ALL CATEGORY

NIPAH Park Akan Gelar Pekan Olahraga Tingkatkan Imunitas Masyarakat

Makassar, FNN - Manajemen Mal NIPAH yang juga dikenal NIPAH Park akan menggelar pekan olahraga guna meningkatkan imunitas tubuh masyarakat di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini.Marketing and Communication Manager Kalla Inti Karsa Jesse Rezky Mulia di Makassar, Sabtu mengatakan sejak awal didirikan, NIPAH Park berkomitmen untuk memanfaatkan ruang terbuka hijaunya untuk beragam kegiatan masyarakat.  Alhasil, berbagai komunitas olahraga kini telah aktif menggelar kegiatan kebugaran tubuh di NIPAH Park. Apalagi menjaga daya tahan tubuh selama masa pandemi merupakan hal yang perlu diperhatikan.\"Kini NIPAH Park tengah mempersiapkan gelaran olahraga bertajuk Pekan Olahraga NIPAH. Kegiatan ini adalah kali pertama yang dilaksanakan oleh NIPAH,\" katanya.Pekan Olahraga NIPAH akan diadakan pada 25-27 Februari 2022, bertempat di rooftop dan backyard NIPAH Park yang merupakan ruang terbuka dengan sirkulasi udara yang baik.​​​​​​​Rezky mengatakan selama dua tahun belakangan ini, NIPAH Park rutin menggelar berbagai kegiatan olahraga. NIPAH Park memanfaatkan ruang terbukanya sebagai wadah masyarakat untuk berolahraga menjaga sistem imunitas tubuh.  “Bersama komunitas olahraga, NIPAH Park berkomitmen untuk meningkatkan pola hidup sehat dengan berolahraga melalui Pekan Olahraga NIPAH. Kegiatan ini tentunya akan digelar dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat,\" kata Rezky menjelaskan.Para peserta di Pekan Olahraga NIPAH akan bertanding pada 16 cabang olahraga, di antaranya Basket 3x3, Anggar, Yoga, Karate Kids, Taekwondo Kids, Inline Skate, Night Run, Freelectics, Sepeda, Muaythai, Archery, E-Sport, Breakdance, Remote Control, Bulutangkis, dan Gymnastic Atletic.Para peserta akan bertanding memperebutkan hadiah total ratusan juta rupiah. (mth)        

Menlu ASEAN Akan Bahas Pemberian Bantuan Kemanusiaan untuk Myanmar

Phnom Penh, FNN - Para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) akan mendiskusikan pemberian bantuan kemanusiaan untuk Myanmar, dalam pertemuan yang dituanrumahi oleh Kamboja bulan depan.Menlu Kamboja dan utusan khusus ASEAN Prak Sokhonn juga mempersiapkan kunjungan pertamanya ke Myanmar.\"Prioritasnya adalah untuk mengimplementasikan Konsensus Lima Poin yang telah disepakati dengan suara bulat dan akan dibahas selama pertemuan menteri luar negeri ASEAN mendatang,\" kata Kementerian Luar Negeri Kamboja dalam pernyataan yang dirilis pada Sabtu.Pertemuan tersebut akan digelar pada 16-17 Februari 2021.Kudeta yang dilakukan militer Myanmar terhadap pemerintah terpilih pimpinan Aung San Suu Kyi menjadi kemunduran bagi ASEAN dan upayanya untuk menampilkan diri sebagai perhimpunan yang kredibel dan terintegrasi.ASEAN kemudian mengambil langkah mengejutkan dengan tidak mengikutsertakan junta Myanmar dalam pertemuan-pertemuan penting, karena kegagalannya untuk menghormati Konsensus Lima Poin ASEAN yang di antaranya mencakup penghentian kekerasan dan memungkinkan dialog dengan semua pihak.Bulan ini, Kamboja mengatakan pertemuan para menlu ASEAN telah ditunda karena beberapa menteri menyatakan kesulitan untuk hadir. (mth) 

