OPINI

Korbankan Perang Suci, Presiden Cabut PSN atau Rakyat Cabut Paksa

Oleh Sutoya Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  RAHASIA motivasi dan menjaga moral perlawanan adalah keyakinan ini perang suci melawan kebiadaban dan kekejaman  kekuatan yang terus, menindas dan merampas pekarangan atau rumah seseorang  dengan paksa yang miliki dengan syah  Satukan suasana hati dan emosi perlawanan suci. Pimpinan pergerakan pimpinlah dari depan agar rakyat tertindas melihat Anda di garis depan berkorban demi perjuangan, ini akan jadi mukjizat dan menutup kekurangan apapun dalam sumber daya material. Inilah yang digambarkan Panglima Besar Jenderal Sudirman, rakyat bergerak bersama dalam perang gerilya, mereka melepaskan apapun yang dimiliki sebagai logistik menopang pergerakan perjuangannya. Berjuanglah dengan ikhlas itu akan tercium sebagai perang suci.  Napoleon Bonaparte pernah mengatakan \"Perbandingan moral dengan fisik adalah tiga berbanding satu\"  dalam sebuah pertempuran prajurit yang termotivasi (perang suci) sanggup mengalahkan pasukan yang tiga kali lebih banyak dari  pasukannya. Untuk menciptakan dinamika perlawanan terbaik : \"Satukan kekuatan di seputar yang layak. Ini perjuangan suci untuk melawan kedzaliman dan kebiadaban harus di lawan karena jalan perdamaian adalah mustahil\" \"Bahu membahu periksa kebutuhan fisik mereka. Sifat alami mereka yang mementingkan diri sendiri akan muncul di permukaan dan mereka akan memisahkan diri dari barisan perjuangan perlawanan ketika kebutuhan fisik mereka rentan dimangsa oleh Taipan\" \"Pimpin mereka dari depan. Sejak awal pemimpin harus terlihat memimpin dari depan, siap menanggung bahaya, bukan mendorong mereka dari belakang, biarlah mereka berlari untuk mengimbangi pimpinannya\". \"Konsentrasikan energi kekuatan dan semangat yang mengalir dalam pikiran dan pergerakan. Setiap aksi dan bertindak harus jelas dan terarah\" \"Jaga emosi mereka. Cara terbaik memotivasi bukan dengan cara menukar, tetapi melalui emosi. Bahwa perjuangannya perang suci ini hanya akan dicapai dengan bergerak bersama dengan semangat baja\" \"Campurkan sikap tegas dan kemurahan. Kunci sumber daya manusia adakah keseimbangan antara sikap tegas dan kemurahan. Jarang jarang lah menunjukkan kemurahan, komentar hangat atau kemurahan. Anda mundur atau saya libas. \"Bangun mitos kelompok. Pergerakan dengan moral tertinggi adalah pergerakan yang telah teruji bahwa leluhur pahlawanku di daerahku tidak pernah terkalahkan. Jangan kamu coba akan mengganggu apalagi akan menindas anak anak cucunya dengan kejam dan sadis\" \"Berilah sinyal tidak mengenal ampun untuk pada penindas. Yakini bukan jumlah atau kekuatan yang akan memberikan kemenangan dalam sebuah perlawanan - melainkan gerakan apapun yang melawan dengan jiwa yang kuat akan meraih kemenangan gemilang\". Lebih baik kita mempunyai pemimpin seorang Kapten yang sederhana, berpakaian sederhana yang mengetahui apa yang harus diperjuangkan, mencintai apa yang sedang diperjuangkan dari pada seorang Jenderal yang sudah terkontaminasi otak dan prilakunya sebagai penghianat negara. Perang suci membela keadilan, membela rakyat dari perampasan, penyiksaan dan penindasan akan melahirkan pejuang militan dan tidak mungkin akan bisa di kalahkan dan dibeli dengan uang. Tanaman samangat  ini perang suci,  ridak ada jalan mundur Presiden membubarkan PNS atau terpaksa rakyat harus membubarkan dengan cara paksa*. (*)

Strategi Shin Tae Yong,  "Outside The Box"  vs "Inside The Box"

