KESEHATAN

Menjaga Kesehatan dengan Tumbuhan Tradisional Saat Pandemi

Jakarta, FNN - Segala ikhtiar menjaga dan memulihkan kesehatan selama masa pandemi COVID-19 saat ini banyak dilakukan masyarakat, bagi para penyintas maupun publik lainnya. Ancaman dan risiko tertular virus corona jenis baru penyebab COVID-19, yang dalam perkembangannya telah terjadi mutasi virus, kini mengintai siapa saja, terlebih bila kondisi kesehatannya sedang menurun. Dari beragam kesaksikan para penyintas, yang kemudian dinyatakan sembuh dari COVID-19, tidak sedikit yang menceritakan bagaimana ramuan tumbuhan tradisional -- yang kini populer dengan sebutan herbal -- bisa memulihkan daya tahan tubuhnya. Secara umum, herbal, pengertiannya adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam pengobatan. Ikhwal pemanfaatan tumbuhan herbal itu mendapat penguatan dari Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Bambang Wibowo, melalui Surat Edaran (SE) Nomor: HK.02.02/IV.2243/2020 tertanggal 19 Mei terkait Pemanfaatan Obat Tradisional untuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit dan Perawatan Kesehatan. Dalam SE itu dijelaskan enam ramuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, yakni ramuan pertama berbahan jahe merah, jeruk nipis, kayu manis, gula merah dan air. Lalu, ramuan dua, bahannya adalah kunyit, lengkuas, jeruk nipis, air, gula merah. Ramuan tiga, pegagan, jahe merah, temulawak, air, gula aren. Ramuan empat, kencur, beras, daun pandan, gula aren, air. Kemudian, ramuan lima terdiri atas daun kelor (dua genggam) dan air (dua cangkir), di mana cara pembuatannya merebus air sampai mendidih, memasukkan daun kelor, lalu matikan api dan saring sesudah dingin. Untuk pemakaiannya, dewasa dua kali sehari satu cangkir, dan anak-anak dua kali sehari setengah cangkir. Sedangkan ramuan enam adalah bawang putih tunggal (lanang), air hangat dan madu. Tentu saja, jika dirujuk pada sejarah panjang, pemanfaatan tumbuhan tradisionil seperti itu adalah kearifan-kearifan lokal yang diwariskan nenek moyang dulu, meski kini sudah banyak yang dikelola oleh pelaku industri skala besar. Pemanfaatan tumbuhan tersebut kini mencuat lagi, tatkala sedang terjadi pandemi. Obat dari hutan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya saat memperingati Hari Hutan Internasional (HHI) 2021 menyatakan hutan harus dijaga karena dapat memberikan manfaat kesehatan bagi semua orang. Hutan dapat memberikan udara segar, makanan bergizi, air bersih dan ruang rekreasi. "Di negara maju, hingga 25 persen dari semua obat-obatan adalah nabati, sedangkan di negara berkembang kontribusinya mencapai 80 persen," katanya. Ia menjelaskan KLHK telah menyampaikan hasil-hasil penelitian yang bekerja sama dengan masyarakat sekitar kawasan hutan dalam melakukan bioprospecting atau pemanfaatan sumber daya genetik yang mendukung kebutuhan pangan dan farmasi. Penelitian tersebut, beberapa di antaranya adalah penelitian Candidaspongia sp. di Taman Wisata Alam (TWA) Teluk Kupang untuk anti-kanker, penelitian mikroba yang berguna bagi tanaman di Taman Nasional (TN) Gunung Ciremai, yaitu Cendawan (Hursutella sp dan Lecanicillium sp), isolat bakteri pemacu pertumbuhan (C71, AKBr1, dan AKS), dan isolat bakteri antifrost (PGMJ1 dan A1). Apa yang disampaikan Menteri LHK itu divalidasi oleh Guru Besar Fakultas Kehutanan (Fahutan) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ervizal A M Zuhud, yang mengemukakan terdapat ratusan spesies tumbuhan obat di hutan yang digunakan berbagai etnis di Indonesia untuk mengobati