Minyak Tumpah, Pantai Thailand Ditetapkan Sebagai Area Bencana

Bangkok, FNN - Sebuah pantai di Thailand timur ditetapkan sebagai area bencana karena minyak yang bocor dari pipa bawah laut di Teluk Thailand terus membasuh pantai dan menghitamkan pasir.Pipa minyak milik Star Petroleum Refining Public Company Limited (SPRC) mulai bocor pada Selasa malam dan berhasil diatasi sehari kemudian setelah menumpahkan sekitar 50.000 liter minyak ke laut 20 km dari pesisir timur yang menjadi pusat industri.Sebagian minyak mencapai garis pantai Mae Ramphueng di provinsi Rayong Jumat malam setelah menyebar ke area seluas lebih dari 47 km persegi di teluk tersebut.Angkatan laut bekerja sama dengan SPRC untuk menghentikan kebocoran. Mereka mengatakan massa minyak utama masih berada di lepas pantai. Hanya sedikit minyak yang terdampar di sedikitnya dua titik di pantai sepanjang 12 km itu. Sekitar 150 pekerja SPRC dan 200 personel AL telah dikerahkan untuk membersihkan pantai dan memasang penghalang minyak, kata pihak AL.Dua belas kapal AL, tiga kapal sipil dan sejumlah pesawat juga dikerahkan untuk mengatasi tumpahan di laut dengan oil boom dan semprotan oil dispersant (pengurai minyak).\"Kami dan pihak perusahaan masih bekerja di laut untuk mengurangi jumlah minyak dengan menghalau tumpahan dan mengisap minyak dan menyemprotkan dispersant,\" kata Laksamana Muda Artorn Charapinyo, wakil panglima komando Area Laut pertama, kepada awak media. (mth) 

Menjelang Proklamasi Disintegrasi Bangsa

Tidak ada negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah,  namun rakyatnya hidup begitu miskin. Tidak ada bangsa yang memiliki kekayaan kebhinnekaan dan kemajemukan, namun  rakyatnya dipenuhi konflik SARA. Tidak ada negara bangsa yang memiliki kekayaan ideologi sekaligus nilai-nilai adiluhung mewujud Pancasila, namun  ditopang dan dituntun oleh neo kolonialisme dan imperialisme. Sulit menemukan kondisi geografis, geopolitis dan geostrategis wilayah seperti itu dalam peta dunia, kecuali yang bernama Indonesia. Oleh Yusuf Blegur, Pegiat Sosial dan Aktivis Yayasan Human Luhur Berdikari BETAPA banyaknya badut-badut di negeri ini. Bertingkah ekspresif dan eksplosif melakukan akrobatik dalam sirkus politik, ekonomi, dan budaya. Begitu luar biasanya amarah dan sikap reaksioner terhadap Sekedar ungkapan \"Jin Buang Anak\". Sementara pada kejahatan kemanusiaan yang sesungguhnya dari korupsi, pelanggaran HAM dan belenggu demokrasi, menyeruak sikap masa bodoh dan serba permissif. Bahkan penguasaan berjuta-juta lahan oleh segelintir orang dan borjuasi korporasi yang berujung deteriorasi  melalui pembakaran hutan, perubahan fungsi lahan,  eksploitasi sumber daya alam tanpa batas berkedok bisnis dan investasi. Dibiarkan melenggang dengan angkuh sambil mempertontonkan kebengisa konspirasinya. Tampaknya ambigu dan paradoks telah menjadi habit sekaligus penyakit bangsa ini. Bangsa ini seperti mengalami gejala bipolar,  disatu sisi menuntut hal sepele yang dianggap baik, di lain sisi secara telanjang membiarkan banyak hal yang esensi dan substansi mengalami distorsi. Genderang perang terhadap KKN yang digaungkan gerakan aktifis 98, surut dan kian kemari nyaris tak terdengar. Begitupun perlawanan terhadap omnibus law dan UU IKN, meredup terdengar sayup-sayup ditengah hiruk-pikuk pengalihan isu dan kelicikan rezim kekuasaan. Termasuk stereotif pesantren dan masjid yang menjadi pusat pembelajaran dan peribadatan agama, dituduh sebagai sarang teroris.  