KESEHATAN

PPKM Darurat Berlaku di Jawa-Bali Mulai 3- 20 Juli 2021

Jakarta, FNN - Dengan terus meningkatnya kasus konfirmasi positif dalam satu minggu terakhir, maka diputuskan untuk menerapkan kebijakan PPKM Darurat Jawa Bali dari tanggal 3 - 20 Juli 2021,” tegas Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan dalam Press Conference yang dilaksanakan pada Kamis (01 - 07 - 2021). PPKM Darurat yang diterapkan di Pulau Jawa dan Bali mengikuti kriteria penilaian acuan World Health Organization (WHO) berdasarkan indikator laju penularan dan kapasitas respon. WHO membaginya kedalam 4 level, berdasarkan kasus konfirmasi, perawatan rumah sakit, tingkat kematian, serta 3T (testing, tracing, dan treatment). Saat ini, terdapat 74 Kabupaten/Kota di Pulau Jawa dan Bali yang berada di level 3, dan 48 Kabupaten/Kota yang berada di level 4. “Cakupan pengetatan aktivitas dalam PPKM Darurat ini meliputi banyak hal, baik sektor pekerjaan, kegiatan belajar mengajar, perbelanjaan, fasilitas umum, transportasi umum, dan berbagai aktivitas masyarakat,” ungkap Menko Luhut. Aktivitas perkantoran diminta untuk menerapkan 100% work from home (WFH). Khusus untuk sektor esensial seperti keuangan dan perbankan, pasar modal, industri oreintasi ekspor, dan lainnya dapat menerapkan maksimal 50% work from office (WFO). Sedangkan untuk sektor kritikal seperti energi, kesehatan, keamanan, logistik dan transportasi, dan industri pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat diperbolehkan menerapkan 100% WFO dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Kegiatan pada pusat perbelanjaan seperti mall dan pusat perdagangan, tempat ibadah, fasilitas umum, dan kegiatan seni budaya, olahraga dan sosial kemasyarakatan sementara akan ditutup. Pelaksanaan resepsi pernikahan masih bisa dilaksanakan dengan maksimal tamu sebanyak 30 (tiga puluh) orang. Transportasi umum juga masih bisa diberlakukan dengan pengaturan kapasitas maksimal 70% dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. “Untuk peraturan pelaku perjalanan dengan moda transportasi jarak jauh, seperti pesawat, bis, dan kereta api, harus menunjukkan kartu vaksin (minimal vaksin dosis pertama) dan bukti PCR H-2 untuk pesawat, serta Antigen H-1 untuk moda transportasi jarak jauh lainnya,” tambah Menko Luhut. Ia juga menegaskan bahwa Satpol PP Pemerintah Daerah, TNI, dan Polri akan diminta melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemberlakuan pengetatan aktivitas masyarakat. Penguatan sistem 3T (Testing, Tracing, Treatment) juga akan diterapkan, dengan meningkatkan testing mencapai 1/1000 penduduk per minggu, dan tracing sampai mencapai lebih dari 15 kontak erat per kasus konfirmasi. Treatment juga akan dilakukan dengan komprehensif sesuai dengan berat gejala. Hanya gejala sedang, berat, dan kritis yang perlu dirawat di rumah sakit, dan isolasi akan diperketat untuk mencegah penularan. “Pemerintah akan terus meningkatkan jumlah vaksinasi. Pencapaian target vaksinasi saat ini sebesar 70% dari total populasi pada kota/kabupaten prioritas paling lambat bulan Agustus 2021,” ujar Menko Luhut. Diharapkan melalui penerapan PPKM Darurat ini dapat mengurangi laju kenaikan kasus konfirmasi positif di Indonesia. Selain itu, Menko Luhut juga memastikan bahwa pemerintah akan kembali memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang terkena dampak selama pemberlakuan PPKM Darurat. “Selama PPKM Darurat, pemerintah akan meningkatkan bantuan sosial kepada masyarakat yang terkena dampak, dan kita juga mengusahakan tingkat kemiskinan juga dapat terjaga meskipun ada PPKM darurat. Pemerintah akan melakukan yang terbaik atas nama rakyat demi menjaga keselamatan, kesehatan dan juga kesejahteraan masyarakat imbas dari PPKM Darurat ini. Untuk itu saya minta bantuan dari para Menteri terkait dan jajaran supaya memastikan bantuan sosial dapat disalurkan dengan cepat dan tepat sasaran,” terang Menko Luhut. (sws)