Oleh: Sabpri Piliang | Wartawan Senior       INI bukan soal. \"Meludah naik ke Langit, muka juga yang basah\"!     Ini bukan pula soal melawan timnas Vietnam yang \"berkuasa\" (senior dan berpengalaman). Yang berujung kekalahan Timnas Indonesia 0-1. Sejatinya, kekalahan ini sudah diprediksi sejak awal.       Empat \"Nguyen\": Nguyen Tien Linh (27), Nguyen Quang Hai (27),  Nguyen Van Toan (28), dan Nguyen Filip (32),  empat nama yang telah lama muncul. Jauh, sebelum \"Coach\" Shin Tae Yong (STY), dan Ketum  PSSI Erick Thohir \"potong\" generasi, dalam revolusi sepak bola Indonesia.     Saya tidak ingin mengatakan, kemenangan Timnas Vietnam melawan Timnas 20-an tahun (Indonesia), lusa kemarin. Sebagai satu kemenangan kualitatif.      Kemenangan kualitatif, justru didapat Timnas Indonesia dengan \"line up\", dari 22 anggota skuad berusia belia. Bahkan 11 diantaranya adalah debutan Timnas senior. Dalam pelajaran matematika, saat saya SMA dulu, ada sub-bab yang disebut \"modal\".      Kurun jangka panjang, \"matchday\" ke-3 melawan tim berjuluk \"Ngoi Sao Vang\" (The Golden Star), adalah modal. Bagi pemain-pemain muda berbakat: Cahya Supriadi (kiper), Achmad Maulana (bek/tengah), dan Victor Dethan, merupakan pengalaman yang berkualitas.     Secara empiris, ini  melatih mereka bertarung dalam kompetisi yang kompetitif. Melawan pemain-pemain \"super\" (senior) Vietnam seperti: Tien Linh, Quang Hai, Van Toan,  Nguyen Filip, bukanlah \"cek kosong\". Ada residu yang berguna, sebagai bekal.     Vietnam, memang sedang kurang \"kerjaan\". Mereka tidak punya lagi target \"reputable\" untuk lolos ke Piala Dunia 2026. Karena itu, ASEAN Cup menjadi ajang kompensasi untuk menghibur diri. \"Membesarkan hati\".     Hampir semua pemain senior, bahkan super senior Vietnam  sudah \"berkarat\": Doan Ngoc Tan (30 thn), Vu Van Thanh (28), Nguyen Xuan Son (27), Nguyen Dinh Trieu (33 thn),  Do Duy Manh (28), Bui Tien Dung (29), Pham Xuan Manh (28), Ho Tan Tai (27), Nguyen Thanh Cung (27), Le Pham Thanh Long (28), dan Chau Ngoc Quang (28).     Kemenangan Vietnam, yang mendapat perlawanan sengit darl Timnas Indonesia belia. Adalah sekadar kemenangan kuantitatif. Hanya kemenangan \'numeric\' (angka), itu pun hanya 1-0.         Hal tersebut memperlihatkan keberanian pemain-pemain muda Asuhan STY:  Achmad Maulana, Arkhan Fikri, dan Rivaldo Pakpahan, bertarung di lini tengah. Mereka tidak inferior menahan gempuran pemain-pemain bernilai Rp 126 milyar (Timnas Vietnam).      Berusia paling tinggi 25 tahun  (Asnawi Mangku Alam), dan pemain termuda \"bomber\" Arkhan Kaka (17 tahun), Arhan Pratama (22 tahun), Dony Tri Pamungkas (19), Marselino Ferdinan (20), Kadek Arel (19), Mikael Tata (20).       Lalu, Rayhan Hannan (20), Arkhan Fikri (19), Victor Dethan (20), Hoki Caraka (20), Raffael Struick (21), Zanadin Fariz (20), Ronaldo Kwateh (20), Cahya Supriadi (21), Vietnam hanya menang kuantitatif terhadap Timnas muda Indonesia.     Kita berani mengatakan, di bawah asuhan STY, terutama: Cahya Supriadi, Achmad Maulana, dan Victor Dethan, akan menjelma menjadi pemain-pemain bermutu, dan cepat disemai (dipanen).         Ketenangan Achmad Maulana di garis pertahanan. Kecepatan Victor Dethan menerobos, dengan bola \"lengket\" berhadapan dengan Nguyen Filip. Serta responsif Cahya Supriadi menahan tendangan penyerang Vietnam. Adalah modal.        Lupakan kekalahan, dan \"frustrasi\" Vietnam hingga menit ke-75. Lupakan kekalahan tipis yang nyaris bermain draw. Lupakan kekurangan Achmad Maulana dkk di Stadion Viet Tri (Hanoi), beberapa hari lalu.      Hasil draw Laos vs Filipina (1-1), sangat menguntungkan Timnas Indonesia. Sekalipun kita kalah lawan Vietnam. Pertandingan terakhir Indonesia vs Filipina (21/12) di Stadion Manahan (Solo) adalah kunci untuk lolos mendampingi Vietnam (semisal juara Group) ke semifinal.       Laos dan Filipina yang masing-masing baru mengumpulkan dua poin. Tak akan mampu mengejar Indonesia dengan tujuh poin (sekarang 4). Seandainya mampu mengalahkan Filipina dengan skor berapa pun. Laos, semisal menang lawan Myanmar, maksimal hanya 5 poin.       Apa yang dilakukan \'coach\' Shin Tae Yong (STY) sudah baik. Berkebalikan dengan pelatih Vietnam Kim Sang-sik(KSS). STY berpikir \"Outside The Box\".      STY berani melakukan eksperimen dengan risiko tidak juara. Sementara Kim Sang-sik, tak berani bereksperiman yang bermanfaat untuk \"kaderisasi\". Kim Sang-sik tetap menggunakan \"Inside The Box\".      Pemain tersebut terbukti Unggul. Dengan begitu, Vietnam ingin menjuarai ASEAN Cup 2024 lewat pemain-pemain mayoritas berusia di atas 27 tahun. Secara konvensional (alur vertikal), itu betul.      Namun bola itu \"bundar\". Dia bisa berkelok-kelok, membingkai dan mengelabui asumsi. Apalagi, boleh jadi Kim Sang-sik, dibatasi oleh asumsi dari dirinya sendiri.     Meski kalah 0-1 dari Vietnam. Timnas Indonesia tetap disebut \"menang\". Bila bisa mengalahkan Filipina  di \"matchday\" ke-4 (terakhir) dan masuk ke semifinal.      Bisa jadi, Timnas Indonesia bertemu Vietnam lagi, di partai puncak (final), 5 Januari 2025 mendatang. Bola itu bundar! (*).

Gantung Jokowi, Bongkar Pagar Laut

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan Beredar viral video Said Didu dan rekan-rekannya di PIK 2 dengan latar belakang laut yang dipagar. Menurut Didu panjang pagar itu 23,3 KM dan jarak dari bibir pantai 1 hingga 2 KM. Konon 9 lembaga termasuk TNI bungkam dengan pemagaran laut ini. Sinyalemen bahwa ada Negara dalam Negara semakin terbukti. Inikah benteng yang merujuk pada Great Wall of China?  Di dalam Kota Beijing ada Forbidden City atau Kota Terlarang. Area tertutup Kekaisaran China. Benteng raksasa itu dibuat untuk melindungi serangan kaum barbar, fungsi imigrasi dan perdagangan. Benteng Changcheng menjadi simbol dari kedaulatan China yang tidak bisa diganggu.  Di zaman pemerintahan Hindia Belanda dibuat benteng di Tangerang Banten untuk menahan serangan dari pasukan Sultan Banten. Warga etnis Cina mendapat perlindungan dan berada di dalam benteng tersebut. Di kemudian hari mereka dikenal sebagai Cina Benteng. Sisa-sisa keturunan dan situsnya kini masih terlihat. Setelah bentrok dan kerusuhan, etnis Cina banyak yang kabur.  Kenangan tentang kebijakan pemerintahan kolonial itu kini terbayang kembali. Sulit membantah bahwa  pemerintahan Jokowi sangat memanjakan etnis Cina.  \"Negara\" PIK 1 dan sekarang PIK 2 adalah karya Jokowi. Di masa sebelum Jokowi etnis Cina hanya menguasai ekonomi, namun kini ekonomi dan politik. Rakyat khawatir TNI dan Polisi juga telah berada dalam pengaruhnya.   Mendaur ulang Cina Benteng merupakan pabrik monster yang membahayakan. PIK 2 faktanya telah dibentengi di darat dan di laut. Gerbangnya patung Naga Raksasa. Pengusaha besar Cina dipelihara dan dilindungi oleh penguasa penjajah Oligarki. Indonesia tergadai oleh berbagai kebijakan Jokowi. Jokowi yang pro Cina sesungguhnya adalah penghianat Negara.  Secara sadar makar telah dilakukan oleh seorang Presiden yang pandai berpura-pura. Pura-pura bersih, sederhana, pro rakyat bahkan spiritualis. Pejabat dan lingkarannya seperti terkena sihir hingga mendewakan. Presiden yang ini menjadi musuh dalam selimut bagi Negara Pancasila. Makar merupakan perbuatan yang diancam dengan hukuman mati.  Bukan mengada-ada jika muncul seruan tangkap dan adili Jokowi. Bahkan ada desakan agar Jokowi  dihukum mati. Bersandar pada Pasal 11 KUHP maka hukuman mati itu dengan cara digantung.  \"Pidana mati dijalankan oleh algojo di tempat gantungan dengan menjeratkan tali yang terikat di tiang gantungan pada leher terpidana kemudian menjatuhkan papan tempat terpidana berdiri\" Prabowo tidak boleh melindungi pengkhianat negara. Prabowo harus tunduk pada ketentuan hukum. Biarlah hukum berbuat secara independen dan berdaulat. Era politik yang merekayasa hukum di zaman Jokowi telah usai. Prabowo jangan diam saja atau membuat Indonesia paradoks. PIK 2 karya Jokowi harus dibatalkan.  Status PSN atas PIK 2 segera cabut. Aguan telah memanipulasi PSN di depan hidung Jokowi, di depan mata Prabowo, serta di hadapan  seluruh rakyat Indonesia. Rakyat wajar untuk tidak dapat menerima dan  marah besar. Bongkar pagar laut PIK 2 dan beri sanksi pembuatnya. Pagar pembunuh nelayan. Begitu juga dengan pejabat yang telah membiarkan penyerobotan wilayah Negara ini. Mereka terang-terangan berbuat jahat untuk menciptakan Negara dalam Negara. Menipu rakyat dengan berbagai narasi palsu termasuk bunga-bunga pariwisata.  Bersihkan dan basmi para penghianat negara yang masih merajalela di bumi persada. Gantung Jokowi dan bongkar pagar laut. Banten bukan Propinsi Republik Rakyat China.  Sekali merdeka, tetap merdeka. (*)