penyakit. Masyarakat sekitar hutan memanfaatkan berbagai spesies tumbuhan dan hewan dari hutan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan berbagai macam penyakit Sejumlah hasil penelitian etnobotani Indonesia yang dilakukan oleh Prof Amzu -- sapaan akrab Ervizal A M Zuhud -- menemukan terdapat ratusan spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit. Rinciannya, 78 spesies tumbuhan obat digunakan oleh 34 etnis untuk mengobati penyakit malaria, 133 spesies tumbuhan obat digunakan oleh 30 etnis untuk mengobati penyakit demam, 110 spesies tumbuhan obat digunakan oleh 30 etnis untuk mengobati penyakit gangguan pencernaan, dan 98 spesies tumbuhan obat digunakan oleh 27 etnis untuk mengobati penyakit kulit. Secara umum dapat diketahui bahwa 82 persen dari total spesies tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada ketinggian di bawah 1.000 meter dari permukaan laut. Umumnya setiap tipe ekosistem hutan mempunyai spesies tumbuhan spesifik yang mencirikan setiap tipe ekosistem tersebut. Dalam setiap unit kawasan taman nasional ditemukan berbagai spesies tumbuhan obat untuk mengobati 25 kelompok penyakit yang diderita masyarakat. Ia menyimpulkan bahwa di setiap kawasan taman nasional yang merupakan ekosistem hutan hujan tropika tersedia bahan baku obat untuk berbagai macam penyakit dan telah terbangun sistem pengetahuan lokal berupa etno-wanafarma (ethno-forest pharmacy) secara turun-temurun. Namun, kata Amzu, saat ini sangat dikhawatirkan telah terjadi kepunahan sebagian besar pengetahuan masyarakat lokal itu, karena terjadinya intervensi global yang tidak terkendali. Potensi sumber obat yang dimiliki Indonesia ini sangat bernilai untuk mendukung kedaulatan Indonesia, karena dewasa ini masyarakat global sedang gencar mengampanyekan back to nature, dan tren tersebut menjadi peluang Indonesia untuk mengembangkan jamu dan produk obat tradisional lainnya yang dimiliki oleh bangsa ini. Restorasi Hutan Mengingat begitu berharganya tumbuhan obat tersebut Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia ad interim Richard Trenchard menyatakan diperlukan restorasi atas berbagai kerusakan pada hutan yang ada. "Kerusakan hutan merusak kesehatan lingkungan dan manusia serta meningkatkan emisi karbon dan mengurangi keanekaragaman hayati. Kita harus ingat bahwa hampir sepertiga dari penyakit menular baru terkait dengan perubahan penggunaan lahan, seperti penggundulan hutan," katanya dalam pernyataan pada Hari Hutan Internasional pada 21 Maret 2021. Ia menyebut bahwa setiap pohon sangat berarti. Karena itu, proyek penanaman dan restorasi skala kecil dapat berdampak besar. Tidak hanya di daerah perdesaan, penghijauan kota menciptakan udara yang lebih bersih dan ruang yang lebih indah serta memberikan manfaat besar bagi kesehatan mental dan fisik penduduk perkotaan. Berinvestasi dalam restorasi hutan dan lahan akan membantu memulihkan kesehatan manusia, komunitas, dan lingkungan. Restorasi menawarkan prospek untuk mengembalikan pohon dan hutan ke lanskap hutan yang kritis dan terdegradasi dalam skala besar, sehingga meningkatkan ketahanan ekologi dan produktivitas. Dengan itu, masyarakat bisa pulih dari krisis kesehatan, lingkungan, dan ekonomi di planet bumi. Pada akhirnya, dengan kemanfaatan yang begitu berharga itu, ajakan dan seruan untuk menjaga hutan, termasuk menyelamatkan tumbuhan obat di dalamnya, harus terus menerus dicuatkan dan digencarkan, dengan satu tujuan menjaga kekayaan sumber daya hayati untuk kesehatan di masa depan yang panjang. (mth)

