OPINI
PIK 1, PIK 2, dan Sentimen Anti Cina
Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan Kawasan dengan ribuan hektar yang dikuasai oleh pengusaha Naga baik PIK 1 maupun PIK 2 dapat menimbulkan sentimen anti China. Kondisi yang kondusif bisa berubah menjadi membara. Kebijakan Pemerintah yang memanjakan pengembang di lahan strategis pinggir pantai Jakarta Utara dan Banten ini sangat berbahaya. Menyangkut kedaulatan dan kesenjangan sosial. Etnis China yang sudah besar dan menyebar semakin kokoh dengan pembangunan kawasan baru Pecinan. Pariwisata sebagai kedok penguasaan bahkan untuk PIK 2 menjadi sebab dari manipulasi penetapan Proyek Strategis Nasional (PSN) memang gila. Menko Perekonomian Airlangga dan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno turut berdosa pada rakyat pribumi karena menjalankan program China-isasi Jokowi. Lihat ke belakang PIK 1 untuk prediksi ke depan PIK 2. Prabowo yang konon sering dipuja sebagai nasionalis tulen dituntut untuk mengantisipasi bahaya ini. Di samping pembenahan PIK 1 juga harus mencabut PSN atas PIK 2 dan kemudian membatalkan PIK 2. Atas berbagai pelanggaran hukum yang terjadi maka Aguan pemilik proyek PIK 2 harus ditangkap dan diadili. Jangan biarkan perlawanan rakyat terus bereskalasi. Masalah yang dihadapi dinilai krusial dan peka bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Usut Airlangga, Uno dan aktor utama Jokowi atas penetapan PSN untuk PIK 2. Adakah kolusi dengan Aguan? Pengusutan harus sampai pada pendapatan atau dompet-dompet. Ini penting dalam rangka membangun pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Aguan telah pasang badan menyelamatkan muka Jokowi pada IKN lalu adakah PSN PIK 2 menjadi balas jasa Jokowi kepada Aguan? Di Banten khususnya Tangerang sering terjadi kerusuhan pribumi dengan etnis China. Buku Ayatrohaedi \"Kerusuhan Anti China : Tangerang 1913-1946\" menjelaskan sikap anti China itu disebabkan kebijakan pemerintah kolonial, kesenjanjangan ekonomi, dan etnis China yang terikat dengan leluhur. Selalu merasa menjadi \"orang luar\". Dengan alasan ini bukan tidak mungkin PIK 1 dan PIK 2 dapat memicu sentimen anti China kembali. Ketika kecurigaan terhadap pertumbuhan etnis China yang pesat, ditambah dengan pendatang yang tak terdata, maka penting melakukan sensus seksama berbasis etnis. Jangan sampai Indonesia yang dahulu mayoritas \"bumi putera\" dengan keragaman etnik Jawa,Sunda, Melayu, Bugis, Batak dan lainnya sesungguhnya telah tergeser oleh etnis China tersebut. Kelak ada pepatah \"tengoklah ke kiri dan ke kanan disana ada China\". Saat ini kompleks perumahan kelas menengah dan atas banyak dihuni oleh etnis ini. PIK 1 dan PIK 2 di Jakarta Utara dan Banten harus menjadi perhatian serius Pemerintah. Jokowi telah salah menerapkan kebijakan kompleks perumahan eksklusif \"Negara dalam Negara\". PIK 2 adalah kelanjutannya. Prabowo harus tegas dalam menyikapi. Ada bahaya di depan. PIK1 dan PIK 2 berada dalam zona merah atau \"danger area\". Ingin membangun Hongkong di Indonesia? Sebelum sentimen anti China menguat dan melebar, keluar dari sekedar PIK 1 dan PIK 2, maka sekali lagi Prabowo harus membenahi PIK 1, mencabut status PSN PIK 2 dan membatalkan PIK 2. Evaluasi RTRW dengan orientasi pada kesejahteraan masyarakat setempat, bukan menyediakan lahan untuk kepentingan pengusaha rakus dan bejat. Naga serakah itu terus merambah ke segala arah. Bumi Indonesia ini bukan untuk China tetapi warisan milik dan bagi Bumi Putera. (*).
Dinasti Politik, antara Assad dan Gemayel: antara Bassil dan Bashir
Oleh Sabpri Piliang | Wartawan Senior POLITISI hebat, umumnya \"mati muda\". Bassil Al-Assad (Suriah), dan Bashir Gemayel (Lebanon), adalah dinasti politik yang dipersiapkan. Sayangnya mereka \"mati muda\". Keduanya adalah anak muda yang berbakat. Hebat! Dirancang dalam kurun lama, diberi pendidikan militer, diplomasi, magang, dan tugah-tugas berat oleh sang ayah. Ayah mereka Hafezh Al-Assad (Suriah), Pierre Gemayel (Presiden Lebanon), tidak main-main. Bassil Al-Assad, sebelum benar-benar menggantikan ayahnya. Sempat menjadi kepala keamanan Presiden, dan mengenakan seragam militer pada acara-acara kenegaraan. Sebagai seorang Doktor bidang militer, juga menyelesaikan pendidikan insinyur sipil, Bassil telah ditempa oleh Hafezh Al-Assad selama bertahun-tahun. Ketika sang ayah menjadi Presiden (1971), Bassil masih berusia sembilan tahun. Melihat kharisma Bassil, dan publik juga menyukai \"approach\"nya kepada rakyat. Saat berumur 29 tahun (1991), Bassil mulai diperkenalkan kepada pemimpin-pemimpin Eropa dan Liga Arab. Raja Hussein (Yordania), Raja Fahd (Arab Saudi), sempat melihat kiprah, dan mengenalnya. Lebanon yang terus diterpa pergolakan dan Perang saudara, menjadi tugas Bassil untuk menanganinya. Lebanon, adalah negara penyangga (buffer zone) bagi Suriah, untuk membendung pengaruh Israel. Terlebih faksi-faksi di Lebanon satu sama lain terafiliasi dengan negara-negara yang bermusuhan. Kelompok Phalangist (Partai Kataeb) yang dipimpin oleh Pierre Gemayel (Ayah Bashir Gemayel dan Amin Gemayel) dikenal dekat dengan Israel. Sementara Amal Syiah (pimpinan Nabih Berry) dan Hezbollah terafiliasi dengan Suriah dan Iran. Karena itu, hampir semua pemimpin sekte Lebanon (Druze, Amal Syiah, Meronite, Hezbollah), mengenal Bassil sebagai utusan diplomasi Suriah yang handal. Fasih berbahasa Rusia, Perancis, dan Arab, Bassil memang tumpuan harapan Hafezh Al-Assad. Bukan Bashar Al-Assad (Presiden terguling). Sayangnya, di usia ke-32 tahun. Masih beberapa \"pelajaran\" (ilmu) lagi untuk memasuki jenjang suksesi, Bassil mengalami kecelakaan mobil di Kota Damaskus. Dia berpulang. Secara harfiah. Kematian Bassil, \"wajar\". Kecelakaan karena kabut tebal. Namun, tetap saja muncul skeptifitas. Dalam dunia politik, banyak varian yang bisa dikaitkan. Terintegrasi dan terinterpretasi. Pokoknya, Bassil Al-Assad telah menjadi \"rising star\" ketika itu. Analisa kita menjadi menarik. Yaitu, 12 tahun sebelumnya. Juga anak muda, kader dinasti politik di Lebanon. Seperti halnya Bassil, cerdas dan dipersiapkan matang (maturity). Bashir Gemayel mengakhiri harapan Pierre Gemayel, sang ayah. Bashir yang masih belia, terbunuh oleh bom berdaya ledak tinggi (TNT/te-en-te). Bashir Gemayel terbunuh di usia 34 tahun (1982). Sebelum terpilih sebagai Presiden ke-7 Lebanon (Agustus 1982), dia adalah pemimpin Pasukan Lebanon (1976) dalam usia 29 tahun. Memiliki karier militer mumpuni dan terencana, Bashir Gemayel pernah ikut dalam Perang saudara Lebanon (1982) sebagai Komandan tempur. Sementara, dalam dunia politik dia aktif dalam Partai Kataeb (Phalangist). Kematian Bashir Gemayel diketahui, berkait erat dengan keterlibatan Suriah di Lebanon. Dalam penyelidikan, disebut nama Habib Shartouni. Seorang anggota partai sosialis Suriah yang meledakan Bom dari tangannya. Suriah khawatir, keberadaan Bashir Gemayel akan mempersulit Hafezh Al-Assad menyangga Lebanon. Keluarga Gemayel dikenal lebih pragmatis dalam menghadapi Israel. Bashir kemudian digantikan oleh kakaknya, Amin Gemayel, yang menjabat Presiden (1982-1988). Lantas, apakah kematian lewat kecelakaan mobil Bassil Al-Assad (1994), atau 12 tahun kemudian. Ada motif pembalasan kelompok Phalangist (Partai Kataeb), atas kematian Bashir Gemayel (1982)? Wallahuallam. Namun, seorang putra Amin Gemayel juga terbunuh oleh kelompok Suriah di Lebanon. Saya hanya ingin mengatakan. Presiden Suriah Bashar Al-Assad, dan Presiden Lebanon Amin Gemayel, bukanlah sosok yang dipersiapkan sebagai suksesi berkelas. Keduanya \"dipaksa\" untuk melanjutkan suksesi oleh rezim otoritarian Suriah, dan kelompok Phalangist/Kataeb (Lebanon). Setelah kematian dua kadernya yang dipersiapkan secara matang. Saya sebenarnya \"kasihan\" melihat Presiden Suriah terguling (Bashar Al-Assad). Dia bukan yang diinginkan, dan secara politis, Bashar tidak siap menghadapi pemberontakan di dalam Negeri. Selepas \"Arab Spring\" (2011). Seandainya, tanpa sokongan Iran, Rusia, dan pasukan Hezbollah (Lebanon). Bashar Al-Assad telah lama terjungkal. Bahkan jauh sebelum \"Musim Semi Arab\" yang mengguncang, dan menyapu seluruh Timur Tengah. Karena itu, wajar. Setelah Iran, Suriah, dan Hezbollah \"lepas tangan\". Bashar Al-Assad \"exile\', terusir ke Rusia. Karena, Bashar sejak awal bukanlah yang diinginkan sang ayah (Hafezh Al-Assad). (*)
