AGAMA

Babe Haikal Hasan Optimistis Umat Islam Bisa Bersatu

Jakarta, FNN  - Tokoh masyarakat yang dikenal dengan panggilan Babe Haikal Hasan merasa optimistis umat Islam di Tanah Air bisa bersatu.  Oleh karena itu dia mengimbau seluruh elemen muslim untuk membangun optimisme persatuan umat Islam. Kepada wartawan di Jakarta, Ahad (22/5/2022), Haikal Hasan mengatakan ujian terberat yang dihadapai umat Islam adalah persatuan.  Sejarah telah membuktikan ketika bangsa ini dijajah Belanda, perlawanan berbagai kerajaan Islam di bumi nusantara ini, tak mampu mengusir penjajah. Dengan rahmat Alloh, para pemimpin mulai menyadari untuk bersatu dan menjadi sebuah bangsa yang bernama Indonesia. Akhirnya, Indonesia meraih kemerdekaannya pada 17 Agustus 2022. Inilah yang dikenang Babe Haikal Hassan ketika menggelar Parade Tauhid Nasional pada 16 Agustus 2015 lalu sebagai rasa syukur terhadap 70 tahun kemerdekaan Indonesia.  \"Ane termasuk salah satu ketua dalam Parade Tauhid itu,\" ungkap Haikal. Ia berhasil melobi para ulama, ustadz dan para habib seperti Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Bachtiar Nasir, KH. Abdullah Gymastiar (Aa Gym), KH. Abdul Rasyid Abdulloh Syafi\'i, KH. Cholil Ridwan, Ustadz Abu Jibril, Habib Rizieq Muhammad Syihab dan banyak tokoh lagi lintas ormas Islam untuk duduk dalam satu panggung.  \"Umat Islam itu terbukti bisa bersatu kok sebagaimana pesan nabi jadilah hamba Alloh yang bersaudara,\" tegasnya. Parade Tauhid Parade Tauhid Nasional yang mengusung bendera merah putih dan syiar bendera tauhid ini diikuti oleh ribuan orang dan mereka berkumpul di bunderan HI Jakarta Pusat. Acara ini pun berhasil menyatukan para ulama dan habaib.  Berkah persatuan itu pula, menurut Babe Haikal, umat ramai-ramai protes ketika ada pelecehan terhadap Al Qur\'an Surah Al Maidah 51 oleh Gubernur DKI waktu itu Ahok  hingga berujung pada aksi 411 dan aksi 212 yang fenomenal.  \"Ane ikut ramai-ramai merancangnya, jadi yang ane pikirin sampai saat ni bagaimana kita terus bersatu, ane gak berubah tetap tegak lurus,\" ungkapnya seraya mengutip ayat dalam Al-Qur;an,\" dan berpegang teguhlah kepada tali Alloh, dan janganlah berpecah belah,\" (QS Ali Imron: 103). Namun, umat Islam akan selalu diuji seberapa kokoh persaudaraannya. \"Karena itu Jangan saling fitnah, saling curiga, jangan saling mengambil kesimpulan sesaat, lakukan tabayun, itu prinsip dalam Islam, tapi  kalau dibilang ane berkhianat dan menyeberang, cukupnya Alloh sebagai saksi, \" tegas Babe Haikal. (*)

