OPINI

Gemoy Semakin Letoy

Oleh Yusuf Blegur | Ketua Umum BroNies  Dua kali debat capres, hanya mengumbar amarah  dan penjelasan yang tak berdasar data dan fakta di lapangan.  Terperosok kubangan sejarah hitam, ia sedang mempermalukan dirinya sendiri sembari mengumumkan ke publik, bahwa kegagalan dan mungkin penyimpangan kewenangan telah menjadi kesehariannya. Debat Capres ke-2 seperti menampilkan seorang pemimpin yang sarat kecerdasan sedang berhadapan dengan orang yang identik dengan kemarahan. Ditonton ratusan juta rakyat, untuk kali kedua ada capres yang begitu emosional. Merasa dipermalukan di hadapan publik, sikap temperamen ditunjukkan sebagai kontemplasi dari ketidakmampuan berdebat. Bukan karena tidak punya kemapuan bicara di depan banyak orang, tapi memang tak lagi bisa membantah fakta-fakta yang ada hanya dengan sekedar retorika. Rekam jejak yang buruk, menempatkan sosoknya sebagai capres yang dianggap tidak punya kapasitas dan integritas. Terlebih ketika terpojok saat capres lainnya mengangkat soal nilai-nilai dan etika kepemimpinan. Alhasil, rasa malu, serba salah dan akhirnya perilaku reaksioner yang muncul. Menahan kegeraman dan rasa kesal hingga terkesan ada murka di wajahnya. Seketika branding gemoy yang susah payah dibangun dan dipaksakan akhirnya runtuh dalam panggung debat capres. Tak ada lagi  joget-joget, tak ada lagi pasang kuda-kuda dan tak ada lagi ajakan sorak-sorai yang provokatif. Boleh jadi sudah kehilangan semangat dan perlahan mulai muncul  sikap optimis yang  kian tipis. Capres itu justru malah terlihat semakin tak terkendali, hanya emosi dan sekali lagi emosi dalam jiwanya. Kasihan capres yang lanjut usia dan kesehatannya semakin terus menurun. Keadaan mental dan fisiknya tak lagi mampu mengikuti ritme dinamika pilpres 2024. Konstelasi dan konfigurasi politik yang begitu tinggi  dalam kontestasi capres, sungguh sangat menyiksa pikiran dan jiwa  capres langganan gagal itu. Tekanan dan ambisi saling menyalip seiring syahwat kekuasaan, namun sayang yang terjadi justru figurnya semakin hancur saat usia  menjelang uzur. Gemoy tal lagi ceria, Gemoy tak lagi gembira dan bahkan gemoy tak tahu harus berbuat apalagi. Tua dan renta  yang didesain menggunakan tagline Milenial, kini telah berhadapan dengan situasi yang aral. Tak bisa lepas dari perilaku emosional, performansnya di debat capres terlanjur didapuk khalayak seperti seorang pembual dan pandai memainkan  peran antagonis dalam sebuah panggung politik teatrikal. Kasihan, ia tersiksa diperbudak ambisinya sendiri. Membidik suara potensial gen-z hingga rela memainkan peran Gemoy, namun apadaya kontradiksi yang didapat. Si Gemoy energinya terkuras habis oleh  cengkeraman kejahatan HAM dan kejahatan lingkungan melalui proyek tanam singkong panen jagung. Lebih miris lagi langganan capres ini  terus diterjang pelbagai proyek pembelian barang bekas , kepemilikan ratusan ribu hektar tanah serta penghianatan terhadap pengorbanan rakyat karena tak tahan menjadi oposisi, seperti pernah diungkit capres lainnya.  Gemoy kini hanya bisa pasrah, hanya bisa berharap beruntung mendapat kompensasi kegagalan capresnya. Entah jabatan, entah fasilitas atau bahkan gelontoran uang panas hasil berjudi capres. Ya hanya capres itu dan Tuhan yang tahu. Rakyat hanya bisa tertawa dan tersenyum tersipu, menyaksikan Gemoy penampilannya kini semakin letoy. (*)

Politik Jokowi Hidup atau Mati

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Merah Putih  Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengunggah foto dirinya tengah makan malam berdua dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Jumat 5 Januari 2024. Keduanya makan malam di salah satu restoran di kawasan Jakarta Pusat. \"Selamat berakhir pekan,\" tulis Prabowo dikutip dari akun Instagramnya @prabowo, Sabtu (6/1/2024). Pesan hanya berakhir pekan dan alasan lainnya itu basa politik biasa untuk masyarakat awam, tentu sangat peka dan berbeda bagi sebagian analis dan pengamat politik. Itu sinyal ada masalah sangat serius untuk target kemenangan tidak boleh gagal. Tercium info kegelisahan  Jokowi dan Prabowo. Bagi Jokowi kekalahan dalam pilpres mendatang adalah bencana bagi diri dan keluarga, Oligarki dan kroni kroninya. Tidak bisa lepas dari resiko tanggung jawab Jokowi patut diduga telah menerima bantuan khusus untuk kemenangan calon Capres sebagai bonekanya dan tidak boleh gagal. Skenario pertemuan tersebut sengaja dipertontonkan ke masyarakat luas bahwa penguasa full mendukung paslon Prabowo - Gibran harus menang dengan cara apapun dan resiko apapun yang harus ditanggungnya. Boleh jadi, ini adalah wujud kongkrit kegalauan dan ketakutan Jokowi yang makin akut. Karena, semakin hari keyakinan akan kekalahan Prabowo-Gibran. Akibat serbuan media sosial dan dukungan untuk Anies Baswedan dan Muhaimin yang minim segala fasilitasnya justru makin militan dan membesar. Rekayasa politik penguasa melalui bantuan sebaran  survey dan media sosial tentang PS dan GRR bisa  menang dalam satu putaran makin berantakan karena masyarakat luas justru menangkap semua itu hanya mombastis dan akan bulus seorang yang telah menyandang ng sebagai penipu , boneka dan pembohong. Gempuran  dahsyat hampir semua rekayasa kecurangan dalam bentuk apapun terekam oleh kecanggihan teknologi yang terus membuntuti dan merekamnya. Baik kecurangan yang telah, sedang dan akan terjadi sudah tidak akan bisa bersembunyi. Jokowi tinggal ada dua pilihan menyerah tidak boleh campur tangan dan hentikan semua rekayasa kecurangannya ( pilihan ini mustahil terjadi). Atau pilihan nekad dengan cara sembunyi atau terang terangan memaksakan diri harus dan harus menang  dengan cara apapun. Ini beresiko negara akan masuk pada kekacauan berkepanjangan. Kalau itu terjadi inilah awal people power dan revolusi dipastikan akan terjadi. Resiko hukum dan politik Jokowi sangat besar dan berat sekali, pilihannya seperti hanya hidup atau mati, sekalipun telah lengser dari kekuasaannya. Dampak politiknya akan berimbas menerpa PS yang sejak awal telah ada peringatan dari para aktifis dan pengamat politik untuk keluar dr zona nyaman dan hindari rekayasa politik Jokowi, sayang diabaikan. ***

