OPINI

Perselingkuhan Ideologis Kaum Nasionalis

Oleh Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI  PERSELINGKUHAN ideologis kaum nasionalis memiliki catatan tebal secara historis dan empiris di republik ini. Hubungan gelap kalangan Abangan itu lebih sering bergantian dengan kapitalis dan komunis, baik secara personal maupun institusional. Kecenderungan konflik Megawati dan Jokowi telah menjadi fenomena  tersendiri jelang pilpres 2024. Meskipun keduanya masih suka menunjukkan kedekatan dan kebersamaannya, konstelasi politik kerap membuat pemilik dan petugas partai itu bersitegang. Publik terlanjur menilai setidaknya sudah ada perang dingin antara dua orang penguasa republik selama hampir satu dekade. Puncak perseteruan Mak Banteng dan Pak Lurah-biasa netizen menyebutnya, muncul tatkala Gibran Rakabuming Raka resmi menjadi cawapres pasangan Prabowo Subianto. Anak planga-plonco dan bau kencur putra Jokowi itu menyalip Puan Maharani yang telah malang-melintang dalam dunia politik sebagai putri kesayangan Megawati. Sakitnya tuh di sini (sambil memegang dada), begitu kira-kira Megawati membatin. Gonjang-ganjing hubungan Megawati dan Jokowi terutama mengiringi kontestasi pilpres, semakin menyeruak menjadi konsumsi khalayak. Kemesraan kedua tokoh penting dan berpengaruh selama hampir sepuluh tahun ini mulai terkoyak. Kebersamaan dalam pengambilan keputusan politik, ekonomi, hukum dan budaya hingga pertahanan keamanan negara, terus mengalami degradasi. Dari kompak dan solid, kini mulai cakar-cakaran, saling menggigit dan agresif menyerang baik secara politis maupun ideologis.   Narasi dan bahasa tubuh, terlontar menyindir dan menuding saling mereduksi kedua kubu, seakan melupakan betapa nikmat dan indahnya persetubuhan politik mereka sebelumnya. Ada beberapa hal yang menarik mencermati perilaku Megawati dan Jokowi, terlepas keduanya sedang menjalankan strategi politik atau memang sebenarnya sudah larut dalam arus konflik kepentingan suksesi kepemimpinan nasional. Apakah sekadar gimik atau siasat, atau memang hubungan Megawati dan Jokowi sudah berseberangan menyertakan sikap kebencian sekaligus permusuhan yang tersembunyi karena menyimpan sakit hati dan dendam? Belakangan khalayak mempergunjingkan ada perasaan terpendam merasa Jokowi sering dibully, dilecehkan dan direndahkan, dirasakan seorang Iriana yang notabene istri seorang presiden dari perlakuan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP dan dianggap berjasa besar pada karir politik Jokowi. Kini mahligai pernikahan dan bulan madu politik Megawati-Jokowi sepanjang musim kekuasaan oligarki, terancam bubar dan merangsang babak baru pesta demokrasi dinasti politik berikutnya. Seakan tak mau kalah dengan Megawati yang cenderung memimpin PDIP seumur hidup, Jokowi dan Iriana bersama keluarga juga bersikeras menguasai Indonesia  hingga 2045, jika bisa. Polarisasi kontestasi pilpres 2024 memang semakin tak beraturan, terlalu pragmatis dan semua serba kapitalis. Jangankan ideologis, proses seleksi kepemimpinan nasional yang nasib rakyat, negara dan bangsa Indonesia bergantung pada pilpres 2024, kini bahkan tak lagi menyisakan ruang untuk hadirnya kepantasan, kelayakan, etika dan moralitas.  Ketersediaan UU dan aturan, kelembagaan dan sumber daya pelaksana pemilu, visi dan misi partai politik, kualitas dan kuantitas kontestannya hingga perspektif kebangsaan para intelektual dan tokoh keagamaan yang beririsan dengan pemilu dan pilpres, masih jauh dari harapan  ideal. Tak cuma distorsi, pemilu dan pilpres 2024 beraroma menyengat dominasi oligarki, semakin destruktif terhadap konstitusi dan demokrasi. Semua itu dirancang, direkayasa dan dimobilisisasi demi nafsu harta dan jabatan, semata-mata bertujuan melanggengkan kekuasaan rezim status quo. Pilpres mulai dilaksanakan dengan kepalsuan, kebohongan dan kemunafikan para elit politik. Friksi Megawati dan Jokowi jika belum bisa dibilang pertikaian, menimbulkan fragmentasi sekaligus beragam asumsi di tengah perbincangan rakyat. Boleh jadi disharmoni Megawati dan Jokowi, menyebabkan aksentuasi politik yang luas, preseden dan kalkulasi yang menentukan konstelasi dan konfigurasi politik baru pada pilpres 2024. Berikut beberapa analisanya: 1. Perbedaan kepentingan dan jalan politik yang ditempuh Megawati dan Jokowi khususnya menghadapi pilpres 2024, jika itu benar terjadi membuktikan bahwa hubungan keduanya tidak didasari pemahanan dan kesadaran ideologis. Baik Megawati dan Jokowi, faktanya lebih mengutamakan kepentingan dinasti politik, menjadi budak oligarki dan gandrung pada kekuasaan ansih. 2. Retaknya hubungan Megawati dan Jokowi memberi sinyal telah terjadi perselingkuhan ideologis di antara sesama kalangan nasionalis. Alih-alih memanifestasikan pemikiran dan ajaran Bung Karno terkait Marhaenisme, Pancasila dan cita-cita negara kesejahteraan, Megawati dan Jokowi justru malah mengkhianatinya dengan orientasi harta dan jabatan. Bahkan hubungan keduanya pun rela berpisah semata-mata hanya karena berebut kekuasaan, tak peduli nasib rakyat, negara dan bangsa Indonesia. Rakyat kelaparan, mati karena kemiskinan dan kekerasan, sementara rezim dan kroni bersama oligarki berpesta-pora menikmati kekayaan negara hasil menjarah. 3. Megawati dan Jokowi yang kemungkinan besar pisah partai politik bukan hanya karena ketidakcocokan dan benturan kepentingan politik, lebih dari itu karena perselisihan ideologis. Megawati yang dianggap mewarisi jargon-jargon dan simbol Marhaenisme meskipun tidak implementatif berhadapan dengan Jokowi yang cenderung menjadi representasi komunis melalui kerjasama dan investasi pemerintahannya dengan negara China dan  jejaring oligarki. Sama-sama menganut menganut kapitalisme dalam praksis, Megawati dan Jokowi berhaluan kiri  meski kerap menyandang nasionalis Marhaeisme. Nasionalis, komunis dan kapitalis, dalam cinta segitiga membangun hubungan gelap menyusuri perselingkuhan ideologis. 4. Fenomena konflik Megawati dan Jokowi beserta kroni-kroni kekuasaan dalam pemerintahan dan partai politik, menegaskan apapun ideologi yang mereka anut tidak lebih dari hasil pemikiran manusia yang terbatas, yang rentan mudharat dan sarat syahwat yang melampaui batas. Ideologi hasil pemikiran manusia yang dipenuhi keinginan dan kebutuhan duniawi, kerap menghalalkan segala cara demi kepuasan pribadi, keluarga dan kelompok atau golongannya. Demi mencapai tujuan sanggup bertikai dengan kawan sendiri, dzolim serta membunuh terhadap sesama sekalipun. 5. Mungkin cara Allah azza wa jalla terus mengingatkan dan menyadarkan umat manusia di dunia pada umumnya dan muslim di Indonesia khususnya, hanya Islam agama yang benar dan relevan untuk  peradaban manusia. Agama yang benar, mendapat ridho Allah dan Allah telah cukupkan buat kepentingan manusia di dunia dan akhirat. Bukan kapitalis, bukan komunis atau atheis dengan prinsip-prinsip eksploitasi manusia atas manusia dan eksploitasi bangsa atas bangsa, yang sering menemui jalan buntu untuk solusi kehidupan manusia, alam dan habitat lainnya serta kerap menimbulkan konflik dan peperangan. Oleh karena itu, hanya dengan dua sosok pemimpin, Allah telah memberi banyak pelajaran dan peringatan. Dari Megawati dan Jokowi, rakyat negara dan bangsa Indonesia bisa mengambil hikmahnya, tentang pemerintahan dan capaiannya selama hampir sepuluh tahun ini. Tentang kegagalan, tentang kerusakan dan mungkin juga tentang kehancuran menjaga warisan NKRI. Pancasila, konstitusi UUD 1945 dan agama khususnya Islam, tak lagi menghidupi Indonesia lahir dan batin, jasmani dan rohani serta mental spiritual.  Megawati dan Jokowi terlalu jauh membawa rakyat, negara dan bangsa Indonesia seperti mengidap akut kapitalisme dan komunisme global. Lari dari pelukan Islam dan pergi menjauh seakan menetap dalam naungan nasionalisme, namun sesungguhnya berhubungan intim dengan kapitalisme dan komunisme, menikmati perselingkuhan ideologis. Kedua petinggi selevel presiden itu, lebih banyak menghabiskan waktu dan energinya bersamaan dengan mesra dan intim, kemudian terjadi perselingkuhan ideologis. Hubungan renggang terjadi di antaranya keduanya karena tak ada lagi kecocokan politik atau karena kehadiran pihak ketiga lainnya. Entah berselingkuh dengan kapitalisme, entah dengan komunisme, yang jelas keduanya baik Megawati msupun Jokowi tidak menjiwai Islam sejatinya. Politik identitas adalah kekuatan umat Islam  yang sejati, bahkan realitas itu ada sebelum dilahirkan di dunia. (*)