Jakarta Butuhkan 2.156 Nakes dan 5.139 Vaksinator

Jakarta, FNN - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, Jakarta masih membutuhkan sekitar 2.156 tenaga kesehatan dan 5.139 vaksinator untuk penanggulangan COVID-19 di Ibu Kota. "Jumlah tenaga kesehatan kebutuhan nakes ini sedang ditambah, tenaga profesional ini membutuhkan tambahan 2.156, tenaga vaksinator perlu ditambah lagi 5.139," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Selasa malam. Meski membutuhkan tenaga yang cukup banyak, politisi dari Partai Gerindra ini memastikan Pemprov DKI Jakarta terus menambah jumlah tenaga kesehatan (nakes) dan meningkatkan fasilitasnya agar pasien COVID-19 di Jakarta bisa ditangani dengan baik. "Jadi semuanya akan kami tambah. Rumah sakit rujukan, okupansi daripada tempat tidur rumah sakit ditingkatkan, kemudian juga nakes, ruang ICU, semuanya, lab, vitamin, obat-obatan, masker, semuanya ditingkatkan," kata Riza. Namun, Riza berharap, dengan adanya peningkatan fasilitas kesehatan bukan berarti masyarakat abai dengan penyebaran COVID-19 yang meninggi akhir-akhir ini. Dia menegaskan bahwa cara terbaik untuk memberangus virus ini dengan cara mencegah penularannya. "Menghadang di hulu itu pilihannya adalah seluruh warga kami minta untuk berada di rumah. Kemudian laksanakan prokes secara disiplin dan ketat, apalagi sekarang ada varian baru yang sudah sangat cepat menular," kata dia. Penambahan kasus COVID-19 dari data yang masuk pada Selasa tercatat sejumlah 7.379 kasus. Dengan penambahan kasus tersebut, angka kasus aktif COVID-19 di Jakarta kini di angka 65.923 kasus. Sementara itu, angka kematian kembali bertambah 78 kasus sehingga tercatat 8.426 orang meninggal dunia akibat COVID-19 di Jakarta. (sws)

Kota Bogor Darurat Covid-19, ke Mana Bima?

Bogor, FNN - Wali Kota Bogor Bima Arya menegaskan bahwa Kota Bogor saat ini dalam kondisi darurat karena kasus positif COVID-19 terus meningkat tajam dan tingkat keterisian tempat tidur (BOD) untuk pasien COVID-19 di seluruh rumah sakit rujukan di Kota Bogor terisi hampir penuh. "Kepada seluruh warga Kota Bogor kami sampaikan bahwa kondisi Kota Bogor sedang darurat. Sebaiknya di rumah saja. Jangan keluar jika tidak ada kebutuhan penting yang mendesak," kata Bima Arya, di Kota Bogor, Rabu. Salah satu langkah yang dilakukan Satgas Penanganan COVID-19 Kota Bogor adalah memberlakukan penyekatan total dan pengalihan arus lalu lintas di jalan lingkar Kebun Raya Bogor atau jalan sistem satu arah (SSA), pada malam hari, mulai pukul 21.00 WIB hingga 24.00 WIB. Pada Selasa (29/6) malam, Satgas Penanganan COVID-19 memberlakukan penyekatan total dan pengalihan arus lalu lintas Jalan Juanda di jalan lingkar Kebun Raya Bogor atau SSA, mulai pukul 21.00 WIB hingga 24.00 WIB. Pada penyekatan total tersebut, kendaraan yang melintas dialihkan ke di luar SSA, kecuali kendaraan darurat, seperti ambulans, kendaraan membawa orang sakit menuju ke rumah sakit, kendaraan dinas, mobil pemadam kebakaran, dan kendaraan online. "Kami memberlakukan penyekatan total dan pengalihan arus kendaraan ini, targetnya adalah agar warga membatasi mobilitas, kecuali dalam kondisi darurat," kata Bima Arya selaku ketua Satgas Penanganan COVID-19 Kota Bogor. Pada kesempatan tersebut, Bima Arya juga mengingatkan warga Kota Bogor untuk meningkatkan kesadaran bahwa Kota Bogor saat ini dalam kondisi darurat. "Kasus COVID-19 terus meningkat tajam, rumah sakit sudah hampir penuh oleh pasien COVID-19. Petugas juga terbatas, kapasitasnya juga terbatas. Jadi semuanya berpulang kepada diri sendiri. Tolong, warga Kota Bogor, batasi kegiatannya dan sadari kondisinya darurat," katanya. Sementara itu, Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, menambahkan diberlakukannya kebijakan penyekatan total dan pengalihan arus lalu lintas di jalan lingkar Kebun Raya Bogor pada malam hari, mulai pukul 21:00 WIB hingga 24:00 WIB, dasarnya adalah Instruksi Menteri Dalam Negeri tentang PPM serta Peraturan Wali Kota Bogor tentang PPKM. (sws)