Apa yang Kau Cari Jokowi?

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan DALAM film Asrul Sani \"Apa Jang Kau Tjari, Palupi ?\" produksi tahun 1969 diceritakan bahwa Palupi tidak tahan hidup apa adanya dengan Haidar suaminya, pengarang idealis. Berkat teman Haidar bernama Chalil jadilah Palupi artis film. Akibat terayu Sugito, Palupi lepas dari Haidar dan jatuh ke pelukan Sugito, seorang pengusaha kaya. Palupi menikmati kesenangan duniawi. Kecewa atas nasib Palupi, Chalil hanya bisa bertanya \"Apa jang kau tjari, Palupi ?\". Haidar masih sempat menilai mantan istrinya yang hanya mencari kesenangan sekarang. Gumamnya \"ia begitu gelisah seolah-olah ingin berlomba-lomba dengan bayang-bayangnya sendiri\". Palupi berucap \"Aduh, gelap betul disini\". Chalil berujar \" Yah, di dalam dunia angan-angan, yang terang bisa kelihatan gelap\". Membuat rumah yang tidak pernah ada, bagai dalam mimpi buruk. Sebuah kesenangan dalam kegelisahan.  Jokowi yang tidak bisa hidup apa adanya seusai berkuasa memang gelisah dan ingin tetap  berada di ruang kesenangan panjang. Ia lepas dari Megawati dan mencoba hidup bersama Prabowo. Memasuki ruang angan-angan yang sebenarnya gelap.  Ketika tiga periode tidak berhasil didapat, ia menjual Gibran dengan tukaran harga diri. Ketidakpedulian atas penilaian orang banyak. Pantas jika kolega bertanya \"apa yang kau cari, Jokowi  ?\". Sugito mengobrol dengan Cholil tentang kehidupan di ruang pesta. Menurut Sugito tamu-tamunya ada tiga model, yaitu : Pertama, \"sesama pengusaha\" yang selalu \"senyum profesional\" memuji-muji sambil mencari kesempatan untuk \"menggorok leher saya\". Kedua, \" pembesar pemerintahan dan orang politik\". Mereka \"kembang semusim\" disayang-sayang dan dipuji-puji selama masih berkuasa. Ongkosnya mahal.  Ketiga, para \"benalu\" yang selalu berkantor di kantong saku. Mungkin para punakawan, petugas bayaran yang tingkat kesetiaannya tergantung sisipan isi kantong.  Istana adalah ruang pesta yang berkilau cahaya. Tetapi diisi oleh orang-orang yang gelap mata dan gelap hati. Pemburu fatamorgana kekuasaan palsu. Berkeliling para benalu yang memuji bertalu-talu. Politisi bermulut bau dan pengusaha penggorok berkumpul disitu. Jokowi di masa akhir jabatan super sibuk menggalang dukungan untuk sang anak. Dikira itu bisa memperpanjang umur kekuasaan. Panjang angan-angan adalah ciri dari hati gelap. Ciri lain adalah perut yang terlalu kenyang, bergaul dengan orang zalim, serta banyak dosa tanpa penyesalan. Demikian sahabat Ibnu Mas\'ud menyatakan.  Para petani yang berteriak \"wuuuu.. \" saat Jokowi pidato membual tentang hubungan kelangkaan pupuk dengan perang Rusia Ukraina dan kaburnya peserta mobilisasi baik kepala desa atau petani adalah pertanda bahwa rakyat sudah muak padanya. Banyak omong yang bukan hanya tak bermutu tetapi juga tipu-tipu.  Bekerja untuk kesejahteraan diri, famili dan kroni membuat Jokowi nir prestasi. Melakukan pelemahan KPK, membumbungkan harga pangan dan BBM, swasembada hutang, serta membenturkan aparat dengan rakyat dalam konflik agraria. Menurut Majalah Time prestasi Jokowi adalah memundurkan demokrasi, memaksakan IKN dan menyuburkan politik dinasti.  Palupi adalah perempuan yang merasa diri cantik dan mampu menarik laki-laki tetapi selalu gelisah akan usia yang semakin tua. Ia menyuap petugas agar memalsukan KTP, usia diubah dari 32 menjadi 26. Akhir cerita, Palupi pulang duduk di atas mobil sampah dan berhenti di rumah pesta bersama dengan para pemabuk. Ia tidak bisa keluar karena pagar terkunci.  Adakah akhir cerita dari kekuasaan Jokowi seperti dalam film \"Apa Jang Kau Tjari, Palupi  ?\" Entahlah, yang jelas usia kekuasaan semakin pendek, penuh dengan palsu-palsu, duduk di atas mobil sampah, serta berpesta dalam penjara yang berpagar terkunci.  Palupi pernah berseru \"Aduh, gelap betul disini\". Itulah kematian dan kehidupan di alam kubur nanti. Penjara bagi orang-orang rakus, khianat dan zalim.  Lalu, \" Apa yang kau cari, Jokowi?\"

