ALL CATEGORY
Penyidik Belum Menetapkan Panji Gumilang sebagai Tersangka Usai Diperiksa 9 Jam
Jakarta, FNN - Penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri belum menetapkan pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Panji Gumilang sebagai tersangka usai menjalani pemeriksaan dan klarifikasi selama lebih kurang sembilan jam.Direktur Penyidikan Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Polisi Djuhandhani Rahardjo di Jakarta, Senin malam, mengatakan pemeriksaan terhadap Panji Gumilang masih tahap penyelidikan, belum mengarah ke penyidikan. \"Kami masih penyelidikan, (Panji Gumilang) diundang untuk klarifikasi,\" kata Djuhandhani.Panji Gumilang memenuhi panggilan penyidik Bareskrim untuk diminta klarifikasi terkait laporan dugaan tindak pidana penistaan agama.Pimpinan Ponpes Al Zaytun itu tiba di Bareskrim Polri pada Senin siang sekitar pukul 13.50 WIB dan mulai menjalani pemeriksaan pukul 14.00 WIB. Pemeriksaan berlangsung hingga sekitar pukul 23.00 WIB atau selama lebih kurang sembilan jam lamanya.Ditemui usai pemeriksaan, Panji Gumilang mengatakan bahwa dirinya telah menjawab semua pertanyaan penyidik dengan sempurna, termasuk soal isu adanya bekingan dari Istana.\"Semua sudah dijawab dengan sempurna, apa yang ditanyakan penyidik,\" katanya.Panji menyebut penyidik mengajukan lebih dari 30 pertanyaan kepada dirinya.\"Pertanyaan yang diberikan kepada saya lebih dari 30 pertanyaan dan sudah bisa dijawab dengan baik. Mudah-mudahan semua berjalan dengan lancar,\" kata Panji.(sof/ANTARA)
Kasus Dugaan Penistaan Ponpes Al Zaytun Naik ke Penyidikan
Jakarta, FNN - Penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri, Senin (3/7) 2023 memutuskan meningkatkan status penanganan perkara kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan pengasuh Pondok Pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang ke tahap penyidikan setelah melaksanakan gelar perkara.Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri Brigjen Pol. Djuhandhani Rahardjo Puro, Selasa (7/4) dini hari mengatakan gelar perkara dilaksanakan setelah pihaknya meminta keterangan klarifikasi dari Panji Gumilang.“Selesai pemeriksaan penyidik telah melaksanakan gelar perkara. Adapun kesimpulan gelar perkara bahwa perkara ini dari penyelidikan dinaikkan menjadi penyidikan,” katanya.Usai menaikkan status penanganan perkara, kata dia, mulai Rabu (4/7) ini pihaknya sudah mulai melaksanakan upaya-upaya penyidikan.Hingga saat ini, katanya, penyidik sudah melakukan pemeriksaan empat orang saksi, kemudian lima orang saksi ahli, serta terlapor Panji Gumilang“Ini sudah cukup untuk meyakini bahwa ada perbuatan pidana,” katanya.Dalam pemeriksaan klarifikasi Panji Gumilang, pihaknya menanyakan 26 pertanyaan kepada pengasuh Ponpes Al Zaytun tersebut. Pertanyaan itu seputar, sejarah Al Zaytun, struktur organisasi yayasan dan terkait beredarnya video yang menjadi bahan pertanyaan masyarakat.“Yang bersangkutan (Panji) menjawab semua dan mengakui bahwa apa yang di video itu adalah benar \'statement\'-nya dan memang benar yang dilakukan oleh yang bersangkutan,” katanya.Proses pemeriksaan Panji Gumilang berlangsung dari pukul 14.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Kemudian penyidikan melakukan koreksi terhadap hasil pemeriksaan.“Yang bersangkutan selesai pemeriksaan sekitar jam 22.00 malam, kemudian mengoreksi hasil pemeriksaan yang dia sampaikan. dan tadi kami liat jam 23.00 sudah memberikan, kembali untuk kembali ke kediaman yang bersangkutan,” demikian Djuhadhani Rahardjo Puro.(sof/ANTARA)
Kapal Perang Jerman ke Indo-Pasifik Itu "Goodwill Visit"
Jakarta, FNN - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali menilai rencana Jerman mengirim dua kapal perangnya ke Indo-Pasifik itu merupakan wujud muhibah atau kunjungan persahabatan (goodwill port visit) yang biasa dipraktikkan angkatan laut dari berbagai negara di dunia.Kasal juga meyakini Angkatan Laut Jerman pasti akan berkoordinasi dengan TNI AL manakala kapal perangnya nanti memasuki perairan Indonesia, mengingat negara itu cukup rutin mengirimkan kapalnya ke berbagai negara dan selama ini komunikasinya pun baik.“Untuk kapal Jerman memang (rencananya) ada yang dikirim ke Pasifik. Biasanya dalam setahun berapa kali dia secara rutin mengirimkan, (dan) itu terkomunikasikan dengan pihak (TNI) Angkatan Laut juga,” kata Laksamana Ali kepada wartawan di Jakarta, Senin (3/7).Kepala Staf TNI AL itu menjelaskan pengiriman kapal-kapal perang itu bukan bentuk provokasi melainkan wujud persahabatan antarsesama angkatan laut.“Ini dalam rangka goodwill port visit. Itu yang selalu dilakukan angkatan laut di seluruh dunia secara universal. Angkatan Laut memiliki fungsi diplomasi dan itu dilakukan dengan jalan muhibah. Kita juga sekarang melaksanakan seperti itu. Sekarang contohnya KRI Bima Suci, kan masih di luar negeri, di Eropa,” kata Kasal.Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius saat berbicara di Shangri-La Dialogue di Singapura pada Juni 2023 menyampaikan dua kapal perang Jerman bakal dikirim ke perairan di kawasan Indo-Pasifik pada 2024. Dia menyebut Jerman akan mengirim kapal perang berjenis fregat.Dalam kunjungan ke Kantor Kementerian Pertahanan RI di Jakarta pada 5 Juni 2023, Menteri Pertahanan Jerman pun menawari latihan bersama kepada Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto saat kapal perang Jerman berlayar ke wilayah Indo-Pasifik pada 2024.“Saya juga menawarkan kemungkinan latihan bersama dengan TNI Angkatan Laut yang beliau sudah menyetujui,” kata Pistorius selepas bertemu Prabowo sebagaimana dikutip dari pernyataan bersama dua menteri tersebut.(sof/ANTARA)
Indonesia dan Malaysia Mempunyai Peran Penting dalam Menjaga Perdamaian
Depok, FNN - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto menyatakan Indonesia dan Malaysia mempunyai peran penting dalam menjaga perdamaian yang mampu menyeimbangkan wilayah Asia Tenggara.\"Indonesia dan Malaysia merupakan founder dari ASEAN. Penting untuk diingat bahwa hubungan antara Indonesia dan Malaysia bukan sekadar hubungan pemerintahan, melainkan juga relationship between people to people,\" kata Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto di UI Depok, Selasa.Ia mengatakan Indonesia dan Malaysia menjalin hubungan people to people dan state to state secara intens selama ini.Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UI, Prof. Evi Fitriyani mengatakan kedua negara mempunyai beberapa masalah di perbatasan maritim, namun Presiden Joko Widodo sudah menandatangani perjanjian mengenai Selat Malaka dan Laut Sulawesi dengan Perdana Menteri Malaysia, Dato Seri Anwar Ibrahim.\"Pembangunan baru di kawasan perbatasan Indonesia merupakan inisiatif dari Presiden Joko Widodo dalam membangunan perbatasan. Presiden sedang mencoba mengubah perbatasan dari back yard menjadi front yard. Terlihat dari pos lintas batas negara yang sekarang sudah lebih bagus dan modern,\" ujar Prof. Evi.Meski begitu, Prof. Evi menyebut bahwa tantangan di daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia tidak hanya muncul di pos lintas batas negara, tetapi lebih dari itu. Tidak ada jaminan bahwa fasilitas yang bagus dan modern akan membuat hubungan people to people di perbatasan menjadi baik, lalu perkembangan sosial dan budaya menjadi lebih penting dibanding political.\"Mengelola kejahatan transnasional serta melestarikan sumber daya alam di daerah perbatasan, juga menjadi tantangan lain bagi pemerintah dan masyarakat,\" katanya.Sementara itu Dean Faculty of Arts and Social Sciences, University Malaya, Prof. Danny Wong, menyebutkan bahwa Indonesia dan Malaysia mempunyai kesamaan sejarah.\"Kami menyadari kesamaan sejarah itu menjadi penting. Namun, seiring berjalannya waktu, kedua negara mempunyai perbedaan seperti ide-ide pembangunan pondasi kenegaraan.Kedua negara juga memiliki hubungan yang sangat dinamis dan melakukan banyak kerja sama,\" katanya.\"Selain itu, hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia juga sudah dipulihkan dengan berbagai cara,\" kata Prof. Wong.Hubungan diplomatik modern Indonesia dan Malaysia terjalin sejak 1957, dan hubungan tersebut berlangsung sangat dinamis selama hampir 60 tahun.Beberapa perbedaan dari transformasi masa kolonial, menyebabkan ketegangan dan konflik sempat terjadi pada 1963 hingga 1966.Kedua negara perlu memastikan dan mengubah hubungan dengan memperhatikan berbagai masalah, mulai dari yang sangat politis – seperti kasus perbatasan dan pengawasan maritim, hingga masalah non-negara sentris seperti kabut lintas batas, perlindungan migran dan perselisihan budaya.\"Indonesia dan Malaysia perlu membangun pendekatan yang lebih komprehensif,\" katanya saat Webinar yang digelar FISIP UI bertajuk “Enhancing Indonesia–Malaysia Relations in Recent Regional Dynamics: A Perspective from Academia”.(sof/ANTARA)
Batalkan Pembangunan Patung Sukarno
Oleh M Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan SETELAH pertanyaan bahwa pembangunan patung Soekarno setinggi 22,3 meter di Taman Saparua Bandung itu aspirasi siapa? Lalu karena memiliki sekurangnya enam kontroversi, maka rencana itu harus ditolak, dan mengingat ternyata telah dilakukan groundbreaking, maka tuntutan kini adalah batalkan pembangunan patung Soekarno. Menarik tulisan Agung Wibawanto di berbagai media yang menjelaskan perjuangan Soekarno selama berada di Bandung mulai dari rumah istri kedua Soekarno Inggit Garnasih di Jl Ciateul, lalu masa kuliah di ITB, Gedung Indonesia Menggugat, Banceuy dan terakhir penjara Sukamiskin. Tulisan itu bagus-bagus saja untuk menceritakan sejarah Soekarno muda saat di Bandung. Tidak bagusnya adalah bahwa tulisan itu sebagai tanggapan untuk M Rizal Fadillah. Itupun masih lumayan bagus jika memang benar