Kehilangan kesadaran makna dan kesadaran krisis pada bangsa ini, semakin membuat negara ini meluncur deras ke jurang degradasi sosial dan disintegrasi nasional. Rayat terus sibuk berpolarisasi membangun eksistensi SARA. Menebar kecurigaan, hasad dan dengki pada sesama anak bangsa. Sikap permusuhan dan kebencian semakin tumbuh sumbur ditengah kemerosotan ekonomi  dan politik. Kehilangan semangat kolektif kebangsaan dan kemunduran peradaban, seakan mengiringi krisis multi dimensi pada pelbagai sendi kehidupan rakyat. Realitas politik terus sibuk menyalakan api konflik horisontal sembari abai meninggalkan sejatinya nasionalisme. Kehilangan Kepemimpinan Nasional Bukan hanya gagalnya agama merasuki kejiwaan hati dan pikiran bangsa ini. Terlalu banyak pranata sosial yang tergerus oleh sihir massal mengejar materi. Kebudayaan yang kaya kemanusiaan dan orientasi nilai-nilai spiritual bangsa, secara perlahan dan massif mulai mengalami kehancuran. Warisan tradisi, mitos dan etos  sebagai kearifan lokal sekaligus entitas nasional, mulai tergulung modernitas yang membonceng  penghambaan kepada kebendaan. Rakyat hanya bisa pasrah, menangis dan terunduk lesu menyaksikan kekayaan adat dan  budaya leluhur dihancurkan oleh keserakahan pembangunan. Saat agama tak lagi mampu menghadirkan inti dari kemanusiaan dan ketuhanan. Boleh jadi premis agama sebagai candu masyarakat yang pernah didengungkan penganut Marxis, kini semakin menggejala. Melalui perselingkuhan dan hubungan intim penuh syahwat dan gejolak. Kapitalisme dan komunisme begitu mesra melebur, giat mencabik-cabik UUD 1945, Panca Sila dan UUD 1945. Indonesia larut memasuki episode penjajahan  berwajah liberalisasi dan sekulerisasi.  Saat watak kolonialisme dan imperialisme hadir mewujud oligarki. Maka kekuasaan yang korup akan menjadi ternak-ternak yang terpelihara. Kepemimpinan nasional beserta kekuasaan institusional dan konstitusionalnya, terus menjadi boneka sekaligus budak kepentingan global,  korporasi dan kelompok non state. Jadilah rezim atau penguasa yang perilakunya membenarkan celoteh seorang  Lord Acton, \"power tend to corupt, absolute power corrupts absolutely\". Dibumbui rasa manis untuk asing dan aseng, namun membuncah represi dan keji pada bangsanya sendiri. Apa mau dikata, sistem pemilu yang menganut demokrasi transaksional yang sudah mengakar dan mendarah daging. Hanya melahirkan wakil-wakil rakyat dan para pejabat yang menjadi ternak-ternak oligarki. Birokrat dan politisi secara berjamaah cenderung menggerogoti negara. Berfungsi dan bertugas sebagai pelayan dari dominasi dan hegemoni pemilik modal. Bagai sunami politik, mesumnya hubungan penyelenggara negara dengan pengusaha, menyebabkan kedaulatan rakyat terhempas. Tak cukup sampai disitu, KKN yang telah memiskinkan bangsa dan menimbulkan kesengsaraan rakyat. Kini mulai mengusik persatuan dan kesatuan bangsa. NKRI menjelang  disintegrasi, hanya tinggal menunggu proklamasinya. Seiring sulitnya menemukan pemimpin nasional yang sebenarnya, tak ubahnya bagai keinginan yang uthopi. (*)