Warga Jombang Protes Kedatangan Satgas Covid

Jombang, FNN – Ternyata bukan hanya warga Bangkalan saja yang berani melakukan protes atas penyekatan yang dilakukan di Jembatan Suramadu. Akhirnya, mereka berhasil “membongkar” penyekatan yang dinilainya diskriminatif bagi warga Madura. Di sebuah desa di Jombang, ada satu keluarga yang didatangi Tim Satgas Covid-19 berikut tim dokter dan perawat dari sebuah Puskesmas. Berpakaian lengkap APD berikut ambulan. Padahal, yang akan dijemput tersebut putrinya yang kena DB. Pak Sarjono, sebut saja begitu panggilannya, protes atas kedatangan mereka dengan pakaian APD itu. Salah seorang nakes pun menjelaskan, karena peraturannya (protapnya) seperti itu. “Nah, kalau ada paturannya seperti itu, bagi kami tidak apa-apa. Tapi yang jelas pertanggung- jawabannya, jika orang dinyatakan kena covid. Karena begini, bukannya saya tidak mau, tapi situasi seperti ini kan bikin trauma warga,” protes Pak Sarjono. Hasil tes swab atas keluarga Pak Sarjono pun ternyata membuktikan negatif. Termasuk atas cucu-cucunya. “Saya ancam, kalau mau mensosialisasikan ke masyarakat itu yang benar. Kamu bisa saya pidanakan karena datang ke rumah orang yang sehat berpakaian yang nota bene-nya bawa virus menular,” tegas Pak Sarjono “Pakaian (APD) itu hanya boleh dipakai untuk penjemputan orang sakit,” lanjutnya. Setelah diprotes, Tim Satgas Covid-19 dari Puskesmas yang terdiri dari seorang dokter dan tiga perawat itu meminta maaf pada Pak Sarjono. Mereka ketakutan sampai harus minta tolong ke Polsek untuk didampingi daat mohon maaf pada Pak Sarjono. Anggota Polsek dan Koramil sampai bingung kenapa kok berani. “Saya bilang, swab semua anak-anak, saya juga istri, gak berani Mas,” ujarnya. Akhirnya, kata Pak Sarjono, dokter dan tiga perawatnya merasa malu. “Biar masyarakat tahu kalau ada rakyat yang berani bicara. Supaya gak menakut-nakuti rakyat. Masyarakat kita itu kurang apa? Masyarakat kita ini manut semuanya,” ungkap Pak Sarjono. Atas kejadian itu, anggota Polsek yang mendampingi berterima kasih atas masukan dari Pak Sarjono tersebut. (mth)

