia berasal dari Jebus dan Parittiga, masing-masing satu orang, sehingga kasus meninggal dunia keseluruhan selama pandemi menjadi 77 orang. Putra Kusuma mengatakan untuk penambahan jumlah pasien sembuh yang terjadi hari ini sebanyak 44 orang, berasal dari Kecamatan Mentok 33 orang, Jebus satu, Parittiga dua, Kelapa tiga dan dari Kecamatan Tempilang lima orang sehingga jumlah total pasien sembuh menjadi 3.614 orang selama pandemi. "Saat ini kita masih menjalankan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 yang membutuhkan dukungan dan peningkatan kesadaran masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan," katanya. PPKM dijalankan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat disiplin menjalankan aturan kesehatan sebagai upaya bersama mengendalikan penularan virus. "Pemerintah bersama tim Satgas COVID-19 terus menggencarkan penelusuran dan pengetesan, langkah ini harus diikuti dengan peningkatan kesadaran masyarakat. Disiplin menjalankan protokol kesehatan merupakan kunci agar kita bisa bersama-sama memutus mata rantai penularan," katanya. (sws)

Banda Aceh Terima 4.760 Dosis Vaksin Moderna dan 7.500 Sinovac

Banda Aceh, FNN - Pemerintah Kota Banda Aceh mendapatkan distribusi sebanyak 4.760 dosis vaksin Moderna serta 7.500 vaksin Sinovac dari tim Satgas COVID-19 Pemerintah Aceh. "Banda Aceh mendapatkan 4.760 dosis vaksin Moderna dan juga 7.500 vaksin Sinovac. Vaksin Moderna tersebut dikhususkan untuk para tenaga kesehatan (nakes) sebagai booster atau vaksinasi dosis ketiga yaitu untuk tenaga kesehatan yang bekerja di tempat pelayanan kesehatan, asisten tenaga kesehatan.," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Lukman, di Banda Aceh, Sabtu. Lukman mengatakan, selain itu juga untuk petugas penunjang di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah melakukan vaksinasi dosis pertama dan kedua Sinovac minimal 3 bulan sebelum nantinya vaksinasi dosis ketiga. Menurut Lukman, tenaga kesehatan sebagai garda terdepan yang berhadapan langsung dengan pasien COVID-19 membutuhkan imunitas yang kuat. Apalagi saat ini ada banyak macam COVID-19 varian baru dengan penularan tinggi. “Untuk pelaksanaan penyuntikannya akan dilaksanakan mulai minggu ke dua bulan Agustus ini," katanya. Sementara untuk vaksin Sinovac, lanjut Lukman, nantinya diperuntukkan bagi masyarakat rentan, remaja yang berusia 12 sampai 17 tahun, warga lansia, ibu hamil, dan masyarakat umum guna mempercepat capaian vaksinasi di Kota Banda Aceh. "Pelaksanaan vaksin untuk masyarakat ini tersedia di 30 fasilitas kesehatan di Banda Aceh mulai dari Puskesmas hingga rumah sakit," ujar Lukman. Dalam kesempatan ini, Lukman juga menegaskan bahwa setiap rumah sakit rujukan COVID-19 dan Puskesmas di Banda Aceh diminta sudah dapat menyiapkan cold chain guna menyimpan vaksin booster sebelum disuntikkan kepada para tenaga kesehatan. (sws)

Studi Double-Blind Ivermectin Mengungkapkan Pasien COVID Lebih Cepat Sembuh, Kurang Menular

Sebuah studi double-blind Israel telah menyimpulkan bahwa Ivermectin, anti-parasit murah yang banyak digunakan sejak 1981, mengurangi durasi dan penularan Covid-19, menurut Jerusalem Post, Rabu (04 Agustus 2021). Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Eli Schwartz, pendiri Pusat Pengobatan Perjalanan dan Penyakit Tropis di Pusat Medis Sheba di Tel Hashomer, mengamati sekitar 89 sukarelawan yang memenuhi syarat berusia di atas 18 tahun yang telah dites positif terkena virus corona, dan tinggal di hotel Covid-19 yang dikelola negara. Setelah dibagi menjadi dua kelompok, 50% menerima Ivermectin, dan 50% menerima plasebo. Setiap pasien diberi obat selama tiga hari berturut-turut, satu jam sebelum makan.Sebanyak 83% peserta menunjukkan gejala saat perekrutan. Ada 13,5% pasien memiliki komorbiditas penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, hipertensi atau kanker. Usia rata-rata pasien adalah 35, mulai dari 20 hingga 71 tahun. Pengobatan dihentikan pada hari ketiga, dan pasien dipantau setiap dua hari sesudahnya. Pada hari keenam, 72% dari mereka yang diobati dengan Ivermectin dites negatif untuk virus, vs 50% dari mereka yang menerima plasebo. Sementara itu, hanya 13% pasien ivermectin yang dapat menginfeksi orang lain setelah enam hari dibandingkan dengan 50% dari kelompok plasebo - hampir empat kali lipat. Tiga pasien dalam kelompok plasebo dirawat di rumah sakit karena gejala pernapasan, sementara satu pasien ivermectin dirawat di rumah sakit karena sesak napas pada hari penelitian dimulai - hanya untuk dipulangkan sehari kemudian dan dipulangkan ke hotel dalam kondisi baik. "Studi kami menunjukkan pertama dan terutama bahwa ivermectin memiliki aktivitas antivirus," kata Schwartz, menambahkan. "Ini juga menunjukkan bahwa hampir 100% kemungkinan seseorang tidak akan menularkan dalam empat sampai enam hari, yang dapat menyebabkan memperpendek waktu isolasi untuk orang-orang ini. Ini bisa memiliki dampak ekonomi dan sosial yang besar," lanjutnya. Studi, yang muncul di server pracetak MedRxiv dan belum ditinjau oleh rekan sejawat. Yang mengatakan, Schwartz menunjukkan bahwa penelitian serupa - 'meskipun tidak semuanya dilakukan dengan standar double-blind dan plasebo yang sama dengannya' - juga menunjukkan hasil yang menguntungkan untuk obat tersebut. (mth)