Pencawapresan Gibran, Rugi Besar Prabowo

Oleh: Anthony Budiawan -Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) SEORANG mahasiswa menggugat pasal batas usia minimum capres-cawapres yang dibatasi minimum 40 tahun. Bukan minta batas usia minimum ini diturunkan, agar Gibran bisa memenuhi syarat calon wakil presiden. Tetapi, menambah persyaratan alternatif. Meskipun belum berusia 40 tahun tetapi boleh menjadi calon wakil presiden asalkan pernah atau sedang menjabat sebagai kepala daerah. Gugatan yang tidak ada legal standing disidangkan, dan permohonan dikabulkan, dengan dissenting opinion 5-4.  Tetapi, banyak pihak berpendapat, Putusan MK tersebut cacat hukum, tidak sah, melanggar konstitusi, melanggar wewenang DPR, dan sejenisnya. Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra juga berpendapat seperti itu. Putusan MK tentang batas usia paling rendah 40 tahun atau berpengalaman sebagai kepala daerah menuai kontroversi dan problematik. Setiap saat bisa digugat, dan dibatalkan. Sehingga bisa menimbulkan masalah besar dan potensi memicu konflik politik di kemudian hari. Putusan MK disambut Koalisi Indonesia Maju, Gerindra, Golkar, Demokrat dan PAN, dan menetapkan pasangan Prabowo dan Gibran sebagai capres dan cawapres 2024. Pencawapresan Gibran diperkirakan akan membuat Prabowo rugi besar. Pertama, suara perolehan Prabowo diperkirakan akan merosot. Karena arus penolakan dari masyarakat pada Gibran sangat besar. Penolakan bukan saja datang dari kader, tetapi juga dari masyarakat pemilih partai koalisi: Golkar, Demokrat, PAN, dan termasuk dari Gerindra sendiri. Penolakan dari masyarakat bahkan jauh lebih buruk dari kader. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20231022132428-617-1014447/kader-golkar-tolak-usulan-gibran-jadi-cawapres-tak-ada-rekam-jejak Ada dua alasan yang mendasari itu. Pertama, persyaratan Gibran sebagai cawapres dinilai manipulatif dan melanggar konstitusi. Masyarakat sangat tidak suka, bahkan membenci, terhadap hal-hal seperti ini. Kedua, Gibran dianggap belum pantas menjadi cawapres karena masih “hijau”, tetapi dipaksakan oleh Jokowi dan keluarga, melalui Prabowo. Berdasarkan survei Ipsos, pencawapresan Gibran menurunkan suara Prabowo 6,2 persen dibandingkan kalau Prabowo berpasanganan dengan Erick Thohir. https://news.detik.com/pemilu/d-6994232/survei-ipsos-prabowo-gibran-kalah-oleh-ganjar-mahfud-md Kalau dibandingkan dengan perolehan suara dari partai koalisi (Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN) pada 2019 yang mencapai sekitar 39,5 persen, efek pencawapresan Gibran membuat suara Prabowo merosot 8,2 persen.  Kemungkinan besar, karena suara Golkar, Demokrat dan PAN anjlok dan beralih ke partai lain non Koalisi Indonesia Maju. Kerugian kedua, nama Prabowo akan tercemar, disejajarkan dengan Jokowi yang mempunyai citra buruk di masyarakat. Jokowi dinilai melanggar banyak peraturan perundangan-undangan, termasuk konstitusi. Antara lain, UU IKN, UU Cipta Kerja, UU Kesehatan. Menang atau kalah dalam pilpres ini, Prabowo rugi besar. Nama tercemar. Bukankah nama itu segala-galanya bagi manusia, jauh lebih penting dari jabatan sebesar apapun? Seperti pepatah bilang, “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan bilang, manusia mati meninggalkan nama.” —- 000 —-