Dandim: Tingkat Kesadaran Prokes Turun Picu Lonjakan Kasus di Jembrana

Denpasar, FNN - Dandim 1617/Jembrana Letkol Inf. Hasrifuddin Haruna mengatakan kasus COVID-19 di Jembrana, Bali, kembali meningkat karena tingkat kesadaran masyarakat turun dalam penerapan protokol kesehatan. "Perkembangan laju kasus COVID-19 di Kabupaten Jembrana selama 2 hari terakhir ini cukup signifikan," kata Dandim dalam siaran pers yang diterima di Denpasar, Bali, Minggu. Guna menekan laju peningkatan kasus COVID-19 di Jembrana, menurut Dandim, masih membutuhkan keterbukaan data dari bawah, mulai dari tingkat banjar, desa/kelurahan, hingga kecamatan tentang kondisi kesehatan masyarakat di masing-masing wilayah. Selanjutnya, satgas mengecek masyarakat yang sakit di lokasi. Selain itu, percepatan tracing guna mendeteksi adanya indikasi klaster COVID-19 dari kelompok yang bisa muncul. Perihal menurunnya kesadaran warga untuk menerapkan prokes serta keengganan masyarakat untuk melaksanakan vaksinasi, Dandim memandang perlu kerja sama antardinas atau OPD yang lebih intens. "Perlu pula memperketat pemberian persyaratan suket vaksinasi bagi warga untuk mengurus administrasi di kantor pemerintah atau untuk memperoleh hak warga, seperti BLT dan bansos," katanya. Dandim Haruna juga menambahkan saat ini dari Gugus Tugas COVID-19 sudah melaksanakan pengetatan seperti di Pelabuhan Gilimanuk. Ia menekankan petugas selalu mengecek keaslian dan memperhatikan surat keterangan negatif COVID-19 yang dibawa oleh warga yang masuk Bali. Sebelumnya, saat melakukan sidak, masih ditemukan masyarakat yang masuk Bali menggunakan suket negatif COVID dari Poli Pelayanan Bersalin Rawat Jalan di Jawa (lembaga yang mengeluarkan suket tidak kredibel atau tidak bisa dipercaya). Warga yang ditemukan tersebut dilakukan sampling ulang tes cepat antigen atau GeNose di Pelabuhan Gilimanuk. Sementara itu, Kodam IX/Udayana juga melaksanakan vaksinasi massal di tiga kabupaten dengan capaian vaksinasi terendah, yaitu di Kabupaten Jembrana, Buleleng dan Tabanan. Pemberian serbuan vaksin ini bertujuan membantu capaian vaksinasi di Bali yang melebihi 50 persen. Sementara itu, penduduk Bali yang tervaksin saat ini sekitar 1,6 juta jiwa dari target 3 juta jiwa penduduk yang layak vaksin. (sws)

Sebanyak 94.158 Pasien COVID-19 di Wisma Atlet Sembuh

Jakarta, FNN - Sebanyak 94.158 pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Darurat (RSDC) COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Pusat dinyatakan sembuh. "Untuk pasien rujuk tercatat sebanyak 932 orang dan pasien meninggal 111 orang," kata Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I Kolonel Marinir Aris Mudian melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu. Ia menyebutkan jumlah pasien yang rawat inap terdata 6.910 orang dengan perincian 3.586 laki-laki dan 3.324 perempuan. Jumlah tersebut berkurang 118 orang dari data sebelumnya sebanyak 7.028 pasien. "Seluruh pasien rawat inap ditempatkan di tower empat, lima, enam, dan tujuh," ujar Kolonel Marinir Aris Mudian. Terhitung sejak 23 Maret 2020 hingga Minggu, 27 Juni 2021, Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran mendata 102.111 orang terdaftar di RS itu guna mendapatkan perawatan, sementara pasien keluar terdata 95.201 orang. Selain mendata perkembangan penanganan pasien di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet, Kolonel Marinir Aris Mudian juga melaporkan data pembaruan di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Pulau Galang, Kepulauan Riau. "Pasien rawat inap sebanyak 109 orang yang terdiri atas 78 laki-laki dan 31 perempuan, semua pasien terkonfirmasi positif dan pasien suspek nihil," katanya. Terhitung sejak 12 April hingga 27 Juni 2021 pasien terdaftar di RSKI Pulau Galang sebanyak 14.150 orang, pasien sembuh 6.702 suspek atau selesai perawatan 7.297 orang dan nihil kematian. (sws)

