ALL CATEGORY

Rocky Gerung: Dari Presiden Sampai Menteri, Sibuk “Blingsatan”

MESKI masih 2 tahun lebih masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, kasak-kusuk mencari pasangan Capres-Cawapres 2024 mulai dilakukan. Padahal, juga baru reshuffle kabinet, semua dikasih masuk ke dalam, sampai partai nonparlemen yang pendukung pun dimasukkan. Tapi kalau kita lihat fenomena hari-hari ini, ternyata partai-partai politik itu sudah blingsatan ke sana-sini semua datang. Muhaimin Iskandar, misalnya, setelah partainya dengan Partai Demokrat dan PKS, tiba-tiba sekarang dia datang ke Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Dan yang menarik, “Pak Prabowo ini bukan hanya didatangi Cak Imin tapi di Hambalang didatangi juga oleh Gibran Rakabuming, anaknya Pak Jokowi, dan alasannya belajar menunggang kuda. Saya bilang ini pasti kuda politik, cari kuda tunggangan,” ungkap wartawan senior FNN Hersubeno Arief di kanal Rocky Gerung Official, Senin (20/6/2022). Bagaimana akademisi dan pengamat politik Rocky Gerung melihat hal ini? Berikut jawabannya kepada Hersubeno Arief. Saya bilang, ini pasti kuda politik, cari kuda tunggangan ya? Yang musti diwaspadai itu langkah kuda. Jadi Prabowo mungkin akan pakai langkah kuda, seolah-olah maju padahal akan ke kanan atau ke kiri. Begitu langkah kudanya. Tapi betul istilah tadi. Semua politisi akhirnya blingsatan dan itu cuma dua hal: cemas atau pingin kabur. Dua-duanya menyebabkan nggak fokus lagi pada program. Jadi buat apa ada reshuffle kalau pada akhirnya para politisi yang punya akses kekuasaan pada Istana akhirnya cari selamat sendiri-sendiri. Ini penataan lembaga politik yang kacau menyebabkan semua tokoh yang berpotensi jadi presiden kasak-kusuk kiri-kanan. Itu sebabnya yang kita ingin supaya dinolkan supaya tidak kasak kusuk. Coba kita lihat sebetulnya apa dasarnya kasak-kusuk atau takut. Jangan-jangan memang ada semacam kecemasan melihat keadaan akhir-akhir ini yang memungkinkan orang berpikir tidak sampai 2024. Jadi lebih baik sekarang saja mulai mempersiapkan, sebab kalau pemilu dipercepat ya pencalonan meski dipercepat juga kan? Jadi kecelakaan-kecelakaan semacam itu juga mesti diantisipasi walaupun tentu kita ingin supaya ada kenormalan di dalam politik. Tapi kelihatannya agak susah. Nah, ini masalah yang ditinggalkan oleh Pak Jokowi sebetulnya pelembagaan politik yang kacau menyebabkan semua jadi blingsatan. Orang semacam Pak Prabowo juga yang seharusnya stabil akhirnya terlihat galau juga hingga musti melapor pada Gibran. Kan itu jadi semacam tradisi, harus melapor pada Gibran. Dan, biasa kita anggap bahwa permainan politik Indonesia itu memang enggak ada polanya, sehingga setiap sudut yang memungkinkan dapat informasi itu dimasuki atau dilirik atau diintai. Itu faktanya. Artinya memang dalam situasi semacam ini semakin kelihatan betapa Jokowi itu betul dia itu Presiden tapi dia tidak sepenuhnya berkuasa. Dia memerintah tetapi sebenarnya perintahnya tidak ditaati oleh para bawahannya. Iya, kalau Pak Harto (Presiden Soeharto) itu memerintah sekaligus berkuasa, kalau Gus Dur (Presiden Abdurrahman Wahid) itu berkuasa tapi tidak bisa memerintah, kalau yang ini memerintah enggak, berkuasa juga enggak. Itu yang terjadi sebetulnya. Bahayanya, kalau presiden pada akhirnya menemukan dirinya tidak mampu memberi sinyal harapan, itu yang menyebabkan politiknya kasak-kusuk, peluang untuk terakhir kali menghirup sisa-sisa APBN segala macam. Kita mungkin bisa prediksi dalam dua tiga bulan ke depan kasak-kusuk ini bisa betul-betul menjadi manuver yang sangat berbahaya. Dan orang akan tinggalkan saja Istana. Apalagi kalau ekonomi memburuk, lalu mungkin yang di-reshuffle sekarang akhirnya meletakkan jabatan. Kita musti prediksi itu karena polanya betul-betul jadi liar. Terakhir saya baca Nasdem harus menerangkan bahwa mereka akhirnya memilih Andika Perkasa karena pertimbangan-pertimbangan macam-macam. Kalau Erick Thohir yang dipasang mungkin ada soal kebangsaan. Kita tidak tahu apa masalah kebangsaan dengan Erick Thohir, karena itu dipilih Pak Andika. Jadi, ada prediksi potensi kekacauan, sehingga Pak Andika musti dimunculkan. Kan di belakang analisis Nasdem begitu. Mengapa tidak Erick Thohir yang sebenarnya ratingnya lebih tinggi daripada Andika. Kenapa dipilih Pak Andika yang disebutkan bersamaan dengan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Nah itu baru sekarang kita dapat keterangan bahwa memang walaupun Pak Andika ratingnya di bawah, tetapi pemilihan calon hasil konvensi itu tidak didasarkan pada rating, tapi pada variabel-variabel kesatuan bangsa, potensi perpecahan, segala macam. Jadi sebetulnya Nasdem sendiri mencium ada bibit perpecahan. Kan gampang kita pastikan itu. Dan ini seperti kita ketahui bahwa yang terlibat dalam kampanye sana sini kebanyakan sekarang malah justru orang yang berada dalam pemerintahan. Kita sebutlah Erick Thohir, Prabowo, dan siapa lagi di kabinet yang namanya disebut potensial menjadi presiden. Saya membaca keterangan dari mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asidiqi, harusnya para menteri yang mau nyapres mundur. Dan itu ada aturannya. Itu pikiran yang akhirnya datang terlambat karena tentu semua orang sudah menganggap hal semacam itu harus didahulukan bahwa mengundurkan diri supaya bebas, tidak ada beban pada presiden. Kan Presiden setiap kali rapat dia musti cari tahu dulu menterinya ada di mana. Mungkin lagi konsolidasi partai. Kan susah juga. Jadi repot sebetulnya. Itu kan semacam permintaan untuk meneduhkan badai. Nggak mungkin. Badai nggak bisa diteduhkan. Kita tinggal berlindung dari badai sebetulnya. Jadi Pak Jimly betul, berupaya untuk membujuk para politisi ini supaya taat kode etik politik. Tapi bagi para politisi ya mungkin dia anggap bahwa ini saat terakhir, sebelum badai menerjang kita mending cari selamat masing-masing. Dan itu yang telah terbaca dalam gesturnya Cak Imin. Cak Imin mondar-mandir kiri-kanan untuk cari tempat ngumpet, dan sekaligus cari tempat untuk memperluas wilayah pengaruh. Nah, bagian ini yang tidak bisa diprediksi oleh Pak Jokowi. Pak Jokowi sendiri sibuk untuk mempersiapkan kadernya sendiri. Jadi, masing-masing orang di sana, dari Presiden sampai menteri, sibuk untuk blingsatan. Kalau dulu sibuk blusukan, sekarang sibuk blingsatan. Sebenarnya soal-soal begini tidak perlu menunggu aturannya, ada atau tidak. Kalau etikabilitas dijunjung tinggi orang mungkin tanpa diingatkan oleh ahli hukum tata negara seperti Pak Jimly, sudah tahu. Ya, bagaimana mungkin Pak Jimly akhirnya musti ucapin itu. Artinya, dia merenungkan bahwa memang bangsa ini sudah hancur. Sebagai mantan ketua Mahkamah Konstitusi, bikin saja move untuk menekan MK supaya nol persen. Kalau Pak Jimly misalnya majukan petisi 0% atau judicial review ke MK, itu mungkin ketua MK-nya akan merasa bahwa ini semacam sindiran walaupun nggak diproses. Tapi nama Pak Jimly itu akan diingat oleh publik, Jimly Asshidiqie sebagai orang yang pernah berumah di Mahkamah Konstitusi meminta supaya rumah itu mengembalikan demokrasi ke nol persen. Itu kan jadi headline juga. Itu saya kira lebih berguna daripada mengimbau menteri-menteri supaya mengundurkan diri. Itu berat. Itu kalkulasi politiknya nggak akan dianggap oleh para politisi. (mth/sws)