Kasus COVID-19 Anak Tinggi, Ini Tips untuk Orang Tua

Jakarta, FNN - Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) kasus positif COVID-19 pada anak usia 0-18 tahun di Indonesia mencapai 12,5 persen, dan menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Dari angka itu, sekitar 3-5 persen anak yang positif COVID-19 meninggal dunia, dan 50 persen di antaranya adalah balita. Data-data tersebut tentunya membuat para orang tua menjadi khawatir atas keselamatan sang buah hati, ditambah lagi bahwa mereka yang berusia di bawah 18 tahun belum bisa mendapatkan vaksin COVID-19. Pada Mei 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa varian delta atau B1.617.2 yang pertama kali ditemukan di India sebagai varian of concern (VOC) dari sebelumnya hanya berstatus varian of interest (VOI). Artinya, varian tersebut termasuk jenis virus corona yang mengkhawatirkan karena lebih mudah menular. Berdasarkan gejala yang diamati pada pasien di India, varian ini menyebabkan gejala ringan hingga berat, mulai dari mual hingga pembekuan darah. Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M Faqih, mengatakan bahwa potensi bahaya dari virus corona jenis delta ini sangat tinggi. Ia juga menyebut jika jenis ini justru banyak menyerang anak-anak muda. Bahkan, serangan yang terjadi dapat langsung menimbulkan dampak dengan gejala berat, di mana saat alami gejala berat, tingkat kesembuhannya pun menjadi lebih kecil. Chief of Medical Halodoc, dr. Irwan Heriyanto, dalam pernyataan pers, Senin, mengatakan salah satu bentuk perlindungan yang terampuh saat ini adalah dengan melindungi orang dewasa di lingkungan anak-anak dengan vaksinasi COVID-19. Saat ini, Pemerintah DKI Jakarta juga telah memperbolehkan semua masyarakat yang berdomisili maupun bekerja di Jakarta untuk mendapatkan vaksin. Sebagai platform layanan kesehatan, Halodoc juga terus berupaya untuk membantu pemerintah untuk mempercepat vaksinasi, di antaranya dengan memperluas layanan vaksinasi yang dapat diakses melalui aplikasi Halodoc. "Kami juga terus menggalakkan edukasi secara intensif terkait dengan COVID-19 pada anak, mulai dari gejala secara medis, tips pencegahan, hingga penanganan pertamanya," katanya. Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh orangtua untuk memberikan perlindungan tambahan bagi anak-anak di rumah: 1. Batasi anak untuk melakukan aktivitas di luar rumah dan menghindari kerumunan di ruang publik. 2. Jika terpaksa membawa anak keluar rumah, anak 2-18 tahun wajib menggunakan masker dan menerapkan jarak fisik 2 meter dengan orang-orang lainnya. Jika memungkinkan, kenakan face shield sebagai bentuk perlindungan maksimal. 3. Berikan pengertian kepada anak untuk tidak terlalu sering memegang mulut, mata, dan hidung. Jika baru pulang dari luar rumah, segera mandi dan bersihkan barang-barang. 4. Jauhkan anggota keluarga yang sakit dari anak, bila perlu lakukan isolasi pada anak untuk menjauhkan diri dari kerabat yang sedang sakit tersebut dan menghindari risiko paparan penyakit. 5. Manfaatkan telehealth untuk mendapatkan solusi apabila ada keluhan mengenai anak karena datang ke rumah sakit juga cukup berisiko. Orangtua bisa berkonsultasi dengan dokter secara daring dan memberikan penanganan pertama bagi buah hati. Di Halodoc sendiri, ratusan dokter spesialis anak dalam ekosistem Halodoc selalu siap memberikan layanan konsultasi yang dapat diakses kapanpun dan dari manapun. 6. Selain menjaga kesehatan fisik, kesehatan mental anak juga harus dijaga. "Saat ini, para orangtua juga dituntut untuk dapat mengenali tanda ketika sang anak mengalami tekanan emosional karena pandemi," kata dokter Irwan. Berikut tujuh tanda-tanda stres pada anak yang patut dikenali orangtua di tengah pandemi: 1. Rewel dan lekas marah, lebih mudah terkejut dan menangis, dan lebih sulit untuk dihibur 2. Tertidur dan lebih sering terbangun di malam hari 3. Kecemasan perpisahan, tampak lebih melekat, menarik diri, atau ragu-ragu untuk mengeksplorasi 4. Memukul, frustrasi, menggigit, dan amukan yang lebih sering atau intens 5. Hilangnya minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati 6. Perubahan nafsu makan, berat badan atau pola makan, seperti tidak pernah lapar atau makan sepanjang waktu 7. Mengalami masalah dengan memori, pemikiran, atau konsentrasi. (mth)