Kasus COVID-19 Bertambah Sampai 21.095

Jakarta, FNN - Jumlah akumulatif kasus COVID-19 di Indonesia pada Sabtu bertambah sampai 21.095 menjadi total 2.093.962 kasus menurut data Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Data Satuan Tugas menunjukkan, penambahan kasus COVID-19 pada Sabtu paling banyak terjadi di DKI Jakarta (9.271) diikuti oleh Jawa Barat (3.787), Jawa Tengah (2.305), Jawa Timur (989), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (782). Hanya Provinsi Kalimantan Utara yang tercatat tidak mengalami penambahan kasus infeksi virus corona pada Sabtu. Satuan Tugas Penanganan COVID-19 juga melaporkan bahwa pada Sabtu jumlah penderita COVID-19 yang sembuh bertambah 7.396 orang menjadi total 1.842.457 orang. DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi dengan penambahan jumlah pasien COVID-19 sembuh paling banyak (2.725) disusul oleh Jawa Barat (1.196), Jawa Timur (578), Jawa Tengah (569), dan Sumatera Barat (357). Sedangkan jumlah penderita infeksi virus corona yang meninggal dunia tercatat bertambah 358 orang menjadi seluruhnya 56.729 orang. Satuan Tugas mencatat jumlah kasus aktif COVID-19, yang mencakup penderita infeksi virus corona yang masih menjalani perawatan dan karantina, bertambah 13.341. Jumlah penderita COVID-19 yang masih menjalani perawatan dan karantina tercatat seluruhnya 194.776 orang. Secara akumulatif, jumlah kasus COVID-19 paling banyak ada di DKI Jakarta (510.667) disusul Jawa Barat (364.315), Jawa Tengah (244.241), Jawa Timur (168.795), dan Kalimantan Timur (75.412). DKI Jakarta juga mencatatkan jumlah akumulatif pasien COVID-19 sembuh paling banyak (450.746) disusul Jawa Barat (318.595), Jawa Tengah (201.931), Jawa Timur (149.351), dan Kalimantan Timur (71.025). (mth)