Presiden Prabowo Perlu Selamatkan Polri Dari Cengkraman Ferdy Sambo (Bagian-2)

Oleh Joharuddin Firdaus/Pemerhati Politik Sosial dan Budaya “Kasus pembunuhan Brigadir Polisi Yosua Hutabarat ini terlalu mudah dan gampang untuk diungkap siapa pelaku dalam waktu secepatnya. Tidak butuh waktu lama berhari-hari untuk mengungkapkan pelakunya. Locus dan tempus delicti sangat jelas. Paling butuh waktu tiga sampai lima jam saja sudah menemukan pelaku sebenarnya. Masalahnya ada kemauan tidak dari penyidik dan atasan penyeidik, “ujar Komisaris Jendral Polisi (Purn.) Dharma Pongrekun dalam suatu kesempatan sambil bercanda.  PAK Kapolri Jendral Polisi Listyo Sigit yang hebat dan baik hati. Sekedar mengingatkan kalau masih banyak anggota Polisi yang baik, bagus dan hebat yang belum mendapat promosi jabatan dan kenaikan pangkat sampai sekarang. Mungkin saja jumlah mereka itu ada puluhan ribu, bahkan ratusan ribu anggota polisi baik, bagus dan hebat itu masih di posisi dan jabatan yang sama selama bertahun-tahun. Para polisi baik, bagus dan hebat itu sudah bertugas di pedalaman Kalimantan, Maluku, Papua, Aceh dan daerah lain. Mungkin mereka sudah bertugas selama tiga tahun, lima tahun atau tujuh tahun. Namun sampai sekarang polisi-polisi baik, bagus dan hebat itu belum dipromosikan oleh Pak Kapolri Jendral Sigit. Mereka tetap setia untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan dengan ikhlas dan sabar.      Pak Kapolri Jendral Sigit, kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Polisi Yosua Hutabarat ini kejadiannya belum terlalu lama. Pasti masih segar dalam ingatan seluruh anggota polisi baik, bagus, hebat dan publik Indonesia. Apalagi kasus ini juga menyeret polisi berdarah biru yang menjadi Kepala Devisi Provesi dan Pengamanan (Propam) Polri Irjen Polisi Ferdy Sambo sebagai aktor utama. Kasus ini jelas menghebokan seluruh jagat Indonesia Pak Kapolri Jendral Sigit. Pastinya Kapolri Pak Jendral Sigit tidak anggap remeh dan merasa kasus ini biasa-biasa saja. Kejadian ini membuat masyarakat dunia ikut terheran-heran dan terkaget-kaget. Bisa ya di Polisi Indonesia ada kejadian yang seperti ini? Mudah-mudahan saja ini bukan dikenang sebagai kegagalan Pak Jendral Sigit ketika memimpin institusi Polri?  Sekedar mengingatkan Pak Kapolri Jendral Sigit bahwa pembunuhan berencana kepada Brigadir Polisi Yosua Hutabarat itu tidak mudah dilupakan publik begitu saja. Apalagi waktu kejadiannya itu belum terlalu lama dari sekarang. Kalau tidak salah ingat Brigadir Polisi Yosua Hutabarat itu ditembak mati dua tahun, lima bulan dan tujuh hari silam. Tepatnya terjadi pada hari Jum’at tanggal 8 Juli dan tahun 2024. Namun yang paling mengagetkan publik Indonesia karena puluhan anggota polisi yang diperiksa secara etika dan profesi diguga terlibat melakukan rekayasa, mempengaruhi, berusaha menghalangi proses hukum dari sebenarnya. Mereka memberikan keterangan palsu. Juga berusaha menyembunyikan bukti-bukti dari kepolisian dan kejaksaan (Obstruction of Justice) terkait pembunuhan Brigadir Polisi Yisua Hutabarat itu, kini diberikan karpet merat di institusi Polri oleh Pak Kapolri Jendral Sigit.  Sejak tahun 2023 sampai sekarang, tercatat ada enam anggota Polisi yang terlibat skandal Obstruction of Justice pembunuhan terhadap Brigadir Polisi Yosua Hutabat telah diberikan kenaikan pangkat dan promosi jabatan oleh Kapolri (TEMPO.Co Senin 10/12/2024). Diduga Kapolri telah dengan sengaja mengusik dan menciderai rasa keadilan publik. Luar biasa hebatnya Pak Kapolri Jendral Sigit ini.  Memberikan karpet merah kepada anggota polisi mantan anak buah Irjen Polisi Ferdy Sambo yang terlibat skandal Obstruction of Justice pembunuhan Brigadir Polisi Yosua Hutabarat itu memang kewenangan Pak Kapolri Sigit. Cuma kurang baik dan kurang bijak saja Pak Kapolri. Tidak adil kepada puluhan ribu atau ratusan ribu anggota polisi baik, bagus dan hebat yang belum dipromosikan dan dinaikan jabatan serta pangkat mereka. Mungkin saja mereka tidak berani protes Pak Kapolri karena takut kepada atasan.  Pak Kapolri Sigit terkesan mengabaikan merit system di polisi terkait promosi jabatan. PRESISI yang Kapolri Sigit pidatokan di depan Pak Presiden Prabowo Subianto saat Apel Kasatwil Polri tahun 2024 di Akpol Semarang itu seperti basa-basi saja. Berkaitan dengan skandal Obstractio of Justice pembubuhan Brigadir Polisi Yosua Hutabarat itu, PRESISI dimana Pak Kapolri Sigit umpetin ya?  PRESISI mungkin bukan lagi tagline istimewa karena Pak Kapolri Sigit berikan karpet merah kepada anggota Palisi yang terlibat skandal Obstraction of Justice pembunuhan Brigadir Polisi Yosua Hutabarat. Bagaimana dengan nasibnya puluhan ribu, bahkan mungkin juga ratusan ribu anggota polisi baik, bagus dan hebat yang belum dapat promosi jabatan dan kenaikan pangkat itu Pak Kapolri Jendral Sigit?      Pak Kapolri Jendral Sigit itu hebat, low prifile, pekerja keras dan sangat disiplin. Masih segar dalam ingatan kita skandal pembunuhan Brigadir Poplisi Yosua Hutabarat itu. Mungkin bukan begitu kerja-kerjanya PRESISI. Kasus ini hampir saja membuat institusi Polri tergenlinncir jatuh ke titik nadir. Kasus ini dibumbui dengan keterlibatan gerombolan anggota polisi yang sengaja merekayasa perkara seakan-akan Irjen Ferdy Sambo yang dipersiapakan menjadi Kapolri masa depan itu tidak terlibat. Hanya berselang beberapa bulan, mereka mendapat promosi jabatan dan kenaikan pangkat. Seperti inikah kerja-kerja PRESISI yang Pak Kapolri Sigit banggakan itu?  Publik Indonesia dan civil society berprasangka baik kalau Pak Kapolri Sigit tidak punya beban hutang budi atau perasaan tidak enak kepada Ferdy Sambo karena sesuatu hal. Walaupun demikian, lamanya pengungkapan kasus ini hampir satu bulan itu, diduga penuh tarik-manerik kepentingan tingkat tinggi di Polri. Awalnya diduga ada upaya Mabes Polri selamatkan Ferdy Sambo yang dipersiapkan menjadi calon Kapolri kelak.  Akibatnya publik menduga telah terjadi saling sandra-menyandra antara Mebes Polri di satu pihak dengan Fardy Sambo di pihak lain. Dampaknya, Kapolri Sigit tidak bisa melapor kepada Presiden Joko Widodo ketika itu sejak hari pertama kejadian. Diduga Kapolri Sigit baru malapor Presiden Joko Widodo pada hari ketiga setelah kejadian. Masalah ruwet, sehingga lambat mengungkapkan. Padahal untuk kawasan ASEAN dan Asia, Polisi negaraku Indonesia itu terkenal sangat hebat, cepat, tepat dan sangat teliti dalam mengungkapkan perkara kriminal seperti pembunuhan. Lihat itu hebatnya kerja Densus 88 Antiteror Polri. Densus 88 Antiteror Polri tidak butuh waktu lama untuk mengungkap dan menangkap pelaku teroris yang merencanakan dan meledakan bom dimanapun wilayah Indonesia.  Anehnya untuk kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Polisi Yasua Hutabarat, polisi Indonesia yang terkenal hebat itu, mendadak menjadi tidak hebat. Seperti lemah syahwat. Padahal locul delicti dan tempus delicti sanagat jelas. Locul delicti dan tempus delicti terang-bernderang di depan mata polisi. Waktu dan tempat kejadiannya itu pasti di rumah dinas Kepala Devisi Propam Polri Irjen Polisi Ferdy Sambo.  Sayangnya, butuh waktu tiga hari, dari tanggal 8 - 10 Juli sejak kejadian pembunuhan terhadap Brigadir Polisi Yosua Hutabarat, baru ada keterangan resmi dari Karo Penmas Devisi Humas Polri Brigjen Ahamd Ramadhan. Humas Polri secara official adalah organ pelaksana dari Kapolri. Jadi, keterangan Humas Polri itu official atas nama Kapolri.  Sudah terlambat, namun keterangan resmi yang disampaikan Brigjen Ahmad Ramadhan masih berisi informasi bohong kepada publik. Isinya masih sesuai skenaria awal, yaitu tembak-menembak antara Brigadir Yosua Hutabarat dengan Bharada Polisi Richard Eliezer. Tangan Ferdy Sambo diduga sedang mengacak-acak institusi Polri. Untuk itu diperlukan tangan Presiden Prabowo untuk menyelamatkan Polri dari cengkaraman Ferdy Sambo. (bersambung).  