Da'i Muda Muhammadiyah Silaturahmi dengan UBN

Jakarta, FNN --Ustaz Bachtiar Nasir (UBN) menerima kunjungan silaturahmi sejumlah Da\'i Muda Muhammadiyah, Rabu (18/5/2022). Silaturahmi berlangsung di kediaman UBN di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Pada kesempatan ini, UBN memberikan wejangan terkait posisi strategis Da\'i Muda Muhammadiyah. Menurut UBN, Da\'i Muda Muhammadiyah dapat berperan mendakwahkan pemikiran orisinil pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan. \"Organisasi yang saya bangun ini (AQL), mengambil dari akar pemikiran Kiai Ahmad Dahlan, \" ujar UBN yang juga pendiri dan pimpinan Arrahman Quranic Learning (AQL) Center.  UBN berpesan agar da\'i Muhammadiyah bersikap indipenden dan jangan sampai lepas dari ajaran  pendiri Muhammadiyah. Tidak boleh lepas dari akar ajaran Kiai Ahmad Dahlan. \"Jika lepas, maka orang-orang Muhammadiyah, akan keluar, dan membangun serta mengembangkan prinsip-prinsip dasar yang dipegang oleh pendahulunya,\" ujar UBN.  Ustadz Reza Martondang yang menjadi koordinator Dai Muhammadiyah sepakat, bahwa Da\'i Muda menjadi ujung tombak untuk mendakwahkan kembali prinsip-prinsip pendiri Muhammadiyah. Strateginya tentu dengan mencetak kader-kader Da\'i Muda, lalu ditempatkan di lembaga pendidikan, mulai dari TK sampai kampus, sehingga akar Muhammadiyah yang sudah dibangun Kiai Ahmad Dahlan tidak lepas. (TG)

ICMI Harus Bisa Merebut Masa Depan

Serpong, FNN ---- Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) harus pro aktif dalam perubahan dan harus memiliki andil besar dalam merebut masa depan.  Demikian dikatakan Ketua Umum ICMI Pusat,  Prof. Dr. Arif Satria,  ketika menjadi pembicara kunci pada acara Silaturahmi Kerja Daerah (Silakda) dan Halal Bi Halal ICMI Orda Tangerang Selatan, Jumat (13/5/2022),  di Auditorium Universitas Pamulang (Unpam).   \"Dalam menghadapi masa depan, setidaknya kita harus memiliki kemampuan merumuskan visi, kemampuan strategi yang fleksibel dan kemampuan eksekusi,\" kata Arif Satria yang juga Rektor Insitut Pertanian Bogor (IPB).  Dalam kesempatan tersebut, Arif Satria menguraikan tema ICMI dan Tantangan Masa Depan Dalam Konteks Keummatan dan Kebangsaan.   Saat ini, jelas Arif, kita menghadapi dan harus siap dengan perubahan, dimana masa depan itu dipenuhi dengan ketidakpastian. Namun cara terbaik meraih masa depan adalah dengan menciptakannya hari ini, dan kita harus andil dalam memprediksi masa depan serta harus menjadi bagian dari masa depan.  Oleh karena itu, cara berpikir kita juga harus berpikir ke depan, dan jangan sering terjebak atau berada dalam cara berpikir masa lalu.  