Syarat Domisili Tetap Diberlakukan untuk Proses Vaksinasi di Faskes DKI

Jakarta, FNN - Pihak Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan syarat domisili bagi warga tetap diberlakukan untuk proses vaksinasi COVID-19 di fasilitas vaksinasi wilayah Pemerintah Provinsi DKI. Pernyataan itu menyusul kebijakan Kementerian Kesehatan yang menghapus syarat domisili untuk vaksinasi COVID-19 di fasilitas Kemenkes RI. "Itu hanya berlaku di fasilitas Kemenkes. Di bawah koordinasi Pemprov DKI tetap sesuai domisili," kata Humas Dinas Kesehatan DKI Jakarta Irma Yunita melalui pesan singkat di Jakarta, Jumat. Dengan demikian, Irma menyebut pos pelayanan vaksinasi COVID-19 di bawah naungan Pemprov DKI Jakarta, seperti Puskesmas maupun fasilitas publik lainnya, tetap memberlakukan syarat KTP domisili. ​ Sementara untuk peserta vaksinasi yang memiliki KTP non-DKI wajib menyertakan surat keterangan domisili atau surat keterangan kerja di Jakarta. "Betul demikian," ucapnya. Sebelumnya, Kementerian Kesehatan menghapus persyaratan domisili kepada target sasaran vaksinasi COVID-19 di seluruh pos pelayanan milik pemerintah guna mempercepat target pencapaian 1 juta dosis per hari. "Pos pelayanan tersebut dapat memberikan pelayanan kepada semua target sasaran tanpa memandang domisili atau tempat tinggal pada KTP," kata Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr Maxi Rein Rondonuwu dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat. Ketentuan tersebut tertuang dalam Surat Edaran nomor HK.02.02/I/1669/2021 tentang Percepat Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 melalui Kegiatan Pos Pelayanan Vaksinasi dan Optimalisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Vertikal Kementerian Kesehatan. Dalam edaran itu dinyatakan percepatan vaksinasi COVID-19 dapat dilakukan melalui kegiatan pos pelayanan vaksinasi dan bekerja sama dengan TNI, Polri, Organisasi masyarakat, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Vertikal Kementerian Kesehatan seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), rumah sakit vertikal, Poltekkes serta peran aktif dunia usaha. "Pos pelayanan vaksinasi Kemenkes di antaranya ada di Hang Jebat dan semua UPT Vertikal Kementerian Kesehatan, seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), RS Vertikal, dan Poltekkes," katanya. (sws)

Hoaks Daftar Obat Covid19

Jakarta, FNN - Sebuah pesan berantai muncul di media sosial mengenai resep obat yang dapat digunakan seseorang saat menderita COVID-19. Resep itu diklaim sama seperti obat yang digunakan di rumah sakit untuk mengobati para pasien COVID-19. Berikut narasinya: "Kalau ada yg kena covid tidak perlu panik dan tidak harus ke RS kalau memang tidak terlalu parah sesak napas sampai perlu ICU dan ventilator, karena saat ini RS khusus covid semua penuh. Bisa diobati sendiri, obat di RS untuk pasien covid seperti ini: - Antibiotik: azitromycin atau zitrothromax 500 mg diminum 10 hari - Antivirus: fluvir 75 - Anti batuk dan kluarin dahak: fluimucil 200mg - Anti radang: Dexamethasone 0,5 - Turun panas: Paracetamol, sanmol - jgn panik dan Stress. Untuk jaga imun diatas 55 thn Tetap hrs minum multi vitamin C 1000 mg . D 5000 Iu . E 400 Iu . Zinc zat (besi )dan usahakan berjemur matahari pagi hari setidaknya 15 menit. Lianghua sangat bagus untuk membantu meredakan gejala spt batuk dan sesak napas diminum 3x4 kapsul sehari Silahkan di share ke semua yg membutuhkan, semoga dapat membantu dan cepat sembuh Namun, benarkah resep obat COVID-19 tersebut? Tangkapan layar pesan berantai yang berisi resep obat untuk pengobatan COVID-19. (Whatsapp) Penjelasan: Berdasarkan penelusuran ANTARA, pesan itu adalah hoaks dan telah beredar sejak akhir 2020. Mengutip pemberitaan Detik.com berjudul "Viral daftar obat untuk pasien Covid-19, ini pesan dokter paru", pemberian obat kepada orang yang sakit tetap harus sesuai dengan pengawasan tenaga medis. Dokter spesialis paru Erlang Samoedro mengatakan obat harus diberikan sesuai kondisi pasien agar mengurangi risiko efek samping dari pengonsumsian obat tersebut. Pemberitaan di Kompas.com pada 30 Desember 2020 menyebutkan masyarakat tidak boleh mengonsumsi obat yang beredar di pesan berantai tersebut secara sembarangan. Dokter Adam Prabata mengatakan obat-obat itu dapat memiliki efek samping pada pengguna jika tidak dikonsultasikan kepada dokter. Kementerian juga telah menerbitkan panduan isolasi mandiri di rumah. Panduan itu dapat dilihat di situs Covid.go.id dengan yaitu materi panduan isolasi diri bagi masyarakat umum. (sws)