Pecat Pimpinan Polri Dan Semua Anggota Polri Yang Terlibat Kejahatan
Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih Mikheil Saakashvili, Presiden Georgia sejak tahun 2004 pada tahun 2005, memecat seluruh personel Polisi karena terindikasi terlibat korupsi. Tindakan tegas diambil 80-90 persen polisi dipecat sekitar 25 ribu-30 ribu orang. Polisi menerima suap, membagi penghasilan korup itu pada atasan, polisi berubah penjahat atas kewenangan yang dimilikinya Mikheil Saakashvili membentuk kekuatan baru dengan merekrut orang-orang baru. Butuh 2-3 bulan untuk mencari orang-orang yang berintegritas, memberikan mereka pelatihan di akademi yang disponsori AS. Memberi mereka 20 kali lipat gaji, seragam baru, alat komunikasi buatan AS, dan fasilitas lainnya. Hasilnya, warga Georgia yang tadi malas berurusan dengan polisi karena disebutnya bikin sakit kepala, sekarang hal-hal kecil saja, seperti kunci hilang dan masalah keluarga, warga tak segan berurusan dengan polisi. Angka kriminalitas menurun. Polisi lama dulu sering memukul orang, menyiksa sambil memeras. Polisi yang baru ini terdidik dan terkendali, zero tolerance tentang penyiksaan. Di belahan negara lain hampir sama kasusnya Polisi di pecat karena korupsi, terlihat perdagangan narkoba, kekerasan kepada rakyat dan polisi menjadi liar, lelas dari peran dan fungsinya : Jacob Zuma, Presiden Afrika Selatan* terpilih pada 2011. Memecat Kepala Kepolisian Jenderal Pol Bheki Cele karena dugaan korupsi dan ditahan pada Oktober 2012, juga pecat 2 ( dua ) menterinya karena tersangkut korupsi. Ollanta Humala, Presiden Perupada 2011, sangat keras pada korupsi dan penyelundupan narkoba, memecat 2/3 jajaran petinggi Kepolisian untuk mengatasi akar korupsi. Sekitar 30 dari 45 petinggi Kepolisian, termasuk Kepala Kepolisian Peru dan Kepala Satuan Pemberantasan Narkoba, di pecat dan dipaksa pensiun dini. Alvaro Colom, Presiden Guatemala pada Januari 2012, memecat Kepala Kepolisian Peru Porfirio Perez dan asistennya Rolando Mendoza, karena menggelapkan barang bukti kokain sebesar 118 kg dan memecat Mendagri Raul Velasquez. Karena menerima suap dari Bandar Narkoba yang memiliki kemampuan untuk membayar lebih dari pada gaji bulanan yang diterima polisi. Vladimir Putin, Presiden Rusia memecat petinggi kepolisian Rusia yakni Kepala Deputi Komite Investigasi Moskow, Ivan Glukhov, dituding menerima suap US$ 3 juta dari 2 ( dua ) pengusaha. Di gantikan dengan Mayjen Vladimir Morozov, yang sebelumnya menjadi Kepala Kepolisian Daerah Smolensk. Di Indonesia berdasarkan Perpres No. 54 thn. 2022 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berawal dari positioning POLRI langsung di bawah Presiden, Polisi dipersenjatai melebihi kekuatan senjata TNI, dengan imbalan loyalitas buta Polisi pada Presiden, petaka awal terjadi kerusakan di tubuh POLRI. Perselingkuhan Presiden dengan POLRI penyebab kewenangan dan kekuasaan POLRI bukan terkendali justru menjadi liar bahkan menjadi kepentingan politik Presiden boneka Bandar Taipan. Polisi, menjadi kekuatan super body, menabrak siapapun yang berseberangan dengan kekuasaan , akibat Presiden telah memanjakan polri melampaui peran , fungsi dan tupoksinya. Dalam UU nomor 2 thn 2002 tentang Kepolisian, tugas polisi itu hanya tiga : penegak hukum, menjaga kamtibmas, dan melayani, mengayomi dan melindungi masyarakat. Makin liar munculnya oknum kepolisian menjadi herder mengamankan proyek Taipan Oligarki karena bisa di suap membayar lebih besar dari gaji yg di terima dari negara. Terpantau di mana mana berperan sebagai body guard Oligarki, sebagai penjaga rampasan tanah jarahannya dari gangguan dan mengusir penduduk dengan paksa dan di mana mana polisi harus benturan dengan masyarakat Diduga kuat dengan suap yang cukup besar ikut mengamankan TKA asing khususnya dari China masuk berbondong bondong ke Indonesia. Disinyalir melebar mengamankan dan terlibat perjudian, perdagangan narkoba dan perdagangan terlarang lainnya. Back to zero, rasanya bukan hanya mutasi seperti yang di lakukan TNI. Untuk Polri juga bukan hanya tata ulang institusinya, tetapi seperti contoh diatas Presiden harus berani pecat pimpinan Polri dan semua anggota Polri yang terlibat kejahatan. (*)
Prabowo Jangan Jadi Singa Sirkus Jokowi
Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan SEMUA tahu bahwa Prabowo dapat menjadi Presiden itu tidak lepas dari bantuan Jokowi. Saat menjabat sebagai Presiden. Segala potensi kekuasaan yang dimiliki Jokowi digunakan untuk memenangkan. Curang pun bukan hal yang musykil. Meskipun demikian Jokowi bukan satu-satunya faktor. Ada mesin partai, harapan figur baru, antitesis polisi, ataupun simpati atas kekalahan berulang. Jokowi semasa menjabat hingga kini masih menampilkan diri sebagai penguasa. Kuku ditancapkan melalui Menteri dan Kepala Daerah titipan. Presiden pun tetap berada di bawah ketiaknya. Ia punya Kapolri dan Jaksa Agung untuk menakut-nakuti. Ditambah dengan Naga pelilit Garuda yang terus menyemburkan uang untuk membayar aparat dan pejabat. Jokowi di mata rakyat bukan Presiden yang baik apalagi berprestasi melainkan perusak dan sumber masalah. Berantakan ekonomi, budaya, politik dan agama oleh ulah dan tipuan dinginnya. Seperti sederhana tapi serakah dan kaya raya. Manis muka tapi pahit hati, membuka ruang korupsi lalu menyandera. Banyak yang tidak tahu bahwa upeti dan gratifikasi itu membanjiri rekeningnya. Jokowi adalah tukang sihir sehingga Bahlil pun mempropagandakan bahaya jika melawan Jokowi sang Raja Jawa. Sihirnya bisa mematikan siapapun tidak terkecuali Prabowo Subianto. Habis-habisan ia memuji Jokowi dari persepsi hingga testimoni. Prabowo yang galak begitu menurut kepadanya. Presiden masih rasa Menteri. Gibran \"Fufufafa\" ternyata bukan hanya dimaklumi tetapi dilindungi. Saatnya Prabowo bangkit menjadi dirinya sendiri, bebas dari sihir Jokowi. Apa harus undang teman untuk bantu meruqyah ? he he. Harus cepat, pak tidak perlu 100 hari apalagi setahun. Nanti terlambat jika berlama-lama. Ingat Gotabaya Rajapaksa atau Bashar al Assad yang harus lari terbirit-birit dikejar oleh rakyatnya sendiri yang marah dan memberontak ? Saat itu tidak berguna kekayaan dan segala alat kekuasaan. Pak Prabowo tidak perlu berapologi bahwa semua punya kesalahan lalu memaklumi atau melindungi. Kesalahan Jokowi bukan pribadi tetapi kepada seisi negeri. Ia membiarkan korupsi bahkan diduga korupsi, terang-terangan membangun politik dinasti, menginjak-injak demokrasi dan melanggar hak asasi. Ambyar dalam hutang luar negeri dan kolusi yang dibahasakan dengan investasi. China mengatur pribumi. Merdekakan diri pak Prabowo sebelum berteriak tentang kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Jangan jadi singa sirkus Jokowi. Lepaskan Jokowi dengan menyerahkan pada proses hukum. Bukankah masih terdengar suara Prabowo tentang \"tidak ada yang kebal hukum\". Dukung penegakan hukum atas kasus-kasus Jokowi baik ijazah palsu, politik dinasti, pembiaran korupsi, pelanggaran hak asasi, maupun pengkhianatan atas ibu pertiwi. Pak Prabowo tidak perlu digulingkan akibat melindungi rezim zalim. Peristiwa di Suriah tak boleh terjadi disini. Bashar al Assad anak diktator Hafez al Assad memperkaya keluarga, menciptakan konflik anak bangsa, serta mengundang negara asing. Kini ia kabur ke Rusia. Menyesal akibat dari kesalahan kebijakan yang berbasis pada kekuatan senjata, mengabaikan suara rakyat, serta berpihak pada minoritas untuk menguasai mayoritas. Jokowi bukan pemimpin yang jujur dan kredibel, ia pemimpin bertipe pembohong dan pengkhianat. Rakyat akan terus mengejar. Mungkin ia sedang berfikir untuk kabur ke China atau Singapura. Seharusnya Prabowo jangan bela Jokowi. Itu sudah pasti akan menyakiti hati rakyat. \"Don\'t hurt people\'s hearts, if people bite it will definitely hurt\"--Jangan sakiti hati rakyat, jika rakyat menggigit pasti sakit. (*).