BPOM Setujui Uji Klinik Ivermectin untuk Pengobatan Pasien COVID-19

Jakarta, FNN - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyetujui pelaksanaan uji klinik guna mengetahui efektivitas dan keamanan penggunaan Ivermectin untuk pengobatan pasien COVID-19 di Indonesia. "Tentunya dengan penyerahan persetujuan pelaksanaan uji klinik (PPUK) ini uji klinik terhadap obat Ivermectin sebagai obat COVID-19 bisa segera dilakukan," kata Kepala BPOM Penny K Lukito saat menyampaikan keterangan pers secara virtual di Jakarta, Senin siang. Penny menjelaskan bahwa persetujuan pelaksanaan uji klinik Ivermectin diberikan berdasarkan sejumlah pertimbangan, termasuk kondisi persebaran penyakit, publikasi global mengenai penggunaan Ivermectin, dan panduan Organisasi Kesehatan Dunia mengenai pengobatan pasien COVID-19. Uji klinik penggunaan Ivermectin dalam penanganan pasien COVID-19 rencananya dilakukan di delapan rumah sakit, yakni Rumah Sakit Persahabatan (Jakarta), Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso (Jakarta), Rumah Sakit Soedarso (Pontianak), Rumah Sakit Adam Malik (Medan), RSPAD Gatot Subroto (Jakarta), Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa (Jakarta), Rumah Sakit Suyoto (Jakarta), dan Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet (Jakarta). "Apabila masyarakat membutuhkan obat ini dan tidak dapat ikut dalam uji klinik dokter, juga dapat memberikan obat ini dengan memperhatikan penggunaan sesuai dengan protokol uji klinik yang disetujui," kata Penny. BPOM sebelumnya menyatakan bahwa Ivermectin belum bisa disetujui digunakan dalam pengobatan pasien COVID-19 karena data uji klinik mengenai penggunaannya untuk mengobati infeksi virus corona belum tersedia. "Data uji klinik masih harus terus kita kumpulkan di mana pada saat ini belum konklusif untuk menunjang Ivermectin untuk COVID-19," kata Penny. Penny mengimbau warga tidak membeli Ivermectin secara bebas, termasuk membelinya melalui platform perniagaan via daring, tanpa lebih dulu berkonsultasi dengan dokter. Menurut BPOM, Ivermectin kaplet 12 mg terdaftar di Indonesia untuk indikasi infeksi kecacingan. Obat itu diberikan dalam dosis tunggal 150-200 mcg/kg berat badan dengan pemakaian satu tahun sekali. Ivermectin tergolong obat keras yang pembeliannya harus dilakukan dengan resep dokter dan penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter. Penggunaan Ivermectin tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter dalam jangka panjang dapat mengakibatkan efek samping seperti nyeri otot/sendi, ruam kulit, demam, pusing, sembelit, diare, mengantuk, dan Sindrom Stevens-Johnson. (sws)