Hersubeno: Pencapresan Dari Nasdem Pelampung Penyelamat Bagi Anies

Jakarta, FNN – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merupakan salah satu nama yang diusungkan oleh Partai NasDem menjadi Bakal Calon Presiden (Bacapres) 2024.  “Pencapresan Anies Baswedan oleh Partai Nasdem dapat dikatakan sebagai pelampung penyelamat bagi Anies, bila Anies tidak dimasukkan oleh Nasdem maka secara teoritis dan praktis Anies bakal menjadi figure popular yang melayang-layang di udara, tidak ada partai yang mengusungnya,” tutur salah satu Jurnalis Senior Forum News Network (FNN) Hersubeno Arief dalam kanal Youtube Hersubeno Point, Senin, 20 Juni 2022. Hal ini, kata Hersu, disebabkan terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu yang terdiri dari PAN-Golkar-PPP. Maka dari itu secara teoritis peluang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah tertutup atau sangat berat untuk muncul dalam Bakal Calon Presiden. Pasalnya, kalau kita hitung-hitungan Parlemen ada 9 Partai Politik dengan jumlah kursi 575, dengan PT 20 persen atau 115 kursi. Dengan tiket yang dimiliki kita tahu bahwa ada upaya akan menjadikan Anies berpasangan dengan Puan Maharani. Namun apabila terwujud Anies akan selamat karena mendapatkan tiket, bahkan sangat akan ada partai lain bergabung. Sebaliknya PDIP juga bagus karena akan menutuputi elektabilitas Puan Maharani yang sangat rendah. Hersubeno mengungkapkan realitasnya sangat berat untuk menyatukan pendukung Anies yang mayoritas Islam, terdidik, berasal dari perkotaan, intelektual sedangkan pendukung Puan yang kurang terdidik, dan berada di desa, bahkan secara ideologi pendukung Anies sudah menolak secara paksa dipasangkan dengan Puan karena Anies merupakan kelompok Islam radikal. “Jadi sejauh ini lebih terdengar enak tapi sulit atau dapat dikatakan to good to be true, sulit untuk diwujudkan,” kata Hersubeno Arief Lebih lanjut, Hersubeno menyinggung apabila asumsi bahwa Koalisi Indonesia Bersatu terwujud dan Anies dan Puan juga akan menjadi pasangan Capres terwujud, atau PDIP mengusungkan anggotanya sendiri, berarti hanya tersisa Gerindra, Demokrat, PKB, NasDem. Gerindra sudah mematok harga mati yang akan mengungsungkan Prabowo sebagai Capres dengan pasangan Cak Imin dari PKB. Soal peluang antara Prabowo dan Cak Imin sudah bertemu kalau kedua partai berusung menjadi Capres dan Cawapres. Tetapi menurut Hersubeno, Prabowo berharap bisa menggandeng PDIP dengan skenario Puan, dikarenakan pasangan Prabowo dengan Cak Imin akan sangat sulit. Hersubeno menjabarkan, Koalisi Indonesia Bersatu dugaan kuat akan mengusungkan Jokowi maju atau kalau tidak Ganjar Pranowo. PKB, Gerinda akan mengusungkan Prabowo dan Cak Imin, PDIP mengusungkan calon sendiri. Nasdem, PKS, Demokrat tersisa 163 atau 28,65 persen, apabila ketiga partai itu  bergabung bakal menjadi koalisi terbesar di DPR-RI. Sekretaris Jenderal PKS sudah sepakat dengan Surya Paloh mengusungkan Anies, Demokrat melalui SBY juga sudah sepakat terlebih dahulu. Tapi, ternyata, dalam politik tidak mudah seperti itu, harus jelas, kalau Anies diusungkan Capres siapakah Cawapres? Sekjen PKS tidak mau berada di luar pemerintahan 2024 artinya mereka dipastikan mendukung calon yang mereka pastikan akan menang begitu juga Demokrat juga sudah saya pastikan tidak mau jadi oposisi 2 periode di luar pemerintahan. Menurutnya, kalau Pemerintahan Jokowi melemah, Koalisi Indonesia Bersatu bakal bubar karena saya menyebutkan koalisi ini kawin paksa. Sebagai gambaran prediksi pilpres, Cakra Nusantara membuat kalkulisasi ada 4 pasang: Ganjar-Khofifah dari Golkar, PPP, PAN. Anies-AHY dari d]Demokrat, PKS, Nasdem. Puan-Erick Thohir PDIP, Prabowo-Cak Imin PKB Gerindra. Anda percaya? Walaupun sangat ideal? Tapi Hersubeno tidak yakin akan terwujud karena design itu bukan yang diinginkan pemerintahan oligarki, dari pemerintahan yang berkuasa saat ini, mereka sudah merancang pilpres ini dengan calon tunggal yang mereka siapkan, jadi paling banyak 2 pasang, yaitu sebagai bonekanya. “Kalau sekarang Ketua Umum dan Politisi beranuver hanya gimmick saja, untuk menaikan elektabilitas partai masing masing,” tegas Hersubeno Arief. (mth/sws)

Dekan FEBIS Universitas Pattimura : Julius Latumeirissa Soal Kinerja Pemda Maluku “Menyesatkan”