Alhamdulillaah, Akhirnya Presiden Prabowo Kembalikan TNI ke Merit System
Oleh Joharuddin Firdaus | Pemerhati Politik Sosial dan Budaya Kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang melakukan rotasi di lingkungan TNI dengan basis merit system kali ini sudah sangat tepat. Rotasi yang sangat kental mengedepankan aspek profesionalitas dan jenjang karier. Bagus dan berkelas, karena tidak asal-asalan. Tidak juga berbasis koncoisme. Masyarakat tinggal menunggu langkah Presiden Prabowo berikutnya untuk melakukan perombakan besar-besaran di tubuh Polri dengan spirit yang sama. SENIN kemarin 09 Desember 2024, masyarakat sipil (Civil Society) negeri ini paling gembira. Ramai-ramai bersyukur kepada Allaah Subhaanahu Wata’ala. Juga ramai-ramai berterima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto. Terima kasih karena Pak Prabowo membuat kebijakan yang mengembalikan Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali ke jalan dan jalur yang benar. Setelah menunggu hampir tujuh tahun terakhir ini di pemerintahan Presiden Joko Widodo, akhirnya TNI kembali ke sistem promosi jabatan yang tepat dan benar. Promosi yang berbasis merit system. Promosi jabatan yang didasarkan pada jenjang karier dan masa dinas yang terukur. Bukan berdasarkan koncoisme dan soloisme atau geng Solo. Civil Society dan aktivis prodemokrasi Senin kemarin ramai bertanya-tanya tentang siapa saja isi mutasi 300 Pertiwira Tinggi (Patti) TNI yang terbaru? Sebanyak 17 teman dan sahabat telepon saya dan bertanya kepada saya. Bro, apakah punya Surat Keputusan Panglima TNI yang terbaru tentang mutasi jabatan 300 Patti TNI terbaru? Melalui Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1545/XII/2024 tertanggal 6 Desember 2024, Panglima TNI Agus Subiyanto mengangkat dan memberhentikan 300 Patti di lingkungan TNI. Dari jumlah itu, 143 di lingkungan TNI Angkatan Darat. Sebanyak 93 adalah Patti di TNI Angkatan Luat dan 65 lagi di Patti TNI Angkatan Udara. Besarnya perhatian Civil Society terhadap mutasi 300 Patti TNI kali ini, karena kecintaan rakyat Indoneia yang tinggi kepada TNI. Harapan rakyat yang besar kepada TNI yang hebat dan profesional itu, dimulai ketika TNI keluar dari panggung politik nasional. TNI meninggalkan dwi fungsi, yaitu fungsi politik dan pertahanan keamanan. Keputusan yang hebat, bagus dan berkelas. Rakyat bangga dengan TNI yang tetap eksis sebagai tentara rakyat. Tentara pejuang dan tentara pembangunan yang tetap profesial. Tentara yang menjadi anak kandung rakyat. Tentara yang selalu ada di tengah-tengah rakyat. Tentara yang ikut marasakan dan mendengarkan denyut nadi penderitaan rakyat. Bukan tentara yang menjadi alat kekuasaan dari Presiden Joko Widodo. Bukan juga tentara yang menjadi beking oligarki untuk menindas rakyat. Tujuh tahun terakhir ini Presiden Joko Widodo membawa tentara keluar jalur. Akibatnya, merit system kurang diterapkan di kalangan TNI. Kondisi dimulai ketika Presiden Joko Widodo mengangkat Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menjadi Kepala Staf Angkatan Udara. Selanjutnya Hadi menjadi Panglima TNI menggantikan Jendral TNI Gatot Nurmantyo di Desember 2017. Sejak itu dimulai promosi jabatan di TNI berdasarkan koncoime dan geng solo. Hadi Tjahjanto termasuk dalam kelompok geng solo. Ketika masih menjabat sebagai Walikota Solo, Hadi Tjahjanto ketika itu Kolonel menjabat sebagai Komandan Lapangan Udara (Lanud) Adisumarno Solo. Banyak senior TNI yang menyarankan agar Presiden Joko Widodo silahkan mengangkat siapa saja sebagai Panglima TNI dari Kepala Staf Angkatan Darat, Laut dan Udara, asal jangan Hadi Tjahjanto. Alasan yang disampaikan para sesepuh TNI kepada Presiden Joko Widodo karena Hadi belum pernah menjabat jabatan panglima di internal TNI Angkatan Udara. Hadi cuma sebatas menjadi pilot pesawat angkut kecil saja. Hadi bukan pilot pesawat tempur. Sementara Kepala Staf Angkatan Udara umumnya dijabat pilot pesawat tempur, kecuali Marsekal TNI Chepy Hakim. Di internal TNI Angkatan Udara ada empat jabatan panglima. Jabatan bintang dua adalah Panglima Komando Operasi Udara Nasional (Koopsudnas). Komando ini berkedudukan di Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta. Setelah validasi, sekarang jabatan Panglima Koopsudnas dijabat oleh Patti TNI Angkatan Udara bintang tiga atau Marsekal Madya (Marsdya). Sedangkan jabatan panglima lainnya untuk bintang satu di TNI Angkatan Udara adalah Panglima Komando Operasi Udara (Koopsud) 1. Berkedudukan di Bandara Halim Perdanakumuh Jakarta. Panglima Koopsud 2 yang berkedudukan di Bandara Sultan Hassanudin Makasar Sulawesi Selatan. Sementara Panglima Koopsud 3 berkedudukan di Bandara Frans Kaisepo Biak Numfor Papua. Semua jabatan Panglima Koopsud sekarang dijabat Patti TNI Angkatan Udara bintang dua Masekal Muda (Marsda). Rotasi dan promosi jabatan 300 Patti TNI kali ini yang paling menarik perhatian adalah naiknya Mayjen TNI Konto Arief Wibowo menjadi Letnan Jendral (Letjen) TNI. Jabatan Letjen Kunto terbaru adalah Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) 1 yang berkedudukan di Kepualuan Riau. Kunto digenjet oleh Presiden Joko Widodo habis-habisan. Dari Panglima Kodam Siliwangi Kunto dibuang sebagai Wakil Komandan Kodiklat TNI Angkatan Darat. Setelah itu Kunto digenjet lagi menjadi Staf Ahli Bidang Ekonomi di Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas). Padahal Pangdam Siliwangi itu terkenal sebagai Pangdam nomor satu di Indonesia. Kodam Siliwangi terkenal melahirkan banyak satuan-satuan elit di lingkungan TNI Angkatan Darat. Misalnya, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat yang lahir dari rahim Kodam Siliwangi. Begitu juga dengan Komando Cadangan Strategis (Kosrad) TNI Angkatan Darat, yang awalnya sebagian besar pasukan Kosrad berasal Batalion Kujang milik Kodam Siliwangi. (*)
Lepas Fotoku dari Rumahmu
Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Foto Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman terpampang dengan anggun diapit Merah Putih dan Bintang Lambang seorang Jenderal di dinding ruang makan bersama Prabowo Subianto dengan Joko Widodo. Dalam dialog imajiner apapun yang mereka bicarakan oleh Jin Qorin yang menyerupai persis Jenderal Sudirman bisa didengar apapun yang sedang mereka bicarakan dan sangat mengenal sifat dan karakter mereka masing-masing. Mendengar apa yang mereka bicarakan Pangsar Jenderal Soedirman tiba tiba marah besar, dengan sangat keras mengingatkan Jenderal Prabowo Subianto: 1. Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya, sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara disiplin harus dipegang teguh. Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang dan siapapun juga. (Jogjakarta, 12 November 1945). 2. Hendaknya perjuangan kita harus didasarkan atas kesucian, dengan demikian perjuangan kita selalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci dan kami percaya bahwa perjuangan suci itu senantiasa mendapatkan pertolongan dari Tahun. (Jogyakarta, 18 Desember 1945). 3. Tentara akan hidup sampai akhir zaman, jangan menjadi alat oleh suatu badan atau orang. (Jogyakarta, 27 Mei 1946). 4. Tentara kita jangan sekali kali mengenal sifat dan perbuatan menyerah pada siapapun juga yang akan menjajah dan menindas kita kembali. (Jogjakarta, 9 April 1946). 5. Kami Tentara Republik Indonesia akan timbul dan tenggelam bersama negara. (Jogjakarta, 9 Februari 1946). 