Saatnya Kita Harus Perang

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  Kita harus perang:.\"manusia keluar dari perang dalam kondisi akan lebih baik, kuat untuk kebaikan ataupun kejahatan\" (Friderich Nietzsche)\" Perkembangan politik, ekonomi dan aspek lainnya di negara kita sudah pada titik nadir, didepan mata sudah muncul kekuatan yang siap melakukan apapun untuk merebut kedaulatan negara, tidak peduli nilai nilai kemanusiaan. Perampasan tanah, pengusiran kaum pribumi terjadi di seluruh belahan Nusantara. Indonesia sudah dalam kendali kekuatan kapitalis yang sangat kejam, menjelma sebagai penjajah.  Pertempuran tanpa senjata sudah dimulai, penguasa dan para politisi  pengendali negara, pelan tapi pasti sudah limbung dan menyerah tanpa syarat. Rakyat sedang bertarung sesama teman bangsanya sendiri.  Sebagian ikut sebagai budak Taipan Oligarki sekedar mengais-ngais remah dan sisa sisa makanan, sebagai luar biasa biadab larut penjajah dengan paham yang penting ikut hidup mewah, sekalipun harus melacurkan harga dirinya. Keadaan makin rumit,   menganggap  sebagai kepala negara dengan pidato di kemas patriotik penuh harapan, kita  anggap di pihak kita, akan melindungi dan menolong kita, ternyata musuh dalam ketiak sebagai antek asing yang sedang menghancurkan kedaulatan  negara.  Lebih sulit dikenali mereka selalu bermain pasif agresif  terus berkata manis  ternyata \"berbisa\", dipermukaan tampak bicara lembut, basa basi akan mensejahterakan rakyatnya . Dibelakang terus memperkuat kepentingan diri, keluarga  kroni bisnis dan bandar politiknya. Dalan kondisi seperti ini, saat ini yang kita butuhkan sekarang bukan  cita cita damai dan kompromi dengan penguasa  atas kendali kekuatan penjajah. Kerjasama dan dialog secara normal sudah mustahil dan hanya akan menemui jalan buntu dan sia sia. Saat ini harus ada keberanian dengan pengetahuan  strategi  taktis dan praktis mencari jalan keluar dari kebuntuan,  konflik  setiap hari terjadi. Cara yang lebih rasional dan strategis adalah melawan untuk menyelamatkan negara. Secara psikologis dan sosiologis  bahwa melalui konflik, perselisihan dan kebuntuan akan bisa selesaikan,  dengan cara kekuatan melawan (perang). Mengindari cara tersebut justru akan memperburuk dan makin membesar perbuatan licik dan manipulatif yang sudah kronis dan membabi-buta, hanya akan memperburuk keadaan. Hilangkan ketakutan, keadaan tidak tertaklukkan adalah tergantung pada semangat perjuangan kita. Kehidupan adalah suatu pertempuran panjang, kita harus berjuang dalam setiap keadaan untuk mengatasi keadaan terburuk sekalipun.  Sekarang Ini bukan saatnya lagi membuat penyataan sikap petisi atau sejenisnya  tapi perang melawan perilaku binal, liar dan biadab kaum kapitalis Taipan Oligarki. Taipan Oligarki sudah menjelma menjadi State Corporate Crime (SCC) ingin membangun negara dalam negara. Terang benderang telah menjadi musuh Negara. Satukan Barisan Rakyat siap bertempur bukan berdiskusi lagi, untuk melawan, menangkap dan ambil kembali semua tanah yang telah mereka rampas, kembalikan kepada pemiliknya. Mereka melawan hancurkan apapun yang telah mereka bangun - bakar semua hasil rampasan kepada rakyat yang mereka kuasai - usir mereka dari Nusantara (ingatlah sejarah Kubilai Khan). Musuh Negara tidak bisa diajak berunding, Musuh Negara harus digempur, berlakukan hukum perang, maka musuh negara sangsinya.:  Hukuman Mati dan seluruh asetnya harus dirampas untuk negara. Saat ini harus bertindak : It\'s now or never .. Tomorrow will be to late (sekarang atau tidak pernah - besok atau semua terlambat).