  Ambon FNN - Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEBIS) Universitas Pattimura (Unpatti) Dr. Erly Leiwakabessy M.Si berharap, setiap akademisi yang menilai kinerja pemerintahan mestinya harus bersikap jujur dalam menyampaikan fakta dan data yang benar. Harapan ini disampaikan berkaitan dengan evaluasi tiga tahun kinerja pemerintahan Gubernur-Wakil Gubernur Maluku Murad Ismail-Barnabas Orno yang disampaikan akademisi Julius Latumeirissa.  “Menyimak wawancara di sebuah chanel youtube tentang evaluasi tiga tahun kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku yang masih terus beredar di media sosial hingga saat ini, membuat nurani akademik saya terusik, ”kata Erly Leiwakabessy melalui rilis yang diterima DINAMIKAMALUKU.COM, Senin (20/6/2022). Erly Leiwakabessy menilai, wawancara oleh akademisi, Julius R. Latumeirissa, yang juga alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura tersebut, secara akademik sangat tidak mendidik dan cenderung menyesatkan. “Apalagi dibumbui dengan ujaran-ujaran sarkasme yang tidak etis dan bersifat destruktif, dimana hal tersebut telah memicu polemik dan interpretasi yang berkembang liar di masyarakat sampai dengan hari ini, ”ujarnya. Berkaitan dengan pernyataan Julius itu, Dekan FEBIS Univesditas Pattimura ini merasa perlu untuk melakukan klarifikasi secara akademik. Tujuannya untuk memberi pemahaman yang baik dan berimbang, agar masyarakat bisa tercerahkan. Selain itu, diharapkan mampu menerjemahkan isu tersebut dengan lebih objektif dan proporsional. Pertama, terkait evaluasi kinerja makroekonomi yang menyimpulkan bahwa dalam tiga tahun terakhir Maluku tidak mengalami kemajuan sedikitpun, bahkan ada tendensi kemunduran. “Menurut Erly Leiwakabessy, kesimpulan tersebut tidak proporsional. Juga berbasis pada data yang benar. Kita tahu bahwa tiga tahun terakhir ini bukanlah tahun-tahun yang mudah bagi Maluku. Dimulai dari musibah gempa pada paruh terakhir 2019 hingga bencana Covid-19 yang melanda dunia, tak terkecuali Maluku di sepanjang tahun 2020-2021. Bencana covid itu belum berakhir hingga hari ini, ”tegasnya. Menurut Erly Leiwakabessy, kejadian-kejadian yang bersifat force majeur tersebut tentu saja menghasilkan shock (guncangan eksogen) yang sangat berdampak luas terhadap siatusi perekonomian. “Oleh karena itu dalam mengevaluasinya perlu mengedepankan cara pandang yang proporsional, sehingga hasilnya menjadi lebih jujur dan objektif, ”tandasnya. Padahal setelah dirinya mengkaji perkembangan data-data statistik yang ada, ternyata harus diakui bahwa terdapat perbaikan-perbaikan yang cukup berarti pada hampir semua indikator makroekonomi Maluku saat ini. “Sebut saja pertumbuhan ekonomi yang walaupun sempat terkontraksi sebesar -0,92 persen akibat Covid-19, namun kembali meningkat menjadi 3,04 persen di tahun 2021, ”jelasnya. Demikian pula dengan tingkat kemiskinan yang turun 1,69 poin dari posisi September 2020. Angka kedalaman kemiskinan (P1) dan keparahan kemiskinan (P2) yang juga menurun secara proporsional di tahun 2021, menjadi masing-masing sebesar 3,49 persen dan 1,06 persen. “Selain itu, tingkat pengangguran juga tarcartat menurun dari 7,57 persen pada Agustus 2020 menjadi 6,93 persen di Agustus 2021,”papar Erly Leiwakabessy. Perbaikan juga ditunjukkan oleh angka ketimpangan gini rasio, yang menurun dari 0,326 pada tahun 2020 menjadi 0,316 pada tahun 2021. Selanjutnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) hingga Nilai Tukar Petani (NTP) yang semuanya menunjukkan tren kinerja yang semakin membaik. Perbaikan itu pada seluruh dimensi pembangunan manusia, dan hampir semua sub-sektor pertanian. Semua capaian tersebut bagaimanapun merupakan prestasi menggembirakan di tengah sejumlah keterbatasan dan tantangan pembangunan Maluku yang memang tidak semakin mudah. Kedua, Erly Leiwakabessy juga perlu meluruskan pernyataan tentang pertumbuhan ekonomi Maluku, yang katanya bukan karena peningkatan produksi, namun semata-mata merupakan faktor perubahan harga/inflasi. “Pernyataan ini sangat keliru dan bias secara akademik. Siapapun yang mengerti ilmu ekonomi mestinya tahu bahwa yang namanya pertumbuhan ekonomi itu jelas telah menghilangkan pengaruh inflasi, karena dihitung menggunakan PDRB harga konstan. Bukan PDRB Harga Berlaku, ”ujarnya. Oleh karena itu, lanjut Erly Liewakabessy, pertumbuhan ekonomi Maluku telah mencerminkan adanya peningkatan produksi masyarakat. Bukan karena faktor kenaikan harga sebagaimana yang dikatakan Julius Letumeirissa. Masalah lain yang perlu untuk diklarifkasi dari sisi akademik adalah terkait dengan metodologi. Dikatakan Julius Latumeirissa bahwa hasil publikasi bulan Maret tidak bisa dibandingkan dengan publikasi bulan September, karena keduanya memiliki ukuran sampel yang berbeda. Ini juga pemahaman keliru, karena bagaimanapun penentuan ukuran sampel oleh BPS telah melalui metodologi yang sahih. Dipastikan BPS telah memenuhi kaidah dan prosedur ilmiah, sehingga BPS mampu merepresentasikan populasi yang ada. “Kita tahu bahwa survei bulan Maret itu untuk publikasi kabupaten/kota, sehingga tentu saja secara total ukuran sampelnya lebih besar dari bulan September yang jangkauan sampelnya Provinsi. Yang jelas keduanya sama-sama valid sehingga dapat digunakan, dan dalam tataran tertentu bisa dibandingkan untuk mengukur progres, karena provinsi merupakan penjumlahan dari kabupaten/kota, ”kata Erly Leiwakabessy. Singkatnya, tambah Erly Leiwakabessy, disesuaikan semua data BPS tersebut telah shahih, baik untuk sampel besar maupun sampel kecil. Implikasi dan penggunaan semua data BPS tersebut masing-masing juga sudah inline sesuai konteksnya. Hal ini penting untuk diluruskan karena pernyataan Julis Latumeirissa tersebut seakan-akan meragukan akurasi dari metodologi survei yang dilakukan BPS sebagai institusi resmi yang dipercaya negara untuk mempublikasikan data-data statistic. Ketiga, ini yang paling penting, kata Erly Leiwakabessy, perlu untuk ditegaskan bahwa sebagai salah satu pilar social control, akademisi memang dituntut harus selalu tanggap dan kritis dalam mengawal jalannya pemerintahan. Tujuannya agar pemerintah terhindar dari praktik-praktik penyimpangan dan penyalahgunaan kekuasaan. Namun apapun materinya, hendaknya harus didasarkan pada fakta, data, dan kaidah yang terverifikasi secara ilmiah. “Seorang akademisi harus jujur, bebas nilai, dan mengedepankan logika-logika akademik yang benar. Dengan begitu hasil kajiannya bisa lebih objektif, mencerahkan, serta menjadi kontribusi fikir yang bermanfaat untuk kemajuan bangsa, daerah dan masyarakat, ”himbau Erly Leiwakabessy. Dikutip dari DINAMIKAMALUKU.COM, edisi Senin (20/6/2022).