6. Jangan sekali kali di antara kita ada yang menyalahi janji, menjadi pengkhianat Nusa, Bangsa dan Agama. Tentara kita jangan sekali kali mengenal sifat dan perbuatan menyerah pada siapapun juga yang akan menjajah dan menindas kita kembali. (Jogjakarta, 9 April 1946). 7. Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai titik darah penghabisan. Sejengkal tanah pun tidak akan diserahkan kepada lawan, tapi akan kita pertahankan habis habisan. (Jogjakarta 25 Mei 1946). Kau ini tentara jaga Sumpahmu (Sumpah Perwira, Sumpah Prajurit dan Sapta Marga) sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional. Di depanmu komprador orang yang berbahaya bertindak sebagai agen asing (penjajah) yang telah membentangkan karpet merah dan terlibat dalam eksploitasi penindasan ekonomi atau politik di negera ini. Kau seorang Jenderal ambil tindakan cepat , tepat dan tegas ketika negara dalam bahaya, kalau tidak ambil tindakan tegas menyelamatkan negara lepas (copot) foto saya dari dinding rumahmu. Imajiner ini bersandar dari pesan pesan yang sangat jelas bagaimana Jenderal Besar Sudirman bersikap dan ambil keputusan tepat dan cepat untuk menyelamatkan negara dan menolak permintaan Sukarno untuk tetap tinggal di istana sekalipun dalam kondisi sakit yang parah. Dan harus ditandu dalam memimpin perang gerilya. ( * )
Tangkap Oknum Aparat Pelindung Sugianto Kusuma
Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih Tepat pada pukul 17.55 WIB, Sugianto Kusuma meninggalkan kantor pemasaran Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 di Jakarta Utara. Dikawal mobil polisi yang menyalakan sirene, mobil Range Rover hitam berpelat nomor Markas Besar Tentara Nasional Indonesia yang dinaiki pemilik Agung Sedayu Group, pengembang properti pesisir pantai utara Jakarta dan investor utama Ibu Kota Nusantara, itu membelah kepadatan jalan pada Selasa petang, 26 November 2024. Ini agak aneh dan tidak lazim ada mobil Range Rover hitam berpelat nomor Markas Besar Tentara Nasional. Dipastikan tidak melibatkan institusi TNI tetapi ulah oknum TNI yang ugal ugalan menggunakan fasilitas TNI, coba coba untuk gagah gagahan melindungi Sugianto Kusuma Bos PIK 2. Jika PSN dan PIK memerlukan pengamanan, berkat berbagai payung hukum, aparat keamanan bisa dengan gampang dikerahkan. Bahkan, jika masyarakat melaporkan sesuatu yang berkaitan dengan PSN kepada penegak hukum, kejaksaan dan kepolisian tak akan menyelidikinya. Persengkokolan Kejahatah Korporarasi Negara (State Corporate Crime) telah menjelma jadi Negara di dalam Negara jelas akan menguasai Negara. Terhubung dengan pengusaha jahat yang bersekongkol dengan pejabat publik yang terdiri dari unsur-unsur Legislatif, Eksekutip, Yudikatif, Polri dan TNI. Analisa intelijen menerjemahkan ini semua juga terhubung dengan Jokowi setelah lengser dari kekuaasaanya tetap gelisah dengan peran dan fungsinya sebagai agent Kejahatan Korporasi Negara. \"Ancaman dari Xi Jinping adalah hidup atau mati.\" Kekacauan di Indonesia tidak lepas dari kekuatan \"State Corporate Crime\", bersamaan dengan Angkatan ke 5 yang telah dibangkitkan. Beberapa dokumen yang terlacak antara lain : - Pembentukan Satuan Pembantai, muncul dari proposal komunis tahun 2001 kepada sang \"The Hand\" James Ryadi agar dibentuk \"satuan pembantai Umat Islam\" berjalan mulus, dengan mudah dibentuklah kekuatan dengan mempergunakan isu terorisme global. - Latihan tempur di luar kendali institusi militer dengan senjata berat termasuk uji coba roket, senjata anti pesawat, senjata anti tank. - Impor senjata, terbongkar oleh BAIS TNI. Sepanjang 2016 - 2019, beberapa kali impor ratusan ribu senjata berat. TNI sesungguhnya sudah mengerti telah di kebiri dan di mutilasi kewenangan dan kekuatannya. Sebagai warga negara sekedar mengingatkan karena terpanggil ikut bela negara dari bahaya perebutan kedaulatan negara - Terbaca dengan jelas di Musium Panglima Besar Jenderal Sudirmam, antara lain: - ... satu satunya hak milik Nasional Republik yang masih tetap utuh tidak berobah - ubah meskipun harus menghadapi segala macam soal dan perobahan, adalah hanya Angkatan Perang Republik Indonesia (Tentara Nasional Indonesia). - Tentara akan hidup sampai akhir zaman, jangan menjadi alat oleh suatu badan atau orang. Tentara akan timbul dan tenggelam bersama sama negara\"_. (Pidato Pangsar Jenderal Soedirman di depan para taruna militer akademi di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 1946). - Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya, sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara disiplin harus dipegang teguh. - Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang dan siapapun juga (diucapkan di hadapan Konferensi TKR dan merupakan amanat pertama sejak menjabat Pangsar TKR). Oknum yang berani memakai mobil Range Rover hitam berpelat nomor Markas Besar Tentara Nasional, untuk mengawal Sugianto Kusuma (Bos PIK 2) harus segera ditangkap karena akan merusak institusi TNI. TNI tidak boleh terlibat Persengkokolan Kejahatah Korporarasi Negara (State Corporate Crime ). (*)
Suriah dan Side Effect Policy Amerika Serikat
Oleh Faisal S Sallatalohy | Mahasiswa Hukum Trisakti Dunia dibuat terkejut dengan kemajuan pesat kelompok oposisi di Syria. Kecepatan gerakannya meningkat pesat dalam waktu singkat. Dimulai sejak 27 November dan sukses menguasai Aleppo serta meruntuhkan kekuasaan Assad pada 8 Desember 2024 kemarin. Dunia juga dikagetkan dengan kenyataan Angkatan Darat Syria yang menyerah begitu cepat. Pasukan keamanannya dihancurkan begitu cepat, Aleppo jatuh begitu cepat. Hal ini mengkonfirmasi, bahwa dalam setahun terkahir, angkatan darat, pasukan kemanan dan pemerintahan Syria sedang menderita kerentanan besar. Kerentanan tersebut menggambarkan, sumber daya utama yang sejauh ini memasok kekuatan kepada pemerintahan Assad, yakni Iran dan Rusia tidak lagi memprioritaskan dukumgan kepada pemerintahan Syria. Iran lewat Hizbullah sedang dibuat sibuk mengarahkan seluruh sumber dayanya hadapai Israel di Lebanon, Palestina bahkan fokus hadapi serangan Israel dalam negeri sendiri. Sementara Rusia, dibuat sibuk prioritaskan alokasi sumber daya hadapi Ukraina. Semua faktor tersebut mampu dibaca dengan baik oleh kelompok opoisisi, sehingga mampu memberikan tekanan yg menghunus secara efektif jatuhkan kekuasaan otoriter keluarga Assad yg berlangsung selama hampir 50 tahun. Namun pertanyaan intinya, dunia tau, pemerintahan Syria dalam setahun terkahir memang sedang menderita kerentanan kekuatan. Tapi tidak ada satupun negara dunia, termasuk Amerika dan Israel yg setahun terkahir berkonflik dengan Syria (rembesan eskalasi Lebanon dan Palestina), dapat mengukur kedalaman kerentanan itu secara rigid dan pasti. Hal ini menunjukan kelompok opoisisi memiliki kemampuan dan kecerdasan inteligen yang sangat mumpuni dalam membaca dan mengukur kedalaman kerentanan yg diderita pemerintah sehingga mampu menyusun strategi serangan yg efektif dalam waktu singkat. Oposisi yang sukses memukul jatuh rezim Assad berjumlah lebih dari selusin faksi. Baik faksi Islamis maupun nasionalis. Namun poin pentingnya adalah penggerak utama dibalik kesuksesan oposisi tersebut dimotori oleh kelompok HTS. HTS tampil sebagai garda terdepan dengan kemampuan tempur, tekad, kematangan organisatori, serta pengambilan keputusan yg sangat dominam. Hal ini memberi peluang kelompok HTS mengambil alih kepemilikan atas kemajuan apa pun, perolehan militer apa pun yang dicapai pihak oposisi di Suriah. HTS awalnya disebut Front Al Nusrah yg dibentuk oleh ISIS pada 2012 dan akhirnya terafiliasi dengan Al-Qaedah. Secara historis kelompok ini terikat kendali Osama bin Laden dan