Ketika Kaum Intelektual Menjadi Budak Kekuasaan

Oleh Ahmad Sastra, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa, tinggal di Bogor. SECARA historis, pertumbuhan intelektualitas terjadi sejak adanya manusia itu sendiri. Sebab karakter utama manusia adalah berakal yang maknanya memiliki potensi berfikir, berbeda dengan makhluk berjenis binatang yang hanya diberikan naluri. Intelektualitas adalah anugerah Allah kepada manusia. Dari intelektualitas inilah lahirnya berbagai peradaban di seluruh penjuru dunia dari masa ke masa. Membungkam intelektualitas adalah bentuk kejahatan sekaligus kebodohan. Membungkam intelektualitas suatu bangsa berarti bangsa tersebut tengah mengizinkan kehancuran dan kemusnahan. Kekuasaan anti intelektualitas adalah kekuasaan diktator yang justru sedang membunuh dirinya sendiri. Kekuasaan anti argument adalah kekuasaan terburuk sepanjang sejarah peradaban. Peradaban Islam patut menjadi contoh bagi peradaban manapun di dunia. Peradaban Islam yang dibawa oleh Muhammad Rasulullah telah bertahan lebih dari 13 abad menandakan bahwa peradaban ini sangat menjujung tinggi ilmu dan intelektualitas. Lahirnya para ilmuwan muslim yang sangat dikenal di dunia adalah fakta sejarah.  Peradaban agung Islam adalah peradaban ilmu dan adab akan bisa bertahan lama. Sebaliknya, yang dilandasi oleh nafsu dan kepentingan duniawi tak pernah bertahan lama, ia akan segera tumbang oleh kecongkakannya sendiri. Indonesia, bangsa muslim terbesar di dunia ini harus banyak belajar dari peradaban Islam. Peradaban fir’aunisme yang tumbang karena kecongkakannya juga ditopang oleh para budak-budak intelektual yang hanya menjadi stempel dan legitimasi apologetik kezoliman raja fir’aun. Budak-budak intelektual kepada kekuasaan diktator fir’aun lebih bahaya dari penjahat dan lebih hina dari seorang pelacur atau lonte sekalipun. Karena bisikan para intelektual bermental budak, fir’aun begitu membenci dan memusuhi Musa yang seorang utusan Allah. Nabi Musa di mata Fir’aun adalah penjahat dan pemberontak  yang layak dimusuhi dan dimusnahkan. Pada awalnya, fir’aun begitu merendahkan Musa, selanjutnya memberikan ancaman, setelah gagal, maka fir’aun lantas mengadu domba rakyat agar memusuhi Musa. Kaum intelektual idealnya berdiri tegak dan jauh dari kekuasaan, jika pada akhirnya hanya menjadi budak. Kaum intelektual yang bergabung dengan kekuasaan mestinya menjadi energi positif bagi lahirkan kekuasaan yang baik serta peradaban mulia. Kampus-kampus mestinya menjadi mimbar akal sehat yang mampu memberikan pencerahan atas perjalanan suatu bangsa. Adalah kekelapan peradaban bagi bangsa jika kampus berubah menjadi penjara bagi argumentasi. Lebih ironis lagi jika kampus ikut menjadi budak kekuasaan sehingga bangsa tersebut tak lagi punya daya pikir. Kampus sesungguhnya adalah satu-satunya ruang bagi tumbuh kembang intelektual, jika telah membudak pada kekuasaan, maka akan lahir dari bangsa tersebut bangsa yang dungu dan terbelakang. Ketika intelektualitas membudak kepada kekuasaan, maka itu pertanda kegelapan masa depan bangsa tersebut. Kegelapan kekuasaan fir’aun dan namrud mestinya cukup menjadi pelajaran bagi suatu bangsa. Padahal kekuasaan hanyalah sesaat yang pada waktunya akan runtuh dan berganti. Peradaban demokrasi sekuler kapitalisme seperti Amerika pada akhirnya runtuh berkeping. Peradaban komunisme ateis seperti Uni Soviet juga tidak lama bertahan. Sementara peradaban Islam telah terbukti bertahan lama, sebab integrasi wahyu dan intelektualitas menjadi energinya. Psikologi keterjajahan bangsa ini memang telah lama mengurat saraf dari generasi ke generasi. Dalam istilah lain bangsa ini dalam kubangan hegemoni dan intervensi kolonialisme. Strategi mencari jalan keluar dari hegemoni dan imperialisme asing inilah yang menjadi tugas pertama para intelektual dengan gagasan dan pemikirannya. Tugas pertama seorang mukallaf (muslim) menurut  Imam Syafi’i adalah memikirkan kemajuan agamanya. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan potensi cendekiawan muslim yang juga melimpah sudah semestinya Indonesia berdaulat dan bermartabat dari sejak dulu, namun faktanya hingga hari ini bangsa ini justru kian terjajah. Nah. Bagaimana mau mengeluarkan negeri ini dari hegemoni neokolonialisme jika kaun intelektual justru tengah terjerembab pada kubangan pragmatisme kekuasaan. Apa yang bisa diharapkan dari kaum intelektual bermental budak kekuasaan. Apa yang bisa diharapkan dari kaum intelektual yang berubah jadi bunglon, beda saat masih di luar, berbeda lagi saat berkuasa. Benarlah apa yang diungkapkan oleh George Washinton, presiden pertama Amerika bahwa jika ingin melihat manusia berubah, maka beri dia kekuasaan. Artinya kaum intelektual yang dekat dengan kekuasaan bisa jadi berubah jadi jahat dan bodoh, meskipun bisa jadi juga akan berubah menjadi lebih baik. Kesadaran mendalam untuk terus memberikan  arah dan pencerahan bagi seluruh bangsa ini merupakan amanah abadi yang harus terus dipikul oleh kaum intelektual, terlebih intelektual muslim. Dengan manhaj Islam yang agung ini, insyaallah bangsa ini akan bermartabat. Sebab bermartabat bukan hanya soal kemajuan dan kedaulatan, namun juga soal kemuliaan. Saatnya menjadi intelektual yang berdiri lurus memberikan pencerahan saat bangsa ini redup dan meluruskan saat bangsa ini bengkok. Saatnya menghidupkan kembali radisi ilmu, argumentasi dan akal sehat di kampus-kampus. Jangan pernah mau menjadi budak kekuasaan yang tiba-tiba jadi dungu. Sebab perbudakan adalah kematian bagi sebuah bangsa. Nah disinilah letak peran strategis kaum intelektual agar tetap berdiri kokoh memerikan pencerahan dan peringatan bagi perjalanan sebuah bangsa dan peradabannya. Pantang seorang intelektual melacurkan diri kepada kekuasaan. Ingat diutusnya Rasulullah adalah sebagai pemberi kabar gembira sekaligus pemberi peringatan. Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. (QS Al Baqarah : 119) (*)