ASEAN CUP 2024, Pastikan Indonesia Kalahkan Vietnam

Oleh Sabpri Piliang | WARTAWAN SENIOR     DIALAH seorang Hungaria. Laslo Polgar namanya. Suatu hari, Laslo menulis surat aneh kepada seorang wanita.      Laslo meminta wanita itu menjadi Isterinya. Dengan syarat, dia harus sepakat dengan Laslo. Bahwa,  seorang anak genius, tidak dilahirkan. Tapi karena didikan dan pelatihan. Mereka menikah, dan punya anak.      Tidak ada bakat dan kehebatan bawaan, dalam bidang apa pun. Semua karena pelatihan. Laslo pun, memilih catur  untuk ketiga anak-anaknya.  Hasilnya?      Kita mulai dari anak bungsu, Judit Polgar. Dalam usia lima tahun, dia mengalahkan permainan catur sang ayah.     Tujuh tahun kemudian, di usia ke-12, Judit masuk dalam 100 pecatur terbaik dunia. Lebih \"gila\" lagi, belum berusia 16 tahun, Judit menjadi \"grandmaster\" termuda sepanjang sejarah dunia. Peringkat satu dunia, di tangannya.     Sofia Polgar, anak kedua Laslo. Usia 14 menjadi juara Dunia catur. Beberapa tahun kemudian menjadi \"grandmaster\". \"Workoholic\", tekun berlatih, menganalisis. Itulah Sofia Polgar.       Suatu hari sang Ayah meminta kepada Sofia. \"Sofia, tinggalkan catur itu!\" Sofia bergumam. \"Ayah, catur ini tidak ingin aku kesepian!\"            Seusai pertandingan Timnas Indonesia versus Laos (10/12). \"Ayah\" (Pelatih) Timnas Indonesia Shin Tae Yong (STY), meminta tolong media massa agar dapat membantunya. STY merasa \"kesepian\" dengan ketiadaan lini tengah, sekaligus \"playmaker\".      Serius. Selama lima tahun lebih STY menjadi Pelatih Timnas Indonesia. Baru pertama \"coach\" asal Korea Selatan ini memohon. Ada hal mendesak yang \"membahayakan\" pertandingan Indonesia melawan Vietnam, Minggu (15/12).      Ketiadaan \"playmaker\" berstandard cerdas, taktis dan  \"workoholic\". Sekelas Ivar Jenner, atau Calvin Verdonk, sangat terlihat dalam pertandingan Indonesia melawan Laos.      Setidaknya dua gol Laos, lahir karena kelemahan lini tengah Timnas yang diisi oleh Arkhan Fikri, Rayhan Hannan, dan Dony Tri Pamungkas. Umpan-umpan ke lini depan yang kurang akurat, banyak dimanfaatkan Laos lewat serangan balik cepat.     Penyerang Indonesia, Raffael Struick dan Marselino Ferdinan nampak frustrasi dengan alur distribusi bola yang semrawut. Ditambah lagi dengan kepemimpinan wasit Hiroki Kasahara (Jepang) yang \"kurang jeli\" terhadap pelanggaran dan gol ke-3 Laos.       Saya teringat gol ke-2 Indonesia ke gawang Timnas Korea Selatan di Piala Asia U-23 lalu (Doha/Qatar) 2024. Distribusi bola Ivar Jenner jauh ke depan, disambut cerdik oleh Raffael Struick dengan berputar ke sisi samping. Mengecoh Lee Kang-hee, dan menjebol gawang Baek Jong-bum.       Saya juga teringat, betapa cekatannya Calvin Verdonk  lewat \'skill\'nya menusuk kotak penalti Arab Saudi. Meski dihadang dan terjatuh. Verdonk masih sempat menyontek bola lamban yang disambut Marselino Ferdinan.       Tendangan Marselino ke gawang Arab Saudi membentur bek, dan sepakan kedua. Bola masuk. Arab Saudi, rangking 59 FIFA, terjungkal menyakitkan oleh kegigihan bek yang juga \"playmaker\" Calvin Verdonk.     Shin Tae Yong berharap Ivar Jenner datang di saat kritis, di mana Marselino Ferdinan terkena Kartu Merah. STY meminta tolong media, agar mendorong Klub liga atas Belanda FC Utrecht melepas  sang \"playmaker\", Ivar Jenner.      Hingga hari ini, tidak ada kabar tentang kedatangan Ivar Jenner. Pertandingan lawan Vietnam di Stadion My Dinh (Hanoi) besok malam. Rasanya, nihil Ivar Jenner akan datang.      Suka atau tidak, mau atau tidak. \"Coach\" Shin Tae Yong harus mengolah \"hidangan\" yang tersedia. Pilihan pengganti Marselino tinggal pada Hoki Caraka yang akan diduetkan dengan Raffael Struick.       Sementara untuk lapangan tengah, tak tersedia \"grandmaster\", sekelas Ivar Jenner, Nathan Tjoa-A-On, atau Calvin Verdonk yang bisa bermutasi dari bek hingga ke tengah.       Arkhan Fikri, Rivaldo Pakpahan, dan Ahmad Maulana di lini tengah, masih jauh dari keyakinan pelatih STY.  Untuk memastikan kemenangan \"matchday\" ke-3 nya melawan Vietnam. Namun, siapa tahu. STY membuat eksperimen yang manjur.     Namun, eksperimen bukanlah kepastian. Eksperimen, tidaklah eksak. Laslo tidak melakukan eksperimen terhadap Judit Polgar, Sofia Polgar, dan Susan Polgar. Laslo memberi kepastian, ketiganya pasti jadi pemenang.      Publik Indonesia. Seperti halnya Laslo Polgar membina anak-anaknya (anak didik), yaitu kepastian. Kepastian, menang bagi Timnas Indonesia lawan Vietnam.      Kita yakin, \"coach\" STY adalah pendidik (pelatih) yang baik. Seperti halnya Laslo Polgar mendidik anak-anaknya hingga juara dunia. (*)

Lawan, Kejar dan Tangkap Semua Yang Terlibat Kejahatan Sebagai Pengkhianat Negara