Hersubeno: Usung Anies dan Ganjar, Surya Paloh Siap Hadapi Jokowi

Jakarta, FNN – Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh mengumumkan tiga nama yang akan menjadi Bakal Calon Presiden (Bacapres) dalam Pilpres 2024 pada Jumat (16/6/22) malam. Pertama, Anies Rasyid Baswedan Gubernur DKI Jakarta, kedua Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah, ketiga Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Tiga nama itu diumumkan Surya Paloh berasal dari peserta Rakernas yang melalui proses dari bawah. Seleksi diawali dengan rapat paripurna yang dihadiri oleh 32 DPW dan selanjutnya diseleksi oleh Steering Committee. Pada saat pengusulan, Anies mendapat 32 dukungan dan menduduki peringkat pertama. Kemudian diikuti Ganjar Pranowo dengan 29 suara. Erick Thohir dengan 16 suara, dan Andika Perkasa jauh tertinggal dengan 13 suara. Namun, nama Erick yang masuk usulan tereliminasi dalam rapat pleno. Setelah itu, Ketua Umum NasDem akan mempersempit tiga nama menjadi satu nama untuk diusung sebagai capres definitif. Nama yang satu ini diprediksi baru akan ditentukan Surya Paloh pada akhir tahun. Diusungnya ketiga nama tersebut oleh Partai NasDem ternyata mengundang banyak komentar tokoh. Salah satunya adalah jurnalis senior Forum News Network (FNN) Hersubeno Arief dalam kanal Youtube Hersubeno Point, Ahad, 19 Juni 2022. Hersubeno Arief berspekulasi sebelumnya bahwa pengusungan nama Bacapres 2024 oleh Partai Nasdem merupakan bentuk tukar tambah politik antara Surya Paloh dengan Presiden Jokowi, dan salah satu agendanya adalah agar nama Anies tidak muncul dalam daftar calon Presiden dari Partai Nasdem. Akan tetapi tetap munculnya nama Anies sebagai Bacapres mengisyaratkan bahwa partai NasDem siap untuk tetap mengusung Anies meskipun hubungan Jokowi dengan Gubernur DKI Jakarta tersebut panas dingin. Hersu menilai Jokowi akan berjuang mati-matian agar Anies tidak muncul dalam Bacapres 2024. Dalam reshuffle kabinet Jokowi menarik Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan masuk ke dalam Kabinet Indonesia Maju di bawah pimpinannya dengan menjadi Menteri Perdagangan. Hal ini membuat pintu Anies tertutup rapat untuk memperoleh tiket dari Partai Amanat Nasional. Selain Zulkifli Hasan, menteri baru lainnya adalah mantan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang, menggantikan Sofyan Djalil. Pertemuan yang dilakukan antara Ketua Umum NasDem dengan Presiden Jokowi pada hari sebelumnya pun memicu ada isu kesepakatan antara keduanya, namun isu tersebut langsung dibantah oleh Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali kalau tidak ada pembicaraan mengenai jatah kursi menteri NasDem di kabinet, antara Surya Paloh dan Presiden Jokowi. Isu tersebut datang karena saat pengumuman reshuffle, tiga menteri dari Partai Nasdem tidak terkena reshuffle Kabinet Indonesia Maju kali ini. Ketua Umum NasDem menuturkan bahwa NasDem merdeka dalam menentukan arah politik. Paloh juga meyatakan Pemilu merupakan mekanisme agar kekuasaan tidak dimonopoli oleh satu kelompok saja. Menurut Hersu, pernyataan Paloh tersebut menyinggung kepeda Pemerintahan Jokowi yang mana sangat berkuasa saat ini. “Sinyalnya jelas sekali kalau dimonopoli oleh satu kelompok saja, siapa yang sekarang berkuasa,” tegas Hesubeno Arief. (mth/sws)

G20 Kesehatan Bentuk Dana Perantara Keuangan Hadapi Pandemi Masa Depan

Yogyakarta, FNN - Forum G20 bidang kesehatan bekerja sama untuk membentuk Financial Intermediary Fund (FIF) atau dana perantara keuangan untuk membantu negara-negara yang membutuhkan saat terjadi pandemi di masa depan.\"Kami sangat bersemangat untuk menyampaikan janji kami untuk warga dunia bahwa kami membuat skema dana darurat untuk digunakan di saat pandemi di masa depan,\" kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin pada agenda The 1st Health Ministers Meeting (HMM) di Hotel Marriot Yogyakarta, Senin.Hingga saat ini G20 telah mendorong komitmen penggalangan dana darurat sekitar 1,2 miliar dolar AS dari lima negara anggota dan satu organisasi sosial internasional untuk memobilisasi peran FIF.Komitmen tersebut datang dari Amerika Serikat menyumbang 450 juta dolar AS, Uni Eropa 450 juta dolar AS, Jerman menyumbang 50 juta Euro (52,7 juta dolar AS), Indonesia 50 juta dolar AS, Singapura 10 juta dolar AS, dan Wellcome Trust menyumbang 12,3 juta dolar AS.Pada acara yang sama, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperkirakan kebutuhan finansial untuk memperkuat keamanan kesehatan global berkisar 31 miliar dolar AS per tahun.\"WHO dan Bank Dunia memperkirakan bahwa 31 miliar dolar AS dibutuhkan setiap tahun untuk memperkuat keamanan kesehatan global. Dua pertiga dari itu bisa berasal dari sumber daya yang ada, tetapi itu menyisakan celah 10 miliar dolar AS per tahun,\" katanya saat menyampaikan pidato.WHO telah bekerja sama dengan Bank Dunia dalam membentuk FIF berdasarkan masukan negara-negara G20.\"Usulan kami FIF akan diawasi oleh dewan yang membuat keputusan tentang alokasi dana, didukung oleh panel penasihat teknis,\" katanya.Baik dewan maupun panel penasihat teknis akan didukung oleh Sekretariat bersama Bank Dunia-WHO, yang berbasis di kantor pusat Bank Dunia di Washington, dengan staf yang diperbantukan dari WHO.\"Bank akan memberikan kepemimpinan keuangan dan administrasi di sekretariat, beroperasi sebagai perwakilan untuk FIF, memegang dan mentransfer dana bantuan dan menyediakan layanan administrasi,\" katanya.Tedros mengatakan WHO akan memberikan kepemimpinan teknis, mengoordinasikan masukan untuk panel penasihat teknis, dan menyiapkan dokumentasi teknis, rekomendasi, dan laporan yang relevan untuk dewan.Baik Bank dan WHO akan bertindak sebagai entitas pelaksana, bersama dengan mitra kesehatan global lainnya dengan keahlian yang relevan, termasuk Global Fund, The Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI), Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dan lainnya.Para menteri kesehatan G20 saat ini sedang membahas mekanisme akses dana darurat tersebut melalui The 1st Health Ministers Meeting (HMM) di Hotel Marriot Yogyakarta.\"Saat ini sedang dibahas negara-negara non G20 mengakses dana tersebut. G20 prinsipnya adalah komitmen, sekarang sedang dibuat draft kesepakatannya sehingga saat agenda puncak nanti nanti, mereka setuju semua atas rekomendasi langkah diplomasi ini,\" kata Juru Bicara Indonesia di G20 Siti Nadia Tarmizi.Sementara itu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 G20 akan diselenggarakan di Bali pada 15-16 November 2022. (mth/Antara)