Rocky Gerung: Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan Timur Rawan Konflik Etnis

Jakarta, FNN - Pengamat politik, Rocky Gerung mengatakan, keberadaan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur diperkirakan menimbulkan banyak masalah dan kekacauan. Hal itu semua akan menjadi awal yang buruk. Rocky Gerung mengatakan hal tersebut dalam diskusi  \"Indonesia Leaders Talk\"  yang disiarkan jaringan Rasil Nasional dan Internasional, di Jakarta, Jumat 28 Januari 2022 malam. Kondisi buruk, ujar Rocky, bisa  ditinjau  dari berbagai aspek apa pun. Ia memperkirakan pembangunan IKN pada akhirnya menemui kegagalan. \"Hasil pertama IKN itu memunculkan konflik etnis. Lihat,  awal -awal saja  sudah masalah pada kasus  Edy Mulyadi yang sudah dipanggil    (polisi) karena dianggap  mengolok-olok. Nah  artinya,  ada ketidak legaan orang untuk menerima ibu kota baru itu,\" tuturnya.  Rocky  mengungkapkan,  data hasil survei menunjukkan  80 persen orang Indonesia menolak IKN.  Jadi, upaya pemindahan ibu kota negara (dari Jakarta ke Kalimantan Timur) itu sama sekali tidak  rasional. Terkait adanya gagasan besar dengan berupaya  memasukkan orang-orang  perdatang (termasuk kecurigaan Warga Negara Cina, red) hingga lima jutaan orang ke IKN, dinilainya sebagai langkah sensitif dan bahaya.  \"Itu bagian yang harus kita hitung dan cermati sebagai  bagian dari etnik thinking, yang artinya , jika lima juta orang baru masuk ke IKN maka akan ada penduduk lokal yang tersingkir,\" ujarnya.  Ia mengutip Thomas More yang 500 tahun lalu menyebutkan, \"Idealnya kehadiran  ibu kota baru itu disambut riang gembira, penuh harapan dan tergambar indah. Namun, apa  yang terjadi justru sebaliknya penuh masalah dan sarat dengan saling curiga,\" ujarnya. Sebenarnya ia tidak begitu tertarik dengan tema IKN yang diprediksi  lambat laun akan gagal dan tenggelam dengan sendirinya. Di sela-sela diskusi justru Rocky mengaku   lebih tertarik dengan gagasan besar soal memperjuangkan  Pemilu Nol Persen dan Pemilu yang menghasilkan kompetisi bebas ketimbang gagasan IKN yang sejak  awal   sudah kadung  amburadul. (BS).