Ayman Al-Zawahiry. Kemudian berubah nama menjadi HTS di bawah pimpinan Al-Jolani pada 2017 lalu. Dalam sejarahnya, HTS bisa menjadi kelompok opoisi terkuat yg berbasis di Idlib, tidak terlepas dari dukungan \"side effect policy\" Amerika di Syria. Perjalanan HTS menjadi oposisi terkuat tidak terlepas dari perang saudara yg berlangsung di Syria antara 2013 hingga 2019. Perang Saudara ini, dimulai dengan konflik yg dipicu sengketa antara Kelompok ISIS dan Front Nusrah. Kedua kelompok oposisi ini sebenarnya memiliki tujuan yg sama, yakni merobohkan pemerintahan Assad. Tapi keduanya memiliki pola yg berbeda dalam mencapai tujuannya. Peebedaan inilah yg menggiring pada terjadinya perang saudara. Amerika dan Israel melihat perang saudara ini sebagai potensi untuk melemahkan, membelah dan mengambil alih kendali kekuatan oposisi. Di tengah perang saudara yg berkobar antara ISIS dan Front Nusrah, Amerika masuk dan memfokuskan serangannya untuk menghancurkan ISIS lewat pasukan koalisi yg dibentuk pada September 2014. Seramgan ini, berujung pada hancurnya kekuatan ISIS dan penangkapan serta pembunuhan Abu Bakr Al- Baghdadi. Lalu tiba-tiba muncul Muahammad Al Jaulani mengumumkan pemisahan diri dari Front Al Nusrah dengan mendirikan HTS pada 2017. Al Jaulani dicuigai sebagai aset yg diternak Amerika. Suatu hari, dalam perjalanan dari Lebanon Ke Irak, ia ditangkap dan dipenjara Amerika. Namun pada 2008, ia dibebaskan dan dizinkan bekerja dengan kelompok Daesh di bawah pimpinan Abu Bakr Al-Baghdadi. Al-Jaulani mengumumkan pemisahan HTS untuk memberi sinyal dan meyakinkan dunia, terutama Amerika dan Inggris, bahwa dirinya dan kelompok HTS tidak lagi terafiliasi dengan Front Al Nusrah sebagai jaringan Al Qaedah di Suriah yg dicap kelompok teroris oleh Amerika. Semenjak itu, Amerika sengaja membiarkan HTS menjadi kelompok oposisi yang dominan di Suriah. Dengan pengecualian yg sangat kecil, koalisi yg dipimpin AS di Suriah tidak secara sistematis menargetkan HTS dan menghindari pembunuhan para pemimpin utamanya, khususnya Mohammad al-Julani. Amerika tidak menargetkan HTS dan Julani bukan karena tidak mampu. Amerika tau alamat mereka persis berada di Idlib, di barat laut Syria. Tapi karena HTS dan Julani telah membantu Amerika memberikan agen inteligen dan informasi inteligen kepada koalisi Amerika terkait para petinggi ISIS hingga sukses dieksekusi mati. Dalam kaitan ini, gerakan HTS dan Front Al Nusrah tidak lagi murni bersandar pada keyakinan ideologisnya mereka. Melainkan telah menjadi aset penting Amerika untuk mencapai kepentingan utama Amerika di Syria. Yakni runtuhkan dominasi Rusia dan Iran yg memberi kekuatan dan mengendalikan rezim boneka Assad. Menariknya, yg memperalat HTS bukan hanya Amerika dan Israel. Turki juga tampil memberi dukungan kepada HTS untuk kepentingan batas wilayahnya dengan Kurdi di Syriah. Pada akhir 2017, pasukan Turki memasuki Idlib dan diterima oleh pimoinan HTS, Al-Julani. Turki menegakkan gencatan senjata sebagai bagian dari Proses Astana atau negosiasi tripartit mengenai masa depan Suriah antara Turki, Rusia, dan Iran. Al- Julani meyakinkan seluruh faksi oposisi, bahwa Keputusan menerima Turki di Idlib berasal dari kesadaran bahwa, tanpa kehadiran pasukan Turki, Idlib akan jatuh ke tangan rezim. Ini berarti berakhirnya tidak hanya proyek tata kelola HTS, tetapi juga penghancuran benteng oposisi terakhir di Suriah. Sejak saat itu, Turki konsisten memberi dukungan kepada HTS dan faksi oposisi di Idlib. Di saat yg sama, Turki juga bergerak lewat pasukan SNA, organisasi payung utuk beberapa faksi yang didukung oleh pemerintah Turki di Syria turut terlibat serah dengan HAS yg didorong Amerika dan Israel memukul pemerintah Syria. Turki bermain serah dengan HTS yg didukung Amerika menyerang pasukan pemerintah dan pasukan demokratik suriah (SDF) yg dipimpin Kurdi dan didukung Amerika. Pasukan kurdi yg memimpin SDF pendukung pemerintah Assad, didukung Amerika. Diserang SNA dan HAS yg selain didukung turki juga didukung Amerika. Artinya Amerika sedang bermain pada dua kaki dengan model adu domba dalam ikatan kepentingan yg sangat rumit. Dari sudut ini, memberi informasi bahwa tidak ada kepentingan absolute, terutama yg berkaitan dengan kemerdekaan Syria sebagai negara berdaulat dalam proses kejatuhan rezim Assad. Peristiwa ini berjalan di atas percampuran kepentingan politik oposisi dalam negeri dan aktor luar negeri. Amerika dan Israel melawan dominasi Rusia dan Iran. Ada pula Turki dengan kepentingan wilayah penyangga bersama kurdi yg didukung Amerika dan partai kurdistan. Jadi apa yg terlihat di Suriah saat ini adalah campuran kepentingan yg meledak dari aktor non-negara, kekuatan regional, dan kekuatan besar. Ujungnya seperti apa ? Sangat sulit diprediksi. Percampuran kepentingan itu meliputi sepuluh ribu pejuang Salaf Sunni Islamis, dan mereka secara langsung dan tidak langsung didukung oleh Turki. Ada juga kelompol oposisi sekuler nasional Suriah, sekali lagi, didukung penuh oleh Turki di Idlib. Di wilayah Idlib juga ada sekitar lima juta orang di bawah kendali HTS. Ada juga suku Kurdi yg mungkin sama kuatnya dengan HTS dan mereka saat ini didukung oleh Amerika Serikat. Ada juga aset Iran serta Hizbullah termasuk pangkalan Rusia di Suriah. Jadi meskipun pemerintah Suriah, pemerintah Assad, menguasai sekitar enam puluh persen wilayah Suriah, kenyataannya Suriah bukan lagi negara berdaulat. Kita dapat berargumen bahwa pemerintah Assad adalah milisi negara terbesar di Suriah. Namun, Presiden Assad telah mengorbankan kedaulatan Suriah agar dapat bertahan hidup. Karena tanpa dukungan Rusia, Iran, Hizbullah, dan aktor non-negara lainnya, termasuk milisi, Assad mungkin tidak akan dapat merebut kembali beberapa kota, termasuk Aleppo pada tahun 2016. Pastinya percampuran kepentingan yg rumit dibalik peristiwa mutakhir di Suriah, esklasi terkahir ini, sangat menguntungkan Amerika dan Israel. Sebaliknya memukul kerugian bagi eksistensi Rusia, terutama Iran, bukan saja di Suriah, tapi juga rembesannya ke Lebanon dan Palestina. Jatuhnya Assad mengakibatkan terputusnya jalur mobilisasi Hizbullah ke Lebanon dan Palestina. Aliansi rezim Assad dengan Iran dan proksi terornya, Hizbullah, sejauh ini berdampak langsung pada keamanan nasional Israel. Suriah berfungsi sebagai koridor strategis bagi pengaruh Iran yg memungkinkan transfer senjata ke Hizbullah dan menjadi tuan rumah operasi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. Hal ini menempatkan Suriah sebagai simpul penting dalam \"Poros Perlawanan\" Iran yg bertujuan untuk melawan Israel dan sekutu Barat di wilayah tersebut. Dengan jatuhnya Assad, maka potensi ancaman nasional teehadap Israel, bisa diputuskan. Saat ini di Suriah terjadi kekosongan kekuasaan. Proses transisi kekuasaan ke tangan oposisi sangat sensitif. Hal ini bisa mengarah pada terbentuknya lanskap kekuasaan dan politik Suriah yg terpecah-pecah serta makin sulit dikendalikan. Hal ini bisa berbalik memukul masalah serius terhadap Amerika dan Israel. (*)
PAK PIK PUK Tangkap Aguan