ICMI Tangsel Gercep Silakda ini merupakan Silakda pertama setelah Kepengurusan ICMI Orda Tangsel periode 2021-2026 dilantik pada 9 April 2022. Silakda ini dirangkaikan juga dengan Halal Bi Halal,  Dalam Anggaran Rumah Tangga ICMI disebutkan Silakda merupakan pertemuan atau forum komunikasi kekeluargaan untuk menyusun dan membahas pelaksanaan program kerja serta evaluasi berkala termasuk masalah koordinasi yang menyangkut kepentingan bersama atau kebijakan publik. Silakda dibuka secara langsung oleh Benyamin Davnie selaku Ketua ICMI Orda Tangsel yang saat ini juga menjabat sebagai Walikota Tangsel. Dalam sambutannya Benyamin Davnie menyampaikan bahwa dalam Silakda ini  mengharapkan kepada seluruh bidang untuk mempersiapkan program kerjanya secara matang, terukur dan terkontrol, baik dari substansi maupun output dan outcomenya.  Benyamin Davnie juga berharap ICMI Orda Tangsel pada periode ini dapat berkontribusi nyata dalam pembangunan Kota Tangsel, dengan tetap mengingatkan tiga Dimensi Khittah atau Wawasan dan Kebijakan Asasi ICMI, yaitu Dimensi Ke-Islaman, Dimensi Ke-Indonesiaan, dan Dimensi Ke-Cendekiawanan sebagai pegangan dalam merumuskan program kerja ICMI dan aktivitas pengurus ICMI.  Dalam Silakda ini, Prof. Dr. Lili Romli selaku Ketua ICMI Orwil Banten memberikan sambutan dan mengapresiasi gerak cepat Orda Tangsel dalam melaksanakan Silakda, tidak lama setelah pelantikan dilaksanakan pada tanggal 9 April 2022.  Dalam sambutannya, Lili Romli menekankan agar program yang dirumuskan dapat disinergikan secara optimal dengan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lainnya dengan tetap mengedepankan nilai-nilai dan khittah ke-ICMI-an.  Lili Romli juga menegaskan agar program kerja dipastikan memiliki manfaat bagi masyarakat secara umum, karena kecendekiawanan itu bukan hanya karena ilmunya melainkan sejauhmana tingkat kepeduliannya kepada lingkungan dan masyarakatnya.  Sementara Dr (HC) Darsono sebagai ketua Yayasan Sasmita Jaya dan salah satu Dewan Penasehat ICMI Orda Tangsel menyampaikan kebahagiaannya, karena kampus Unpam menjadi tempat Silakda ICMI.  Darsono mengharapkan agar ICMI dapat memahami betul kebutuhan masyarakat sebagai rujukan dalam merumuskan program kerjanya.  Darsono juga menceritakan bahwa Unpam ini kampus dengan biaya murah namun bukan murahan, karena melihat banyak masyarakat tidak mampu kuliah yang disebabkan mahalnya biaya pendidikan. sampai disini, Unpam hadir untuk menjawab kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah agar bisa tetap kuliah dan sukses dalam hidupnya.  (TG)