Antara Radikalisme dan Stigma Bergerak: Sebuah Narasi Geopolitik

Oleh Kombes Pol Arif Pranoto (Akpol 1987) DARI perspektif geopolitik, terdapat narasi lain tentang radikalisme yang kini gaduh lagi marak di publik. Entah maraknya pada isu lokal/nasional, regional maupun radikalisme sebagai isu global. Bahwa radikalisme di tingkat lokal dan regional, misalnya, hanyalah dampak dari isu global. Kenapa demikian? Kredo geopolitik menyatakan, bahwa konflik lokal adalah bagian dari sebuah konflik global.  Rujukan akademis yang agak pas guna memotret fenomena tersebut barangkali adalah \"butterfly effect theory\"-nya Edward Norton, bahwa kepakan sayap kupu - kupu di rimba belantara Brasil --- yang secara teoritis dapat memicu tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Intinya, peristiwa besar kerap dimulai dari peristiwa kecil; atau jangan anggap enteng kejadian kecil, ia bisa membesar dan tak terkendali; dan juga jangan abaikan isu lokal, karena jangan - jangan ia bagian dari isu global. Adapun narasi di atas menerangkan bahwa radikalisme hanyalah: Stigma Bergerak. Memang belum ada definisi dan keterangan yang bersifat text book soal stigma bergerak, cuma perlu realita kasus, sedikit pendalaman, dan contoh-cöntoh peristiwa.  Irak di zaman Saddam Hussen dahulu, contohnya, sebelum ia diserbu oleh koalisi militer Barat pimpinan Amerika (AS), dituduh menyimpan senjata pemusnah massal. \"Ini stigma atau isu pertama\" yang dilekatkan AS terhadap Irak. Ketika isu senjata pemusnah massal tak terbukti namun Irak terlanjur porak - poranda dikeroyok koalisi militer, stigma pun berubah menjadi isu menegakkan demokrasi. \"Ini stigma kedua.\" Setelah Saddam di hukum gantung lalu pemerintah Irak dalam kendali koalisi militer asing, stigma pun berubah menjadi \"isu menjaga stabilitas\". Nah, gambaran perjalanan atau perubahan stigma step by step mulai isu pertama, isu kedua, hingga isu terakhir (menjaga stabilitas) disebut: \"Stigma Bergerak\". Ya, (isu) bergerak menyesuaikan situasi dan kondisi terbaru di negara target. Sekarang membahas radikalisme. Tak boleh disangkal, kini ia menjadi stigma atau isu terujung, terakhir, terkini atau terpopuler setelah isu terorisme (\"ini stigma pertama\") tidak laku lagi di panggung global. Mengapa tidak laku, selain raja teroris Osama bin Laden telah \"tewas\" ditembak oleh pasukan elit AS Navy Seal di Pakistan dan mayatnya dibuang ke laut, juga karena faktor \"kekalahan\" militer koalisi pimpinan AS saat melawan Taliban di Afghanistan. Bayangkan saja, peperangan 10-an tahun yang menyedot banyak sumber daya hingga AS dan negara sekutu yang terlibat sharing saham dalam perang mengalami krisis ekonomi akibat modal perang tidak kembali. Taliban melawan mati - matian.  Dan tak boleh dipungkiri, perang Afghanistan merupakan perang terlama (2001 - 2011) dalam sejarah petualangan AS di panggung geopolitik. Betapa koalisi 40-an negara ---NATO dan ISAF--- tidak mampu menundukkan Taliban yang padanan di Indonesia hanya sekelas ormas atau laskar pesantren. Taliban bukanlah militer profesional seperti halnya Kopassus ataupun Green Baret. Nah, usai \"drama\" penyerbuan Osama di Pakistan, AS dan sekutu akhirnya cabut dari Afghanistan dengan tagar: Osama Tewas! \"Onani\". Menyenangkan diri sendiri. Dan War on Terrorism (WoT) pun tutup layar. Setelah WoT tutup layar, isu pun berubah menjadi memerangi ISIS. Pertanyaan selidik muncul, \"Bukankah tabir sudah terkuak siapa pencipta, pendukung, siapa operator ISIS?\" False flag operation semacam ini sudah menjadi rahasia umum.  Tatkala ISIS pun juga kalah dalam peperangan di Suriah, isu pun berubah lagi menjadi radikalisme. Ya. Inilah (radikalisme) isu terujung dari WoT yang sudah tutup layar beberapa tahun lalu. Sekali lagi, perubahan stigma dari isu pertama (terorisme), isu kedua (ISIS) hingga isu terakhir (radikalisme), dalam geopolitik disebut \"Stigma Bergerak\".  Selanjutnya, antara kedua stigma bergerak di atas sebenarnya serupa tetapi tak sama. Serupa dalam hal pola, tidak sama pada modus dan aktornya. Lalu, apa target dan motif stigma bergerak tersebut? Satu kata: Minyak!  \"If you would understand world geopolitics today, follow the oil,\" kata Deep Stoat, salah satu pakar strategi di Paman Sam. Bila ingin memahami dunia geopolitik hari ini, ikuti kemana minyak mengalir. Atau, kata Guilford: \"When it comes to oil 90% about politics, 10% is about oil itself\". Silahkan ilustrasikan, bila Irak cuma penghasil nasi kebuli atau susu onta, akankah muncul isu senjata pemusnah massal di era Saddam; atau, seandainya Suriah hanya produsen kurma, misalnya, apakah ISIS akan bermain di negerinya Bashar al Assad? (*)