Oleh M Rizal Fadillah | Pemerharti Politik dan Kebangsaan Tentu ini soal PIK-2 yang kontroversial dan menjadi sorotan publik. Dari PSN yang kolusif hingga dominasi etnis dan penjajahan oligarki. Program di akhir masa pemerintahan Jokowi ini mendapat perlawanan rakyat. Sukses PIK-1 membuat konglomerat atau pengusaha kuat percaya diri untuk merambah ke lahan-lahan berikut. Mencaplok dengan modus beli tanah murah. Rakyat setempat pun tergusur. Program ruwet ini boleh disebut pak pik puk tidak membuat nyaman banyak pihak. Pantai Aguan Kapuk (PAK), Pantai Ilegal Kapuk (PIK) dan Pantai Uang Kapuk (PUK). Kapuk adalah nama pohon dan ada pula yang mengaitkan dengan kapok atau jera. Kapok berurusan dengan penguasa atau pengusaha sebab apapun selalu salah dan kalah. Pantai Indah Kapuk menjadi indah bagi pejabat, aparat atau konglomerat tetapi derita bagi rakyat. PIK-1 yang berada di Kelurahan Kapuk Kecamatan Cengkareng Jakarta Utara adalah komplek perumahan elit seluas 1.160 hektar mengubah ruang hijau, hutan mangrove dan rawa. Diantaranya pulau-pulau reklamasi baik timur (Golf Island) maupun barat (Ebony Island). Nuansa perumahan pecinan dan area wisata Pantjoran Chinatown PIK. Terkesan tertutup seperti \"forbidden city\" di Beijing RRC. PIK-2 yang berada di Banten menjadi area perluasan dari PIK-1. Hebatnya dengan isu destinasi wisata seluas 1.775 hektar, PIK 2 mengklaim sebagai PSN dengan luasan yang jauh lebih besar dari area itu. Sebagai PSN maka perusahaan pengembang milik Aguan mendapat fasilitas istimewa. Harga tanah yang dipatok NJOP lebih murah termasuk untuk kawasan perumahan. PIK-2 terasa akan menjadi Chinatown dengan Naga besar sebagai icon. PAK Proyek Aguan Kapuk merupakan proyek empuk untuk Sugianto Kusuma alias Aguan. Meski bukan Naga terkaya tetapi Aguan memiliki kedekatan istimewa dengan pejabat tinggi negara. Berperan seperti \"koordinator\" untuk para Naga. Property adalah core bisnis nya dan kini \"berkoalisi\" dengan Menteri Perumahan Maruarar Sirait (Ara). Program Kementrian soal pengadaan 3 juta rumah seenaknya diberikan oleh Ara kepada Aguan. PIK Proyek Ilegal Kapuk. Pemalsuan sekurangnya manipulasi PSN dilakukan seolah-olah PIK-2 seluruhnya termasuk perumahan adalah PSN sehingga fasilitas PSN digunakan untuk PIK-2. Sesungguhnya PSN itu hanya 1.755 hektar kawasan wisata saja. Kawasan hutan lindung pun belum dialihkan menjadi hutan konservasi apalagi APR. PT PIK-2 (PANI) telah melanggar RTRW dan belum memiliki RDTR. PUK Proyek Uang Kapuk. Wajar jika usaha itu mencari uang, akan tetapi menumpuk uang dengan cara menipu atau memanipulasi adalah kejahatan. PSN yang dimanipulasi untuk menurunkan NJOP merupakan perampokan dan perampasan tanah dengan modus jual beli. Dengan melipatkan harga tanah saja maka Aguan menurut Said Didu diprediksi akan mengeruk keuntungan hingga 20 ribu trilyun. Sungguh fantastis. Pak Pik Puk menjadi kerja serampangan rezim Jokowi dengan memainkan hukum. PSN tidak jelas kriteria, jalan kolusi dan korupsi, sumber konflik sosial dan rebutan lahan, pintu masuk bagi oligarki sang pencuri reformasi dan penjajah negeri. PSN hanya proyek akal-akalan meminggirkan rakyat. PIK-2 \"Aguan, Ilegal, Uang\" patut digugat dan diadili. Motif kejahatan masuk ranah penyidikan. PSN cabut, PIK-2 evaluasi dan batalkan. Kembalikan pada garis equilibrium. Proyek kotor jangan dilanjutkan. Kedaulatan rakyat harus tetap dijaga. Aguan yang pernah diperiksa KPK untuk kasus suap Raperda Reklamasi harus dilanjutkan proses pemeriksaan dugaan kasus-kasus lain. Tangkap Aguan. Bumi ini milik rakyat dan bangsa Indonesia bukan untuk dijual murah kepada asing, aseng atau asiong. (*)
Strategi Kontraproduktif BNPT dan Budi Gunawan Tidak Sejalan dengan Asta Cita Prabowo
Oleh Faisal S Sallatalohy | Kandidat Doktor Hukum Trisakti Poin pertama Asta Cita rezim Prabowo-Gibran, memuat ketentuan memperkokoh ajaran Pancasila. Dalam merealisasikan ketentuan tersebut, Prabowo mengedepankan strategi dan langkah-langkah produktif. Intinya, mengokohkan ajaran Pancasila dengan meningkatkan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam rangka memaksimalkan pelayanan terhadap masyarakat. Asta Cita dijadikan sebagai platform untuk mengintgrasikan Pancasila ke dalam kebijakan publik Prabowo. Dimulai dengan desain kebijakan untuk menguatkan sistem pertahanan keamanan, mendorong kemandirian dan pemerataan pembangunan ekonomi, industrialisasi, penyerapan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, peningkatan sumber daya manusia, melanjutkan pembangunan infrastruktur, reformasi politik, hukum dan birokrasi serta toleransi umat beragama (poin 2 sampai 8 Asta Cita). Hal itu menunjukkan, upaya memperkokoh ajaran Pancasila sebagai dasar negara yang ditempuh Prabowo sangat produktif, sangat kompeherensif. Dilakukan dengan strategi menjamin peningkatan penerapan nilai-nilai pancasila untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat. Strategi ini didasarkan pada keyakinan, bahwa semakin kuat pemerintah menjalankan komitmennya menerapkan ajaran Pancasila untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka akan memicu peningkatan simpati, dukungan dan kepatuhan masyarakat terhadap pemerintah dan ajaran Pancasila. Namun di balik strategi profuktif yang digagas Prabowo, ada sejumlah pihak yang berusaha menyusun narasi, mengkampanyekan kajian akademik dan sosialosasi politik terselubung untuk menyempitkan makna \"pengokohan ajaran Pancasila\" ke dalam perspektif yang cenderung kontraproduktif. Bahwa dalam upaya mengokohkan ajaran Pancasila, semata-mata dilakukan melalui pendekatan penindakan secara pidana kelompok atau orang-orang yang mengemban, meyakini, menerapkan, menyebarkan dan memprovokasi masyarakat luas untuk meyakini dan turut menyebarkan ajaran dan paham yang bertentangan dengan Pancasila. Salah satunya adalah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Bahwa penindakan terhadap paham dan kelompok yang bertentangan dengan ajaran Pancasila, perlu diarusutamakan dalam upaya penguatan ajaran Pancasila. Hal tersbut dimuat dalam dokumen BNPT yang turut dirilis Menkopolkam, Budi Gunawan pada 4 Desember kemarin dengan judul \"Outlook Indonesia Knowledge Hub on Counter Terrorism and Violent Extremism (I-KHub CT/VE) 2024 dan Peta Jalan Komunikasi Strategis Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang mengarah pada Terorisme (Komstra PE) 2024\". Riset ini menggarisbawahi masifnya pergeseran aksi terorisme dari ruang kehidupan nyata ke jaringan siber. Bahwa selama 5 tahun terakhir, ruang siber digital menjadi wadah atau tempat bagi jaringan teror melakukan rekruitmen, propaganda hingga pendanaan terorisme secara masif. Hasil riset turut mengukur tingginya risiko penyalahgunaan ruang siber untuk aktivitas ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme, meskipun pada faktanya tidak terjadi aksi terorisme secara nyata. Salah satu strategi utama kelompok radikal-ekstrim-teror adalah menyebarkan paham dan ajaran yg memprovokasi masyarakat luas untuk anti terhadap Pancasila dan NKRI. Hal ini didukung penyebaran informasi dengan tujuan menciptakan kekacauan politik dan menggerus kepercayaan masyarakat terhadapat pemerintah Indonesia. Narasi yang dipandang sangat menonjol selama setahun belakangan yakni soal disinformasi tentang pemilihan umum, krisis kemanusiaan Palestina dan narasi anti pemerintah. Dalam konteks pemilu, kelompok (radikal-ekstrim-teror) menyebarkan narasi: Daulah Islam atau Khilafah melawan Demokrasi, larangan memilih pemimpin kafir, syubhat demokrasi dan pentingnya memilih pemimpin sesuai syariat Islam. Terkait konflik Palestina, narasi yg disebarkan adalah ajakan persatuan ummah. Bahwa umat Islam harus bersatu di bawah Khilafah untuk mengakhiri penderitaan Palestina. Selain itu, turut disebarkan narasi, bahwa semua persoalan negara muncul sebagai bentuk azab karena Indonesia tidak menganut syariah Islam atau menggunaka dasar negara yg sekuler. Bahwa pemilu demi pemilu tidak akan menjawab keadaan. Siapapun yang