kontennya \"menanggapi\", namun nyatanya tidak. Bahkan terkesan Agung Wibawanto tidak membaca dua tulisan penulis. Akibatnya ya \"jaka sembung bawa golok\". Penulis tidak senaif yang \"ditanggapinya\" sebagaimana kalimat \"jika Rizal mengatakan bahwa Bandung tidak ada kaitannya dengan Bung Karno, maka bisa dipastikan dia tidak mengerti sejarah dan tidak mengenal siapa Bung Karno\". Untungnya penulis tidak mengatakan demikian karena paham bahwa anak SD pun pasti tahu bahwa Soekarno itu berkuliah dan berjuang awal di Bandung. Yang tertulis dan tidak dibaca Agung adalah \"korelasi tempat juga penting mungkin kampus ITB atau Ciateul rumah Inggit dahulu atau gedung Indonesia Menggugat lebih pas ketimbang Taman Saparua. Adakah Taman Saparua berhubungan dengan perjuangan Soekarno? Taman Saparua berada di area instansi militer karenanya patung Jenderal Soedirman tampaknya lebih relevan\". Uraian Agung soal pembuktian tempat tempat bersejarah seperti ITB, rumah Inggit, Banceuy, gedung Indonesia Menggugat dan Sukamiskin sebagian membenarkan adanya lokasi yang relevan jika ingin membangun patung Soekarno. Penulis tegas menyatakan bahwa \"Adakah Taman Saparua berhubungan dengan perjuangan Soekarno? Pertanyaan ini yang seharusnya ditanggapi dan dijawab Agung. Bukan cerita sejarah untuk anak SD atau sekurangnya SMP. Kembali pada perlunya dibatalkan pembangunan patung Soekarno di Taman Saparua di samping enam alasan yang penulis sampaikan terdahulu adalah agar tidak terjadi salah duga bahwa Soekarno tengah \"menantang TNI\" setelah patung Soekarno masuk di Akmil Magelang kini dibangun tinggi di area instansi militer di Bandung. Berdekatan dengan Jalan Aceh Markas Kodam III Siliwangi. Ada sejarah hitam Soekarno di akhir masa jabatan yakni pemberontakan PKI dimana Jenderal TNI dibunuh dengan keji. Soekarno tidak membubarkan PKI bahkan cenderung melindungi. TNI menumpas PKI. Soekarno pun tumbang. Tidak perlu dijelaskan panjang sejarah ini untuk Agung Wibawanto. Seorang pengamat dan advokat Damai Hari Lubis, SH mengusulkan sebaiknya dibuat patung 9 istri Bung Karno. Mungkin menyindir. Ia menyatakan \"patung Bung Karno tertinggi dibuat di Bandung. Perlu juga 9 istri Bung Karno dibuatkan patung biar rakyat Indonesia tahu\". Menurutnya setiap patung istri Bung Karno juga ditulis kisah cintanya \" termasuk kisah Bung Karno yang merebut istri Sanusi bernama Inggit Garnasih\". Daripada terjadi pro-kontra lebih jauh, sebaiknya batalkan rencana pembangunan patung Soekarno tertinggi di Taman GOR Saparua Bandung. Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat harus menarik kembali izin penggunaan tanah aset Pemprov untuk itu. Ridwan Kamil harus belajar dari Bung Karno yang mengakhiri masa jabatan dengan buruk. Jangan rasa cinta gelap pada Bung Karno membawa gelap mata pada rakyat Jawa Barat. (*) Bandung, 4 Juli 2023
Berlomba Cari Muka, dari Solo ke Medan
Oleh Sutrisno Pangaribuan - Presidium Kongres Rakyat Nasional Setelah sukses dengan sentilan \"Gibran anak ingusan\", Panda Nababan (Panda) kembali melancarkan aksi cari perhatian. Kali ini Panda menyasar menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Walikota Medan, Bobby Afif Nasution ( Bobby). Panda menyampaikan kritik kepada Bobby dalam wawancara di salah satu stasiun televisi, Jumat (30/6/2023). Panda mengaku kecewa dengan kinerja Bobby selama menjadi walikota Medan. \"Ini masalahnya sederhana, majunya Gibran dan Bobby di Medan kita harus waspadai tendensi dinasti. Dianggap anaknya Presiden bisa begini. Saya aja terus terang kecewa dengan prestasi Bobby, belum kelihatan,” terang Panda. Reaksi Cepat Gerindra Membela Bobby Tidak butuh waktu lama, para pembela dan pemuja langsung bereaksi terhadap Panda. Adalah Dahnil Anzar Simanjuntak, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Staf Khusus Menteri Pertahanan RI, Juru Bicara Prabowo Subianto yang bereaksi pertama. Pengkritik utama Jokowi dalam kurun waktu yang lama tersebut lantas menyarankan Bobby mengajak Panda keliling Kota Medan. Dahnil, Politisi Partai Gerindra, yang gambar wajahnya bersama Jokowi dan Prabowo saat ini terpampang di baliho besar di beberapa tempat di kota Medan, menyebutkan bahwa Prabowo sendiri mengapresiasi akselerasi pembangunan yang dilakukan oleh Bobby di Medan. Reaksi yang sama juga datang dari Juru Bicara Tim Pemenangan Bobby Nasution- Aulia Rachman di Pilkada Medan tahun 2020, Komisaris Independen PT Prima Multi Terminal (komisaris BUMN), Sekretaris DPD Partai Gerindra Sumatera Utara, Sugiat Santoso. Sugiat mengatakan bahwa Bobby sudah membawa banyak perubahan semenjak menjadi walikota Medan. Sehingga penilaian Panda disebut keliru oleh Sugiat. Sugiat mengklaim, sejak dipimpin Bobby, warga Kota Medan lebih bahagia. Hal tersebut karena program untuk masyarakat berjalan dengan baik. Pengurusan administrasi jauh lebih mudah, tidak ada pungli. Perbaikan infrastruktur berjalan dengan baik. Banyak jalan-jalan berlubang yang diperbaiki. Bobby disebut cepat merespons jika ada keluhan masyarakat di media sosial. Jalan yang rusak diperbaiki, termasuk lampu jalan. Sektor kesehatan juga diurus Bobby dengan mengambil kebijakan yang luar biasa, terkait bapak asuh stunting. Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumut, Ade Jona Prasetyo, Politisi Gerindra tersebut tidak mau ketinggalan membela Bobby. Bacaleg DPR RI Gerindra, yang lebih dikenal sebagai \"tangan kanan\" walikota Medan tersebut membantah sentilan Panda. Jona menilai bahwa Bobby sudah membawa banyak perubahan meski belum penuh 3 tahun memimpin Medan. Jona mengklaim bahwa Bobby memiliki program mulia dengan membenahi fasilitas kesehatan. Warga tidak mampu berobat gratis hanya menggunakan KTP. Bobby diklaim tidak pernah lelah mendukung UMKM agar naik kelas dan mandiri secara ekonomi. Pemko Medan menjadi pasar bagi banyak pelaku UMKM di Medan. Maka Jona meminta agar Panda tidak hanya bicara sebelum melihat langsung yang telah dilakukan Bobby. Jona mengundang Panda datang, untuk dibawa keliling Medan. PDIP Mulai Berani Membela Panda Setelah sebelumnya dibully ramai- ramai oleh pembela dan pemuja Gibran, kini PDIP tidak membiarkan Panda sendirian bermain di Medan. Adalah Boydo HK Panjaitan, Bendahara DPC PDIP Kota Medan yang membela Panda. Boydo pasang badan terhadap Panda pasca diserang balik \"orangnya\" Bobby. Boydo mengklaim bahwa kritikan politisi senior PDIP, Panda sebagai cara mendidik Bobby. Kritikan Panda disebutnya sebagai didikan bapak sama anaknya. Boydo menyebut Panda mendidik Bobby seperti cara mendidik kalangan orang Batak. Boydo mencontohkan dirinya yang dididik dalam lingkungan Batak, \"Saya lah dulu waktu kecil kalau dapat nilai delapan atau sembilan di sekolah, \'kau jangan sok kau, bapak kau punya uang banyak, kau pikir nilai sembilan itu apa (prestasi), itu bukan prestasi, karena kita memang punya uang banyak untuk beli buku, jadi wajar punya nilai sembilan\' itu adalah hal yang wajar,\" ucap Boydo. Boydo menilai Dahnil dan Jona sebagai gambaran orang penjilat. Hal itu karena keduanya membela Bobby saat disebut Panda tidak memiliki prestasi. Apa yang dilakukan keduanya disebut Boydo persis sama dengan tindakan Prabowo ke Jokowi menjelang Pilpres 2024, meski Jokowi sudah jelas mendukung Ganjar Pranowo Dinamika Politik Kosong dan Kering Dinamika para politikus tersebut sama sekali tidak menyentuh akar persoalan terkait kebutuhan dan kepentingan rakyat. Para pengkritik tidak membahas persoalan mendasar. Sementara para pembela dan pemuja hanya bereaksi terkait kulit persoalan. Maka Kongres Rakyat Nasional (Kornas) sebagai wadah berhimpun dan berjuang rakyat dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia menyampaikan pandangan dan sikap sebagai berikut: Pertama, bahwa Panda sedang melakukan manuver politik \"cari perhatian\". Panda ingin diperhatikan oleh Megawati dan Jokowi terkait dinamika politik nasional. Sebagai politisi senior, Panda masih ingin terus berkiprah dalam politik. Sehingga memilih pintu masuk dengan melakukan kritik, sentilan kepada Gibran dan Bobby. Kedua, bahwa kritik Panda terhadap Bobby mewakili aspirasi PDIP yang tidak pernah \"dekat\" dengan Bobby. Tidak ada satu elit PDIP yang berada di lingkaran utama kekuasaan Bobby sejak dilantik jadi Walikota Medan. Lingkaran utama Bobby justru elit Parpol lain, padahal Bobby sebagai kader PDIP. Ketiga, bahwa aksi reaksi para elit politik tersebut hanya berkaitan dengan kepentingan pragmatis dan oportunis. Pengkritik ingin dapat perhatian, sedang pembela dan pemuja sedang cari muka. Aksi reaksi para elit politik tersebut hanya terkait kepentingan kekuasaan jangka pendek. Keempat, bahwa aksi sekecil apapun yang dilakukan memihak keluarga Jokowi pasti berkaitan dengan kepentingan Pemilu 2024. Baliho berisi gambar Dahnil, Prabowo dan Jokowi di beberapa titik kota Medan sebagai upaya Dahnil meraih dukungan dari para pendukung Jokowi terhadap Prabowo di Pilpres 2024. Kelima, bahwa Bobby telah menerima dan memaknai kritikan dari Panda sebagai masukan dan motivasi. \"Ini masukan, tentunya masukan, ini juga masukan yang bisa memotivasi,\" kata Bobby. Maka semua polemik, aksi kritik, serta reaksi membela dan memuja harus diakhiri. Kornas mengajak semua pihak bergotong-royong untuk meningkatkan kualitas Pemilu 2024. Pertengkaran ide, gagasan, dan program politik tentang kebutuhan dan kepentingan rakyat sejatinya menjadi isi dari proses demokrasi Indonesia. Sehingga rakyat sebagai alasan dan tujuan kontestasi demokrasi bergembira laiknya orang yang sedang berpesta, pesta demokrasi. (*)
Umat Islam Tertidur
Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Politik Merah Putih MELACAK ulang pada 1971 didirikan, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) adalah lembaga think thank yang fokus pada perekonomian, politik dan perubahan sosial, dan hubungan internasional. CSIS melakukan kajian kebijakan, serta advokasi publik dan pendidikan publik. Pada tahun 1999 CSIS melahirkan buku yg tebalnya 800 halaman, berjudul \"Akselerasi Pembangunan Nasional\" di halaman 18 buku itu menyatakan bahwa \"penghambat pembangunan nasional itu adalah umat Islam\" Dampak ikutan politiknya sangat luar biasa bahkan sampai melahirkan dua golongan Jenderal di Indonesia, di akhir masa jabatan Presiden Suharto yaitu sebutan \"Jenderal endral merah dan jenderal hijau\" Beberapa dari mereka (didikan CSIS) sekarang masih terus bergerak untuk melemahkan bahkan ingin menghancurkan Umat Islam. Ketika menemukan momentumnya mereka memanfaatkan situasi politiknya bersamaan indikasi kuat kepala negara saat ini bisa dikendalikan, kering dari ajaran agama bahkan terkesan tidak peduli dengan agama. \"Sunyi sepi tak peduli, sebagian para ulama dan tokoh umat Islam tenang sekali, seakan tidak ada apa apa, tidak terusik, atau memang sudah menyerah tak berdaya\". Tetapi tetap semangat, ngotot, bergairah ketika sedang bertengkar dengan teman sendiri . Ingat tentang Moshe Dayan (Menhan Israel) mendapatkan aduan (laporan) dari bawahannya yang mengatakan: \"Panglima, dokumen rahasia kita hilang\". Mose Dayyan ketawa. Kenapa ketawa? Mose Dayyan: \"Anda jangan khawatir, karena pemuda/umat Islam itu tidak suka membaca\". Sama persis dengan ucapan Zion Golda Meir (PM Israel 1969 - 1074): \"Ketika kami membakar masjid Al Aqsha sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Aku takut bangsa Arab akan berbondong-bondong memasuki Israel dari segala penjuru. Tapi ketika esok hari tiba aku baru tahu bahka kami bisa berbuat apapun yang kami inginkan karena sebenarnya kami sedang berhadapan dengan umat Islam yang tidur\". Umat Islam begitu mudahnya di adu domba. Suasan psikologis sedang terjadi di Indonesia umat Islam bukan hanya terus tidur, ketika nglilir (bangun tidur) kembali bertengkar dengan teman sendiri. Ketika kelelahan dan babak belur, lantas tidur kembali. Segelintir tokoh umat Islam yang terus berjihad menyatukan umat Islam, seperti kewalahan dan masih belum menemuka jalan keluarnya dengan terus berteriak \"bersatulah wahai umat Islam\" musuhmu sudah didepan matamu dan terus akan membunuhmu. Tetap saja blm bisa bisa menyadarkan memori ingatannya untuk bersatu melawan kezaliman yang terus terjadi. (*)
Kala Jokowi Tak Hendak Bercermin
Oleh: Ady Amar - Kolumnis BERCERMIN tanpa cermin--itu lebih dimaknai pada laku--tentu bukan makna sebenarnya. Lebih pada makna metafora. Sekadar menggambarkan obyek, dan itu laku diri sendiri tanpa perlu alat bantu berupa cermin. Memang bukanlah hal mudah untuk bisa melihat laku diri sendiri tanpa cermin. Bahkan teramat sulit, utamanya pada mereka yang tak hendak mau berubah. Ini bukan sekadar melihat wajah, atau fisik semata. Ini soal mampu bersikap jujur melihat perilaku dengan sebenarnya. Untuk melihat wajah atau fisik diri sendiri tanpa cermin, itu bukanlah hal sulit. Karena wajah dan fisik sebelumnya amat akrab kita kenali. Hanya dengan membayangkan saja, kita bisa temukan wajah artifisial sesungguhnya. Bercermin laku tanpa cermin, itu punya kesulitan tingkat tinggi. Tidak sembarang orang bisa melakukannya. Untuk melakukannya memang tidak dibutuhkan latihan khusus, tapi lebih pada sebab-sebab khusus. Sulit bisa dijelaskan, karena parameternya pun tak baku. Itu lebih pada kemampuan mengenali tabiat diri sendiri. Jika sadar bahwa apa yang dilakukan tak seharusnya, itu laku baik. Lalu mencoba mengubah diri menjadi lebih baik. Inilah jenis manusia yang tahu laku dirinya dengan sebenarnya. Sebenarnya ini lebih pada kemampuan mengoreksi diri sendiri, yang memang tidak semua orang mampu. Hanya manusia berhati bersih dan merdeka, yang bisa mengenali diri sendiri dengan segala kekurangan yang dipunya. Memang lebih banyak yang tak mampu mengoreksi diri sendiri. Merasa apa yang dilakukan sudah benar, dan karenanya tak merasa perlu diri bercermin. Sikap demikian ini lebih berbahaya jika dimiliki mereka yang punya kedudukan, dan atau jabatan politik tinggi. Makin tinggi jabatan politik yang dimiliki, makin tak ada yang mampu mengoreksinya. Bercermin pada diri sendiri menjadi tidak perlu dilakukan. Namun ada pula yang lebih dahsyat absurd dari semua itu, tidak sekadar kemampuan bercermin pada diri sendiri, tapi menganggap diri ideal sempurna sebagai manusia. Jenis manusia yang demikian lumayan banyak. Biasa pula disebut manusia tak tahu diri, itu karena ketakmampuan mengenali diri sendiri. Selalu butuh pengakuan agar lakunya dianggap lumrah, karenanya wajib dimaklumi. Berada di puncak kedudukan politik, seakan boleh mengumbar pesan meski tersirat, bahwa ia pemimpin ideal. Tidak sekadar berharap, bahkan memaksakan penggantinya itu pemimpin yang setidaknya serupa dengannya. Dirinya seolah \"diajukan\" menjadi contoh ideal pemimpin negeri. Presiden Joko Widodo (Jokowi) ada dalam pusaran ini. Tak mampu bercermin diri, tapi men- _just_ diri sendiri seolah sebagai pemimpin yang memimpin dengan baik. Maka keluar dari mulutnya, agar jangan salah memilih pemimpin. Atau pernyataan yang lain, \"Jangan sampai pilih pemimpin (presiden), yang buat keadaan tidak normal.