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  Diunggah di akun Instagram pribadi Jokowi @Jokowi pada Jumat (13/12), Jokowi dengan sadar atau tidak sedang memberi pesan dirinya sedang adanya masalah dengan Geng Taipan Oligaki. Terekam info mantan Presiden  Joko Widodo menerima kunjungan keluarga pemilik Lippo Group di kediaman pribadinya di Solo, Jawa Tengah.  \"Saya menerima kehadiran Bapak Mochtar Riady, Bapak James Riady, Bapak John Riady beserta keluarga di kediaman,\" ucap Jojowi. Disertai basa basi lainnya  sangatlah tidak penting. Pertemuan tersebut terasa tersambung dengan pertemuan Presiden Prabowo Subianto  dengan mantan Presiden  Joko Widodo di  Kertanegara, Jakarta, Jumat, 6 Desember 2024.  Lobi Jokowi atas remot Taipan konon meminta agar Pilgub DKI direkaya 2 putaran \"Gagal\", permintaan agar PSN PIK 2 bisa diamankan, PS malah membuka aib Aguan bahwa PIK 2, menyalahi prosedur dan aturan dari rencana awal pembangunan, menabrak penjarahan tanah rakyat ke mana mana, ujungnya rakyat bangkit melawan. Kunjungan keluarga besar CEO Lippo Group, James Riady, di kediamannya yang berlokasi di Solo, Jawa Tengah ini bukan ajang silaturahmi tetapi ajang Taipan nagih janji dan pertanggung jawaban Jokowi harus bisa mengamankan semua program PSN sesuai perjanjian dengan segala resikonya. Analisis sederhana pertemuan Joko Widodo dengan  Bos Lippo di Solo apalagi di situ hadir \"James Riyadi\" jago lobi bisnis internasional : Lippo adalah \"anak emas\" rezim Jokowi priode I dengan memberikan keistimewaan proyek Meikarta yang disinergikan dengan KA Cepat Bdg-Jkt. Meikarta gagal dan sampai saat ini masih banyak rakyat yang uangnya belum kembali atau bahkan sudah hilang. Banyak pimpinan proyek, beberapa orang saat ini  dititipkan Jokowi ke Prabowo menjadi Menko. Saat ini turun fungsinya menjadi tenaga pemasaran Meikarta merangkap sebagai Menko harus ikut bertanggung jawab. Di beberapa daerah terdapat berbagai \"lokasi\" bagus  belum ada kebijakan PSN karena belum  berstatus PSN dari Jokowi seperti PIK-2 dan BSD. Jokowi agar segera meminta  Presiden Prabowo secepatnya  mengeluarkan statusnya sebagai PSN. Jadi pertemuan Solo tersebut  ada 2 (dua) kemungkinan : Pimpinan Lippo meminta tanggung jawab  Jokowi atas kerugian Meikarta dll., untuk dititipkan ke Gibran dan Prabowo dan meminta tanggung jawab Jokowi atas kebohongan kebijakan selama ini.  Meminta bantuan agar aparat keamanan tetap diterjunkan untuk mengamankan semua proyek PSN yang telah mengikat dalam perjanjian bersama dengan Jokowi sebagai Presiden saat itu. Tidak peduli melanggar aturan atau tidak. Pimpinan Lippo memilih ketemu mantan Presiden Jokowi yang sudah terikat perjanjian dibandingkan ketemu dengan Presiden Prabowo. Untuk mengantisikasi gerombolan mafia kejahatan para penguasa yang telah menjadi budak Taipan Oligarki tidak boleh ada kompromi dan negosoasi - lawan, kejar, tangkap dan penjarakan mereka semua yang terlibat kejahatan sebagai penghianat negara. (*)

Presiden Prabowo Perlu Selamatkan Polri dari Cengkeraman Ferdy Sambo (Bagian-1)