Mahasiswa Asal Bogor Lahirkan Inovasi Bantal Pereda Gangguan Rahang

Bogor, FNN - Mahasiswa asal Bogor, Jawa Barat, Nabila Ramdani melahirkan sebuah inovasi berupa bantal pereda gangguan sendi rahang atau temporomandibular disorder (TMD). "TMD secara signifikan menyebabkan ketidaknyamanan dan mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari, seperti gangguan tidur," ungkap Nabila saat ditemui di Bogor, Kamis, 5 Agustus 2021. Menurut dia, alat yang mengedepankan teknologi terapi laser itu merupakan basis terapi yang aman, non-invasif, tidak menyakitkan, serta hanya membutuhkan waktu perawatan yang singkat. Kemudian, efeknya relatif lebih cepat jika dibandingkan penanganan gangguan sendi rahang lainnya, sehingga dapat langsung dirasakan oleh pasien setelah perawatan, "Inovasi ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi penderita TMD untuk mendapatkan kualitas tidur dan penanganan yang lebih baik, sehingga tidak ada lagi penurunan produktivitas dikalangan masyarakat akibat nyeri TMD dan gangguan tidur terkait TMD," ujarnya sebagaimana dikutip dari Antara. Bantal tersebut dirancang dengan menyempurnakan bentuk bantal ideal, menggunakan bahan ramah lingkungan dan ergonomis menyesuaikan postur tubuh manusia saat tidur. Alat berbentuk bantal pada umumnya itu dilengkapi dengan relay timer yang akan menghentikan paparan laser jika alat telah bekerja selama 15 menit. Timer berfungsi memutus otomatis listrik sesuai dosis aman penggunaan terapi laser tingkat rendah, yakni 660 nanometer. Material bantal yang digunakan yaitu lateks karena dapat mengikuti bentuk tekanan kepala, leher, dan bahu sehingga memberikan penyangga dan kenyamanan yang tepat. "Bantal lateks dapat membantu mencegah panas berlebih karena struktur selulernya. Lateks tetap sejuk secara alami sepanjang malam dan memberikan sirkulasi udara maksimum," ujar Nabil. Menurutnya, produk ini juga memanfaatkan serat bambu sebagai sarung bantal yang bersifat antibakteri, hipoalergenik, serta dapat secara alami menyerap kelembapan dan panas. Inovasi tersebut ia rancang bersama para mahasiswa kedokteran lainnya, yakni Muhammad Refal Akbar, Al Ghumaisha, Ahmad Ghazalli Darwis, dan Andi Muhammad Irsyad Baso, dengan selain oleh drg. Nursyamsi, M.Kes. Berkat inovasi itu, para mahasiswa tersebut berhasil mendapatkan dana hibah dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (MD).