WHO: Persepsi Pandemi Usai, Salah Arah

Yogyakarta, FNN - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan persepsi bahwa pandemi COVID-19 telah selesai adalah pernyataan yang salah arah.\"Di banyak negara, semua pembatasan sekarang telah dicabut dan kehidupan terlihat seperti sebelum pandemi. Tentu saja ada kemajuan, tetapi persepsi bahwa pandemi telah berakhir, meskipun dapat dimengerti tetapi salah arah,\" kata Tedros Adhanom Ghebreyesus saat menyampaikan pidato sambutan dalam agenda The 1st Health Ministers Meeting (HMM) di Hotel Marriot Yogyakarta, Senin pagi.Tedros mengatakan situasi kasus COVID-19 di dunia kini telah menurun 90 persen dari puncaknya pada Januari 2022. Kondisi itu dianggap sebagai sesuatu yang wajar pada situasi pandemi.Ia mengatakan transmisi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dilaporkan meningkat di banyak negara termasuk negara-negara G20. Situasi itu tidak lepas kenyataan bahwa pengujian dan pengurutan terhadap virus Corona telah menurun di seluruh dunia.\"40 persen dari populasi dunia tetap tidak divaksinasi, risiko baru dan lebih berbahaya. Ada kekhawatiran, bahwa kurangnya pengujian dan pengurutan (genom sekuensing) membutakan kita terhadap evolusi virus,\" katanya.Tedros mengatakan situasi itu perlu menjadi pelajaran dari pandemi agar tidak terulang pada krisis lain yang mendominasi perhatian pemerintah maupun media dunia.Sementara itu Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan 1st HMM 2022 merupakan langkah besar G20 untuk memperkuat arsitektur kesehatan global agar dunia lebih siap menghadapi ancaman kesehatan global di masa depan.\"Tahun ini, kita telah membahas tiga agenda kesehatan global dan bercita-cita untuk mencapai kesepakatan bersama,\" katanya.Tiga agenda yang dimaksud di antaranya, memperkuat ketahanan sistem kesehatan global, dengan target capaian ketersediaan sumber daya keuangan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.Ketahanan sistem kesehatan juga diwujudkan melalui akses ke tindakan medis darurat, membangun jaringan global pengawasan genomik, laboratorium dan memperkuat mekanisme berbagi data informasi virus yang terpercaya.Agenda kedua adalah menyelaraskan standar protokol kesehatan global melalui kesepakatan sertifikat vaksin yang diakui bersama di titik masuk setiap negara.Agenda terakhir adalah memperluas pusat manufaktur dan penelitian global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.Agenda tersebut mengangkat topik pengembangan teknologi vaksin mRNA, perluasan manufaktur global dan pusat penelitian untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi. (mth/Antara)