Oleh Joharuddin Firdaus | Pemerhati Politik Sosial dan Budaya “Institusi Polri tidak boleh melindungi siapapun oknum polisi yang melakukan pelanggaran hukum. Sebaliknya, oknum polisi yang melakukan pelanggaran hukum tidak boleh berlindung atau mencari perlindungan di institusi Polri. Kebenaran dan keadilan harus diungkapkan untuk menjaga kehormatan dan marwah institusi Polri,\" mantan Wakapolri Komisaris Jenderal Polisi (Purn.) Nanan Sukarna.  Mantan Kepala Devisi Profesi dan Pengamanan Polri Irjen Polisi Ferdy Sambo benar-benar sangat hebat dan luar biasa. Sambo diduga masih punya pengaruh kuat di institusi Polri. Ferdy Sambo itu sangat sakti madraguna. Sambo diduga masih bisa leluasa mengatur-atur institusi Polri dari dulu sampai sekarang.  Untuk itu, Presiden Prabowo Subianto perlu menyelamatkan institusi Polri dari cengkeraman dan pengaruh Ferdy Sambo. Diduga meskipun masih mendekam di dalam penjara karena divonis penjara seumur hidup oleh Mahkamah Agung, namun tetap saja Sambo yang hebat, digdaya dan top markotop. Diduga dari dalam penjara sekalipun, Ferdy Sambo masih bisa mendikte dan menekan para petinggi Polri.  Sambo mampu memperjuangkan mantan anak buahnya yang terlibat skandal rekayasa perkara pembunuhan (Obstraction of Justice) terhadap Brigadir Polisi Yosua Hutabarat. Sebanyak enam mantan anak buah Ferdy Sambo yang terlibat Obstraction of Justice mendapat promosi kenaikan pangkat dan jabatan. Fakta ini jelas tidak bagus untuk menjaga marwah pemerintahan Presiden Prabowo lima tahun ke depan.  Anda boleh percaya, namun boleh juga tidak percaya. Namun fakta menyajikan kuatnya dugaan pengaruh dan cengkeraman Ferdi Sambo terhadap institusi Polri. Buktinya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit memberikan jabatan empuk kepada enam anggota polisi mantan anak buah Ferdy Sambo yang terlibat Obstruction of Justice terhadap Brigadir Polisi Polisi Yosua Hutabarat (TEMPO.Co. Senin 10/12/2024).  Mereka adalah mantan Kepolres Jakarta Selatan Komisaris Besar (Kombes) Polisi Budhi Herdi. Budhi Herdi dipromosikan menjadi Kepala Biro Perawatan Personil (Karowatpres) pada Asisten Sumber Daya Manusia Kapolri. Dengan demikian, Budhi Herdi naik pangkat dari Kombes Polisi menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen) Polisi.  Pecahlaj bintang di pundaknya Budhi Herdi. Panggilan sehari-hari adalah Jenderal Budhi Herdi. Dengan jabatan baru itu, Brigjen Budhi Herdi bertugas merawat mental, karakter dan prilaku semua anggota polisi Indonesia. Orang yang terlibat skandal Obstruction of Justice terhadap anggota Polri Brigadir Yosua, namun mendapat promosi kenaikan pangkat dan jabatan. Hebat dan luar biasa hebat Pak Kapolri. Selian itu, Kombes Polisi Murbani Budi Pitono. Ketika terjadi skandal Obstruction of Justice terhadap Brigadir Yosua Hutabarat, Kombes Murbani Budi Pitono menjabat Kapala Bagian Renmin Divisi Propam Polri. Kombes Polisi Murbani Budi Pitono menjadi anak buah langsung dari Irjen Polisi Ferdy Sambo. Ada juga Kombes Polisi Deni Setia Nugraha Nasution. Ketika terjadi skandal Obstruction of Justice terhadap Brigadir Yosua Hutabarat, Kombes Deni Nasution menjabat Serso Paminal Divisi Propam Polri. Anak buah langsung dari Irjen Ferdy Sambo. Sekarang Kombes Polisi Deni Setia Nasution dipromosikan sebagai Kapala Bagian Jianling Rojianstra Asisten Operasi Kapolri. Anak buang Ferdy Sambo lain yang mendapat promosi jabatan di institusi Polri adalah Kombes Polisi Susanto. Ketika terjadi skandal Obstruction of Justice terhadap Brigadir Polisi Yosua Hutabarat, Kombes Susanto menjabat Kepala Bagian Penegakan Hukum Provost Divisi Propam Polri.  Kombes Susanto telah dipromosikan oleh Kapolri Jenderal uListyo Sigit sebagai Penyidik Tindak Pidana Madya Tingkat II Bareskrim Polri. Ternyata promosi Kombes Susanto sudah dilakukan Kapolri Sigit sejak tahun 2023 lalu. Pelaku Obstruction of Justice bisa dipromosi menjadi penyidik di Bareskrim Polri? Apa kata dunia Pak Kapolri? Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Handik Husen yang giliran mendapat promisi jabatan sebagai Kasubag Opsnal Direktorat Tidank Pidana Umum Baresskrim Polri. Ketika terjadi skandal Obstruction of Justice terhadap Brigadir Yosua Hutabarat, AKBP Handik Husen menjabat sebagai Kasubdit Resmob Polda Mentro Jaya. Sedangkan Komisaris Polisi (Kompol) Chuck Putranto dipromosikan dan naik pangkat menjadi AKBP. Chuck Putranto sekarang ditempatkan sebagai Pamen Polda Metro Jaya. Saat terjadi skandal Obstruction of Justice terhadap Brigadir Yosua Hutabarat, Chuck Putranto menjabat Kasubbagaudit Baggak Etika Rowafprof Divisi Propam Polri.       Pak Kapolri Jendiral Sigit, kenyataan ini musibah dan sangat tragis untuk institusi polisi dan dunia hukum Indonesia. Aneh, tetapi nyata terjadi. Publik Indonesia dibuat hanya terperangah menyaksikan fakta ini. Kapolri Jenderal Sigit diduga telah menampar dan mencoreng wajah institusi Polri. Kapolri Sigit juga diduga mendegradasi samangat penegakan hukum Indonesia. Jangan terlalu telanjang begitu dong Pak Kapolri. PRESISI yang menjadi tagline visi dan misi Komisaris Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo ketika menjalani fit and proper test di Komisi III DPR untuk menjadi Kapolri itu terkesan hanya basa-basi semata. Kalau tidak mau dibilang mundur ke belakang, PRESISI kini berjalan di tempat. Semua itu karena diduga Fardy Sambi masih mempunyai pengaruh dan cengkeraman atas Kapolri dan institusi Polri.  Pak Kapolri Jenderal iSigit yang hebat, baik hati dan murah senyum. Merencanakan pembunuhan dengan sengaja oleh Jenhdral polisi kepada anak buah sendiri itu bar-bar dan sangat primitif. Juga bengis, kejam, dan tidak bermartabat. Apalagi diwarnai dengan bumbu Obstraction of Justice lagi. Padahal pembunuh anak buah seperti Ferdy Sambo diduga digadang-gadang dan dipersiapkan untuk menjadi Kapolri masa depan.  Fakta adanya promosi jabatan dan kenaikan pangkat enam anggota polisi yang terlibat skandal Obstruction of Justice terhadap Brigadir Yosua Hutabarat ini benar-benar mengecewakan publik. Kapolri Jenderal Sigit diduga tidak sensitif dan tidak peka atas keresahan publik terkait kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat ini.  Pak Kapolri Sigit, masyarakat Indonesia yang menjadi pemegang saham dan pemilik sebenarnya dari institusi Polri kecewa, kasal, marah dan gondok. Bukan begini caranya mengelola dan menjaga wajah dan marwah institusi Polri. Kasihan itu institusi Polri. Padahal Polri harus tetap tegak lurus sebagai pelayan, pengayom dan pelindung masyarakat.  (bersambung) 