RSUD Babel Tambah 100 Tempat Tidur Pasien COVID-19

Pangkalpinang, FNN - Rumah Sakit Umum Daerah Dr. (H.C.) Ir. Soekarno Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kembali menambah 100 tempat tidur untuk pasien COVID-19, guna mengantisipasi kasus penularan virus corona yang melonjak. "Penambahan tempat tidur ini untuk penanganan pasien COVID-19 berstatus berat dan sedang," kata Gubernur Kepulauan Babel Erzaldi Rosman Djohan dalam keterangan persnya yang diterima ANTARA di Pangkalpinang, Kamis. Ia mengatakan, penambahan 100 tempat tidur ini diperuntukkan 50 pasien COVID-19 dalam kondisi berat dan 50 pasien COVID-19 berstatus sedang, sebagai langkah pemerintah provinsi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. "Kita menambah fasilitas untuk penanganan pasien covid dengan status berat, karena ruang isolasi berat baru ada 25 tempat tidur sehingga fasilitas tempat tidur harus ditambah," ujarnya. Menurut dia langkah pemprov ini dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan penanganan COVID-19 juga harus didukung masyarakat dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat, agar penyebaran virus corona dapat ditekan. "Ikuti aturan yang ditentukan oleh pemerintah dalam menjalankan PPKM Level 3 dan 4, kita terus berupaya melakukan sosialisasi dan membuat kebijakan termasuk melakukan pendisiplinan masyarakat, tetapi kunci keberhasilan itu semua adalah kebersamaan kita bersama untuk mematuhi protokol kesehatan," katanya. Ia menyatakan berdasarkan dari data yang masuk dari Dinas Kesehatan Babel per tanggal 3 Agustus 2021, jumlah kasus orang terkonfirmasi virus corona mencapai 34.998 jiwa atau mengalami peningkatan 831 kasus dibandingkan hari sebelumnya 34.167 kasus. Melihat data tersebut, orang nomor satu di Babel itu langsung memerintahkan Satgas Covid -19 Kota Pangkalpinang agar gencar memberikan sosialisasi kepada masyarakat, karena kesehatan masyarakat harus menjadi prioritas, dengan tetap memperhatikan sektor ekonomi agar tidak terpuruk. "Pembatasan ini kita terapkan dengan tetap memperhatikan sektor ekonomi, kesehatan, aspek sosial, dan aspek lainnya. dengan harapan PPKM level 3 dan 4 di Babel bisa turun, maka pesan saya kepada petugas, layanilah masyarakat dengan hati yang tulus, penuh kesabaran, iklas dan humanis sehingga tidak timbul masalah baru," katanya. (sws)

Melawan Covid19: Intimasi dan Nutrisi

Oleh Daniel Mohammad Rosyid VAKSINASI massal melawan flu Covid-19 saat ini semakin dipaksakan. Terakhir BIN dilibatkan dalam vaksinasi santri pesantren. Bahkan sertifikat vaksin kini dijadikan syarat mobilitas. Ada rencana untuk menjadikannya sebagai syarat administrasi untuk memperoleh pelayanan publik. Kebijakan penanganan covid yang terlambat dan inkonsisten sehingga tidak efektif justru dijadikan alasan bagi vaksinasi paksa massal ini. Langkah ini dipijakkan pada pendakian yang rapuh, dan inkonstitusional tapi sekaligus jahat. Ada 4 alasan mengapa vaksinasi tidak relevan dalam menghadapi Flu Covid-19. Pertama, covid-19 sebagai flu adalah self-limiting disease dan ditularkan lebih melalui droplet. Virus sulit menular di ruang terbuka, panas dan berkelembaban tinggi. Ada upaya sesat mengubah Covid-19 sebagai bukan flu, ditambah dengan narasi virus menular melalui aerosol dan OTG, sehingga pandemi Covid-19 ini menjadi semacam teror biologis. Padahal flu itu tidak ada obatnya; vaksin bukan obat flu. Perangkat paling ampuh melawan flu adalah imunitas tubuh baik yang bawaan ataupun yang diperoleh melalui gaya hidup sehat manusia sebagai makhluq multi-dimensi, bukan sekadar makhlus biokimia semacam binatang. Anak muda yang sehat yang terpapar Flu Covid-19 akan mengalami gejala flu biasa atau sedikit lebih berat namun akan sembuh dengan sendirinya dengan bantuan obat flu plus multivitamin terutama vitamin D. Flu Covid-19 memang bisa mematikan jika menyerang manusia dengan penyakit tak menular bawaan (comorbid) seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, atau kanker dan pasien yg mengalami malnutrisi. Malnutrisi ini memperparah comorbid yang sudah ada pada pasien terduga Covid-19. Apalagi lansia. Jika ditangani dengan benar, angka kesembuhan covid-19 sangat tinggi. Tidak mengherankan karena Covid-19 memang sesungguhnya hanya flu. Apapun varian dan mutasinya, Covid-19 tetap hanya flu. Kedua, vaksin-vaksin yang beredar saat ini hanya memperoleh otorisasi darurat. Efikasinya tidak meyakinkan. Keluhan ikutan pasca imunisasi cukup banyak, sebagian malah mematikan. Kedaruratan ini highly debatable dan berpotensi maladministrasi publik. Hemat saya, kedaruratan justru diakibatkan oleh pandemisasi flu Covid oleh WHO, serta hampir semua protokol "kesehatan" nya, terutama pembatasan mobilitas lokal. Semburan narasi bahwa penularan melalui kerumunan telah mengantar pada protokol 3M (menutup mulut dan hidung dengan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak). Padahal tertular flu bagi warga muda yang sehat malah lebih baik daripada vaksinasi dengan hasil imunitas yang masih meragukan. Dengan nutrisi yang sehat, natural herd immunity melawan flu lebih murah daripada vaksinasi dan tanpa menghancurkan ekonomi. Ditambah dengan isolasi baik di rumah ataupun di rumah sakit, sumber-sumber imunitas manusia sebagai makhluk multi-dimensi justru tergerus habis. Padahal imunitas dibangun sebagian besar justru melalui keakraban interaksi manusiawi, aktifitas fisik dan mental di ruang terbuka di bawah matahari, serta nutrisi seimbang. Mobilitas lokal, apalagi metabolik (berjalan dan bersepeda), seharusnya justru dipromosikan pada saat karantina wilayah diterapkan. Ekonomi lokal bisa tetap berputar. Kedaruratan yang menjadi alasan pemaksaan vaksinasi massal adalah hasil kebijakan yang keliru atau bahkan maladministrasi publik : kebijakan bukan untuk melayani publik, tapi melayani pihak tertentu seperti industri farmasi. Ketiga, pemerintah mestinya menjalankan amanah konstitusi dengan mengambil politik kesehatan yang melindungi segenap bangsa melalui kemandirian sektor kesehatan. Politik kesehatan kita seharusnya lebih preventif dan promotif. Sudah lama sistem kesehatan nasional kita bermasalah : kuratif, tidak efisien, tidak berkelanjutan, dan tidak mandiri karena banyak tergantung pada industri farmasi asing. Vaksinasi dengan vaksin buatan sendiri (bukan impor) akan lebih diterima. Comorbid dan malnutrisi yang menggerogoti kesehataan publik kurang memperoleh perhatian serius dan makin terbengkalai akibat pandemisasi Covid-19 ini. Keempat, politik kesehatan yang benar adalah yang menempatkan publik bukan sekedar pasien atau pesakitan, tapi juga produsen kesehatan sebagai public goods. Publik adalah manusia yang merdeka yang tidak saja memiliki tanggungjawab atas kesehatan tubuhnya sendiri tapi juga memiliki potensi untuk ikut menyediakan kesehatan. Vaksinasi paksa massal melawan flu Covid-19 tidak saja merampas kemerdekaan sipil warga negara yang bertanggungjawab, tapi sekaligus a waste of public money Imunitas nasional melawan flu covid-19 dapat dibangun dengan intimasi dan nutrisi massal.. Bukan dengan isolasi dan vaksinasi paksa massal. Penulis, Rosyid College of Arts Gunung Anyar.