\" Setidaknya itu bermakna, pilihlah pemimpin seperti dirinya (Jokowi). Di sana tersirat sebuah pesan, yang tentu tak disadarinya, agar tidak memilih pemimpin antitesa dirinya, itu agar tidak menyesal kemudian. Jokowi awalnya berbicara \"jangan salah pilih pemimpin\" hanya di depan relawannya, seolah ia presiden sebatas milik relawan. Pesannya itu juga diulang di hadapan publik luas, merasa itu sebagai pesan kebajikan. Sinyal pemaksaan muncul, bahwa penggantinya haruslah yang bisa meneruskan pembangunan yang sudah dilaksanakannya. Penggantinya seakan dituntut hanya meneruskan saja. Tafsir itu dipertegas Menteri Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, yang seolah tidak boleh ada perubahan arah kebijakan pembangunan. Hanya meneruskan saja apa yang sudah dikerjakan Jokowi. Perubahan tentu dimaknai atau identik dengan Anies Baswedan--bakal calon presiden yang diusung koalisi NasDem, PKS, dan Demokrat/Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP)--seperti tidak dikehendaki kehadirannya. Maka segala cara coba dibegal, seolah untuk memastikan Pilpres 2024 hanya diikuti 2 pasang calon pasangan. Berharap menjadikan All Jokowi\'s Men. Di mata publik luas apa yang diucapkan Jokowi lalu diperkuat Luhut, itu hal yang tak disadarinya--bukan saja tidak patut, tapi juga melanggar konstitusi. Padahal pada pemerintahan baru nanti, tidak mungkin lagi bisa cawe-cawe seolah masih punya kuasa. Bisa jadi justru kebalikan yang muncul: koreksi atas arah pembangunan yang dilakukan di masa pemerintahan Jokowi. Merasa diri ideal dalam memimpin negeri, itu jadi bahan tertawaan utamanya politisi oposan, dan mereka yang selalu berpikir kritis, bahwa Jokowi tak bercermin pada diri sendiri. Suara oposan kritis, itu bisa disebut pula suara antitesa dari kebijakan rezim dalam segala aspeknya, di mana pemimpin model Jokowi justru bukan pemimpin yang layak dipilih. Suara lebih vulgar lagi bahkan menyebut, agar yang sepertinya (Jokowi) tidak dipilih lagi. Apa yang disampaikan Jokowi, \"Jangan sampai pilih pemimpin, yang buat keadaan tidak normal,\" itu nasihat tidak salah. Justru itu nasihat baik dan yang seharusnya. Tapi sayang itu tak disadarinya, bahwa Jokowi seperti menepuk air terpercik muka sendiri. Twitter CNN Indonesia, 17 Juni 2023, entah mengapa mengangkat ucapan Presiden Jokowi itu. Pastilah itu cara mengundang komen netizen pengguna Twitter-nya. Dan benar, hampir semuanya mengolok-olok seolah Presiden Jokowi sedang menunjuk diri sendiri dengan pernyataannya itu, jangan pilih pemimpin seperti dirinya... Wallahu a\'lam. **
Polairud Menggagalkan Penyelundupan Narkotika Jenis Ganja, Seberat 347,45 Gram di Perairan Sorong
Sorong, FNN - Polairud Polda Papua Barat Wilayah Sorong berhasil mengagalkan Penyelundupan Narkotika Jenis Ganja seberat 347,45 Gram di perairan sorong. Barang haram tersebut diamankan di atas kapal KM. Ciremai yang bertolak dari Jayapura menuju Kota Sorong. Kasad Polairud Polda Papua Barat Kombes Pol Budi dalam keterangan persnya pada hari Senin 3 Juli 2023 menyampaikan bersama penggagalan narkotika jenis ganja tersebut juga berhasil mengamankan 1 orang yang diduga sebagai pelaku. Penangkapan tersebut berlangsung pada hari Senin tanggal 12 Juni 2023 di atas KM Ciremai yang bersandar di pelabuhan Kota Sorong. Penangkapan tersebut berdasarkan informasi dari masyarakat yang juga merupakan penumpang kapal KM Ciremai. Setelah mendapatkan informasi tersebut anggota Polairud Polda Papua Barat langsung bergerak cepat melakukan penangakapan terhadap pelaku di perairan Sorong. Pelaku yang diamankan berinisial HY umur 26 tahun laki-laki, pembawa narkotika golongan 1 jenis ganja. Setelah dilakukan penimbangan barang haram tersebut seberat 347,45 gram. Pelaku dijerat dengan Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancamannya paling lama 4 tahun. Untuk kepentingan penyidikan kini pelaku diamankan di rumah tahanan Polairud Polda Papua Barat yang beralamat di Tampa Garam Kota Sorong. Dari hasil penyelidikan sementara pelaku mengakui barang haram tersebut miliknya sendiri yang dibawa dari Jayapura dan akan diedarkan di Kota Sorong. Dengan semakin maraknya peredaran narkotika di wilayah Papua Barat, Kombes Pol Budi mengajak masyarakat Papua Barat untuk membantu menyampaikan informasi kepada pihak keamanan jika ada kecurigaan terhadap orang yang membawa barang haram tersebut demi menyelamatkan generasi muda yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia lebih khusus wilayah Papua Barat. (dir).