Pangdam Jaya Pimpin Upacara Pelepasan Jenazah Nakes RSD Wisma Atltet

Jakarta, FNN - Panglima Daerah Militer Jakarta Raya (Pangdam Jaya) Mayjen TNI Mulyo Aji memimpin upacara penghormatan dan pelepasan jenazah seorang tenaga kesehatan Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet yang gugur akibat COVID-19 di Jakarta, Kamis. Acara penghormatan itu, yang berlangsung di halaman Tower I RSDC Wisma Atlet pada Kamis malam, diisi dengan kegiatan menyalakan lilin sebagai simbol duka dan shalat jenazah. “Hari ini kita telah kehilangan seorang tenaga kesehatan yang berdedikasi tinggi, saudari Liza Putrie Noviana, AMK. Almarhum lahir di Surakarta, 8 November 1987,” kata Mayjen TNI Mulyo Aji usai acara penghormatan dan pelepasan jenazah. Liza, tenaga kesehatan pertama di RSDC Wisma Atlet yang gugur akibat COVID-19, meninggalkan seorang suami dan dua orang anak, sebut Pangdam. Dalam kesempatan itu, kepada wartawan, ia menerangkan Liza telah masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSDC Wisma Atlet sejak 3 Juni 2021. Namun, kondisinya terus menurun ditunjukkan dengan turunnya angka saturasi oksigen, demam, sesak napas, dan batuk berdahak. Mendiang Liza juga sempat dirawat di ruangan HCU dan ICU, serta sempat menggunakan ventilator. Almarhum, Pangdam menyebut, sempat dirujuk dari RSDC Wisma Atlet ke RSU Persahabatan pada 8 Juni 2021 sampai akhirnya Liza wafat pada 24 Juni 2021. Usai acara penghormatan, jenazah Liza pun dibawa menggunakan ambulans untuk dimakamkan kemungkinan di daerah tempat tinggalnya di Cilacap, Jawa Tengah. Kasus positif COVID-19 harian di Indonesia per 24 Juni 2021 mencapai angka tertinggi, yaitu 20.574 orang, kata Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, Kamis. Penambahan terbanyak untuk kasus positif COVID-19 terjadi di DKI Jakarta (7.505), disusul dengan Jawa Tengah (4.384), Jawa Barat (3.053), Jawa Timur (945), DI Yogyakarta (791), dan Banten (599). Sejak kemunculan kasus COVID-19 pertama di Indonesia pada 2020 sampai Kamis (24/6), total pasien positif mencapai 2.053.995 orang. Dari jumlah itu, 1.826.504 di antaranya sembuh dan 55.949 lainnya meninggal dunia. Per 24 Juni 2021, secara akumulatif, jumlah kasus positif COVID-19 terbanyak ada di DKI Jakarta (494.462), disusul Jawa Barat (356.682), Jawa Tengah (239.818), Jawa Timur (166.831), Kalimantan Timur (74.632), Riau (68.779), dan Sulawesi Selatan (63.390). (sws)