"Desak Anies" Komunikasi Genuine Tanpa Sekat

Oleh: Ady Amar | Kolumnis Saya tidak pernah memandang mereka yang terlibat dalam dialog kritis sebagai musuh. Mereka adalah sahabat, orang-orang yang peduli dengan Indonesia--Anies Baswedan. Anies Baswedan menjadikan politik dalam alam demokrasi tidak kaku sebagaimana yang dikesankan selama ini. Tidak seperti di tangan rezim yang menuju otoritarian, demokrasi seperti tak dapat ruang gerak sebebasnya. Sekat-sekat dibuat. Suara boleh disampaikan sampai tahap tertentu yang dimungkinkan. Jika lewat dari kesepakatan yang dibuat \"diam-diam\", dibuat sekenanya, sanksi akan dijatuhkan. Mudah dicarikan delik, meski absurd. Tapi di tangan calon presiden (capres) Anies Baswedan--berpasangan dengan Muhaimin Iskandar, yang maju dalam Pilpres 2024--demokrasi menjadi sesuatu yang tanpa sekat. Tidak lagi dibuat berjarak. Demokrasi menjadi asyik-riang gembira. Setidaknya Anies menunjukkan itu dalam komunikasi yang dibangunnya, yang mampu menyasar seluruh elemen masyarakat. \"Desak Anies\", namanya. Itulah bentuk komunikasi Anies dengan semua elemen masyarakat. Anies seperti tengah mengajarkan sebuah pelajaran politik. Semua elemen disasarnya. Anies jemput bola mendatangi berbagai elemen masyarakat. Mulai mahasiswa, aktivis pemuda dan buruh, bahkan petani, nelayan, itu dimediasi dalam dialog Desak Anies. Dialog dengan tak dibatasi topik tertentu. Tidak pula untuk kalangan tertentu. Bahkan hatters pun boleh datang bertanya dan menyerangnya dengan pertanyaan tajam sekalipun. Ada ungkapan menarik dari Anies, yang sejatinya bisa memotret tentangnya, \"Saya tidak pernah memandang mereka yang terlibat dalam dialog kritis sebagai musuh. Mereka adalah sahabat, orang-orang yang peduli dengan Indonesia\". Anies menghadirkan berpolitik santun dengan komunikasi cair memikat. Didesak dengan pertanyaan tajam sekalipun, tak ada yang tak dijawabnya. Dijawab tetap dengan standar seorang Anies, yang serius tapi santai dalam menjawab. Terkadang muncul keriangan gelak tawa. Meski si penanya mendesak dengan pertanyaan nakal menjebak, dan sikap atraktif ngeselin, Anies meladeni dengan kesabaran tingkat tinggi.    Pilihan komunikasi \"nekat\" ala Anies ini tidak terlepas dari kemampuannya dalam berkomunikasi yang di atas rata-rata. Penguasaan hampir semua materi yang ditanya didesak-kan, seperti tak ada yang tak dijawabnya. Dan penguasaan emosi seorang Anies yang seperti tak ada batas kesabarannya. Ya, tak ada pertanyaan tajam sekalipun yang tak dijawabnya. Anies tampak menguasai seluruh persoalan yang membelit negeri ini. Mendengar pertanyaan mahasiswa dan aktivis, pertanyaan yang seperti diniatkan memancing, berharap Anies tak mampu menjawab. Atau setidaknya menjawab sekenanya, jika mungkin--ini yang paling diharapkan--Anies menjawab dengan lepas kontrol, jebol pertahanan penguasaan emosinya. Desak Anies dicobakan pertama kali di Jakarta, Agustus 2023, lalu berlanjut ke banyak kota/kabupaten lainnya. Terakhir Desak Anies, Episode 11, di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (03 Januari). Seperti biasanya Anies meladeni setiap pertanyaan, meski pertanyaan menjebak dengan jawaban berkelas yang itu di luar yang kita bayangkan. Anies seakan menegaskan, bahwa ia datang sebagai capres dengan membawa solusi. Jika nantinya terpilih diamanahi memimpin negeri ini, ia tahu prioritas mana saja yang perlu disegerakan untuk dieksekusi. Desak Anies bisa disebut komunikasi genuine, yang pertama kali ada, bahkan belum pernah ada sebelumnya di manca negara sekalipun. Belum ada calon pemimpin yang berkontestasi di tingkat apa saja melakukan gaya komunikasi semacam Desak Anies, di mana yang hadir dari kelompok beragam. Pantas jika komunikasi Desak Anies ini mulai disorot media asing. Adalah Channel News Asia (CSA), sebuah portal media yang bermarkas di Singapura, menyorot Desak Anies dengan apresiatif. Menurutnya, ini strategi Anies dalam menggaet suara pemilih muda. Disebutnya, Desak Anies ini satu cara Anies meyakinkan kaum muda, bahwa ia calon pemimpin yang bersedia membuka pintu dialog dengan siapa saja. Sekaligus menegaskan, ia bukanlah pemimpin yang  anti kritik. Komunikasi yang tidak berjarak dalam Desak Anies, itu sepertinya sulit bisa dilakukan oleh capres lainnya. Desak Anies dibuat seolah hanya untuk Anies seorang, yang dengan kemampuan komunikasi memukau, bekal pengetahuan memadai, pemahaman akan persoalan carut marut yang dihadapi negeri ini, dan cara mengatasinya. Makin didesak makin terlihat kapasitasnya: Anies itu bagai air sumur yang tak habis airnya ditimba. Subhanallah**