Gatot Nurmantyo Ketua Timses, AMIN Menang

Oleh Dr. Syahganda Nainggolan -  Sabang Merauke Circle TEPAT pada 7 September 2023 lalu saya menyampaikan hasil rapat kaum oposisi di kediaman Bachtiar Chamsyah kepada Anies Baswedan, pada kesempatan ngopi pagi bersama Anies, Jumhur, dan Faizal Assegaf, di kantor Abraham Samad. Ikhwan penting hasil rapat kaum oposisi itu adalah menyampaikan nama Gatot Nurmantyo untuk dipertimbangkan jadi ketua Timses AMIN. Ketika Anies podcast, kepada Ahmad Ali, wakil ketua NasDem, yang datang terlambat, saya jelaskan kembali posisi keinginan kaum oposisi untuk mengusung Gatot Nurmantyo sebagai calon ketua Timses AMIN. Saat ini masyarakat pendukung AMIN sedang bersyukur telah melewati etape pertama perjuangan, yakni pendaftaran. Beberapa waktu lalu berbagai tantangan bak gelombang tinggi serta badai terus menerus menghantam AMIN. Baik rencana kriminalisasi Anies dan Muhaimin maupun tebang pilih dalam pentersangkaan menteri-menteri NasDem oleh rezim penguasa. Namun, pendaftaran adalah baru babak pertama. Meskipun perlu disyukuri, tantangan berikutnya tidak kalah besarnya. Tiga tantangan utama yang akan dihadapi AMIN kedepan adalah sebagai berikut: 1) AMIN harus konsisten menunjukan arah perubahan dalam perjuangannya. Konsistensi ini akan terlihat dari visi misi yang disampaikan, pembentukan tim sukses dan positioning yang asymetric dengan rezim yang ingin di rubah.  Visi Misi AMIN yang beredar cukup lah mantap. Penuh pesan perubahan. Sehingga mewakili aspirasi keinginan rakyat untuk perubahan. Tidak kalah dengan Nawacita Jokowi tentunya. Alhamdulillah saya dan tim oposisi berkesempatan memberikan masukan dalam visi misi tersebut di Jl. Brawijaya VII, Kamis, 13 Oktober lalu.  2. Langkah kedua adalah menyusun timses. Ketika suatu hari Sudirman Said menawarkan saya menjadi dewan pakar di Timses, saya men \"challange\" relevansi keterlibatan saya, sebagai apa?, baik sebagai representasi kelompok maupun representasi pemikiran. Dalam pembentukan timses umumnya terjadi tarik menarik kepentingan, yang bisa jadi mendegradasi AMIN dalam dua hal, yakni perasaan representasi dan bias atau melemahkan isu/simbol perubahan.  Jika representasi orang dalam Timses hanya menunjukkan massa pendukungnya, maka resikonya adalah kehilangan representasi isu. Apa itu?  Representasi isu menurut Jusuf Kalla (dalam berbagai pertemuan dengan kaum oposisi), yakni isu perubahan, mempunyai \"captive market\" sedikitnya 30% total suara pemilih. Hal ini menurut Kalla dimiliki oleh orang-orang oposisi. Parpol pendukung AMIN, diluar PKS, tentu kesulitan masuk dalam isu dan tema-tema perubahan. Sebab, mereka adalah bagian dari kekuasaan Jokowi. Sebuah contoh misalnya di pasangan lain, yakni ketika Mahfud MD menghujat habis sistem hukum dan politik era Jokowi, beberapa waktu lalu, nitizen langsung mem bully Mahfud dengan judul \"Wapres Ganjar Mengkritik Menkopolhukam\". Dengan demikian maka komposisi timses AMIN harus seimbang antara kelompok oposisi dan parpol pendukung. Kecuali AMIN berani mengambil resiko kehilangan suara rakyat yang ingin perubahan. Tentu saja timses harus diisi juga oleh berbagai perwakilan golongan yang ada di Indonesia. Sebab, warna keberagaman AMIN harus mencapai wawasan nusantara. Jika terlalu Jawa Centris, rakyat luar Jawa akan menggerutu. 3) Ketua Timses adalah hal ketiga yang vital. Ketua tim harus juga merepresentasikan sosok pemimpin perang yang kokoh. Sebagai pemimpin dia harus mengerti strategi perang, mampu mengkonsolidasikan kekuatan dalam waktu 100 an hari lagi dan banyak jaringan untuk mendapatkan dukungan, baik material maupun non material. Kekuatan yang harus dikonsolidasikan tentu terkait dengan visi misi perubahan. Mengapa Gatot Nurmantyo? Gatot Nurmantyo adalah sosok Jenderal oposisi yang 5 tahun belakangan ini mengemban isu perang global, yakni anti Komunisme. Isu ini mengena pada 50 juta lebih masyarakat Indonesia usia di atas 50 tahun. Secara strategis isu ini diametral dengan Jokowi dan rezimnya yang mengusung rehabilitasi sepihak pada korban/pelaku G30S PKI melalui Kepres 17/2022. Jumlah suara pendukung Gibran, jika diasumsikan paralel dengan isu Kepres 17/2022 tersebut berjumlah sekitar 15 juta jiwa dan itu akan mendung Prabowo-Gibran. Sebaliknya, jika Gatot menjadi ketua timses Anies, sedikitnya jumlah yang sama akan mendukung AMIN, sebuah jumlah korban kekejaman G30S dulu. Kedua, Gatot Nurmantyo merupakan Jenderal penuh dengan kedekatan luar biasa pada Islam. Guru ngaji Gatot dan Muhaimin Iskandar, salah satunya adalah K. H. Thoyifur di Purworejo. Namun, Gatot yang gandrung berguru ke Kyai-kyai dan ulama, mempunyai jaringan yang kuat dengan tokoh masyarakat. Sebagai orang Solo asli (bukan Tegal) maupun mantan Danrem Bogor dan Panglima di Jawa Timur, Gatot memiliki pengetahuan bagaimana mengorganisir kekuatan di sana. Ketiga, Gatot dipersepsikan dekat dengan Tommy Winata. Tommy Winata kabarnya adalah salah satu dari 9 naga yang paling disegani di Indonesia. Namun, bagi Gatot, Tommy adalah sosok nasionalis yang kerjanya hanya menjadi supporter seumur hidup bagi eksistensi tentara nasional. Gatot tidak pernah menjadi anak buah Tommy. Kepada saya, Gatot pernah mengatakan bahwa dia mengenal Tommy ketika Tommy masih naik sepeda motor dan antri untuk ketemu Jenderal Edi Sudrajat. Sekali lagi Gatot bukan anak buah Tommy. Bahkan, Gatot mendukung ide negara di atas kekuatan dan kepentingan konglomerat.  Sosok yang demikian kokoh pada Gatot Nurmantyo adalah pilihan utama bagi AMIN jika mau menang. Hal ini pun saya ungkap di publik karena beberapa hari lalu saya membaca di media, Gatot bersedia mundur dari KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) jika dilamar AMIN sebagai timses.  Tentu saja banyak kekhawatiran bahwa rezim akan memblokade AMIN jika bergandengan dengan Gatot. Namun, sebagai ahli strategi, saya meyakini \"perang segitiga\" capres-cawapres bukan era lalu lagi. Sejak pendaftaran capres-cawapres ke KPU, maka situasi berubah. Kekuatan rezim terbelah. Fokus semua adalah masing-masing memenangkan calonnya. Demikianlah pikiran saya ini.  Salam Perubahan dari Danau Toba.