Menjaga Kesehatan dengan Tumbuhan Tradisional Saat Pandemi

Jakarta, FNN - Segala ikhtiar menjaga dan memulihkan kesehatan selama masa pandemi COVID-19 saat ini banyak dilakukan masyarakat, bagi para penyintas maupun publik lainnya. Ancaman dan risiko tertular virus corona jenis baru penyebab COVID-19, yang dalam perkembangannya telah terjadi mutasi virus, kini mengintai siapa saja, terlebih bila kondisi kesehatannya sedang menurun. Dari beragam kesaksikan para penyintas, yang kemudian dinyatakan sembuh dari COVID-19, tidak sedikit yang menceritakan bagaimana ramuan tumbuhan tradisional -- yang kini populer dengan sebutan herbal -- bisa memulihkan daya tahan tubuhnya. Secara umum, herbal, pengertiannya adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam pengobatan. Ikhwal pemanfaatan tumbuhan herbal itu mendapat penguatan dari Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Bambang Wibowo, melalui Surat Edaran (SE) Nomor: HK.02.02/IV.2243/2020 tertanggal 19 Mei terkait Pemanfaatan Obat Tradisional untuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit dan Perawatan Kesehatan. Dalam SE itu dijelaskan enam ramuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, yakni ramuan pertama berbahan jahe merah, jeruk nipis, kayu manis, gula merah dan air. Lalu, ramuan dua, bahannya adalah kunyit, lengkuas, jeruk nipis, air, gula merah. Ramuan tiga, pegagan, jahe merah, temulawak, air, gula aren. Ramuan empat, kencur, beras, daun pandan, gula aren, air. Kemudian, ramuan lima terdiri atas daun kelor (dua genggam) dan air (dua cangkir), di mana cara pembuatannya merebus air sampai mendidih, memasukkan daun kelor, lalu matikan api dan saring sesudah dingin. Untuk pemakaiannya, dewasa dua kali sehari satu cangkir, dan anak-anak dua kali sehari setengah cangkir. Sedangkan ramuan enam adalah bawang putih tunggal (lanang), air hangat dan madu. Tentu saja, jika dirujuk pada sejarah panjang, pemanfaatan tumbuhan tradisionil seperti itu adalah kearifan-kearifan lokal yang diwariskan nenek moyang dulu, meski kini sudah banyak yang dikelola oleh pelaku industri skala besar. Pemanfaatan tumbuhan tersebut kini mencuat lagi, tatkala sedang terjadi pandemi. Obat dari hutan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya saat memperingati Hari Hutan Internasional (HHI) 2021 menyatakan hutan harus dijaga karena dapat memberikan manfaat kesehatan bagi semua orang. Hutan dapat memberikan udara segar, makanan bergizi, air bersih dan ruang rekreasi. "Di negara maju, hingga 25 persen dari semua obat-obatan adalah nabati, sedangkan di negara berkembang kontribusinya mencapai 80 persen," katanya. Ia menjelaskan KLHK telah menyampaikan hasil-hasil penelitian yang bekerja sama dengan masyarakat sekitar kawasan hutan dalam melakukan bioprospecting atau pemanfaatan sumber daya genetik yang mendukung kebutuhan pangan dan farmasi. Penelitian tersebut, beberapa di antaranya adalah penelitian Candidaspongia sp. di Taman Wisata Alam (TWA) Teluk Kupang untuk anti-kanker, penelitian mikroba yang berguna bagi tanaman di Taman Nasional (TN) Gunung Ciremai, yaitu Cendawan (Hursutella sp dan Lecanicillium sp), isolat bakteri pemacu pertumbuhan (C71, AKBr1, dan AKS), dan isolat bakteri antifrost (PGMJ1 dan A1). Apa yang disampaikan Menteri LHK itu divalidasi oleh Guru Besar Fakultas Kehutanan (Fahutan) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ervizal A M Zuhud, yang mengemukakan terdapat ratusan spesies tumbuhan obat di hutan yang digunakan berbagai etnis di Indonesia untuk mengobati penyakit. Masyarakat sekitar hutan memanfaatkan berbagai spesies tumbuhan dan hewan dari hutan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan berbagai macam penyakit Sejumlah hasil penelitian etnobotani Indonesia yang dilakukan oleh Prof Amzu -- sapaan akrab Ervizal A M Zuhud -- menemukan terdapat ratusan spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit. Rinciannya, 78 spesies tumbuhan obat digunakan oleh 34 etnis untuk mengobati penyakit malaria, 133 spesies tumbuhan obat digunakan oleh 30 etnis untuk mengobati penyakit demam, 110 spesies tumbuhan obat digunakan oleh 30 etnis untuk mengobati penyakit gangguan pencernaan, dan 98 spesies tumbuhan obat digunakan oleh 27 etnis untuk mengobati penyakit kulit. Secara umum dapat diketahui bahwa 82 persen dari total spesies tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada ketinggian di bawah 1.000 meter dari permukaan laut. Umumnya setiap tipe ekosistem hutan mempunyai spesies tumbuhan spesifik yang mencirikan setiap tipe ekosistem tersebut. Dalam setiap unit kawasan taman nasional ditemukan berbagai spesies tumbuhan obat untuk mengobati 25 kelompok penyakit yang diderita masyarakat. Ia menyimpulkan bahwa di setiap kawasan taman nasional yang merupakan ekosistem hutan hujan tropika tersedia bahan baku obat untuk berbagai macam penyakit dan telah terbangun sistem pengetahuan lokal berupa etno-wanafarma (ethno-forest pharmacy) secara turun-temurun. Namun, kata Amzu, saat ini sangat dikhawatirkan telah terjadi kepunahan sebagian besar pengetahuan masyarakat lokal itu, karena terjadinya intervensi global yang tidak terkendali. Potensi sumber obat yang dimiliki Indonesia ini sangat bernilai untuk mendukung kedaulatan Indonesia, karena dewasa ini masyarakat global sedang gencar mengampanyekan back to nature, dan tren tersebut menjadi peluang Indonesia untuk mengembangkan jamu dan produk obat tradisional lainnya yang dimiliki oleh bangsa ini. Restorasi Hutan Mengingat begitu berharganya tumbuhan obat tersebut Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia ad interim Richard Trenchard menyatakan diperlukan restorasi atas berbagai kerusakan pada hutan yang ada. "Kerusakan hutan merusak kesehatan lingkungan dan manusia serta meningkatkan emisi karbon dan mengurangi keanekaragaman hayati. Kita harus ingat bahwa hampir sepertiga dari penyakit menular baru terkait dengan perubahan penggunaan lahan, seperti penggundulan hutan," katanya dalam pernyataan pada Hari Hutan Internasional pada 21 Maret 2021. Ia menyebut bahwa setiap pohon sangat berarti. Karena itu, proyek penanaman dan restorasi skala kecil dapat berdampak besar. Tidak hanya di daerah perdesaan, penghijauan kota menciptakan udara yang lebih bersih dan ruang yang lebih indah serta memberikan manfaat besar bagi kesehatan mental dan fisik penduduk perkotaan. Berinvestasi dalam restorasi hutan dan lahan akan membantu memulihkan kesehatan manusia, komunitas, dan lingkungan. Restorasi menawarkan prospek untuk mengembalikan pohon dan hutan ke lanskap hutan yang kritis dan terdegradasi dalam skala besar, sehingga meningkatkan ketahanan ekologi dan produktivitas. Dengan itu, masyarakat bisa pulih dari krisis kesehatan, lingkungan, dan ekonomi di planet bumi. Pada akhirnya, dengan kemanfaatan yang begitu berharga itu, ajakan dan seruan untuk menjaga hutan, termasuk menyelamatkan tumbuhan obat di dalamnya, harus terus menerus dicuatkan dan digencarkan, dengan satu tujuan menjaga kekayaan sumber daya hayati untuk kesehatan di masa depan yang panjang. (mth)