Syahganda Nainggolan: Tahun Ini, Gerakan Rakyat Lawan Islamophobia dan Oligarki

Jakarta, FNN - Tokoh aktivis Mahasiswa ITB yang pernah dipenjara rezim Soeharto dan Jokowi, Syahganda Nainggolan menyebutkan pemulihan sistem demokrasi dan agenda menghancurkan dominasi oligarki dalam tatatan politik harus selesai tahun ini. Demikian pula terkait perlawanan terhadap bentuk-bentuk Islamophobia yang berkembang di sekitar rezim ini juga harus tuntas pada tahun ini melalui berbagai perlawanan gerakan mahasiswa beserta unsur lainnya di tanah air. Hal tersebut disampaikan Syahganda Nainggolan dalam diskusi refleksi 24 tahun Reformasi, Menarik Benang Merah Gerakan Mahasiswa dari Masa ke Masa: Perlawanan Terhadap Oligarki yang diselenggarakan Masika-ICMI di Jakarta, Kamis (12/5/2022) malam. Menurut Syahganda, tatanan demokrasi telah dikerdilkan oleh rezim Jokowi termasuk melakukan gerakan Islamophobia beserta pemberangusan kebebasan sipil, berbagai pelanggaran HAM, dan \'illiberal democracy\'. Selain itu, kekuasaan rezim ini juga telah memberikan kedaulatan penuh dan tanpa batas bagi kelompok oligarki yang terdiri dari para pemodal asing. \"Kaum pemilik modal menguasai seluruh tatatan politik nasional, bahkan lebih lagi dalam hal mafia minyak goreng. Dengan demikian, pemerintahan Jokowi gagal melindungi kemartabatan hidup segenap rakyat Indonesia,\" ujarnya. Ditambahkan, cita-cita atau semangat reformasi yang mengedepankan demokrasi, superioritas hukum, HAM serta keadilan bagi rakyat jelata malah kian menjauh dan tercoreng dari harapan rakyat. \"Bahkan, penangkapan Habib Rizieq dan para ulama serta para aktifis demokrasi, dan pemberangusan hak-hak berekspresi dan  berdemokrasi sudah seperti mimpi di siang bolong yang tak lagi digubris oleh kekuasaan rezim ini dengan melibatkan berbagai jaringannya, sekaligus adanya fakta di tengah kita terkait supremasi kelompok oligarki telah merusak tata kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagaimana menjadi dasar perjuangan untuk kembali pada cita-cita reformasi politik yang diperjuangkan oleh mahasiswa dan seluruh elemen pejuang kerakyatan lain seperti buruh dan berbagai ormas yang tetap setia di jalan perubahan.\" \"Oleh karena itu, semua gerakan mahasiswa, gerakan buruh dan kaum ulama harus bersatu merebut demokrasi dan menyingkirkan kaum oligarki. Hal ini harus terjadi sebelum pemilihan 2024. Sebab, agenda pemilu ke depan tidak boleh melahirkan sistem demokrasi palsu sebagaimana yang berjalan saat ini, di mana rakyat tidak berdaulat,\" papar Syahganda. Konkretnya, lanjut Syahganda, pemerintahan Jokowi harus dipaksa membebaskan semua tahanan politik di antaranya Habib Riziek Shihab (HRS) dan lain-lain, juga melakukan reformasi agraria secara total guna mendorong keadilan sosial bagi kehidupan seluruh rakyat Indonesia. (sws)