Air Mata Palestina, Air Mata Kita

Oleh Muhammad Akbar, S.Pd., M.Pd., C.ET - Aktivis Media Islam, Peneliti Madani Institute dan Kandidat Doktor UIN Alauddin Makassar. SERANGAN Israel terakhir ini terhadap rumah sakit Baptis di kota Gaza, seketika menewaskan sekitar 500 orang lebih dan menghampiri 1000 orang yang terluka. Bahkan data dari kementerian kesehatan Palestina hingga hari ini korban yang berada di Jalur Gaza sekitar 3.785 orang dan korban luka 12.500 orang. Menjadi sebuah peristiwa yang mengenaskan, merengguk nyawa anak-anak yang tak bersalah, meruntuhkan gedung-gedung yang kokoh, mensirnakan tawa dan riang gembira anak-anak gaza dengan kesedihan, tangisan, ketakutan dan kepedihan. Tangisan keras yang merengguk nyawa orang tua dan keluarganya, simpah darah yang tak ada langkah kaki lepas darinya, bahkan tubuh manusia menjadi hancur berkeping akibat bom dahsyat dari zionis laknatullah. Dalam sebuah peristiwa, terlihat seorang gadis kecil berdiri tegap di depan ribuan warga Palestina dengan mendendangkan syair Abdullah al-Tamimi. Suara gadis mungil itu tegas dan lantang, tapi tidak berteriak. Dia seperti merintih tapi tidak menangis. Suaranya keras tapi tidak marah. Dia bertanya tapi tak perlu jawaban. Tampaknya misi syair itu disampaikan untuk seluruh umat Islam. Inilah penggalan syairnya. \"Pinjamkan kepada kami...pinjamkan kepada kami senjata untuk kekebasan al-Aqsa. Wahai pemuda Islam...Bukankah kita saudara seagama? Apakah menyakitkanmu ketika kami di embargo? Apakah menggembirakanmu jika kami binasa? Apakah menggembirakanmu jika kami lapar? Apakah kalian harus menunggu sampai keberadaan masjid al-Aqsa dihilangkan, dan kita semua hilang? Wahai saudaraku seagama, beritahu kami kapan kalian marah? Apakah ketika kehormatan kita dirobek-robek? Apakah ketika masjid kita dihancurkan? Apakah ketika harga diri kita dibunuh? Apakah ketika kehormatan kita direndahkan? Di saat al-Quds marah, kamu juga belum marah. Kapan kamu marah? Jika karena Allah, harga diri, karena Islam kamu tidak marah. Maka beritahu kami kapan kamu marah?\" Ketika menyimak dan menelah syair itu, dengan penuh kesadaran mestinya kita terhentak. Mengapa orang Palestina minta dipinjamkan senjata. Tidakkah kita mengetahui bahwa mereka memiliki rudal-rudal canggih yang dikebambangkan oleh ilmuwan-ilmuwan mereka sendiri? Nampaknya bukan demikian maksudnya. Mereka merasa sendiri dan tidak banyak manusia yang membela mereka. Namun kini suasana itu berbeda, banyak Negara yang telah mengecam israel. Kaum terpelajar, non muslim dan para pemimpin negara, hati nurani kemanusiaan mereka mendukung kemerdekaan Palestina dan mengutuk keras kekejaman israel kepada rakyat Palestina. Nampaknya, jika rasa kemanusiaan itulah motif utamanya untuk mendukung Palestina, maka rasa iman dalam diri seorang muslim harus lebih membara untuk mendukung Palestina. Tampaknya, permintaan syair itu untuk meminjam senjata bukanlah rudal dan tank untuk mempertahankan Al-Aqsa, tapi pembelaan mereka secara diplomasi dan negosiator internasional. Bahkan perkembangan dunia digital hari ini memungkinkan kita untuk bersuara lebih lantang lagi dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Ketika syair itu memilih diksi \'saudara seagama\' untuk menuangkan rasa kebersamaan, kita menjadi seperti bersalah. Sebab ciri seorang mukmin menurut syariah adalah berukhuwwah dan saling marasakan, menguatkan, mendukung bagaikan satu anggota tubuh. Tapi mengapa, ketika saudara kita di Palestina diembargo, sehingga kelaparan dan dibunuh dengan senjata semena-mena, bahkan satu ledakan bom menewaskan 500 orang, dan kita tidak ikut merasakan? Penyair itu menuduh kita \'persaudaraan seagama macam apa yang kalian miliki ini?\' Jangan-jangan kita baru sekadar berislam dan hati kita belum beriman. Kata-kata \"...beritahu kami kapan kalian marah? sungguh merupakan kata-kata yang tajam menusuk lubuk hati kita. Seakan penyair ini berkata \'kami sudah alami seperti ini kalian belum juga marah? Kapan? Mungkin jika dilanjutkan akan berbunyi seperti ini: \'jika selama ini kalian merasa telah berjuang lillah, lil Islam, telah menjaga Islam dan memperjuangkan agama, tapi tidak marah melihat saudaramu ini ditindas dan dihabisi seperti ini, berarti kalian tidak benar-benar lillah dan tidak sungguh-sungguh lil Islam. Syair ini begitu indah namun menyakitkan hati kita, karena penderitaan mereka lebih sakit dan pedih dari sekedar ungkapan dalam bait-bait syair. Jika kita masih belum tersentuh, mari kita bayangkan. Seakan telunjuk sang penyair atau gadis cilik yang melantunkan syair itu mengarah ke muka kita dan suaranya memekik di telinga kita. Kata-katanya sekan menjadi seperti ini, \'Wahai saudaraku seagama, apakah anda baru akan marah ketika kehormatan anda atau keluarga anda dilecehkan? Setelah masjid anda dirobohkan? Setelah kemanusiaan anda diinjak-injak?\' Mari kita bayangkan, sadari, rasakan dan hayatai dalam hati sanubari kita. Jika bayangan di atas masih belum menyentuh hati dan menggetarkan jiwa kita dan kita juga belum marah, maka kita penting merenungi sabda Nabi, \"Barangsiapa tidak peduli dengan urusan umat Islam, maka ida bukan golongan Islam,\" (al-Hadits). Atau sindiran Buya Hamka, \"Jika agamamu dihina dan kamu tidak marah, maka ganti bajumu dengan kain kafan,\". Artinya, jika anda Muslim dan Mukmin tapi tidak mempunyai ghirah diniyyah, maka kematian adalah lebih baik bagi anda. Sejarah telah mencatat, bahwa Bumi Syam selalu menjadi penerang antara haq dan kebatilan, setiap zaman para pengusung kebatilan senantisa melakukan berbagai bentuk kedzalimannya, baik dengan penjajahan, pembunuhan dan penindasan. Setiap zaman itu pula, tetap Allah pilih golongan orang-orang yang tampil dengan penuh keberanian melawan setiap kebatilan dan kedzaliman bagi bangsa Palestina.  