Ulama Berhati Sejuk, Pemaaf Bukan Pendendam dan Penebar Permusuhan

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Merah Putih  Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) menjadi Ibrah, melegenda khususnya di hati Umat Islam bahkan bagi bangsa Indonesia. Ulama besar yang memancar kearifan sebagai ulama besar. Sekilas kisah kemarahan dan kebencian Presiden Soekarno menyerang \"HAMKA\", karena pandangan politik yang berbeda , pada tahun 1964,  sampai tega memenjarakan \"HAMKA\", tanpa proses pengadilan. Bersama Mohammad Yamin mengunakan media cetak asuhah Pramoedya Ananta Toer melakukan pembunuhan karakter Buya Hamka.  Tidak sedikitpun Hamka bersedih hati ,  dan  tak bergeser dalam menegakkan amar ma\'ruf nahi mungkar, tanpa dendam sekalipun terus diserang oleh penguasa. Berbeda dengan saat ini  dari sebagian yang mengaku sebagai ulama, adanya tekanan bahkan ada kerjasama dengan penguasa bukan teguh menebarkan amar ma\'ruf nahi mungkar, justru menebar pertikaian sesama ulama dan tersirat memancarkan  kebencian yang dipertontonkan di media dengan rasa bangsa dan merasa paling benar. Selama 2 tahun 4 bulan lamanya Hamka dipenjara, tanpa ia bersedih, mendendam kebencian dan tanpa mengutuk Soekarno. Bahkan dari terali besi itu Hamka punya waktu  untuk menyelesaikan 30 Juz Tafsir Alqur\'an yang dikenal dengan Tafsir Al-Azhar... Dengan kebesaran sebagai ulama besar, setelah Buya Hamka keluar dari penjara ketiga tokoh Soekarno, Muhammad Yamin Pramoedya, semua meminta maaf dan Buya Hamka memaafkannya tanpa tersisa rasa dendam dan kebencian. Astuti, anak perempuan Pramoedya pun menangis haru melihat kebesaran hati Ulama Besar ini. Selain Hamka  mengajarkan agama,  juga  menjadi saksi atas pernikahan anak Pramoedya. Detik detik terakhir Mohammad Yamin akan meninggal dunia ucapan kalimat-kalimat tauhid  dituntun oleh Hamka. Tanggal 16 Juni 1970, seorang ajudan Soekarno datang ke rumah Hamka membawa secarik kertas bertuliskan pendek : “Bila aku mati kelak, aku minta kesediaan Hamka untuk menjadi Imam Shalat Jenazahku...” Di depan jenazah Soekarno, Hamka kembali memaafkan Soekarno. Ketika Hamka sedang berdoa yang  lembut dan tulus  saat menjadi Imam Shalat Jenazah Presiden pertama Indonesia. Sekilas cerita ini semestinya Ibrah sebagian ulama saat ini, yang terus bertengkar hanya karena beda pilihan dalam pilpres 2024 ini. Jangankan kesan sebagai ulama yang sejuk, menjadi panutan dan pendamai umat , sangat menyedihkan saling bertengkar dan terkesan hanya karena berebut urusan dunia. **

Jokowi Perusak dan Bencana Negara

Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Merah Putih  Inayah Wahid membacakan kembali tulisan ayahnya  Gus Dur pada 1990-an berjudul \"Seolah-olah Demokrasi\". Pada haul Gus Dur, Sabtu (16/12/2023). Dalam rentang waktu cukup lama tulisan Gusdur masih eksis, bertenaga, dan bersenyawa dengan kondisi saat ini alam demokrasi di Indonesia makin berantakan di era Jokowi. Tulisan Gus Dur \"Masyarakat kita berada dalam suasana seolah-olah hukum sudah tegak, seolah-olah sistem demokrasi berlaku, seolah-olah tindakan penguasa konstitusional, seolah-olah ada kebebasan dan sebagainya. Semua lalu menerimanya sebagai wajar hanya karena tak bisa mengelak dan terpaksa ikut bermain dalam sistem seolah-olah normal ini demi keselamatan dirinya,\" ujar Inayah.\" Tersambung dengan Majalah Time menilai bahwa sebelumnya demokrasi di Indonesia relatif lebih baik atau mulai mencapai puncaknya. Namun belakangan sangat terlihat berantakan di rusak  Jokowi makin parah kemundurannya di  akhir masa jabatannya. Perilaku tirani dan otoritas dengan macam macam rekayasa politik bergaya oportunis sangat jelas di wajahnya, yang sudah tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi. Diperkirakan dan diramalkan Jokowi akan dikenang sebagai Presiden yang mengantarkan kemunduran demokrasi di Indonesia. Dengan kata lain, Jokowi akan dicap sebagai bapak perusak demokrasi. Pada eranya sama sekali tidak ada kreativitasnya untuk mengangkat pemberdayaan kesejahteraan rakyat , justru negara terus menekan rakyat yang makin sekarat, di bawa ke alam fantasi san halusinasi dengan hidup hanya mengikuti skenario jahat Oligarki. Kebutuhan makan rakyat hanya mengandalkan impor, keuangan negara sangat tergantung dengan hutang, sumberdaya alam dengan dalih investasi dilelang pada kekuatan asing. Bukan hanya proses demokrasi yang dirusak, kelola negara berjalan limbung mejadi jarahan korupsi semua pejabat negara  Nafsu Jokowi bertambah parah tengah berusaha membangun Ibu Kota Negara Nusantara ( IKN ) hanya  lahir dari sensasinya tanpa sadar diri ketika kekuatan finansial negara sangat tidak memungkinkan .  IKN ini dipastikan hanya akan menjadi  warisan kelam dan gelap Jokowi. Kekhawatiran, ketakutan bencana politik dan hukum akan menimpanya, terlalu sederhana dan spekulasi rekayasanya menempatkan putra mahkotanya sebagai Cawapres akan menolongnya. Berhasil atau gagal sebagai Cawapres hampir semua pengamat dan analis politik, menengarai kemampuan yang sangat tidak layak dan  pemaksaan Gibran sebagai Cawapres menabrak konstitusi, akan menjadi bencana lebih besar bagi Jokowi. Jokowi sedang menorehkan sejarahnya sendiri bukan hanya sebagai presiden terlemah dan terburuk di tanah air juga sebagai presiden perusak demokrasi dan hanya menjadi beban dan  bencana negara. ***