Pakar: Kasus COVID-19 di India Menurun Sangat Cepat

Jakarta, FNN - Pakar kesehatan dari Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan penurunan kasus COVID-19 di India berlangsung sangat cepat dalam kurun satu bulan terakhir. "Waktu kasus di India meningkat tajam, maka sudah banyak bahasan yang dilakukan. Tapi kita perlu tahu juga bahwa India juga berhasil dengan amat cepat menurunkan kasusnya," kata Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara periode 2018-2020 itu dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis. Menurut Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu kasus COVID-19 harian di India naik 40 kali dari 9.121 orang pada 15 Februari 2021 menjadi tertinggi 414.188 kasus per hari pada 6 Mei 2021. India, katanya, lalu melakukan berbagai upaya maksimal sehingga angka kasus baru terus turun dengan tajam. "Pada Selasa (22/6), laporan menunjukkan 50.848 kasus baru dalam seharinya, jadi turun delapan kali lipat dalam waktu sebulan saja," katanya. Tjandra menyampaikan sejumlah upaya India untuk mengendalikan peningkatan kasus yang tinggi berdasarkan kaidah umum. Pertama, ketika kasus meningkat tajam di India, beberapa daerah atau negara bagian melakukan berbagai tingkat pembatasan sosial. "Ada yang dengan amat memperketat 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak), ada yang membatasi kegiatan dengan pemberlakuan jam malam, dan ada juga yang lockdown sebagian atau parsial dan ada juga yang total penuh sampai beberapa waktu," katanya. Kebijakan itu, katanya, kemudian dianalisa dengan menghubungkan pola pergerakan penduduk pada saat pembatasan kegiatan, bahkan sampai lockdown dengan penurunan jumlah kasus dari hari ke hari, dalam bentuk movement restriction and mobility change. "Tentu pembatasan kegiatan sosial tidaklah berkepanjangan. New Delhi misalnya, mulai menerapkan lockdown total pada 17 April 2021 dan ketika kasus mulai terkendali, maka pada 31 Mei 2021 mulai dilakukan pelonggaran dalam bentuk unlocking process secara bertahap," katanya. Hal ke dua yang dilakukan di India adalah meningkatkan jumlah tes secara amat bermakna. Pada Februari 2021 sebelum ada peningkatan kasus, jumlah tes yang dilakukan per hari berkisar antara 700 ribu hingga 800 ribu. "Begitu ada peningkatan kasus, jumlah tes dinaikkan secara amat besar-besaran dan mencapai lebih dari dua juta tes seharinya pada Mei 2021," katanya. Tjandra mengatakan kegiatan testing punya tiga manfaat yang amat penting. Pertama, mereka yang positif dapat ditangani dari aspek kesehatannya. Kedua, mereka dapat diisolasi atau dikarantina mandiri atau dirawat sesuai kebutuhan. Ketiga, dapat diputus rantai penularan dari yang positif ke masyarakat sekitarnya. "Tentu saja sesudah tes, harus diikuti dengan kegiatan telusur yang masif pula," katanya. Tjandra menambahkan hal ketiga yang juga amat ditingkatkan di India adalah vaksinasi. Begitu kasus meningkat, India juga melakukan vaksinasi secara besar-besaran dan jumlahnya meningkat amat tajam hampir 15 kali lipat dalam empat bulan. Dalam sehari, kata Tjandra, vaksinasi dapat mencapai tiga juta orang. "Tentu saja selain ke tiga upaya besar ini, pelayanan kesehatan juga amat diperkuat di India pada bulan-bulan yang kasusnya amat tinggi," katanya. Selain tiga hal itu, kata Tjandra, bagi masyarakat perlu terus memperketat protokol kesehatan 3M dan juga 5M. "Kalau toh amat terpaksa keluar rumah, maka lakukanlah tiga hal. Ke satu, tetaplah patuh untuk menjaga jarak, WHO menyebutnya sebagai farther away from others safer than close together," katanya. Jika terpaksa harus berkumpul, kata Tjandra, memang akan jauh lebih baik kalau dilakukan di udara terbuka. "Kalau betul-betul terpaksa harus di dalam ruangan, maka anjurannya adalah jendela dibuka agar ada ventilasi terbuka dengan udara luar atau diterapkan desain ruangan dengan menerapkan teknologi sirkulasi udara dengan tepat," katanya. Anjuran berikutnya adalah mengurangi lamanya waktu kalau harus berada di luar rumah untuk mengantisipasi penularan COVID-19. (mth)