Imam Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah menceritakan, \"Serangan-serangan pasukan Salib semakin agresif sehingga berhasil menguasai wilayah yang sangat luas. Pada tahun 491 H/1097 M, mereka menguasai Anthakiyah dan terus melakukan serbuan sehingga berhasil merebut Baitul Maqdis (Palestina) pada tahun 492 H/1098 M. Di setiap kota dan desa yang dilalui, pasukan Salib melakukan pembantaian terhadap penduduk dengan cara sangat keji. Kaki kuda-kuda mereka berlumuran darah korban-korban pembantaian yang terdiri dari laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Semua peristiwa ini terjadi di saat mayoritas masyarakat Muslim terlena dengan pertikaian dan perselisihan antara mereka sendiri. Para sultan dan penguasa tidak melakukan tindakan apapun untuk menghentikan invasi pasukan Salib yang terus meluas,\" (al-Bidayah wa an-Nihayah, vol.12, hlm, 157). Beberapa buku sejarah Islam pada periode tersebut mencatat gambaran-gambaran ironis tentang sikap para penguasa dan masyarakat Muslim yang lebih mementingkan urusan pribadi daripada berusaha menghadapi bahaya yang sedang mengancam. Beberapa gambaran peristiwa dicatat oleh Ibnu al-Jauzi dalam buku sejarahnya, al-Muntazham, juga oleh Ibnu al-Atsir dan sejarawan lainnya, yaitu ketika pasukan Salib menguasai Ramallah, Quds, dan \'Asqalan. Mereka membunuh penduduk kota-kota tersebut dan membantai sekitar 70.000 (tujuh puluh ribu) kaum Muslimin di kawasan al-Aqsha yang meliputi masyarakat biasa, ulama, pelajar, ahli ibadah, dan ahli zuhud.\" (Ibnu Khaldun, Diwan al-Mubtada \'wa al-Khabar, vol. 5, hlm. 2). Kenyataan pahit ini mendorong Abu al-Muzhaffar al-Abiwardi untuk melantungkan syair, sebagaimana gadis mungil di atas mendendamkan syair atas kondisi tragis yang dialaminya, syair itu berbunyi:  \"Darah kami bercampur air mata yang tercucur Tidak ada lagi bagian tubuh yang tak berbalut luka. Senjata yang paling rapuh adalah air mata yang berderai Ketika perang semakin memanas dengan pedang yang saling beradu. Alangkah malangnya putra-putra Islam.. Di saat sekian bahaya besar mengancam anak keturunanmu.. Bagaimana mungkin mata ini bisa tidur lelap Ketika didera berbagai penderitaan yang membangunkan setiap orang yang tidur. Saudara-saudaramu di Syam. Tidur di atas bantalan pembantaian atau di dalam perut binatang-binatang buas. Tentara Eropa telah membuat mereka terhina, sementara engkau terus bergelimang nikmat dan hanya bisa bersikap pasrah. Jika ada orang yang menghindari perang-perang itu, justru akan menggigit jari di kemudian hari. Jasad suci yang terkubur di Thaibah Nyaris memanggil dengan suara lantang, \"Wahai keluarga Hasyim!\" Aku melihat umatku enggan menyerbu musuh, sedangkan sendi-sendi agama begitu rapuh. Mereka menghindari api karena takut mati, tanpa menganggap kehinaan sebagai akibat yang pasti. Apakah  pembesar-pembesar Arab rela dengan kehinaan, sehingga membuat seluruh masyarakat menjadi terhina pula.  Jika memang mereka enggan bangkit atas dasar menolong agama. Tidakkah mereka bangkit karena kecemburuan terhadap istri dan keluarga!. Jika memang mereka tidak peduli dengan pahala, ketika terjun di medan laga. Tidakkah mereka mau peduli karena harta rampasan di depan mata. Sebagai bangsa yang telah merdeka selama 78 tahun dan dengan jumlah penduduk yang mayoritas muslim, bangsa Indonesia memiliki catatan history yang erat dan kuat dengan Palestina, utamanya dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.  Syaikh Muhammad Amin Husaini, Mufti Besar Palestina, bersama KH Agus Salim. Setahun sebelum Indonesia merdeka, pada 6 September 1944, Syekh Amin memberikan dukungan secara terbuka bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia di radio. Bukan sekedar itu, Palestina juga dilaporkan  ikut melobi sejumlah negara-negara di Timur Tengah untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Yang mana pada 22 Maret 1946 Mesir menyusul memberikan pengakuan kemerdekaan Indonesia, sebagaimana dikutip dari buku Indonesia, Islam, and Democracy yang ditulis oleh Azyumardi Azra. Dukungan yang diberikan oleh Palestina tidak hanya bersifat diplomatis, tetapi juga materi. Hal ini dilakukan oleh seorang pengusaha Palestina yang kaya raya dan sangat simpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Dengan tulus, ia menyerahkan seluruh uangnya yang berada di Bank Arabia kepada Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, M. Zein Hassan. Ia berkata, “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia!” Dukungan tersebut disampaikan tanpa mengharapkan imbalan atau tanda bukti penerimaan. Sehingga tak heran, dalam UUD 1945 ditegaskan, \"Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.\" Begitulah pembukaan UUD 45, pernyataan awal cita-cita luhur Republik Indonesia, yang paham betul. Maka siapapun yang mendukung penjajah, dia tak layak menjadi Indonesia, bahkan bertentangan dengan fitrah manusia dan martabatnya sebagai seorang muslim. Faktanya, Israel itu penjajah, pendatang haram yang mengambil paksa tanah Palestina, membunuhi penduduk aslinya sejak Inggris memberinya ruang di tahun 1920. Entah sudah berapa ribu nyawa merenggang dibantai dengan sadis, baik dipertunjukkan terbuka, juga tertutup media dan berita hingga saat ini. Maka, air mata palestina adalah air mata kita. Hanya binatang dan manusia dengan level terendah yang diam dengan semua penjajahan, pembantaian dan kebiadaban Israel pada rakyat Palestina dan dunia, tapi menggonggong dan menyalak nyaring seolah Israel yang menjadi korban ketika rakyat Palestina melawan penjajahan dan pendudukan tanah dan hidup mereka. Maka perlawanan Hamas dan rakyat Palestina pada saat ini adalah sebuah keberanian dan kebenaran, didasarkan cita-cita luhur ingin merdeka, mempertahankan tanah, harga diri dan agamanya. Sebagaimana Indonesia dulu, dengan penuh upaya, kerja keras dan pertolongan Allah kita dapat meraih kemerdekaan bagi bangsa kita. Semoga tulisan ini menjadi renungan bagi kita, bahwa peperangan yang terjadi di Palestina adalah penegasan bagi dua golongan, antara haq dan batil. Maka sepatutnya kita memasukkan diri kita dalam golongan yang memperjuangkan kebenaran, sebab kita memiliki banyak dimensi yang menghubungkan diri kita dengan Palestina, kita bersaudara secara agama, amanat bangsa kita, dan rasa kemanusiaan atar sesama manusia.  Semoga Allah kuatkan saudara-saudara kita di Palestina, dan bagi kita, semampu mungkin membantu saudara-saudara kita di sana, meski lewat doa semata dan berbagai upaya yang lainnya. Mohon bacakan doa ini bagi para pejuang Palestina. اللّهُمَّ نَجِّ إِخْوَانَنَا الْمُؤْمِنِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي فَلَسْطِيْنَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ (*)