Ulang Tahun ke-80 OC Kaligis Kumpulkan Seluruh Putra Putrinya

Jakarta, FNN - Ada yang menarik dari suasana Ballroom Hotel Fairmont Senayan Jakarta, Ahad 19 Juni 2022. Malam itu sedang digelar acara mewah perayaan ulang tahun ke-80 advokat senior Otto Cornelis Kaligis atau yang sering disapa OCK. Di usia yang tergolong langka untuk ukuran Indonesia, OCK masih tampak bugar, semangat, dan murah senyum. Bahkan ia masih kuat berenang selama 1 jam nonstop. Tak hanya itu, OCK juga masih kuat naik-turun tangga  di kantor maupun tempat lain. Anugerah panjang umur itu tampaknya tak ingin ia nikmati sendiri. OCK mengundang seluruh anak biologisnya yang berjumlah 20 orang. Ia juga mengundang anak ideologisnya, yakni para alumni yang pernah bekerja di kantor OC Kaligis and Associates sejak berdirinya tahun 1988. Ada sekitar 250 orang tamu undangan yang malam itu tampak ceria, bahagia, dan penuh keakraban. Para alumni OC Kaligis and Associates yang rata-rata sudah buka kantor sendiri, melampiaskan rasa kangennya malam itu. Bahkan dua putra OCK yang membuka kantor pengacara di Amerika Serikat datang ke momen yang membahagiakan itu. Acara ulang tahun ini kata OCK dibiayai oleh mantan anak buahnya. Mereka betul-betul menunjukkan rasa cintanya kepada kantor yang telah membesarkannya. \"Saya tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Hampir 500 juta biaya ditanggung oleh anak buah saya yang baik hati. Ini berkah untuk kita semua,\" kata OCK kepada FNN di sela sela acara. Hadir dalam acara itu antara lain tokoh tokoh nasional yang awalnya berkarier di kantor OCK Law, antara lain. Prof Dr. Hikmahanto Juwana, pakar hukum internasional, Dr. Hamdan Zoelva, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Amir Syamsuddin, mantan Menteri Hukum dan HAM, Elza Syarief, Risma Situmorang advokat senior, dan masih banyak lagi. Hotman Paris Hutapea mengucapkan selamat melalui video. Demikian juga politisi Partai Solidaritas Indonesia, Dea Tunggaesti. Mereka semua adalah tokoh-tokoh yang dulu digembleng di kantor OC Kaligis yang kemudian menekuni bidang yang sama yakni sektor hukum dan litigasi. Dalam sambutannya OCK menyatakan sangat bersyukur masih diberikan usia hingga 80 tahun. Berikut ini kutipan lengkap pidato yang diberi judul Momento Vivere tersebut. Hadirin yang berbahagia,  Hari ini saya berusia 80 tahun; kalau saya boleh jujur, 80 merupakan sebuah angka yang spesial buat saya. Berkaitan dengan angka 80, Lou Holtz, seorang pelatih dan eks-pemain American Football pernah katakan: Don\'t tell your problems to people: 80 percent don\'t care; and the rest are glad you have them. (Jangan ceritakan masalah Anda kepada orang lain: 80 persen tidak peduli; dan sisanya senang Anda memilikinya.) Apapun itu saya sangat bersyukur masih bisa berkelakar di hadapan bapak - ibu sekalian, kenapa? Karena kalau kita lihat stastistik (mengutip data dari World Bank), life expectancy seorang pria Indonesia hanya berkisar 71 tahun-an.   Filsuf Stoik Romawi, Lucius Annaeus Seneca, dalam esainya berjudul \"De Brevitate Vitae\" yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John W. Basore, \"On the Shortness of Life\" (1932), menulis bahwa sebenarnya kita bukan memiliki waktu yang singkat, cuma kita terlalu sering menyia-nyiakan waktu. Karena dalam takaran yang lumayan, hidup yang diberikan kepada kita cukup panjang untuk membuat kita mencapai hal-hal yang terbaik; tetapi di saat kita menyia-nyiakan waktu tersebut dengan kemewahan dan kecerobohan, hasilnya tentu akan berujung pada hal-hal yang negatif tanpa kita menyadari bahwa waktu yang diberikan pada kita sudah selesai. Kita juga tidak memiliki kekurangan di dalam hidup; masalahnya kita sering menyia-nyiakan kesempatan untuk hidup. Sama halnya kekayaan yang bertumpuk manakala jatuh kepada pemilik yang buruk, akibatnya kekayaan itu tidak dapat dimanfaatkan dengan benar. Pandangan filosofis dari Filsafat Stoik tentang waktu yang ditulis Seneca bagi sahabatnya Paulinus, menjadi bahan refleksi saya di usia ke-80 tahun ini. Dan kiranya juga menjadi bahan permenungan kita semua. Kita mungkin sering mendengar ungkapan, \"ars longa, vita brevis\" yang lazim diartikan, seni itu panjang, hidup itu singkat. Seneca mengatakan, tidak begitu. Hidup cukup panjang asal waktu tidak disia-siakan untuk hal-hal yang tidak berguna. Saya mengamini dan menyakini kebenaran pandangan Seneca itu. Saat ini, saya merefleksikan kehidupan dalam tulisan berjudul \"Momento Vivere\". Usia 80 Tahun ini bagi saya juga merupakan \"Momento Vivere\" (momen kehidupan). “In childhood be modest, in youth temperate, in manhood just, in old age prudent.” – Demikian menurut filsuf Romawi Socrates. “Your body might stay in prison cell but don’t let your heart and mind do the same because they need a space to grow.” - YB Purwaning Saya teringat ketika jadi penghuni Sukamiskin; seminggu sekali di depan meja, saya belajar. Dua guru sekaligus datang. Satunya guru Bahasa Mandarin, satunya lagi guru Bahasa Perancis. Setumpuk buku tulis ada di hadapan saya. Bagi saya, belajar adalah suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar. Ketika saya tidak lagi memiliki sekretaris untuk membantu saya mengetik naskah-naskah hukum untuk saya, maka saya minta ijin Pengadilan untuk menggunakan tablet, dan diberikan, lalu belajar menggunakannya. Pahadal, tempo hari cuma bisa komunikasi pakai hand phone jadul yang kecil itu.  Always regard study as a road to reach the heaven glorious sun, demikian pernah saya baca dan berusaha memaknai hidup dengan belajar. Seneca mengatakan bahwa “Leisure without study is death-a tomb for the living person” Tiada waktu luang untuk saya. Tiada waktu terbuang sia-sia. Teman-teman sesama warga binaan datang silih berganti minta nasihat hukum dan bantuan hukum. Bahkan pada tahun 2020 saya bersama beberapa rekan mendirikan Klinik Hukum Sukamiskin. Selain itu saya terus menerbitkan buku-buku selama di Sukamiskin, tidak kurang dari 20 buku. Tentu di sini saya tidak bermaksud untuk jumawa, namun ini berarti masih banyak yang harus kita sama-sama lakukan untuk meningkatkan taraf hidup di Indonesia. Semoga, saya berharap, di hari-hari selanjutnya saya masih diberikan kesempatan untuk berbagi dan mengabdi untuk negeri. Saya ingin mengawali retorika saya hari ini dengan sebuah harapan. Tapi sebelumnya, tentu saya harus addressing the elephant in the room (sebuah ungkapan yang berarti: hal kontroversial yang jelas-jelas ada tetapi dihindari sebagai bahan diskusi karena lebih nyaman untuk dihindari tapi sebenarnya perlu dibahas). Semua yang ada di sini tahu di mana domisili saya beberapa tahun belakangan ini, tahun-tahun yang penuh pembelajaran. Kalau saya kontemplasi lagi, ada saat-saat di mana saya merasa bahwa saya berada dalam titik nadir kehidupan saya. Syukurnya, saya masih ditolong Tuhan, dituntun untuk melalui tahun-tahun itu. Tahun-tahun yang penuh dengan unexpected turn of events (kejadian yang tidak diduga sebelumnya);   yang penuh akan rahasia Tuhan.   Umur juga merupakan rahasia Tuhan. Saya tidak akan menghabiskan waktu-waktu saya selanjutnya hanya dengan meratapi masa lalu.  Merupakan sebuah tujuan bagi saya untuk selanjutnya menghabiskan sebanyak-banyaknya waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan saya yang tertunda, pekerjaan saya yang belum selesai, serta pekerjaan-pekerjaan baru lain yang semoga bisa menjadi magnum opus (karya terbesar dalam hidup seseorang). Saya tetap berkeinginan untuk menuliskan ide-ide yang belum saya tuliskan sebelumnya. Semoga yang membaca kelak bisa belajar dari apa yang sudah saya alami selama 80 tahun ini.  Saya akan terus membantu anak-anak muda Indonesia untuk meraih masa depan yang lebih baik melalui pendidikan praktik hukum. Semoga saya masih layak untuk menjadi teman diskusi bagi mereka sehingga bersama bisa membantu, walaupun mungkin sedikit, kemajuan bangsa dan negara Indonesia.  Hadirin yang berbahagia, Dulu saya pernah takut untuk menua; takut menjadi tua. Namun semakin ke sini saya tersadarkan oleh sebuah argumen dari Lucretius yang mengatakan bahwa  “since no one fears missing out on time before they were born, they should not fear missing out on time after they die” (karena seseorang tidak akan takut kehilangan waktu sebelum ia lahir, harusnya orang tersebut tidak perlu takut kehilangan waktu setelah ia meninggal).  Hal ini membuat saya semakin bersyukur atas waktu yang masih saya miliki dan sebisa mungkin menikmati the present: Carpe Diem (mensyukuri apa yang sedang dijalani dan dimiliki saat ini). Kalau saya ibaratkan dengan permainan catur, sekarang saya nampaknya sudah memasuki periode di mana pemahaman saya tentang positional dan tactical strategy sangat diperlukan. Tahapan ini tentu akan sangat berbeda dengan tahapan opening dan middle game, tahapan akhir ini sangat membutuhkan ketenangan pikiran dan kesabaran agar bisa dilalui dengan baik.  Atau kalau saya ibaratkan dengan musik, saya yang di awal berjiwa musik klasik sekarang sudah berevolusi menjadi berjiwa jazz. Kenapa? Karena saya sekarang tidak takut dengan tritone (jarak nada yang pada zaman dulu dilarang oleh gereja karena dianggap sebagai suara setan, tapi sekarang tritone sudah diterima sebagai sebuah nada biasa), dissonance atau nada sumbang kehidupan, karena apapun itu, ada tritone atau tidak, semua saya coba nikmati sebagai bagian dari lagu kehidupan. Izinkan saya mengakhiri cerita saya hari ini dengan kembali dengan istilah rahasia Tuhan yang saya sampaikan di muka. Karena sifatnya sebagai sebuah rahasia, tentu tidak akan produktif kalau kita terus menerka-nerka apa yang yang akan terjadi. Sehingga yang kita bisa lakukan adalah hidup dengan penuh rasa syukur dan cinta. Memang terdengar klise dan quotidien; but if you think about it, it makes sense. Tentu cinta di sini tidak melulu tentang romantisme belaka. Di benak saya, sebagaimana yang pernah diutarakan seorang kenalan lama saya, love is never about liking or adoring; love is an endless effort of understanding (cinta tidak hanya tentang menyukai atau memuja; cinta adalah upaya untuk memahami tanpa akhir).  Terima kasih sudah berkenan datang dan mendengarkan cerita saya kali ini, memang tidak banyak kata yang saya sampaikan kali ini; saya berupaya agar selanjutnya tidak lebih banyak talk the talk (berbicara) tapi lebih banyak walk the walk (bertindak). Semoga suatu ketika saya berkesempatan untuk mendengarkan cerita dari Bapak dan Ibu sekalian.  Jakarta,  19 Juni 2022