BPJS Ketenagakerjaan Salurkan APD ke RS Latumeten

Ambon, FNN - BPJS Ketenagakerjaan menyalurkan bantuan Alat Pelindung Diri (APD) kepada tenaga kesehatan di RS tingkat II dr J.A. Latumeten Ambon. Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Maluku, Mangasa Laorensius Oloan, menyatakan, bantuan APD kepada tenaga kesehatan merupakan rangkaian promotif preventif di masa pandemi COVID-19. "Bantuan yang diberikan sebanyak 35 paket APD lengkap berupa baju hazmat, masker, pelindung wajah, sarung tangan, sepatu dan penutup kepala," katanya di Ambon, Rabu. Dikatakannya, bantuan tersebut terkait dengan kemitraan BPJS Ketenagakerjaan dengan RS tingkat II dr J.A. Latumeten Ambon. "Kemitraan yang dibangun terkait layanan kepesertaan, serta pelayanan pasien COVID-19. Kita berharap bantuan APD dapat membantu tenaga kesehatan dalam melayani pasien," katanya. Selain bantuan APD pihaknya juga memberikan bantuan berupa masker, vitamin, bantuan pangan sehat berupa paket sembako dan poster kesehatan kepada sejumlah perusahaan di Kota Ambon, Tual dan Masohi Bantuan katanya telah disalurkan ke sejumlah perusahaan yang telah mendaftarkan kepesertaan BPJAMSOSTEK serta tidak pernah mengajukan klaim Jaminan Kecelakaan Kerja. Kepala seksi tata usaha dan urusan dalam RS tingkat II dr J.A. Latumeten Ambon, Mayor Hermawan menyampaikan terima kasih atas bantuan APD dari BPJS Ketenagakerjaan. RS tingkat II dr J.A. Latumeten katanya merupakan salah satu RS rujukan COVID-19 di kota Ambon, sehingga bantuan ini sangat diperlukan tenaga kesehatan karena setiap hari bergantian menangani pasien COVID-19. "Dalam satu hari tenaga kesehatan kami menggunakan 50 APD, karena dari penerimaan pasien, ruang isolasi penunjang laboratorium hingga radiologi menggunakan APD," katanya. (sws)