Indonesia Krisis Konstitusi: Akankah DPR Menggunakan Hak Angket?

Oleh: Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Krisis konstitusi adalah sebuah kondisi di mana konstitusi tidak bisa lagi memberi solusi atas kondisi dan permasalahan yang ada. Antara lain, karena terjadi perbedaan pandangan antar lembaga negara dalam menjalankan konstitusi, yang pada akhirnya bisa memicu konflik politik. Benih-benih krisis konstitusi sudah mulai terlihat ketika Mahkamah Konstitusi memutuskan gugatan tentang batas usia capres dan cawapres yang kontroversial, dengan menambah norma “… atau berpengalaman sebagai kepala daerah”. Putusan ini ditanggapi oleh beberapa anggota DPR, bahwa Putusan MK tersebut tidak serta merta berlaku. https://amp.kompas.com/nasional/read/2023/10/17/12161381/pimpinan-komisi-ii-dpr-sebut-putusan-mk-tidak-berlaku-pada-pemilu-2024 Anggota DPR berpendapat, Putusan MK tersebut harus diproses di DPR, dengan mengubah Pasal dimaksud ke dalam UU Pemilu. Sebelum Pasal itu diubah maka Putusan MK belum berlaku. Bersamaan dengan pendapat ini, mereka juga mengatakan KPU tidak bisa mengubah Peraturan KPU (No 19 tahun 2023) yang menetapkan persyaratan usia calon presiden dan wakil presiden berdasarkan UU Pemilu yang sekarang berlaku, yaitu batas usia capres dan cawapres paling rendah 40 tahun. Alasannya, karena rujukan Peraturan KPU adalah UU Pemilu, bukan Putusan MK. Oleh karena itu, Putusan MK harus diadopsi terlebih dahulu di dalam UU Pemilu, agar KPU dapat menyesuaikannya. https://nasional.sindonews.com/newsread/1228623/12/soal-putusan-mk-kpu-diminta-tak-ubah-pkpu-sebelum-ada-revisi-uu-pemilu-1697584201 Salah satu pakar hukum tata negara yang juga berpendapat bahwa Putusan MK kontroversial dan problematik adalah Yusril Ihza Mahendra. https://news.detik.com/video/231017110/kalau-jadi-gibran-yusril-tak-maju-cawapres-karena-putusan-mk-problematik Di lain pihak, ada yang berpendapat bahwa Putusan MK adalah final dan mengikat, dan langsung berlaku. Mereka berpendapat KPU dapat mengubah Peraturan KPU berdasarkan Putusan MK, yaitu capres-cawapres “berusia paling rendah 40 tahun atau berpengalaman sebagai kepala daerah”. Di sini terjadi perselisihan menuju krisis konstitusi yang bisa memicu konflik politik. Selain itu, banyak pakar hukum dan masyarakat juga berpendapat bahwa Putusan MK sangat kontroversial, melampaui wewenang MK, cacat hukum, dan tidak sah. https://news.solopos.com/yusril-putusan-mk-batas-usia-capres-cawapres-problematik-dan-cacat-prosedur-1770076/amp Dengan berpegang, Putusan MK diduga cacat hukum dan melanggar konstitusi, dikhawatirkan DPR akan melakukan tindakan koreksi dengan membentuk hak angket, untuk menyelidiki apakah MK telah melanggar peraturan perundang-undangan dalam menjalankan tugasnya melakukan uji materi, sampai menetapkan Putusan. Karena, menurut Yusril, pendapat dua hakim konstitusi seharusnya masuk kategori dissenting opinion, sehingga skor Putusan seharusnya 6-3: 6 menolak gugatan. Tetapi, dua pendapat dissenting opinion tersebut kemudian dibuat menjadi concurring opinion, sehingga seolah-olah menyetujui frasa “…. atau pengalaman sebagai kepala daerah”, yang seharusnya “…. atau pengalaman sebagai kepala daerah SETINGKAT PROVINSI / GUBERNUR”. Sehingga membuat skor Putusan MK menjadi 5-4: 5 mengabulkan gugatan. Kalau sampai DPR menggunakan hak angket, maka krisis konstitusi akan menjadi semakin nyata dan semakin dekat. Konflik politik sepertinya tidak terhindarkan. #IndonesiaKrisisKonstitusi —- 000 —-

Israel Go to Hell, Jokowi Go to Jail

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan ISRAEL yang terus membombardir Gaza dikutuk dunia, khususnya dunia Islam. Serangan ke Gaza menggambarkan bahwa ini bukan perang tetapi pembantaian bahkan genosida. Israel memang binatang buas, predator, haus darah dan pembuat teror. Israel adalah adalah negara teroris yang sedang berlari menuju neraka. Israel go to hell.  Zionis Israel penyembah setan yang mempersetankan dunia. Seruan, kutukan, apalagi sekedar pernyataan, tidak akan didengar.   Arogansi dengan sandaran lobby Yahudi mampu mengendalikan Amerika, Inggris dan Uni Eropa. Di medan diplomasi perjuangan Palestina sulit untuk meruntuhkan Israel yang sukses didukung oleh kekuatan lobby tersebut.  Meskipun demikian serangan 7 Oktober ternyata mengejutkan dan merepotkan. Fenomena baru dari gerakan kemerdekaan Palestina telah muncul. Serangan membabi buta Israel adalah bentuk kepanikan. Berbeda dengan perang sebelumnya pada tahun 1967 dan 1973 yang berbentuk negara seperti gabungan Lebanon, Suriah, Mesir, dan Yordania yang faktanya selalu kalah. Kini dilakukan oleh sebuah gerakan atau kelompok perlawanan. Harakat Al Muqowama Al Islmamiya (Hamas) adalah sebuah kekuatan.  Israel membuat neraka di Gaza tetapi jadi surga bagi muslim teraniaya dan mujahid pejuang. Pejuang Hamas juga mampu membuat neraka di Israel. Kematian yang memang jalan menuju neraka bagi kaum zalim, kafir, dan keji. Israel go to hell.  Di wilayah domestik arogansi pemerintahan Jokowi juga sedang ditunjukkan. Tidak malu mensentralisasi kekuasaan menjadi domein keluarga. Membombardir demokrasi dengan dukungan penuh lobby oligarki. Diujung masa jabatan Jokowi panik hingga langkahnya membabi buta. Terlalu banyak kegagalan dan dosa politik yang telah diperbuat. Jokowi go to jail. Berhasil menyetir MK untuk buka peluang Gibran. Mengolah MK agar memutuskan perbaikan UU Cipta kerja demi Perppu. Mendikte DPR untuk selalu ketuk palu pada kemauan, upaya kudeta pimpinan partai politik, menempatkan anak menjadi Ketum partai secepat kilat, mengkultuskan diri melalui Jokowisme, dan menghukum tergantung tingkat kesetiaan. Menyandera Menteri dan Ketum partai.  Agenda Jokowi banyak gagal atau tersendat. Ingin menambah periode tidak sukses, perpanjangan setahun dua tahun mendapat tantangan, proyek IKN meski telah diobral masih tidak laku, kereta cepat tak jelas prospek, yang jelas hutang besar, dalam kasus Rempang seperti Israel saja main usir dan pengosongan.  Xi Jinping adalah Jokowi besar dan Jokowi adalah Xi Jinping kecil.  Gilanya di China Jokowi bilang IKN merupakan bagian dari program jalur Sutera China. Waduh ujug ujug Jokowi memasukkan IKN ke dalam program BRI, sehat pak  ? Ditambah kasus Km 50, korupsi, kecurangan Pemilu, serta tidak jelas soal ijazah, maka Jokowi memang layak untuk masuk penjara. Go to jail.  Sebagaiman Israel dimana para pejuang kemerdekaan Hamas, Jihad Islam, Fatah dan lainnya terus mengadakan perlawanan, maka di Indonesia rezim Jokowi yang zalim, serakah dan korup juga mendapatkan perlawanan dari mahasiswa, buruh, purnawirawan, agamawan, emak-emak, kelompok profesi dan aktivis lainnya. Oposisi terus meneriakkan dan melakukan aksi dalam melawan ketidakadilan dan ketidakpedulian rezim Jokowi. Rezim buta tuli.  Teriakan pantas untuk Zionis adalah \"Israel go to hell\". Sementara watak \"jail\" Jokowi yang selalu menyakiti rakyat Indonesia berkonsekuensi pada teriakan \"Jokowi go to jail !\".  Penjara sudah tidak sabar menanti dan menjadi tempat yang sangat layak untuk Jokowi beserta kroni.  Bandung, 23 Oktober 2023.