Kemenkeu Tetapkan Hasil Penjualan SBR011 Capai Rp13,91 Triliun

Jakarta, FNN - Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menetapkan hasil penjualan obligasi negara ritel seri SBR011 mencapai Rp13,91 triliun.Berdasarkan keterangan resmi Kemenkeu di Jakarta, Senin, hasil tersebut akan digunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pembiayaan APBN 2022 termasuk pemulihan dampak pandemi COVID-19.Antusiasme masyarakat untuk membeli SBR011 ini sangat tinggi yaitu terbukti dengan pembelian SBR011 yang mengalami oversubscribe hingga 2,78 kali dari target awal sebesar Rp5 triliun.Secara total terdapat 47.673 investor yang berinvestasi SBR011 dengan 20.948 atau 43,9 persen dari jumlah total investor merupakan investor baru.Pada penerbitan SBR011 kali ini, terdapat 3.161 investor yang melakukan pemesanan dengan nominal Rp1 juta dan hampir seluruhnya merupakan generasi milenial yaitu 83 persen yang mayoritas merupakan investor baru atau sebanyak 74,4 persen.Dari segi profesi investor, pelajar atau mahasiswa menduduki peringkat tiga besar investor SBR011 sehingga mencerminkan terus meningkatnya kesadaran generasi muda untuk berinvestasi.Secara rinci berdasarkan jumlah investor, generasi milenial mendominasi dengan porsi sebesar 49,4 persen namun secara nominal masih didominasi oleh generasi X dan Baby Boomers masing-masing sebesar 37,2 persen dan 37 persen.Berdasarkan profesi, jumlah investor didominasi pegawai swasta yaitu sebanyak 36,2 persen namun secara nominal investor yang berprofesi sebagai wiraswasta masih mendominasi pemesanan SBR011 atau 37,6 persen.Berdasarkan gender, jumlah investor SBR011 didominasi investor perempuan atau 58,6 persen dan jika ditilik berdasarkan profesi investor maka ibu rumah tangga menduduki peringkat empat besar investor SBR011.Sejak penerapan Single Investor Identification (SID), terdapat 26.725 investor atau 56,1 persen yang membeli SUN Ritel lebih dari 1 kali dengan nominal Rp9,04 triliun dan dari jumlah itu sebanyak 23 investor tidak pernah absen membeli SUN Ritel.Sementara pada penerbitan SBR011 kali ini, mitra distribusi (Midis) bank masih mendominasi penjualan SBR011 baik dari nominal maupun jumlah investor.Untuk kelompok non-bank, baik nominal penjualan maupun jumlah investor tercatat capaian Midis perusahaan fintech lebih tinggi dari perusahaan sekuritas. (mth/Antara)

Menkes: Taman Sari Yogyakarta Manifestasi Sistem Kesehatan Global

Yogyakarta, FNN - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan eks taman kerajaan yang dipugar menjadi Istana Air Taman Sari Yogyakarta merupakan manifestasi sistem kesehatan global.\"Sejarah dan filosofi Taman Sari menginspirasi kami, para pemimpin kesehatan global, untuk membangun sistem kesehatan global yang tangguh pada saat masa krisis dan siaga dalam masa normal,\" kata Budi Gunadi Sadikin saat membuka agenda The 1st Health Ministers Meeting (HMM) di Hotel Marriot Yogyakarta, Senin.Budi mengatakan bahwa tidak jauh dari tempat pertemuan tersebut, terdapat Istana Air Taman Sari yang berada di lingkungan keraton. Eks taman kerajaan yang sudah ada sejak abad ke-18 itu, awalnya dibangun sebagai taman kompleks untuk Sultan bekerja, bermeditasi, dan beristirahat.\"Taman Sari juga berfungsi sebagai benteng bagi keluarga kerajaan untuk bersembunyi, mengasingkan diri, dan untuk membela diri selama masa krisis,\" katanya.Menkes Budi mengatakan sejarah Taman Sari menjadi inspirasi dalam pembentukan sistem kesehatan global.Pertemuan menteri kesehatan negara anggota G20 dihelat di Yogyakarta, Senin, dengan agenda pembahasan \"Penguatan Arsitektur Kesehatan Global\".Taman Sari dibangun pada waktu sebelum pandemi COVID-19. Tidak hanya berfungsi sebagai ruang publik yang representatif untuk diakses sehari-hari, tetapi juga untuk mengantisipasi krisis di masa depan.“Saat kita menantikan dunia di mana pandemi telah mereda, kita harus memanfaatkannya untuk membangun sistem kesehatan global yang lebih tangguh, tidak hanya untuk hari ini tetapi juga untuk tantangan hari esok. Sebaiknya siapkan payung sebelum hujan,” katanya.Negara-negara anggota G20, kata Budi, telah membuat langkah besar untuk memperkuat arsitektur kesehatan global, untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi ancaman kesehatan di masa depan.\"Tahun ini telah dibahas tiga agenda kesehatan global dengan lima topik pembahasan,\" katanya.Tiga agenda yang dimaksud di antaranya memperkuat ketahanan sistem kesehatan global, dengan target capaian ketersediaan sumber daya keuangan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.Ketahanan sistem kesehatan juga diwujudkan melalui akses ke tindakan medis darurat, membangun jaringan global pengawasan genomik, laboratorium dan memperkuat mekanisme berbagi data informasi virus yang terpercaya.Agenda kedua adalah menyelaraskan standar protokol kesehatan global melalui kesepakatan sertifikat vaksin yang diakui bersama di titik masuk setiap negara.Agenda terakhir adalah memperluas pusat manufaktur dan penelitian global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.Agenda tersebut mengangkat topik pengembangan teknologi vaksin mRNA, perluasan manufaktur global dan pusat penelitian untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.Hingga saat ini telah terselenggara dua pertemuan kelompok kerja kesehatan yang membahas Penyelarasan Standar Protokol Kesehatan Global dan Memperkuat Ketahanan Sistem Kesehatan Global.Selanjutnya pada Agustus 2022 akan dilaksanakan kelompok kerja kesehatan untuk membahas Perluasan Manufaktur Global dan Pusat Penelitian, Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Respons untuk Pandemi. (mth/Antara)