Islamofobia di India dan Jebakan Cinta Bhagwa
Oleh Dimas Huda---Wartawan Senior FNN DI India, propaganda Islamofobia dari sayap kanan sering kali memanfaatkan ketakutan yang tidak berdasar akan ekspansi populasi Muslim. Keyakinan yang mendalam ini telah melahirkan teori konspirasi yang dikenal sebagai “jihad cinta”, yang menyatakan bahwa pria Muslim secara aktif berusaha memikat wanita Hindu dan mengubah mereka menjadi Islam. \"Memanfaatkan teori ini, kelompok main hakim sendiri telah terlibat dalam pelecehan pasangan beda agama, terutama ketika perempuan yang terlibat beragama Hindu,\" tulis Sara Ather dalam artikelnya berjudul \"Indian Muslim women don’t need male ‘saviours’ – Hindu or Muslim\" yang dilansir Aljazeera, 30 Juni 2023. Arsitek dan penulis independen yang berbasis di New Delhi, India, ini menyebut tokoh nasionalis Hindu terkemuka secara teratur menyampaikan pidato yang mendorong pria Hindu untuk menikahi wanita Muslim dan mengubahnya menjadi Hindu. Baru-baru ini, narasi femo-nasionalis juga mendapatkan daya tarik, di mana wanita berpengaruh yang terkait dengan organisasi nasionalis Hindu mendesak wanita Muslim untuk menikah dengan pria Hindu untuk menemukan “kebebasan” dari dugaan penindasan. “Menyelamatkan” wanita Muslim telah menjadi komponen tak terpisahkan dari narasi nasionalis Hindu India, karena membantu menggambarkan Islam sebagai agama yang menindas pengikut wanita yang membutuhkan intervensi dari pria Hindu untuk emansipasi mereka. Pemerintah yang berkuasa dari Partai Bharatiya Janata (BJP), misalnya, telah mengklaim pujian karena membuat Mahkamah Agung melarang praktik talak tiga atau perceraian instan. Wanita Muslim secara paradoks adalah sosok yang paling hadir dan tidak terlihat dalam wacana politik di India. Hidupnya terus-menerus menjadi bahan diskusi publik, sementara pendapatnya sendiri tentang hal itu tidak terlihat. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, tren konspirasi dan kekhawatiran yang sama telah lahir, lagi-lagi konon berpusat pada “menyelamatkan wanita Muslim” – kali ini dipimpin oleh pria Muslim. Menurut Sara Ather, apa yang awalnya dimulai sebagai kampanye Twitter yang disebut \'Jebakan Cinta Bhagwa\', memperingatkan muslimah tentang pria Hindu yang diduga mencoba memikat mereka, segera berubah menjadi teori bayangan cermin tentang jihad cinta. Kelompok pemolisian moral pria Muslim yang ditunjuk sendiri telah menargetkan pasangan atau teman di mana wanita itu Muslim, mengikuti pola yang sama persis dengan hak Hindu dalam tindakan main hakim sendiri. Sara Ather mengatakan beberapa kasus telah muncul di seluruh negeri di mana perempuan Muslim yang terlihat bersama seorang laki-laki yang diduga beragama Hindu, atau dalam kelompok campuran, telah dikonfrontasi di ruang publik. Dalam gambar dan video yang direkam dan dibagikan secara online untuk mempermalukan mereka, para wanita tersebut dapat dilihat saat mereka diinterogasi, diceramahi tentang kesucian dan dipaksa oleh massa untuk membagikan nomor telepon dan alamat ayah atau saudara laki-laki mereka. Secara terpisah, akun Twitter anonim bertindak lebih jauh dengan memasukkan detail pribadi wanita Muslim yang telah menikah beda agama, yang diperoleh dari situs pendaftaran pernikahan pemerintah negara bagian Telangana. Ini mengkhawatirkan dan berbahaya, kata Sara Ather, terutama pada saat wanita Muslim sudah menerima stereotip yang tidak manusiawi dan pelecehan yang bersifat seksual oleh nasionalis Hindu. Pada akhirnya, dalam kedua kasus tersebut, perempuan Muslimlah yang menanggung beban pengawasan yang ketat – dan ini meluas dari ruang fisik hingga dunia online. Selama beberapa tahun terakhir, pemuda radikal Hindutva telah membuat platform – yang satu disebut Sulli Deals, yang lain berjudul Aplikasi Bulli Bai – yang memposting foto dan detail wanita Muslim yang mereka klaim akan dilelang secara virtual. Idenya, untuk mempermalukan muslimah. Di antara target mereka adalah Fatima Khan, seorang jurnalis, dan Nabiya Khan, seorang aktivis dan penyair. Ironi yang mengerikan? \"Justru wanita seperti Fatima dan Nabiya yang sekarang berada di garis bidik kelompok kecil pria Muslim, yang tidak mewakili komunitas dan menyerang wanita Muslim yang pandangannya tidak mereka setujui secara online,\" tutur Sara Ather. Fatima, seorang jurnalis untuk publikasi The Quint yang secara ekstensif meliput meningkatnya Islamofobia di India, menjadi sasaran para troll ini secara online setelah dia menulis sebuah cerita yang meliput kampanye Jebakan Cinta Bhagwa. Nabiya juga menjadi sasaran selama berhari-hari, oleh beberapa akun anonim di media sosial, termasuk Twitter dan Instagram, setelah dia men-tweet: \"Mengapa kebijakan moral hanya diperuntukkan bagi perempuan?