Buruk Muka Cermin Dibanting

Saya sebagai rakyat kecil tidak bisa mengatakan apakah Panglima TNI ada hubunganya dengan HP, Pangkostrad dengan LBP, Kapolri dan Kasad dengan Presiden Jokowi dan lain lain dan lain lain, karena itu bisa merupakan implikasi dari  bagian strategi atau ambisi nafsu pribadi. Oleh Sugeng Waras, Purnawirawan TNI AD SETIAP proses membuahkan hasil, tapi bisa jadi hasil tidak melalui proses yang benar bahkan main serobot, main curi, main kucing kucingan, main kuasa dan main menang menangan Sebagai contoh kasus Edy Mulyadi, sang wartawan senior terkait ucapanya jin buang anak, lantas berbuntut panjang hingga pemanggilan oleh polisi, bisa jadi lanjut tindakan intimidasi atas nama hukum jika tidak lagi memenuhi panggilan selanjutnya Jujur saya tidak menyangkal apalagi menyalahkan, karena ada kesamaan dengan pemikiran saya bahwa ditinjau dari banyak hal pemindahan IKN baru adalah rencana BERBAHAYA dan BERiSIKO TINGGI. Meskipun sudah ada Indikasi pemerintah gigih akan melaksanakan itu, saya mohon untuk segera ditinjau kembali dan  DIBATALKAN bahkan jangan pernah lagi dibahas,  STOP. Saya yakin dibenak para penggagas dan penerus kebijakan tidak terlepas dari resikko moril dan materiil dalam perpindahan itu. Saya juga yakin, pertimbangan hal hal terkait untung rugi, baik buruk dan layak tidak layak sudah melalui pemikiran pemikiran banyak pihak, namun saya tidak yakin bahwa pemikiran itu diiringi akal sehat untuk kepentingan orang / rakyat banyak. Bahkan saya khawatir  pemikiran pemikiran jahat dan nafsu serakah telah menutupi akal sehat, dengan memanfaatkan kewenangan dan kekuasaan. Dari kondisi negara banyak hutang, saya tidak yakin bantuan dari pihak lain tidak akan beresiko tinggi dikemudian hari. Barangkali para pejabat sekarang sudah berubah jadi tanah, bisa jadi kesengsaraan akan menimpa anak cucu cicit kita. Memang, saat ini belum nampak,  tapi bisa jadi beberapa tahun kemudian IKN baru akan dipenuhi dan dihuni orang orang cina pendatang (negara Cina ada kemampuan untuk mendukung hijrah orang Cina dari negaranya ke Indonesia, disisi lain pemerintah Indonesia  tidak akan memperhatikan ketidak mampuan dan ketidak berdayaan penduduk pribumi). Sekali lagi, para penegak hukum untuk bisa menahan diri, tidak gegabah, bahwa apa yang diucapkan Edy Mulyadi, hanya sebagai simbol pemikiran dan perasaan rakyat banyak, sehingga tidak perlu dimasalahkan apalagi dibesar besarkan dan dikait kaitkan dengan UUIT yang sebenarnya lebih banyak dilakukan oleh buzzer buzzer intelek dan buzzer buzzer comberan yang bersandar hidup dari bayaran, dilindungi, meskipun mereka adalah pemecah belah persatuan, pengadu domba antar agama dan bangsa serta perusak dan penghancur negara. Secara pribadi saya akan terus menentang kebijakan pemerintah dalam pemindahan IKN baru pada situasi dan kondisi saat ini, baik dari pandangan strategis, sosial maupun psikologis. Bahaya pendudukan dan penjajahan Cina sudah dipelupuk mata. Wahai, saudara saudaraku yang ada di BIN ( Badan Inteljen Negara ) kepada kalian rakyat berharap, kejujuran dan kebenaranmu dalam memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negaramu. Akhirnya.... Dengan harapan pemerintah paham dan sadar bahwa kebijakan pemindahan IKN baru ke Kalimantan sangat membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara kita dimasa mendatang. Juga kepada teman-temanku dan saudara saudaraku di DPR yang mendapat amanah dari rakyat dan ALLAH SWT / TYME, arif dan bijaklah berpikir, dipundakmu suara rakyat dipertaruhkan, jauhkan dari TAEK KUCING BERASA COKLAT dikala rezeki menghampirimu! Maka, sekali lagi, mohon sekali lagi, pemerintah apapun resikonya untuk MEMBATALKAN pemindahan IKN baru. (*)