Puan-Ganjar atau Ganjar-Puan

Tentang siapa yang akan ditetapkan Capres dan Cawapres PDIP, harus bisa mempertimbangkan tingkat keaktifan dan tingkat loyalitasnya terhadap partai. Oleh: Uchok Sky Khadafi, Pengamat Politik Anggaran ADA kesulitan kecil yang sedang dihadapi PDIP. Yakni menentukan komposisi calonnya, apakah Puan Maharani sebagai Capres dan Ganjar Pranowo sebagai Cawapres. Atau sebaliknya Ganjar yang Capres dan Puan sebagai Cawapres. Namun, mayoritas tokoh di tingkat pusat menginginkan Puanlah yang harus diposisikan sebagai Capres. Disamping tingkat kelayakan yang lengkap seperti dituturkan di depan, juga karena posisi struktural sekarang, Puanlah yang menjadi penggerak partai. Sementara Ganjar bisa disebut tokoh agak pinggir di dalam partai, karena intensitasnya rendah di pusat, akibat konsentrasi Ganjar kepada tugas sebagai Gubernur. Pada sisi yang lain, Ganjar banyak mendapat dukungan dari tokoh PDIP daerah. Mengingat popularitas dan elektabilitas Ganjar menurut hasil survei jauh melampaui Puan. Kedaulatan Partai Menghadapi situasi ini, Ketum PDIP Megawati sangat menentukan keputusan akhirnya. Sepanjang yang kita tahu, Ibu Mega masih belum banyak bicara di publik. Jika kita mencoba menduga-duga apa yang sedang disiapkan Bu Mega yang hendak disampaikan dalam pengarahannya kepada para pengurus dan kadernya. Mungkin Bu Mega akan memberikan rambu-rambu tegas sebagai berikut: Rambu-rambu pertama adalah kedaulatan partai tidak boleh terkalahkan oleh kekuatan oligarki. Maknanya PDIP sebagai partai besar dan satu-satunya yang memenuhi syarat presidential thershold, harus memimpin Indonesia. Dan PDIP tidak boleh lagi mengalami nasib seperti Pilpres-pilpres sebelumnya, di mana sebagai pemenang Pemilu harus merelakan kursi presiden untuk orang lain. Sikap Bu Mega bisa dimengerti, karena memang perjalanan sejarah PDIP tidak terlalu menggembirakan. Sejak reformasi, PDIP telah tiga kali memenangkan pemilu, yakni 1999, 2014, dan 2019. Tetapi PDIP tidak pernah benar-benar bisa mengusung calonnya menjadi presiden.  Pada awal reformasi, 1999, Ibu Mega gagal menjadi presiden dikalahkan oleh gerakan Amin Rais dengan koalisi Poros Tengah, dan yang menjadi presiden adalah Gus Dur. Kemudian pada pemilu 2014 dan 2019 PDIP harus rela menyerahkan “jatah” kursi presidennya kepada Joko Widodo.  Terutama pada gelaran Pilpres 2014, sejatinya PDIP bisa dikatakan terpaksa mencalonkan Jokowi. Karena hampir semua kader PDIP menginginkan Bu Mega yang menjadi presiden. Tapi bisa jadi karena alasan tekanan oligarki melalui pembentukan opini publik, menjadikan PDIP luluh. Karena itu, PDIP tidak boleh lagi menyerahkan lehernya kepada para pemilik modal. Mungkin Ibu Mega berpikiran, jika kekuasaan dikendalikan pemilik modal, akan tumbuh membesar dan meninggalkan idealisme dan cita-cita pendiri negeri. PDIP tidak boleh membuat Proklamator menangis di alam baka sana. Rambu-rambu kedua adalah kader PDIP harus percaya diri untuk tampil berkompetisi dengan niat yang baik, mengemban tugas mulia memimpin bangsa. Kader PDIP harus meneladani Bung Karno, siap berjuang dengan segala upaya sekaligus menanggung resiko yang hendak diterimanya. Setelah berjuang melawan dan mengalahkan penjajah Belanda, tentu sudah sewajarnya kalau Bung Karno menjadi Proklamator sekaligus bersedia menjadi presiden dan pemimpin revolusi. Dalam menghadapi Pilpres 2024, harus ada kader PDIP yang siap berjuang memenangkan partai dalam proses Pileg, sekaligus siap maju dengan gagah berani menjadi Calon Presiden. Kelas PDIP adalah Capres, bukan Cawapres. Bahwa senyatanya PDIP menjadi satu-satunya partai yang berhasil melampaui ketentuan presidential threshold. Berartibisa mencalonkan Presiden sekaligus Wakil Presiden. Karena PDIP memiliki banyak kader yang layak jadi Presiden, maka sedapat mungkin baik Capres maupun Cawapres berasal dari internal PDIP. Kemudian, karena ada dua nama yang sudah muncul di publik dan layak jual untuk mencalonkan diri dalam Pilpres kelak, maka kedua nama itulah yang hendak kita calonkan sebagai Capres dan Cawapres. Dua nama itu adalah Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Tentang siapa yang akan ditetapkan Capres dan Cawapres PDIP, harus bisa mempertimbangkan tingkat keaktifan dan tingkat loyalitasnya terhadap partai. Dengan memperhatikan arahan dari Bu Mega itu, jika hanya memperhatikan kriteria umum berkaitan dengan popularitas, kredibilitas, akseptabilitas, dan kapabilitas, maka Ganjar yang layak dicalonkan presiden. Sedangkan jika penentuannya ditambah dengan ukuran loyalitas, Ganjar dianggap telah mencederai diri dengan tindakan yang dianggap indisipliner. Maka Puanlah yang layak menjadi Capres.  Bagaimana dengan Ganjar? Mudah-mudahan saja Ganjar sudah diterima taubatnya dan akan dicalonkan menjadi Wapres mendampingi Puan. (*)