Memori Bersama Guru Bangsa

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Merah Putih  Memori kenangan bersama FC Prof. Rizal Ramli muncul terbayang dengan jelas, empat kali dipanggil oleh sang  guru, sumber pencerahan, intelektual dan aktivis pergerakan. Panggilan pertama hanya basa basi tentang keadaan Indonesia saat, dalam percakapan antara lain beliau mengatakan \"ide pendirian Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) lahir dari rumah ini\" Agak panjang Beliau menyampaikan arah perjuangan, konsisten sikap sebari menyampaikan pesam \"badai halangan, hambatan dan tantangan sebagai aktifis akan menerjang mu dan kawan kawanmu, hadapi jangan lari.\" Panggilan kedua, tanpa basa basi langsung di ajak masuk keruang kerjanya, persis sama seperti ketika ketemu pertama kali dengan Prof Ichsanuddin Noorsy.  Beliau langsung menyalakan layar dan terbaca dengan jelas tentang skema perjuangan keadaan tidak bisa diatasi dengan cara normal harus dihadapi dengan perjuangan fisik bubarkan MPR dan ambil alih kekuasaan , turunkan Jokowi bentuk pemerintahan PRESIDIUM. Pada pertemuan ketika, juga diminta langsung masuk ruang kerjanya, lebih tajam tentang negara sudah di kuasai Oligarki, bahaya Cina,  gambaran kehancuran Indonesia dan bahaya besar negara  sudah berada di jurang kerusakan dan kehancurannya. Panggilan keempat sangat mendadak waktu malam hari menjelang Isya dan pagi diminta datang ke Jakarta ketemu bersama aktifis perjuangan lainnya. Karena kendala waktu gagal memenuhi panggilan beliau, dengan rasa menyesal tidak bisa memenuhi panggilannya. Terahir saat dialog  politik tentang bahayanya UUD 45 dan Pancasila telah diganti dengan UUD 2002 beliau minta saya duduk disampingnya memandu dialog dan meminta dua Guru Besar Prof Kaelan dan Prof Sofyan Efendi  duduk di kanan dan kiri beliau, mendampingi Beliau. Beliau sampaikan dengan detil dan jelas sejarah kecelakaan amandemen UUD 45 dan sejarah awal naiknya Jokowi sebagai presiden RI dengan segala dampak dan akibatnya. Sayang saat semua pencerahan sudah saya tulis dan saya sodorkan ke Beliau dilarang untuk di publikasikan, dengan pertimbangan waktu dan situasi politik yang belum memungkinkan. Saya percaya siapapun yang sempat bersentuhan dan mendapat bimbingan langsung dari beliau akan mengerti dan merasakan betapa gigihnya perjuangannya demi kebaikan dan keselamatan negara Indonesia. Semoga Tuan Guru Prof Rizal Ramli yang telah mendahului kita mendapatkan tempat yang terbaik di sisi-Nya dan kita semuanya bisa menerima perjuangan Beliau. **