terpilih lewat pemilu demokrasi hakikatnya hanya menggantikan toghut lama dengan toghut baru. Semua narasi provokasi tersebut disebar secara konsisten oleh beberapa kelompok ekstrim-teror. Misalnya HTI dan FPI. HTI konsisten dengan kampanye ajaran Khilafah yang menegaskan perjuangan menggantikan sistem kenegaraan dari Pancasila dan NKRI menjadi negara yang berasaskan ajaran Islam. Sepanjang eksistensinya, kelompok HTI memang belum pernah terlibat aksi kekerasan kriminal dan tindak teror apapun. Hanya saja, vokalnya kampanye ajaran khilafah dipandang sebagai upaya provokasi masyarakat luas anti terhadap NKRI dan Pancasila dinilai sebagai kejahatan terhadap ideologi Pancasila. Bagi BNPT, temuan ini menjadi penguatan konsistensi dalam melakukan pencegahan secara komprehensif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk mengintensifkan kontra narasi dan kontra propaganda hingga mengimplementasikan peta jalan komstra penanggulangan terorisme secara menyeluruh. Menurut hemat kami, riset dan penilaian BNPT terkait perkembangan paham radikalisme, ekstrimisme dan aksi terorisme sangat premature serta lemah landasan akademik. BNPT dan Menkopolkam terlalu jauh melakukan penilaian terhadap ajaran dan tindakan kekerasan yang dikategorikan ke dalam makna radikalisme, ekstrimisme dan aksi terorisme. Tapi di satu sisi, tidak ada satupun landasan akademik serta aturan perundang-undangan di Indonesia yang sejauh ini mampu mendifinisikan radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. Lalu apa yang menjadi landasan akademik dan regulasi tertulis yang dijadikan dasar BNPT menyusun riset dengan hasil mendapuk ajaran Islam, misalnya khilafah dan kelompok Islam, misalnya HTI sebagai ajaran dan kelompok radikal, ekstrim dan teror? Dalam outloknya, BNPT masih konsisten mengulang kesalahannya. Menyasar ajaran Islam dan kelompok Islam ke dalam makna radikalisme, ekstrimisme dan terorisme tanpa didasarkan pada landasan akademik dan undang-undang tertulis dapat dikatakan sebagai bentuk kejahatan, represifitas, dan pembatasan hak asasi manusia yang dijaminkan dalam pasal 28e ayat (2) UUD 1945. Merujuk pada UU No. 1 Tahun 2023, dalam Buku Kedua Tindak Pidana, BAB I (Tindak Pidana Terhadap Kemanan Negara), Bagian Kesatu dengan judul \"Tindak Pidana Terhadap Ideologi Negara\", Paragraf I meliputi pasal 188, pasal 189 dan pasal 190, tidak ada satupun ketentuan yang mengatur tentang ajaran Islam, termasuk khilafah sebagai ajaran yang bertentangan dengan Pancasila. Secara khusus pasal 188, hanya menyebutkan Sosialisme, Marxisme, Leninisme dan ajaran lainnya yg bertentangan dengan Pancasila. Ketentuan dalam BAB I ini juga tidak mendefinksikan apa yg dimaksud dengan Radikalisme, Ekstrimisme dan Terorisme. Selain UU Ini, UU No 5 Tahun 2018 dan PP No 77 Tahun 2019 tidak memuat definisi tentang radikalisme, ekstrimsime dan terorisme. Artinya, proses penilaian ajaran dan kelompok-kelompok Islam yg didapuk radikal, ekstrim dan teror oleh BNPT dalam Outloknya, menggunakan model penafsiran, pemaknaan dan penilaian dengan rujukan di luar landasan akademik dan norma regulasi resmi negara. Inilah celah kekosongan asas ilmiah dan hukum yg perlu diatensi dengan serius. Jika tidak, maka selamanya BNPT akan terus memaksakan motif politik untuk menilai dan menetapkan ajaran dan kelompok Islam ke dalam makna radikal dan ekstrim yang tidak profesional. Semua orang di dunia tau. Radikalimse, ekstrimisme dan Terorisme: No global consensus. Hal ini menunjukan, sejatinya radikalisme terorisme adalah fenomena komplek yg lahir dari beragam faktor yang juga komplek. Ada faktor domestik, seperti kesenjangan ekonomi (kemiskinan), ketidak-adilan, marginalisasi, kondisi politik dan pemerintahan, sikap represif rezim berkuasa, kondisi sosial yg sakit, dan faktor lain yang melekat dalam karakter kelompok dan budaya. Ada pula faktor internasional seperti ketidak-adilan global, politik luar negeri yang arogan dari negera-negara kapitalis (AS), imperialisme fisik dan non fisik dari negara adidaya di negara jajahan, standar ganda negara superpower sehingga mengakibatkan tata hubungan dunia yg tidak berkembang sebagaimana mestinya (unipolar). Selain itu, ada pula realitas kultural terkait substansi atau simbolik dengan teks-teks ajaran bUdaya dan agama yang dalam interpretasinya cukup variatif. Ketiga faktor tersebut (lokal, global dan kultural) kemudian bertemu dengan faktor-faktor situasional yg sering tidak dapat dikontrol dan diprediksi, akhirnya menjadi titik stimulan lahirnya radikalisme dan ekstrimisme yg mengarah pada aksi kekerasan ataupun terorisme. Oleh sebab itu, menjadi sangat gegabah, premature dan tidak profesional, jika BNPT langsung menilai, menghubungkan dan menetapkan ajaran Islam dan kelompok Islam tertentu dengan sebutan radikalisme, ekstrimisme yg mengarah pada aksi terorisme. Oleh karena itu, untuk menjelaskan fenomena teror di Indonesia, setidaknya dibutuhkan framework analisis (analytical framework) yang tepat. Sehingga bisa ditemukan pemahaman tentang radikalisme dan terorisme serta solusinya (A.C. Manullang, 2006). Harits Abu Ulya (CIIA), mengklasifikasikan Framework analisa ke dalam dua kategori, yakni Frame Work Kultural dan rasional. Frame Work Kultural, membedah perilaku, sikap dan perbuatan sebagai penjelmaan nilai, sistem kepercayaan atau ideologi. Metodologi ini fokus membaca korelasi antara nilai atau ideologi dengan teroris, intinya adalah interpretasi nilai terhadap aksi. Framework kultural berasumsi nilai menghasikan tindakan, tindakan sangat tergantung persepsi dan pemahaman (ideologi) yang dimiliki teroris. Dengan framework ini semata akan berdampak parsial memahami terorisme dan menyeret publik kepada profil teroris dan tindakan terornya saja. sementara sasaran teror diabaikan. Dampak turunannya adalah solusi yang dilahirkan bersifat temporer dan parsial. Dari framework inilah Islam dan umatnya seringkali menjadi fokus perhatian (seperti yang konsisten dilakukan BPNT). Bahkan sering kali lahir simplifikasi tentang ideologi radikal atau kelompok radikal sebagai akar terorisme. Radikalisme seolah menjadi inheren dengan Islam dan umatnya. Jika terlalu terjebak pada framework ini, sebenarnya akan makin sulit menjelaskan secara tuntas, lengkap dan obyektif tentang sebab terjadinya teror. Karena pendekatan ini, hanya memfokuskan perhatian pada pelaku teror dan mengabaikan sasaran teror. Dengannya, Framework Kultural ini akan sangat bermanfaat dalam menjelaskan modus teror. Sangat mudah untuk menjustifikasi ajaran Islam sebagai paham radikal yang dapat mengarah pada aksi teror. Tapi tidak akan mampu menjawab mengapa sekelompok orang memilih melakulan teror? Dan mengapa pihak tertentu harus menjadi sasaran terornya? Pendekatan ini juga tidak akan mampu menjawab, kenapa sekelompok orang memilih melakulan teror di waktu-waktu tertentu. Padahal variabel kultural (menyangkut doktrin nilai, ideologi atau agama seperti jihad dan semisalnya) sudah eksis berabad-abad yg lalu? Di sinilah pentingnya menggunakan framework rasional. Metodologi ini mengkaji korelasi antara ajaran yang dinilai radikal, ekstrim yang dapat mengarah pada tindak teroris dan sasaran dalam aspek kesamaan kepentingan, konflik kepentingan dan pola interaksi di antara keduanya. Asumsinya, kalkulasi strategis antar aktor menghasilkan teror. Dalam Framework ini teroris dan sasaran terornya diletakkan sebagai aktor rasional dan strategis. Rasional dalam arti, tindakan mereka konsisten dengan kepentingan dan tujuannya. Sementara strategis