Biarkan Gibran Jadi Presiden

Oleh Joko Sumpeno Memang salah, anak lurah mencalonkan atau dicalonkan jadi lurah? Ya nggak ada yang salah. Wajar - wajar saja. Namanya hak setiap warganegara ingin berbakti Kenapa negeri yang dikenal gemah ripah loh jinawi. Kenapa harus dihalang-halangi.  Biarkan saja ...... Politik tidak hanya butuh orang pinter atau menolak yang goblok. Terpenting adalah soal keberanian. Termasuk berani untuk menafikan malu.  Pernah dicatat oleh sejarah suksesi Mataram yang dikenal hiruk-pikuk, dibanjiri air mata dan digenangi darah. Bahkan sempat ayah dan anak di istana itu berebut satu  perempuan yang katanya cantik pada zamannya. Mataram ( katanya telah Islam ) yang berpusat di Surakarta - Jogjakarta diketahui sebagai kerajaan Gung binatara disesaki suksesi yang kemudian melibatkan kompeni ( VOC ). Urusan dagang dan politik saling berkait dan berkelindan. Dan, VOC cerdik memanfaatkan kehausan kuasa dan kelaparan uang. Apa bedanya dengan kekinian yang kekuasaan hanyalah jalan atau saling berpasangan antara harta, tahta dan wanita dibungkus dengan jalinan kata-kata bertuah penuh warna normatif. Takut pada kedatangan hari esok dengan resiko pertanggungjawaban berpadu dengan kerakusan, mendorong tetap ingin memeluk kekuasaan selama hayat dikandung badan. Gibran meski belum memenuhi syarat untuk berkuasa, namun oleh kekuasaan dibuatlah syarat bagaimana supaya terpenuhi. Akulah hukum, memang kamu mau apa ....( saya membayangkan cengar cengir sang  kuasa mencibir ). Mungkin saja, inilah justru bukan jalan melama-lamakan kuasa, melainkan tersembunyi hikmah yang mempertontonkan politik secara telanjang: perpaduan pedang, uang dan doa suka-suka. Bukankah politik hanyalah jalan kemungkinan.  Jsp, Oktober 2023 yang kian panas.

Alarm Lampu Merah Dari Cina , Benar Benar Telah Nyala

Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Merah Putih  KONFERENSI Tingkat Tinggi Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI), di Beijing, China, Rabu (18/10), Presiden China Xi Jinping berpidato eh berencana akan menambahkan dana sebesar US$ 100 miliar atau setara Rp 1.577 triliun untuk program Belt and Road Initiative (BRI), lintas negara. Presiden Jokowi yang hadir dalam forum tersebut, tampak terkesima. Berhalusinasi bagaimana uang tersebut bisa dimiliki semua masuk ke Indonesia dengan dalih investasi. Tidak di sia siakan Jokowi saat berbicara dalam Konferensi tersebut,  berharap sinergi BRI dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia terus diperkuat.  Pada forum tersebut, hilang harga dirinya sebagai pedagang amatiran mengulang kembali menawarkan pembangunan Ibu Kota Negara ( IKN ) sebagai komoditas jualan yang penting laku dan terjual. Presiden Jokowi menyatakan harapannya agar BRI ikut mendanai pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Bahkan tanpa pikir panjang mengatakan antara lain meminta agar program IKN merupakan program BRI China. Lagi lagi  berdalih menanam investasi dengan menjual kedaulatan. Jokowi menyerahkan lehernya ke RRC, tidak sadar atau tidak paham bahwa BRI program Jalur Sutra Xi Jinping itu merupakan kebangkitan imperium Cina, dalam bentuk penjajah gaya baru. Telah diingatkan bahwa  pinjaman besar-besaran ini telah dikritik beberapa pihak di negara Barat, dengan mengatakan BRI membebani negara-negara miskin dengan utang yang besar. Dalam beberapa kasus, tunggakan telah menyebabkan China mengambil kendali atas aset-aset tersebut. Presiden terkesan mengabaikan bahkan tanpa seleksi dan pengaman terkait dengan keamanan wilayah,  menawarkan sejumlah proyek kepada pengusaha China dengan bebas yang penting investasi masuk, agar ada kesan dirinya telah bisa melakukan pembangunan di Indonesia. Tidak peduli itu uang hutang yang berbahaya aset negara bisa disita China apabila tidak mampu mengendalikan pinjamannya. Berbusa busa dalam pidatonya menjual penawaran maut bahwa investasi di Indonesia menjadi pilihan tepat karena mudah dan aman. Pernik pernik lain meluncur dengan buas bahwa  sejumlah indikator ekonomi positif dan stabilitas sosial politik aman. Semua sumber daya alam ditawarkan dengan dalih  sebagai pasokan dunia, yang penting sama sama menguntungkan dan dapat cuan. Seakan akan Indonesia sudah tidak memiliki kedaulatan dan terkesan Indonesia akan berakhir kiamat maka semua harus dijual, di ahir masa jabatannya yang tinggal menghitung har, tidak peduli resikonya dimasa depan. Investasi yang   terseleksi dengan ketat tetap diperlukan, dengan tetap membangun kekuatan ekonomi secara mandiri didalam negeri, tidak hanya mengandalkan hutang, yang berbahaya. Jokowi terus bertindak ceroboh, belepotan dan makin eror dan berbahaya. Tidak sadar bahkan makin nekad menjual kedaulatan negara, dengan kesan posisi dirinya hanya sebagai boneka Xi Jinping. Merusak kehidupan masa depan negara, terus melakukan akrobat, licik meracik diksi pembenaran  tanpa pedulikan  akibat dan bahayanya bagi masa depan bangsa ini. Alarm lampu merah dari China benar benar telah nyala. (*).