Optimisme Rizal Ramli

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan BETAPA terkejut saat penulis mendarat di Bandara Soek Hatta Rabu pagi sekembali melaksanakan umroh membuka HP. Terbaca berita telah meninggal tokoh pejuang, ekonom, mantan menteri, alumni ITB dan banyak sebutan lain DR Rizal Ramli. Semua faham bahwa Rizal Ramli adalah tokoh oposan terhadap pemerintahan Jokowi yang dianggap telah keluar dari rel konstitusi, tidak berpihak pada pribumi dan bergeser menjadi otoriter.  Bukan satu kali Rizal Ramli menyatakan Jokowi akan segera runtuh sebagai akibat dari ulah pengkhianatan kepada bangsa dan negara. Ia membandingkan dengan kejatuhan Soeharto maupun Soekarno. Bahwa cara mengelola negara yang jor-joran Jokowi akan berakibat fatal. Rakyat muak bahkan marah. Rizal Ramli sendiri siap untuk memimpin gerakan rakyat untuk meruntuhkan rezim ini. Kekuasaan ilahi dan semangat perubahan rakyat akan mampu menumbangkan, menurutnya.  Optimisme yang luar biasa dan mencerahkan bagi siapapun yang merindukan perubahan. Semangat muda yang reformatif bahkan revolusioner. Kepada orang-orang berambut putih yang bersilaturahmi ke rumahnya Rizal Ramli selalu berseloroh tapi serius juga agar menyemir rambut putihnya menjadi hitam kembali. Tampilan harus muda agar berjuang bagai anak muda.  Kenangan berharga dan sulit untuk dilupakan adalah saat bang Rizal Ramli mengajak naik becak berdua untuk menunaikan ibadah shalat jum\'at di Masjid dekat rumahnya Jalan Bangka yang agak memutar. Ia menyampaikan bahwa Rizal, yang kebetulan sama nama awalnya, agar yakin bahwa perjuangan kita akan berhasil. Jokowi sudah panik melihat geliat rakyat dan kegagalan program-programnya. Pemerintahan Jokowi sudah keterlaluan, serunya.  Rizal Ramli memang tokoh luar biasa. Sangat berpendirian dan memiliki kapasitas untuk memimpin negara dan memperbaiki ekonomi bangsa. Andai tidak berlaku presidensial threshold tentu ia maju sebagai Calon Presiden. Bukan hal mustahil, Rizal Ramli dapat  menjadi Presiden. Ia memiliki banyak gagasan untuk merekonstruksi negara. Rizal pemimpin yang kuat.  Kini Rizal Ramli telah dipanggil ilahi untuk mendahului. Ia pergi membuat fondasi sejarah sebagai monumen. Monumen perjuangan, perubahan dan perbaikan. Optimisme menggerakan semangat kaum muda. Orang tua juga. \"Semir rambut putih menjadi hitam, agar engkau menjadi muda\". Tentu agar tidak merasa tua dan tidak mampu berbuat apa apa.  Perubahan sebentar lagi. Selamat jalan bang Rizal, masih banyak penerus perjuanganmu. Tidak sia-sia abang bersikap optimis.  Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat dan maghfirah. Memasukkan ke dalam Surga Jannatun Naim. Aamiin. (*)

Legacy Etik Rizal Ramli

Oleh Ubedilah Badrun - Analis Sosial Politik politik UNJ. RIZAL Ramli, saya memanggilnya Bang RR. Saya mengenalnya sejak saya menjadi aktivis mahasiswa tahun 90-an hingga menjadi akademisi saat ini atau hampir 26 tahun lebih saya mengenalnya, sosok Bang RR tidak banyak yang berubah hingga beliau menemui ajalnya kembali kepada Allah pada 2 Januari 2024. Integritasnya untuk terus berpihak pada rakyat banyak tidak pernah pudar, cara komunikasinya dengan saya juga tidak pernah berubah meski beberapa kali beliau menjadi bagian dari pemerintahan, menjadi menteri saat Era Gus Dur maupun era periode pertama Joko Widodo. Bang RR adalah guru diskursus ekonomi politik yang tajam, menyenangkan, sering to the point dan enak untuk berdebat hingga semua pikiran kita saling terbuka. Saya dan bang RR jika berdiskusi bisa berjam-jam dari soal ekonomi makro hingga problem ekonomi mikro dan politik kontemporer. Sikap tegasnya untuk berpihak pada kepentingan rakyat dan menolak elit politik yang berbisnis dengan istilah menolak Pengpeng (penguasa sekaligus pengusaha) adalah legacy etik beliau yang   menjadi pembelajaran politik berharga bagi bangsa Indonesia. Bahwa menjadi pejabat negara (penguasa) itu mesti diabdikan seluruh agendanya untuk kepentingan negara, jangan memanfaatkan posisi politik untuk berbisnis atau memanfaatkan posisi kuasa untuk kepentingan bisnis dirinya dan keluarganya. Narasi itu tidak hanya beliau ucapkan tetapi juga beliau praktekan saat menjadi Menterinya Joko Widodo di periode pertama. Karena sikapnya yang tegas meng \'kepret\' (istilah Bang RR yg artinya menampar) atau menegur pejabat yang berbisnis membuat Bang RR diberhentikan dari jabatanya sebagai Menteri. Itu warning bang RR yang beresiko pada karirnya, tetapi itu yang sangat penting dan karenanya saya menyebutnya sebagai legacy etik Bang RR. Semua pengalaman hidupnya sebagai aktivis, ekonom, dan birokrat membuat beliau menemukan satu formulasi tentang bagaimana sebaiknya menjadi aktivis. Hal itu  beliau ucapkan saat diskusi terakhir dengan saya sebelum kesehatanya menurun drastis sekitar 1,5 bulan lalu di rumah beliau sampai pada satu kesimpulan bahwa menjadi aktivis itu jika menjadi pejabat tidak boleh lalai harus tetap utamakan rakyat banyak, meskipun resikonya harus diberhentikan jadi jabatanya. Ingat rakyat. Begitu beliau mengingatkan saya. Bang RR tidak hanya concern dengan ekonomi kerakyatan tetapi juga concern dengan kondisi demokrasi di Indonesia, hingga dalam satu diskusi pagi dirumahnya beliau membuat kesimpulan bahwa penyebab demokrasi Indonesia rusak saat ini adalah karena adanya Presidential Threshold (PT) 20%. PT itulah penyebab kepala daerah dan Presiden dikendalikan pemilik modal, mengabaikan kepentingan rakyat. Ini beliau sebut sebagai demokrasi kriminal. Karenanya beliau menolak keras Presidential Threshold tersebut. Kepedulianya pada ekonomi dan demokrasi beliau narasikan di banyak media, baik nasional maupun internasional.  Artikel terakhirnya pada November 2023 di TheDiplomat.com dengan judul Indonesia’s Dramatic Turn Toward Semi-Authoritarianism and Dynastic Politics adalah ekspresi paling kritisnya pada kondisi demokrasi Indonesia saat ini yang makin otoriter dan dinastik. Kemarahan beliau memang memuncak ketika praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) makin merajalela di periode kedua Joko Widodo. Pada Agustus 2023 lalu beliau mengkonfirmasi perkembangan laporan saya ke KPK yang saya lakukan pada awal tahun 2022 lalu. Hingga kemudian pada Agustus 2023 Bang RR bersama tokoh lainya seperti Amin Rais dll memberi kesempatan kepada saya untuk menjelaskan kondisi KKN rezim saat ini yang saya laporkan dan memberikan dukungan sehingga kami sepakat bersama-sama meminta KPK menuntaskan laporan saya. Beliau termasuk yang sangat lantang meminta KPK agar menuntaskan laporan saya. Dari situ saya makin memahami bahwa Bang RR sangat marah dengan praktek KKN yang merajalela karena merugikan rakyat banyak. Dalam diskusi panjang yang kami lakukan dengan bang RR, beliau meyakini bahwa kondisi Indonesia saat ini sesungguhnya sedang mengalami persoalan yang sangat serius baik ekonomi maupun politik dan berpotensi besar mengalami goncangan ekonomi dan politik. Diskusi panjang 1,5 bulan lalu itu memberi kesan sangat mendalam buat saya sebab ternyata beliau menyembunyikan sakitnya, jiwa dan pikiranya selalu memikirkan rakyat banyak, petani, buruh, nelayan, padahal tubuhnya sedang mengidap sakit yang mematikan. Saya memaknai itu integritas, itu legacy Bang RR untuk bangsa Indonesia.  Selamat jalan Bang RR.. Surga tempat Akhirmu..., engkau mewariskan pikiran besar untuk selamatkan Republik ini, akan kami terus perjuangkan hingga negeri ini benar-benar menjadi sejatinya republik. (*)