Agama, Spiritulitas dan Humanitas

Oleh: Imam Shamsi Ali - Presiden Nusantara Foundation New York, FNN - Senin malam, 9 Mei 2022, saya mendapat kehormatan menyampaikan ceramah kunci (keynote speech) pada acara pertemuan interfaith tahunan dan pemberian penghargaan kepada beberapa tokoh agama di Florida US. Acara ini diadakan dengan kolaborasi antara Interfaith Center Northeast Florida dan University of North Florida.  Tema yang diusung adalah “Our Common Humanity: together we build a better world”. Intinya kira-kira menenkankan bahwa basis koneksi antara manusia itu ada pada kemanusiaan itu. Dan atas dasar kemanusiaan itu dengan segala perbedaannya manusia bisa bekerjasama untuk membangun dunia yang lebih baik.  Salah satu poin penting dari pesentasi saya adalah menekankan kembali urgensi memahami makna “insaniat” atau kemanusiaan manusia. Rujukan saya dalam mengelaborasi poin ini adalah surah Al-Hujurat ayat 13.  “Wahai manusia, sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan kalian dari seorang pria (Adam) dan seorang wanita (Hawa) dan menjadikan kalian berbagai bangsa dan suku untuk saling mengenal. Sesungguhnya yang termulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti”.  Salah satu dari makna terpenting dari sekian banyak makna (pelajaran) yang saya samppaikan dari ayat ini adalah makna “kemanusiaan” (insniat). Seruan Allah “wahai manusia” pada ayat ini sejatinya mengingatkan kita akan sebuah hakikat terpenting tentang hidup dan esensi relasi antar manusia.  Seruan kemanusiaan ini merupakan penekanan akan realita manusia sesungguhnya. Bahwa manusia itu bukan pada fisiknya dan afiliasinya. Bukan bentuk tubuhnya atau warna kulitnya. Tapi ada esensi manusia ada pada apa yang disebut “insaniat” (kemanusiaan).  Kemanusiaan ini pulalah sejatinya yang dasar koneksi atau relasi antar sesama manusia. Sebab “insaniat” inilah yang menjadi “common ground” (pijakan bersama) yang tidak diperselisihkan. Manusia secara warna kulit, bahasa, ras dan etnis, bahkan keyakinan (faith) boleh berbeda. Perbedaan itu bahkan menjadi bagian dari sunnatullah. Tapi “insaniat” tidak akan pernah berubah. Sehingga ikatan terkuat antar manusia itu ada pada kemanusiaannya.  Jika kemanusiaan (insaniat) ini dipahami secara agama maka sesungguhnya  itulah nilai “spiritulitas” (ruhiyah). Sehingga pernah saya sampaikan bahwa manusia itu terdefenisikan sebagai “wujud spiritualitas yang bertengger pada eksistensi fisikalnya” (spiritual being in a physical body).  Berdasarkan pemahaman yang demikian sejatinya interfaith itu dapat terbangun. Dengan kata lain, agama-agama yang bersifat pertikular (masing-masing dengan keunikannya) itu memang plural (berbeda-beda). Tapi semua agama-agama itu memilki ikatan universal tadi (spiritualitas).  Dengan demikian apapun keyakinan atau agama seseorang, terlepas dari pemahaman partikular keagamaannya, memiliki ikatan dengan spiritulitas yang bersifat universal tadi. Sehingga perbedaan agama-agama tidak seharusnya menjadikan manusia saling terpecah, apalagi saling memusuhi dan berperang.  Masalah kebenaran pada masing-masing agama yang bersifat partikular (unik/khas) itu menjadi hak masing-masing pemeluk agama. Dalam bahasa agama Islam: “lakum diinukum wa liya diin” (bagimu agamamu dan bagiku agamaku).  Pada tataran ini masing-masing pemeluk agama meyakini agamanya sebagai kebenaran. Tapi keyakinan ini tidak menafikan adanya aspek universal (spiritulitas) tadi. Sehingga keyakinan kebenaran pada masing-masing agama tidak harus menjadi alasan untuk saling berpecah, apalagi bermusuhan dan berperang. Di sìnilah keunikan Islam. Di satu sisi mengajarkan kebenaran mutlak itu (Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam). Tapi pada saat yang sama merangkul keragaman (tidak menafikan adanya yang lain). Bahwa secara partikular (khusus) Islam adalah kebenaran. Tapi merujuk kepada “common ground” tadi (insaniat atau spiritulitas) manusia bisa bersama-sama membangun dunia ini menjadi kediaman yang indah untuk semua manusia. Itulah salah satu poin yang saya sampaikan pada pertemuan tahunan interfaith kemarin malam di Florida yang dihadiri oleh tokoh-tokoh agama, akademisi, dan beberapa pejabat pemerintahan setempat.  Tak lupa di awal presentasi saya menyampaikan candaan bahwa saya adalah “a proud New Yorker”. Kebanggaan saya sebagai orang New York karena kenyataan bahwa New York adalah “a bridges city” (kota jembatan). Ketika ada yang berusaha membangun dinding (walls) warga New York justeru membangun jembatan. Dan mereka yang membangun dinding tidak akan betah tinggal di kota New York.  Candaan ini sebenarnya sindiran saya kepada Donald Trump yang tidak saja memang membangun dinding di perbatasan US-Meksiko. Tapi sikapnya yang menjadikan warga Amerika terpolarisasikan. Perpecahan warga berdasarkan ras dan warna kulit, hingga ke pemeluk agama-agama sangat terasa. Awalnya saya khawatir jika masyarakat Florida banyak pendukung Trump. Ternyata yang hadir nampak menikmati sindiran itu. Mereka pun tertawa, paham dengan maksud saya.  Udara Jacksonville-NYC, 10 Mei 2022