Kalau Gibran Cawapres Prabowo, Waspadailah Kecurangan

Oleh Asyari Usman - Jurnalis Senior PARA pakar hukum berpendapat putra sulung Jokowi, Girban Rakabuming Raka, tidak mungkin bisa ikut pilpres. Sebab, putusan MK yang membukakan jalan bagi Gibran harus dibawa ke DPR untuk dibahas dan diputuskan apakah diterima atau ditolak. Akan tetapi, Prabowo tampaknya akan mengumumkan Gibran sebagai cawapresnya. Tak peduli apakah putusan MK itu akan dibahas DPR atau tidak, ditolak atau tidak. Mengapa Prabowo nekat mau mengumumkan Gibran sebagai cawapres? Dan, kalau benar, mengapa Jokowi juga nekat mendorong Gibran maju bersama Prabowo? Pertama, Prabowo dan para pendukungnya yakin dia akan menang pilpres 2024 bersama Gibran. Karena mereka percaya Jokowi pasti akan habis-habisan demi Gibran.  Ini ada benarnya. Misalnya saja, sekian banyak parpol bisa digiring Jokowi untuk ikut koalisi Prabowo. Kedua, Jokowi percaya Prabowo akan melindungi dia dan keluarganya setelah turun dari kursi presiden. Jokowi mencemaskan kejaran hukum terhadap dia dan keluarganya. Banyak yang melihat kemungkinan besar Jokowi dan keluarganya terjerat masalah hukum. Ketiga, Jokowi tidak bisa menitipkan keinginannya kepada Ganjar Pranowo. Sebab, Ganjar dipastikan akan berada di bawah kontrol PDIP, terutama Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Keempat, Golkar sudah resmi mencalonkan Gibran untuk mendampingi Prabowo. Tentu Jokowi merasa tidak mungkin mementahkan keinginan Golkar itu. Sebab, kalau Jokowi dan Gibran mundur dari skenario Golkar itu maka suasana koalisi bakal rumit. Jadi, Prabowo hampir pasti akan mengumumkan Gibran sebagai calon wapres. Meskipun banyak pakar hukum dan politisi yang memberi peringatan bahaya Gibran sebagai wapres terpilih, Prabowo tidak menghiraukan itu. Yang penting menang pilpres. Nah, mungkinkah Prabowo-Gibran menang? Ini cerita lain lagi. Ada beberapa hal. Pertama, publik Indonesia gamang kalau Gibran harus naik menjadi presiden jika Prabowo berhalangan sebagai presiden. Potensi ini sangat besar. Usia dan konsisi Prabowo tidak meyakinkan. Karena itu, Prabowo-Gibran tidak mudah untuk menang. Tidak seperti keyakinan Prabowo dan pendukungnya bahwa Gibran adalah faktor penting untuk menang. Tapi, Presiden Jokowi dengan kekuasaan dan pengaruhnya bisa saja menjadikan Prabowo-Gibran sebagai pemenang pilpres. Jokowi memiliki peralatan lengkap untuk itu. Untuk menghadapi kemungkinan ini, maka hal yang terpenting adalah mengantisipasi penipuan suara. Manipulasi hitungan cepat (quick count) harus menjadi kecurigaan yang konstan. Rakyat tak boleh lengah.  Antusias dan preferensi publik pada Anies Baswedan yang hari-hari ini diterjemahkan sebagai kemenangan, bisa dengan mudah dibalik oleh tangan-tangan kekuasaan. Skenario busuk Pilpres 2019 masih segar dalam ingatan. Sebab itu, kalau Gibran jadi mendampingi Prabowo maka waspadailah kecurangan.[]

Presiden Makin Eror dan Berbahaya

Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Merah Putih  KONFERENSI Tingkat Tinggi Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI), di Beijing, China, Rabu (18/10), Presiden China Xi Jinping berpidato eh berencana akan menambahkan dana sebesar US$ 100 miliar atau setara Rp 1.577 triliun untuk program Belt and Road Initiative (BRI), lintas negara. Presiden Jokowi yang hadir dalam forum tersebut, tampak terkesima. Berhalusinasi bagaimana uang tersebut bisa dimiliki semua masuk ke Indonesia dengan dalih investasi. Tidak disia siakan Jokowi saat berbicara dalam Konferensi tersebut,  berharap sinergi BRI dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia terus diperkuat.  Pada forum tersebut, hilang harga dirinya sebagai pedagang amatiran mengulang kembali menawarkan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) sebagai komoditas jualan yang penting laku dan terjual. Presiden Jokowi menyatakan harapannya agar BRI ikut mendanai pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Bahkan tanpa pikir panjang mengatakan antara lain meminta agar program IKN merupakan program BRI China. Lagi lagi  berdalih menanam investasi dengan menjual kedaulatan. Jokowi menyerahkan lehernya ke RRC, tidak sadar atau tidak paham bahwa BRI program Jalur Sutra Xi Jinping itu merupakan kebangkitan imperium Cina, dalam bentuk penjajah gaya baru. Telah diingatkan bahwa  pinjaman besar-besaran ini telah dikritik beberapa pihak di negara Barat, dengan mengatakan BRI membebani negara-negara miskin dengan utang yang besar. Dalam beberapa kasus, tunggakan telah menyebabkan China mengambil kendali atas aset-aset tersebut. Presiden terkesan mengabaikan bahkan tanpa seleksi dan pengaman terkait dengan keamanan wilayah,  menawarkan sejumlah proyek kepada pengusaha China dengan bebas yang penting investasi masuk, agar ada kesan dirinya telah bisa melakukan pembangunan di Indonesia. Tidak peduli itu uang hutang yang berbahaya aset negara bisa disita China apabila tidak mampu mengendalikan pinjamannya. Berbusa busa dalam pidatonya menjual penawaran maut bahwa investasi di Indonesia menjadi pilihan tepat karena mudah dan aman. Pernik pernik lain meluncur dengan buas bahwa  sejumlah indikator ekonomi positif dan stabilitas sosial politik aman. Semua sumber daya alam ditawarkan dengan dalih  sebagai pasokan dunia, yang penting sama sama menguntungkan dan dapat cuan. Seakan akan Indonesia sudah tidak memiliki kedaulatan dan terkesan Indonesia akan berakhir kiamat maka semua harus dijual, di ahir masa jabatannya yang tinggal menghitung har, tidak peduli resikonya di masa depan. Investasi yang   terseleksi dengan ketat tetap diperlukan, dengan tetap membangun kekuatan ekonomi secara mandiri didalam negeri, tidak hanya mengandalkan hutang, yang berbahaya. Jokowi terus bertindak ceroboh, belepotan dan makin eror dan berbahaya. Tidak sadar bahkan makin nekad menjual kedaulatan negara, dengan kesan posisi dirinya hanya sebagai boneka Xi Jinping. Merusak kehidupan masa depan negara, terus melakukan akrobat, licik meracik diksi pembenaran  tanpa pedulikan  akibat dan bahayanya bagi masa depan bangsa ini. Alarm lampu merah dari China benar benar telah nyala. (*)