Kepulauan Seribu, Stop Ganti-Ganti Nama Pulau

Oleh Ridwan Saidi, Budayawan BELANDA ganti.nama pulau Kapal dengan Onrust. Kita ikutan ganti pulau Pelemparan (daun bawang) dengan Harapan. Ini bisa mengganggu navigasi. Untung pulau paling utara Pantara, terasing, tidak diganti. Pulau Pramuka tak jelas nama aslinya apa. Footo atas: Monument stone di pulau Cipir, kepulauan Seribu, namanya Cipir yang artinya tobat. Batu segi empat disangga batu-batu bulat panjang menggambarkan tabut, tempat menyimpan kitab suci. Ini konsep teologi Jewish. Siapa ysng bawa? Orang Caucasia ada yang zion tidak dalam arti blood tapi teologi. Syahbandar Sunda Kalapa Arya Rana Manggala sekitar 1619 seorang zion dalam arti teologi. Di Pulo Cipir terdapat bangunan yang bukan rusak alami. Mungkin diserang oleh mereka yang tak suka dengan ritual yang dilakukan migran penghuni. Native berdiam di pulau apa? Antara lain: Edam, Ayer Besar dan Ayer Kecil. Ayer artinya Gen. Beberapa pulau di Kepulauan Seribu bernama sesuai dengan peninggalan yang ada di situ, misalnya pulau Kelor. Bukan kelor flora tapi bangunan archaic. Kelor artinya: Jaga. Pulau Kuntul dari nama burung sejenis bango. Ada gurindam Betawi: Kuntul-kuntul Disangka bango Betul-betul Otaknya dongo Ada empat pulau bernama.kuntul: Kuntul Besar, Kuntul Kecil, Kuntul Sedang, Kuntul Kerbau. Pulau Untung Jawa masuk wilayah Tangerang, mencapainya lebih dekat.via Tanjung Pasir. Pulau Kapal, yang tahun 1707 oleh VOC diganti Onrust (tanpa rehat), artinya sembunyi. Tak banyak peninggalan untuk rekonstruksi sejarah Kep Seribu selain artefak dan toponim. Makanya nama pulau jangan di-ganti2. Yang sudah terlanjur agar dikembalikan. (*)

Masjid Dihancurkan untuk Indomaret

By M. Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Keagamaan PT KAI akhirnya secara sepihak mengobrak-abrik Masjid \"Nurul Ikhlas\" di Jalan Cihampelas 149 Bandung. Perselisihan sebenarnya belum diselesaikan secara hukum. Namun arogansi PT KAI melakukan tindakan sewenang-wenang dengan membongkar bangunan rumah yang telah lama digunakan untuk Masjid tersebut.  Ternyata Masjid Nurul Ikhlas tersebut adalah bangunan Cagar Budaya berdasarkan Perda Kota Bandung No. 7 tahun 2018 tentang Pengelolaan Cagar Budaya. Masjid Nurul Ikhlas tegas tercantum dalam Daftar bangunan Cagar Budaya  Kawasan 17 Cipaganti No. 986. Bangunan Belanda yang telah diubah dengan ornamen Sunda dan telah menjadi Masjid unik yang lebih layak disebut Masjid \"Rumah Sunda\" itu telah dihancurkan. Rumah yang awalnya milik H. Moelja AA Wiranatakoesoemah dan Hj. Momoh Sari Adipatioekoer itu telah di wasiatkan untuk digunakan sebagai Mushola/Masjid. Masyarakat Sunda patut prihatin atas penghancuran bangunan Masjid Cagar Budaya tersebut. Parahnya kini di atas tanah penghancuran Masjid tersebut telah berdiri sebuah mini market \"Indo Maret\". Hal ini bukan saja menyakitkan umat Islam tetapi juga melanggar Perda Kota Bandung No 7 tahun 2018 dan Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.  Hebatnya lagi pembangunan \"Indo Maret\" itu sama sekali tidak memiliki ijin. Upaya Pemkot Bandung untuk menghentikan pembangunan tanpa IMB atau Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) tersebut ternyata tidak digubris sama sekali. Ada \"kekuatan siluman\" yang patut diusut. Secara hukum semestinya bangunan tersebut segera disegel dan dibongkar paksa.  Atas pelanggaran UU Cagar Budaya yang dilakukan PT KAI atau pihak lain yang menghancurkan warisan budaya masyarakat Sunda maka semua pihak yang terlibat dalam penghancuran tersebut patut diseret ke meja hijau. Ancaman hukuman maksimal bagi mereka adalah 15 tahun penjara.  Perbuatan sewenang-wenang dan melecehkan nilai-nilai budaya harus dilawan oleh seluruh elemen baik budayawan, seniman, atau aktivis kebudayaan lainnya. Sedangkan penghancuran Masjid untuk diubah menjadi \"Indo Maret\" telah menistakan umat Islam. Ustadz, ulama, dan aktivis keagamaan mesti mereaksi dan mengoreksi serta mendorong pemberian sanksi atas perbuatan biadab tersebut.  Cihampelas yang menjadi ruang kegiatan usaha tidak boleh melecehkan masyarakat dengan menghancurkan peninggalan budaya. Masjid ornamen Sunda yang tidak bisa dipisahkan dari warisan dalem Sunda dahulu harus dijaga. Penghancurannya adalah kriminal. Gubernur, Walikota  dan para pemangku kepentingan lain harus berbuat serius untuk melindungi warisan budaya tersebut.  Dua dosa hukum berat yang telah dilakukan PT KAI yaitu pertama menghancurkan bangunan cagar budaya dan kedua, membangun tanpa ijin atau Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).  Menginjak-injak hukum dan arogansi tidak boleh ditoleransi. (*)