Ahmad Ali yang Eksotis, Sudirman Said yang Dialogis

Oleh Yusuf Blegur | Ketua Umum BroNies  Ahmad Ali dan Sudirman Said merupakan dua sosok yang berbeda gaya dan citra, meski sama-sama dalam Timnas AMIN. Sering bertolakbelakang dan terkesan saling menegasikan. Namun satu hal yang sama pada keduanya, yakni komitmen dan konsisten  serta loyal mendukung pasangan Anies-Gus Imin,  betapapun konsekuensi dan resiko yang berat menghinggapi  mereka. Watak yang keras dan pendirian yang tegas, itulah gambaran sepintas yang melekat pada sosok Ahmad Ali. Penulis pernah berkesempatan bercengkerama dengan beliau walaupun sebentar dan hanya sesekali. Ada kesan yang dalam terhadapnya. Pengusaha sekaligus politisi kawakan itu memang punya karakter yang kuat. Hangat, terbuka dan meledak-ledak, namun teguh pada pendirian. Cenderung suka melawan mainstream dan ceplos-ceplos. Ahmad Ali juga dikenal murah hati dan dermawan. Ahmad Ali menjadi  orang penting yang total dengan sumber daya yang dimilikinya, untuk mendukung Anies bahkan sebelum partai Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai capresnya. Lain lagi dengan Sudirman Said, penulis juga punya penilaian sendiri terhadapnya. Beberapakali berinteraksi, Sudirman Said kental dengan gaya bahasa yang tenang, sikap yang teduh, kuat dalam wilayah konseptual dan praksis. Sudirman Said juga Kerap memberikan support kepada yang membutuhkan terlebih pada kerja-kerja pemenangan pasangan AMIN. Jauh sebelum penentuan Gus Imin sebagai cawapres Anies, penulis berkesempatan makan siang bersama di kediaman Ahmad Ali  di bilangan Kebun Jeruk Jakarta Barat. Suasana terasa santai namun sarat obrolan strategis di sela-sela menyantap masakan yang lezat dan penuh gizi. Dia begitu sangat memahami dan menguasai masalah, mulai dari perencanaan dan bagaimana mengelola hingga mencapai tujuan. Menjelang pergantian tahun 2023 ke 2024 yang begitu dekat dengan agenda pilpres. Ahmad Ali melontarkan pernyataan yang menghebohkan dan dianggap kontroversi khususnya di kalangan pendukung pasangan capres-cawapres Anies dan Gus Imin. Banyak yang menilai statemen wakil ketua umum partai Nasdem itu terlalu keras, provokatif dan dianggap berpotensi menimbulkan perpecahan di kubu pendukung pasangan AMIN. Pernyataan orang dekat Surya Paloh itu dinilai telah menimbulkan polemik yang bisa mengganggu pemenangan tim AMIN. Lalu apa yang memicu semua itu dari pernyataan Ahmad Ali?. Kepala Pelatih Timnas AMIN itu menyatakan sebuah ketololan jika berkomunikasi dengan paslon lain yang menjadi lawan politik. Pernyataan yang ditenggagarai tendensius kepada Sudirman Said yang menjadi jubir Timnas, kontan menimbulkan kegaduhan di internal pendukung pasangan AMIN. Ahmad Ali juga menganggap Sudirman Said telah mencampuri urusan yang menjadi kewenangan partai  Nasdem. Sempat  muncul  sikap reaksioner dari Sudirman Said, juga  beberapa komentar pro dan kontra dalam internal Timnas AMIN. Kegaduhan pada  akhirnya mereda saat Ahmad Ali meminta maaf dan menghimbau kepada semua pihak agar masalahnya tidak terus menimbulkan polemik dan bisa diakhiri. Perlahan polemik itu mulai menghilang dan kemudian dianggap selesai. Kritik Otokritik yang sehat di Kubu AMIN Perdebatan antara Ahmad Ali dan Sudirman Said soal penting atau tidaknya untuk menjalin komunikasi dan kemungkinan menjajaki kerjasama dengan paslon lain yang menjadi salah satu rival. Wacana itu menjadi menarik dan mampu menunjukan geliat demokrasi sekaligus “intelektual excersise” yang sehat di Timnas AMIN. Ini berarti merepresentasikan kubu pendukung AMIN mulai dari partai politik, birokrasi,  pengusaha dan akademisi hingga para relawan. Mampu menegaskan  dalam kubu AMiN, sejatinya tidak alergi pada perbedaan pendapat terhadap masalah dan solusinya dalam upaya memenangkan pasangan AMIN. Ahmad Ali bisa jadi sedang berusaha meyakinkan ke semua anasir pendukung pasangan AMIN, bahwasanya komitmen, konsistensi dan integritas pada perjuangan memenangkan Anies-Gus Imin sebagai presiden  dan wakil presiden saat kontestasi pilpres 2024, harus dijaga dan dikawal sepenuh hati. Termasuk untuk tidak bersentuhan maupun menjalin komunikasi  dengan kompetitor. Terlebih kepada paslon yang keduanya disinyalir menjadi sub ordinat  dari rezim kekuasaan distortif dan yang ingin melanggengkan kekuasaan.  