\" Ketika pria Muslim men-tweet untuk membela para wanita ini, mereka juga difitnah dan diserang oleh para troll. Sara Ather mengatakan untuk mengatasi fenomena berbahaya ini, penting untuk memahami apa yang mendorongnya. \"Hidup di bawah rezim nasionalis Hindu selama hampir satu dekade, persepsi tradisional tentang laki-laki sebagai pelindung dan perempuan sebagai pelestari tradisi budaya semakin diperkuat dalam membentuk identitas masyarakat di India kontemporer – baik di antara umat Hindu dan Muslim,\" katanya. Menurut Sara Ather, seruan berulang untuk genosida, meningkatnya kejahatan rasial, dan penghinaan sehari-hari terhadap Muslim di tangan nasionalis Hindu menimbulkan krisis eksistensial bagi seluruh komunitas Muslim. Namun, kata Sara Ather lagi, beberapa pria menginternalisasi krisis ini sebagai kegagalan pribadi karena peran gender tradisional mereka sebagai pelindung komunitas mereka dan mengadopsi sifat maskulin yang berlebihan dan dangkal sebagai mekanisme pertahanan. Trolling Fatima, seorang wanita non-hijab, berpusat pada nama Muslimnya dan keabsahan imannya. Dalam kasus Nabiya, sementara itu, akun-akun dengan banyak pengikut di internet mengedarkan gambar-gambar dirinya yang menunjukkan dirinya sedang duduk dengan teman-teman laki-laki non-Muslim – sebuah tindakan yang, menurut mereka yang mengincarnya, tidak menghormati hijab. Ironisnya, para troll Muslim menyerangnya melalui kepercayaan stereotip yang sama persis dengan sayap kanan Hindu yang diasosiasikan dengan wanita Muslim, yang menurutnya hijab yang dikenakannya bukanlah representasi dari keyakinannya melainkan simbol penaklukan dirinya kepada para pria. Menurut Sara Ather, sifat trolling yang dialami perempuan-perempuan ini didasarkan pada keyakinan bahwa pemikiran liberal atau feminis dalam diri perempuan Muslim telah mempengaruhi mereka untuk melawan laki-laki, menyalahgunakan nama atau simbol agama mereka (dalam hal ini jilbab), sambil membahayakan kehormatan komunitas Muslim. Budaya menyalahkan korban yang meresahkan berkembang biak, di mana kekerasan Islamofobia yang ditujukan kepada umat Islam disalahkan pada yang paling lemah dari semuanya dalam komunitas. Sara Ather mengatakan meskipun mempertaruhkan keselamatan mereka untuk berbicara menentang Islamofobia yang meningkat di India, wanita seperti Fatima dan Nabiya dicap oleh beberapa orang sebagai pengkhianat masyarakat. Meskipun serangan daring terhadap Nabiya dan Fatima keji dan kasar, mereka adalah wanita urban yang relatif istimewa – sebuah status yang memberi mereka setidaknya beberapa tingkat perlindungan. Perempuan yang berasal dari bagian yang terpinggirkan memiliki sedikit atau bahkan tidak ada dukungan sama sekali, begitu mereka menjadi sasaran penghinaan publik. Hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan pengucilan sosial dan bahkan kekerasan fisik, yang semuanya pasti memiliki dampak negatif yang mendalam pada kesejahteraan psikologis mereka. Sara Ather mengatakan sulit untuk menentang implikasi dari serangan-serangan ini. \"Sudah ada di India dan banyak bagian dunia lainnya, narasi yang dibuat-buat dan tidak adil yang membingkai semua pria Muslim sebagai penindas, kekerasan, dan pemangsa,\" katanya. \"Menyadari bagaimana penindasannya sendiri akan dipersenjatai melawan komunitasnya dan akan memberanikan sistem yang terus-menerus mencari alasan untuk mencap stereotip ini, wanita Muslim berada di bawah tekanan untuk diam-diam tunduk pada ancaman baru yang meningkat ini,\" tambahnya. Pembungkaman ganda ini tidak hanya membatasi kemampuannya untuk melindungi dirinya sendiri dari kekerasan, tetapi juga menyangkalnya sebagai agen politik, membuatnya menjadi penonton, pendukung, atau medan pertempuran. Dia dipaksa untuk memilih dari biner yang telah ditulis sebelumnya – di mana dia bisa “diselamatkan” oleh pria Hindu atau “dilindungi” oleh pria Muslim.