Universitas Oxford Eksplorasi Ivermectin Sebagai Pengobatan COVID

London, FNN - Universitas Oxford pada Rabu mengatakan sedang menguji obat anti parasit ivermectin sebagai pengobatan yang memungkinkan untuk COVID-19, sebagai bagian dari penelitian yang didukung pemerintah Inggris dan bertujuan untuk membantu pemulihan di lingkungan selain rumah sakit. Dalam beberapa penelitian laboratorium, Ivermectin menghasilkan pengurangan replikasi virus, kata universitas itu, seraya menambahkan bahwa uji coba kecil menunjukkan bahwa pemberian obat lebih awal dapat mengurangi muatan virus dan durasi gejala pada beberapa pasien dengan COVID-19 ringan. Dijuluki PRINSIP, penelitian di Inggris pada Januari itu menunjukkan bahwa antibiotik azithromycin dan doxycycline umumnya tidak efektif melawan COVID-19 tahap awal. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan regulator Eropa dan AS telah merekomendasikan untuk tidak menggunakan ivermectin pada pasien COVID-19, ivermectin digunakan untuk mengobati penyakit itu di beberapa negara, termasuk India. "Dengan memasukkan ivermectin dalam uji coba skala besar seperti PRINSIP, kami berharap dapat menghasilkan bukti kuat untuk menentukan seberapa efektif pengobatan tersebut terhadap COVID-19, dan apakah ada manfaat atau bahaya yang terkait dengan penggunaannya," kata peneliti yang juga ketua bersama dalam percobaan itu, Chris Butler. Orang dengan kondisi hati yang parah, yang menggunakan obat pengencer darah warfarin atau menjalani perawatan lain yang diketahui berinteraksi dengan ivermectin, akan dikeluarkan dari uji coba, tambah universitas itu. Ivermectin adalah pengobatan ketujuh yang diselidiki dalam uji coba tersebut, dan saat ini sedang dievaluasi bersama obat antivirus favipiravir, kata Universitas Oxford. (mth)

Sultan HB X Tekankan Masyarakat Subjek Utama Pencegahan COVID-19

Yogyakarta, FNN - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X kembali menekankan posisi masyarakat sebagai subjek utama pencegahan penularan COVID-19, setelah sebelumnya mencabut wacana penerapan "lockdown total" di provinsi ini. "Tak dapat dimungkiri, masyarakatlah yang menjadi subjek pencegahan meluasnya pandemi. Sebaik dan sekuat apa pun regulasi hanya akan menjadi 'aji godhong aking', tak berarti bagai daun kering," kata Sri Sultan dalam Sapa Aruh, di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa. Sebelumnya, pada Jumat (18/6), Raja Keraton Yogyakarta ini sempat melontarkan wacana "lockdown total" DIY untuk menekan laju penularan. Namun kemudian, Gubernur DIY ini menilai bahwa kebijakan itu tidak mungkin dilakukan saat ini, mengingat keterbatasan anggaran pemerintah daerah untuk menanggung biaya hidup seluruh warga DIY. Sultan berpendapat sebaik dan sekuat apa pun kebijakan yang bakal diterapkan tidak memiliki arti apa-apa, jika diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan sepenuh hati. "Kita harus 'lila legawa' (berlapang dada) dengan menyadari, sedikit kelengahan bisa memperparah dampak pageblug ini," ujar dia. Kepada pemerintah kabupaten dan kota se-DIY, ia menekankan bahwa pelaksanaan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro secara ketat dan terpadu sudah tidak bisa ditunda lagi. "Segera lakukan reinisiasi gerakan 'Jogo Wargo', kendalikan mobilitas dan aktivitas sosial masyarakat agar tidak menimbulkan klaster-klaster baru," ujar Ngarsa Dalem. Ia juga meminta pemerintah kabupaten/kota mengaktifkan fasilitas shelter komunal berbasis gotong royong di tingkat desa atau kalurahan. Selain itu, menurutnya, karantina wilayah juga dapat diterapkan dalam skop lokal setingkat RT dan padukuhan yang berstatus zona merah dengan pendampingan dari instansi terkait. "Saya percaya, gotong royong dan solidaritas sosial masih menjadi kekuatan nyata warga Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekali lagi, pemerintah dan masyarakat harus 'lumangkah sagatra', sesuai kearifan lokal masing-masing," kata Sri Sultan HB X itu pula.