ASEAN Cup 2024,  Sepak Bola dan Strategi Sponsorship

Oleh Sabpri Piliang | Wartawan Senior  SAYA tidak menyarankan Anda berbuat \"kriminal\".  Berpikir kriminal, tidak sama dengan  berbuat \"kriminal\". \"Memata-matai\" kekuatan,  kelemahan,  dan membajak CEO kompetitor selanjutnya,  \"approach\" kepada distributor agar menolak memasarkan produk kompetitor, itu bisa disebut, cara berpikir kriminal. Pelatih sepak bola Vietnam (2019-2024) Park Hang-seo, pernah \"memata-matai\" matchday Timnas Indonesia versus Kamboja dalam Piala AFF 2020 (sekarang ASEAN CUP) di Stadion Bishan (Singapura). Cara  wasit  Ahmed Al Kaf (Oman), memimpin \"matchday\" Indonesia vs Bahrain, bisa saja publik menyebut sebagai cara berpikir \"kriminal\", agar Bahrain tidak kalah. Juga gol Diego Maradona (Piala Dunia 1986/Meksiko) ke gawang Peter Shilton (Inggris), yang dikenal dengan \"Tangan Tuhan\", suka atau tidak, bisa juga disebut cara berpikir, atau meniru pemikiran \"kriminal\". Berpikir \"kriminal\" juga berhembus saat Piala Dunia 1978, di Argentina (Argentina juara). Ia harus memiliki selisih 4 gol, agar Tim Tango bisa maju ke babak gugur dan menyisihkan pesaing terdekatnya (Brasil). Argentina mengalahkan Peru 6-0, persis selisih 4 gol. Karena, di pertandingan sebelumnya, Brasil mengalahkan Polandia 3-1. Hasil ini membuat kondisi perbatasan Brasil-Peru tegang. Berpikir \'lateral\', karena sepak bola adalah \"nabinya\" olahraga di Amerika Selatan. Santer saat itu, akan ada peperangan antara Brasil dan Peru gara-gara Timnas Brasil merasa \"dikriminalisasi\". Semalam saya menyaksikan gol ke-3 P. Phanthavong (Laos) ke gawang Daffa Fassya (Indonesia) pada ASEAN CUP 2024. Dalam gerakan lambat, bola yang digiring (sebelum diumpan), jelas tipis telah keluar garis. Namun VAR menyatakan gol itu sah. Saya pernah mendengar (1988), ada satu perusahaan media yang panik dengan \"booming\" kompetitornya,  hingga muncul satu ungkapan: \"Omzet kita boleh turun. Namun keberadaan mereka di pasar,   harus hilang\"! Menghilangkan keberadaan kompetitor di masyarakat sama juga \"menceraikan\" sebuah produk dengan habit dan kebiasaan publik. ASEAN Championship, atau lebih mudah disebut \"Misubishi Electric Cup 2024\", menarik ditilik dari sisi sponsorship. Sponsorship menjadi hal yang vital untuk penyelenggaraan satu even.  Terlebih even regional seperti ASEAN CUP. Baik Mitsubishi, maupun Suzuki, atau mungkin industri otomotif lain seperti: Hyundai (Korea Selatan), Honda (Jepang), Toyota (Jepang), Wuling (China), punya pangsa pasar besar yang fanatis di ASEAN. Memiliki jumlah penduduk 680 jutaan (2023) di seluruh ASEAN, dimana Indonesia menyumbang 40 persennya (277 juta), bagi Mitsubishi, Suzuki, atau lainnya sponsorship akan melahirkan \"feedback\" \"extraordinary\".  ASEAN CUP (2024),  yang sebelumnya bernama AFF Suzuki Cup sejak tahun 2008 hingga 2020 (enam even),  di-sponsori oleh perusahaan otomotif Jepang (Suzuki). Salah satu kompetitor Misubishi di regional ASEAN. Tercatat, penjualan mobil di tujuh negara ASEAN (2024) dari Januari-Agustus mencapai 2.000.000 (dua juta unit lebih). Dari jumlah itu, mobil produksi Jepang mendominasi penjualan. Menurut catatan, per tahun 2017 saja. Jepang menguasai pangsa pasar Indonesia sebanyak 98 persen. Jumlah tersebut tidak banyak bergeser dari tahun ke tahun. Meskipun mobil Korea, seperti Hyundai juga populer dan diminati. Jepang tetap nomor satu. Bisnis dan olahraga, terutama sepak bola. Selalu menggiurkan untuk menciptakan kohesifitas, atau dipadukan. \"Simbiosa mutualisme\" antara keduanya, akan melahirkan persaingan dan kompetisi. Persaingan, saling berlomba dengan berbagai strategi, tidak ada yang salah. Paul Sloane dalam bukunya \"Lateral Thinking: For Every Day\" menyebutkan. \"Lindungi Bisnis Anda dengan berpikir, bagaimana seorang kriminal. Atau kompetitor (pesaing), akan memanfaatkan kelemahan dan melibas Anda\". Berkompetisi, dengan pendekatan masing-masing, cara masing-masing. Tidak salah! Apa yang dikatakan Paul Sloane. \"Memasarkan produk, perlu kelihaian dan berpikir di luar kebiasaan (lateral), serta licik di dalam pendekatan. Berpikirlah seperti kriminal, tapi tetap taat hukum. Sepak bola ASEAN, akan semakin maju dengan banyaknya sponsorship yang saling bersaing. Berkompetisi, saling berlomba antara industri otomotif dalam sepak bola ASEAN, akan melahirkan prestasi inklusif. Tidak sebatas regional saja. Kemarin Suzuki, hari ini Mitsubishi. Mungkin, dua tahun lagi Hyundai, Toyota, Honda, atau Wuling.  Ayo ASEAN CUP. Maju! (*).

Demokrasi Gombal

Oleh Sutoyo Abadi  | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  \"Kolaborasi adalah proses kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Gombalan  berarti ucapan yang tidak benar atau tidak sesuai kenyataan.\" Kata \'kolaborasi\' pernah terlontar saat presiden terpilih Prabowo Subianto berpidato di Kongres III NasDem, Jakarta Pusat, Selasa (27/8/2024). Saat itu, ia menekankan jika budaya Indonesia adalah kerjasama, bukan oposisi. \"Kita harus kerjasama. Kita harus kolaborasi, jangan kita mau ikut-ikut budaya lain. Budaya barat atau budaya mana itu mungkin suka oposisi-oposisi, gontok-gontokan, oposisi, nggak mau kerjasama itu mungkin budaya mereka. Itu bisa menjadi Gombal, ketika fakta yang terjadi adalah Adagium Thucydides, mengatakan bahwa strong will do what they can, and the weak suffer what they must (yang kuat akan berbuat sekehendaknya yang lemah harus menderita). Asumsi dan persepsi Presiden Prabowo Subianto bahwa oposisi sebagai gangguan, tidak sepenuhnya keliru. Oposisi bisa saja  memanfaatkan apa yang disebut Tom Nichols (2017), sebagai factoid. Yaitu, pernyataan palsu dan manipulatif yang disajikan seolah-olah sebagai fakta. Atau hoaks yang diklaim sebagai informasi yang sebenarnya. Namun demikian, jangan serta merta menilai negatif terhadap tindakan politik oposasisi dan tidak serta merta disimpulkan bahwa keberadaan oposisi itu mengganggu. Problem factoid itu bisa dilawan dengan narasi, penjelasan, dan penyebaran informasi yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan data faktual. Asumsi dan persepsi Presiden menjadi gombal kalau fakta membuktikan rezim di Indonesia selama ini selalu terjebak pada kepentingan jangka pendek,  idealisme tujuan negara sesuai pada pembukaan UUD 45  telah kalah oleh kekuatan pragmatisme. Rakyat terus menjadi korban kedzaliman penguasa. Selama ini oposisi terus di lemahkan  membuka peluang bagi pemerintah untuk memusatkan kekuasaan tanpa pengawasan, meningkatkan risiko korupsi, nepotisme, dan kebijakan yang mengabaikan rakyat. Tanpa oposisi, aspirasi masyarakat kehilangan saluran. Hal ini memicu ketidakpuasan dan potensi konflik sosial. Tekanan pada oposisi justru memperdalam polarisasi politik, memperkuat sikap ekstrem, dan memicu ketegangan sosial. Demokrasi membutuhkan oposisi untuk menyeimbangkan kekuasaan. Tanpa itu kebijakan hanya mencerminkan kepentingan elit, bukan rakyat. Publik bisa kehilangan kepercayaan pada demokrasi jika oposisi tidak diberi ruang. Akibatnya, muncul apatisme politik dan kecenderungan mendukung rezim yang selalu terseret menjadi  otoriter. Ketika penguasa hanya mengejar kekuasaan demi keuntungan material, mereka cenderung meninggalkan prinsip luhur yang sebelumnya mereka pegang teguh. (Friedrich Nietzsche, filsuf Jerman).  Ketika seseorang menyerahkan kebebasan dan nilai-nilainya demi kekuasaan, ia sebenarnya mengalami kejatuhan eksistensial. (Jean-Paul Sartre, filsuf Prancis). Fenomena ini sebagai momen di mana  penguasa justru merubah diri ini menjadi bagian dari sistem (ketidakadilan) yang harus mereka lawan.  Saat ini masyarakat juga memiliki asumsi dan persepsi penguasa di Indonesia bukan Presiden hasil Pilpres tetapi Presidennya adalah James Riady Bandar Pilpres (Taipan Oligarki). Kalau ini benar (semoga tidak benar) maka demokrasi di Indonesia adalah Demokrasi Gombal. (*)