Selain mereduksi sikap dan mental  oposisi serta  kerja-kerja politik yang penuh resiko selama memperjuangkan pasangan AMIN. Upaya menjalin komunikasi apalagi sampai bekerjasama dengan paslon yang tidak mengusung perubahan dan berorientasi pada membangun Indonesia yang lebih baik. Hal itu layak disebut ketololan dan mungkin juga sebagai penghianatan, mungkin seperti itu di mata Ahmad Ali. Di luar itu, wajar Ahmad Ali gigih menjaga Marwah pasangan AMIN, mengingat dia menjadi salah satu orang yang berhasil mengawinkan Anies dan Gus Imin menjadi pasangan capres-cawapres. Berbeda dengan Sudirman Said, mantan menteri dan pernah menjadi calon gunernur Jawa Tengah itu, mencoba mengambil peran-peran terbuka sebagai sosok yang mendukung,  sekaligus jubir Timnas AMIN. Sudirman Said lebih menampilkan sikap politik yang moderat dan akomodatif terhadap konstelasi dan konfigurasi politik pilpres yang berkembang. Sudirman Said berkeyakinan dengan terjadinya polarisasi dan tensi yang tinggi di antara kedua paslon yang menjadi rival pasangan AMIN, membuka peluang sinergi dan kolaborasi yang menguatkan pasangan AMIN baik untuk pertama maupun putaran kedua pilpres 2024. Ada blessing selain kerangka taktis dan strategis saat menghadapi kontestasi capres dan cawapres yang begitu dominan dipengaruhi variabel politik yang luas, boleh jadi seperti itu yang ada dalam benak Sudirman Said. Ahmad Ali tak bisa disalahkan, begitupun dengan Sudirman Said. Keduanya memiliki perspektif politik yang sama-sama visioner dan akurat. Kedua sosok penting dalam kubu pasangan AMIN ini telah mengukir capaian yang maksimal dan terus bertumbuh untuk memenangkan Anies dan Gus Imin sebagai presiden dan wakil presiden pilihan rakyat Indonesia. Kerja cerdas, kerja cerdas dan spartan menampilkan inisiasi, kreatifitas dan inovasi politik sejauh ini untuk membesarkan pasangan AMIN,  tak terhitung lagi dilakukan Ahmad Ali dan Sudirman Said. Keduanya dalam hal ini hanya berbeda sudut pandang   dan  kalkulasi politik. Hal-hal demikian sah-sah saja sejauh tidak kontra produktif dan menjadi bumerang bagi pasangan AMIN. Publik pada umumnya dan  internal pendukung pasangan AMIN, layak belajar pada keduanya. Ahmad Ali dan Sudirman Said memberikan pelajaran penting, tentang bagaimana demokrasi bisa hidup dengan kebebasan  ekspresi namun rasional dan  bertanggungjawab, tidak mengabaikan etika dan kesetaraan serta yang paling penting tidak feodal dan menyuburkan politik dinasti. Ada proses dialektika di balik perdebatan Ahmad Ali dan Sudirman Said yang selama ini langka dipertontonkan diruang publik, terutama dalam lingkungan partai politik, birokrasi dan  di kalangan akademisi. Menarik dan menggembirakan sekaligus menjadi ajang pembuktian, kubu pemenangan pasangan AMIN begitu kaya akan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.  Ahmad Ali dan Sudirman Said pada akhirnya telah memberikan semacam tutorial penting bagi siapapun yang mendamba perubahan, kepentingan taktis dan strategis sekalipun tetap terbuka menampilkan diskursus dan kritik otokritik  yang sehat. Begitulah kedua punggawa pasangan AMIN berdinamika. Sebagaimana  yang telah menutup akhir tahun dan membuka lembaran tahun baru, panggung politik dihangatkan oleh Ahmad Ali yang eksotis dan Sudirman Said yang diaoligis. Konfrontasi atau kompromi terhadap sesuatu,  sangat  ditentukan sejauh mana mengukur kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.   Bekasi Kota Patriot. 20 Jumadil Akhir 1445/ 2 Januari 2024.