Dandim: Tingkat Kesadaran Prokes Turun Picu Lonjakan Kasus di Jembrana

Denpasar, FNN - Dandim 1617/Jembrana Letkol Inf. Hasrifuddin Haruna mengatakan kasus COVID-19 di Jembrana, Bali, kembali meningkat karena tingkat kesadaran masyarakat turun dalam penerapan protokol kesehatan. "Perkembangan laju kasus COVID-19 di Kabupaten Jembrana selama 2 hari terakhir ini cukup signifikan," kata Dandim dalam siaran pers yang diterima di Denpasar, Bali, Minggu. Guna menekan laju peningkatan kasus COVID-19 di Jembrana, menurut Dandim, masih membutuhkan keterbukaan data dari bawah, mulai dari tingkat banjar, desa/kelurahan, hingga kecamatan tentang kondisi kesehatan masyarakat di masing-masing wilayah. Selanjutnya, satgas mengecek masyarakat yang sakit di lokasi. Selain itu, percepatan tracing guna mendeteksi adanya indikasi klaster COVID-19 dari kelompok yang bisa muncul. Perihal menurunnya kesadaran warga untuk menerapkan prokes serta keengganan masyarakat untuk melaksanakan vaksinasi, Dandim memandang perlu kerja sama antardinas atau OPD yang lebih intens. "Perlu pula memperketat pemberian persyaratan suket vaksinasi bagi warga untuk mengurus administrasi di kantor pemerintah atau untuk memperoleh hak warga, seperti BLT dan bansos," katanya. Dandim Haruna juga menambahkan saat ini dari Gugus Tugas COVID-19 sudah melaksanakan pengetatan seperti di Pelabuhan Gilimanuk. Ia menekankan petugas selalu mengecek keaslian dan memperhatikan surat keterangan negatif COVID-19 yang dibawa oleh warga yang masuk Bali. Sebelumnya, saat melakukan sidak, masih ditemukan masyarakat yang masuk Bali menggunakan suket negatif COVID dari Poli Pelayanan Bersalin Rawat Jalan di Jawa (lembaga yang mengeluarkan suket tidak kredibel atau tidak bisa dipercaya). Warga yang ditemukan tersebut dilakukan sampling ulang tes cepat antigen atau GeNose di Pelabuhan Gilimanuk. Sementara itu, Kodam IX/Udayana juga melaksanakan vaksinasi massal di tiga kabupaten dengan capaian vaksinasi terendah, yaitu di Kabupaten Jembrana, Buleleng dan Tabanan. Pemberian serbuan vaksin ini bertujuan membantu capaian vaksinasi di Bali yang melebihi 50 persen. Sementara itu, penduduk Bali yang tervaksin saat ini sekitar 1,6 juta jiwa dari target 3 juta jiwa penduduk yang layak vaksin. (sws)