dalam artian, pilihan tindakan mereka dipengaruhi oleh langkah aktor lainnya (lawan) dan dibatasi oleh kendala (constrain) yang dimilikinya. Frame ini mengharuskan evaluasi terhadap langkah, kebijakan, strategi yang digunakan oleh kedua belah pihak, yakni teroris dan sasaran teror. Penggunaan metodologi ini akan melahirkan hasil analisis yang obyektif. Tapi di satu sisi, siapapun yang menggunakan metode ini, akan dinilai atau dituduh sebagai simpatisan teroris karena manganalisa secara kritis sasaran teror, di saat “sasaran” sedang menjadi “korban”. Namun bagaimanapun juga, penggunaan framework rasional sangat penting karena mampu menjawab dua hal penting: kondisi yang dapat memunculkan dan kondisi yang dapat meredam terjadinya teror. Belajar paska penyerangan WTC di AS yang disusul dengan kampanye Global War on Terrorism, membuat dunia berfokus menuduh \'the evil ediology\' sebagai penyebab terorisme namun abai pada faktor penyebab lain. Akhirnya solusi yang digelar justru malahirkan spiral kekerasan yg tidak berujung. “Teroris” dengan aksi terornya konfrontatif dengan teror oleh kekuatan negara (state terrorism). Dalam wajah yang hampir sama, di Indonesia menempuh dua strategi kontra terorisme. Tapi keduanya terjebak dalam framework kultural (paradigm entrapment), mengidentifikasi kekerasan dan teror inheren dalam Islam dan kelompok-kelompok yang dicap radikal. Akibatnya baik strategi hard power maupun soft power yang diemban pemerintah, BNPT dan Densus 88 seperti menjadi pemantik kekerasan demi kekerasan. Karena menempatkan kelompok-kelompok yang dicap radikal secara tidsk rasional sebagai ancaman aktual dan potensial. Sementara pendekatan soft power-nya, justru melahirkan kontraksi pemikiran dan membuat kutub radikal-liberal makin kontradiksi diametrikal. Sejauh ini, baik BNPT dan Densus 88, konsisten menggunakan framework kultural dalam menilai dan menetapkan secara premature ajaran Islam dan kelompok Islam ke dalam mankna radikal-teror. Hasil penilaian itu kemudian diterjemahkan ke dalam kerangka solusi basis program Hard-power dan Soft Power yang disusun dan dijalankan dengan mengesampingkan landasan akademik dan kaidah-kaidah hukum yg justru makin membuat antipati dan distrush terhadap nilai keadilan. Eksesnya, ajaran dan kelompok Islam yg tidak mampu terjelaskan secara akademik dan hukum sebagai kejahatan terhadap ajaran Pancasila, terus dipaksakan untuk ditindak, dikriminalkan secara tidak profesional dan tidak adil. Selain itu, belajar dari kasus-kasus teror yg muncul di Indonesia sejauh ini, sejatinya lebih dominan sebagai bentuk respon dan interaksi antara pelaku teror terhadap pemerintah dalam hal ini institusi kepolisian RI dikarenakan penindakan hard power secara arogan lebih diutamakan dalam menindak terduga teror. Kebanyakan mati tanpa diberikan hak dan kesempatan melakukan pembelaan secara hukum. Dalam konteks ini, dendam dari para simpatisan, terutama keluarga menjadi stimulan lahirnya aksi teror tanpa ujung meski “doktrin” agama tetap menjadi bumbu pelengkap dari pilihan aksi teror yg dilakukan oleh individu atau sekelompok orang. Kesalahan BNPT dalam Outlok 2024 berikutnya adalah ajaran Islam dan kelompok Islam yg dicap radikal, dinilai sebagai kontributor bahkan menjadi inspirator utama lahirnya tindakan terorisme. Ini adalah kesimpulan yang sangat premature. Irasional !!! Kelompok radikal sendiri dinamika perjuangannya dalam dua arus besar, radikal pemikiran dan ada yang radikal fisik atau aksi. Tidak pasti sebangun dan korelatif bahwasanya individu dan atau kelompok yang radikal pada aspek pemikiran kemudian menjadi radikal dalam aksi atau tindakan. Dalam konteks kelompok yang radikal secara pemikiran, faktanya merupakan respon atas serangan sekularisme dan modernitas yang agresif. Serangan ini, sangat jauh meminggirkan agama, memutus kesempatan dan hak mereka menjalankan ajaran agama. Dalam kaitan ini, kelompok radikal secara pemikiran, lahir dan bergerak untuk memelihara agama dari pemusnahan oleh sekularisme dan modernitas (Karen Amstrong, 2001). Maka tumbuhnya individu-individu dan kelompok-kelompok yg dicap radikal secara pemikiran dengan ideologi yang dikembangkan, maupun sikap bias dalam merespons perkembangan yang dianggap menyimpang dari agama hanyalah satu faktor disamping faktor-faktor struktural, kultural, dan situasional yg memicu lahirnya tindakan kekerasan terorisme. Jika BNPT memaksa memposisikan kelompok yang dinilai radikal secara pemikiran sebagai akar terjadinya terorisme itu sama artinya terlalu over simplikasi dan generalisasi tanpa verifikasi secara rigid. Dalam keadaan represif seperti ini, tidak salah juga jika kemudian kelompok yang dicap radikal merasakan suasana psikologis terdzalimi secara sistemik baik dalam skala domestik maupun global. Maka dapat dikatakan, fenomena terorisme tetap dengan kompleksitasnya, tidak ada faktor tunggal yang menjadi pemicunya. Sekalipun di Indonesia tumbuh kelompok radikal yg mengambil metode “fisik” (seperti JM/JI) sebagai “manhaj” perjuangannya, tetap saja variabel pelengkapnya harus ada untuk bisa memunculkan aksi teror. Maka riset BNPT yang menuduh ajaran Islam dan kelompok Islam tertentu dengan cap radikal yg dapat mengarah pada aksi terorisme adalah kesalahan yang terus diulang. Maka saya sangat sepakat dengan cara berifkir Prabowo dalam Asta Cita. Bahwa langkah bijak untuk mereduksi bahkan mangaborsi radikalisme, ekstrimisme dan terorisme yang dapat mengancam Pancasila, dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran dan upaya serius pemerintah untuk bekerja menjawab faktor-faktor penyebabnya secara komprehensif. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kekayaan, penyerapan lapangan kerja, industrialisasi, infrastruktur, pengembangan ekonomi desa, ekonomi kreatif, UMKM, pengentasan kemiskinan, lenyapkan korupsi, politkk dan hukum yang adil, birokrasi yg melayani masyarakat dengan baik, tingkatkan kualitas SDM, kerukunan umat beragama. Inilah langkah kompeherensif sebagai wujud penerapan nilai Pancasila dalam mereduksi radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. BNPT berhentilah menyempitkan makan penguatan pancasila dengan cara menilai, menuduh dan memaksa menindak ajaran dan kelompok Islam secara tidak profesional. Hal ini justru dapat memantik ketidakstabilan politik dan menjatuhkan simpati, membangkitkan perlawanan kelompok yg merasa terdzalimi terhadap pemerintahan Prabowo. BNPT hentikanlah kampanye terselebung lewat Menkopolkam Budi Gunawan untuk memberi rekomendasi dan mempengaruhi Prabowo sepakati aksi penangangan dan penanggulangan radikalisme, ekstrimisme dan teror yg kontraproduktif. Meminjam sindiran cerdas Kurzman, di tengah hiruk-pikuk besarnya kampanye dan perhatian terhadap radikalisme, ekstrimisme dan terorisme, dunia aslinya telah jauh lebih aman. Dalam tulisan bersama Neil Englehart: “Welcome to World Peace,” (Social Forces, Volume 84, Number 4, June 2006), menyindir: Boleh jadi respon terbaik terhadap radikalisme, ekstrimisme dan terorisme adalah membiarkannya !! BNPT sebagaiknya berhenti membuat gerakan tambahan dan fokus mengikuti strategi Prabowo. Bahwa mengokohkan ajaran Pancasila bukan dengan melawan radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. Tapi mulailah memperbaiki kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, menerapkan nilai-nilai Pancasila, terutama pada bidang ekonomi, hukum, politik, sosial kebudayaan, agama, pendidikan. Dengan sendirinya radikalisme, ekstrimise, terorisme akan lenyap. (*).