Sebanyak 94.158 Pasien COVID-19 di Wisma Atlet Sembuh

Jakarta, FNN - Sebanyak 94.158 pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Darurat (RSDC) COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Pusat dinyatakan sembuh. "Untuk pasien rujuk tercatat sebanyak 932 orang dan pasien meninggal 111 orang," kata Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I Kolonel Marinir Aris Mudian melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu. Ia menyebutkan jumlah pasien yang rawat inap terdata 6.910 orang dengan perincian 3.586 laki-laki dan 3.324 perempuan. Jumlah tersebut berkurang 118 orang dari data sebelumnya sebanyak 7.028 pasien. "Seluruh pasien rawat inap ditempatkan di tower empat, lima, enam, dan tujuh," ujar Kolonel Marinir Aris Mudian. Terhitung sejak 23 Maret 2020 hingga Minggu, 27 Juni 2021, Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran mendata 102.111 orang terdaftar di RS itu guna mendapatkan perawatan, sementara pasien keluar terdata 95.201 orang. Selain mendata perkembangan penanganan pasien di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet, Kolonel Marinir Aris Mudian juga melaporkan data pembaruan di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Pulau Galang, Kepulauan Riau. "Pasien rawat inap sebanyak 109 orang yang terdiri atas 78 laki-laki dan 31 perempuan, semua pasien terkonfirmasi positif dan pasien suspek nihil," katanya. Terhitung sejak 12 April hingga 27 Juni 2021 pasien terdaftar di RSKI Pulau Galang sebanyak 14.150 orang, pasien sembuh 6.702 suspek atau selesai perawatan 7.297 orang dan nihil kematian. (sws)

Kasus COVID-19 Bertambah Sampai 21.095

Jakarta, FNN - Jumlah akumulatif kasus COVID-19 di Indonesia pada Sabtu bertambah sampai 21.095 menjadi total 2.093.962 kasus menurut data Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Data Satuan Tugas menunjukkan, penambahan kasus COVID-19 pada Sabtu paling banyak terjadi di DKI Jakarta (9.271) diikuti oleh Jawa Barat (3.787), Jawa Tengah (2.305), Jawa Timur (989), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (782). Hanya Provinsi Kalimantan Utara yang tercatat tidak mengalami penambahan kasus infeksi virus corona pada Sabtu. Satuan Tugas Penanganan COVID-19 juga melaporkan bahwa pada Sabtu jumlah penderita COVID-19 yang sembuh bertambah 7.396 orang menjadi total 1.842.457 orang. DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi dengan penambahan jumlah pasien COVID-19 sembuh paling banyak (2.725) disusul oleh Jawa Barat (1.196), Jawa Timur (578), Jawa Tengah (569), dan Sumatera Barat (357). Sedangkan jumlah penderita infeksi virus corona yang meninggal dunia tercatat bertambah 358 orang menjadi seluruhnya 56.729 orang. Satuan Tugas mencatat jumlah kasus aktif COVID-19, yang mencakup penderita infeksi virus corona yang masih menjalani perawatan dan karantina, bertambah 13.341. Jumlah penderita COVID-19 yang masih menjalani perawatan dan karantina tercatat seluruhnya 194.776 orang. Secara akumulatif, jumlah kasus COVID-19 paling banyak ada di DKI Jakarta (510.667) disusul Jawa Barat (364.315), Jawa Tengah (244.241), Jawa Timur (168.795), dan Kalimantan Timur (75.412). DKI Jakarta juga mencatatkan jumlah akumulatif pasien COVID-19 sembuh paling banyak (450.746) disusul Jawa Barat (318.595), Jawa Tengah (201.931), Jawa Timur (149.351), dan Kalimantan Timur (71.025). (mth)