Presiden AS Open House dengan Muslim di Istana, Jokowi Harus Belajar dari Joe Biden

Jakarta, FNN -  Pengamat Politik Rocky Gerung menyoroti Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang merayakan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 2022 di Gedung Putih bersama masyarakat pemeluk agama Islam. Rocky Gerung menyototi momen Lebaran di Amerika Serikat lantaran Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) justru absen dari Istana dan lebih memilih merayakan Lebaran di Yogyakarta. \"Presiden Jokowi seharusnya belajar dari Biden bagaimana memperlakukan umat Islam secara baik,\" katanya kepada wartawan senior FNN Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official,  Sabtu, 07 Mei 2022. Rocky menegaskan bahwa dirinya sebetulnya iri dengan kehidupan yang penuh etis di AS yang dipimpin oleh Joe Biden yang memperlihatkan bahwa jangan sekali kali memberi sinyal islamopobia.  \"Itu yang harus didengar oleh pemimpin di sini termasuk LSM, masyarakat sipil di sini yang menganggap Indonesia hanya bisa dilanjutkan kalau islamopobia dipakai terus untuk melakukan pembelahan. Belajarlah dari Biden,\" paparnya. Lebih lanjut Rocky menegaskan bahwa apa yang dilakukan Biden adalah sindiran halus terhadap pemimpin negara lain yang masih gemar melakukan permusuhan terhadap Islam. \"Ini sinisme yang sangat bagus hari ini ditunjukkan oleh Joe Biden melakukan pendekatan yang maksimal dalam mengabarkan kepada dunia bahwa Islam dalam ancaman,\" tegasnya. Anehnya, kata Rocky Indonesia justru terus mengolah isi-isu Islam. \"Padahal semua isu radikalisme itu bersumber dari kekacauan ekonomi dan kemelaratan manusia. Kalau manusia bahagia dan baik baik,  tidak akan ada radikalisme atau fundamentalisme,\" tegasnya. Isu radikalisme lanjut Rocky adalah isu yang sengaja dibuat untuk menutupi ketidakadilan sosial. Biden juga mengutip ayat Al Qur\'an yang artinya Tuhan menciptakan manusia berkaum-kaum untuk saling mengenal. Biden juga jelas perhatiannya kepada muslim Rohingya dan Uighur. Rocky menegaskan bahwa isu agama secara global dibaca bagus oleh Amerika. Dan Amerika sering bermain diplomasi di soal-soal seperti ini. \"Tapi musti paham bahwa dunia ini ada revabelisme dalam politik Islam. Yang kita takutkan bukan revaibelisme itu, tetapi impacknya ke dalam cara cara kita mengelola perbedaan ini. Kalau memang ada perkembangan politik Islam, ya karena Islam memang mayoritas di Indonesia. Kenapa musti ditakuti sesuatu yang secara sosiologis memang mayoritas.  Bisa gak pemerintah bersikap adil terhadap ekonomi rakyat yang mayoritas beragama Islam,\" pungkasnya. Sekali lagi Rocky menegaskan bahwa basis radikalisme itu adalah ketidakadilan sosial. Rocky sangat menyayangkan bahwa ia melihat orang-orang Istana justru mengolah isu Islam untuk membuat kegaduhan di kalangan publik. Nah, di Indonesia justru kalangan istana yang terus mengolah isu Islam,\" tuturnya. (Ida, sws)

Ketika Jokowi Bingung Beribadah

Oleh M. Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan TENTU aneh jika ibadah itu membingungkan. Bagi pelaksana ibadah yang khusyu dan ikhlas ibadah itu menenangkan dan menyenangkan. Iman yang kuat menjadi modal bagi petunjuk dari Allah SWT. Muslim diingatkan bahwa taat beribadah itu menjadi sebab bimbingan Allah SWT. Artinya tidak mungkin dibuat bingung.  \"falyastajiibuu lii wal yu\'minuu bii la\'allahum yarsyuduun\"--maka ikuti syari\'at-Ku dengan iman kepada-Ku, niscaya mereka akan terbimbing dan tercerahkan (QS  2: 186). Lebih jelas \"alaa bidzikrillahi tathmainnul quluub\"--ketahuilah dengan ingat (ibadah) kepada Allah maka akan tenang jiwa/hati (QS 13: 28). Ibadah itu dapat membuat bingung jika ada motif atau terdapat banyak pertimbangan untuk melaksanakan ibadah tersebut. Apakah motif politik, pertimbangan harga diri, atau mengarusutamakan pencitraan.  Fenomena Presiden Jokowi melaksanakan shalat Ied  1443 H di Yogyakarta cukup menarik. Netizen banyak yang melemparkan kritik. Mengapa tidak shalat bersama Menteri dan pejabat tinggi lain di Masjid Istiqlal Jakarta  ? Masjid Negara di Ibukota. Usut punya usut rupanya dugaan kuat hal ini berhubungan dengan penyelenggaraan ibadah shalat Ied di Jakarta International Stadium (JIS) yang dihadiri oleh Anies Baswedan.  Rupanya ibadah shalat Ied saat ini membingungkan pak Presiden. Jika shalat di Masjid Istiqlal dan jumlah jama\'ah tidak se membludak di JIS, maka publik termasuk media akan membandingkan pengaruh dan wibawa kedua pejabat Jokowi dan Anies. Dan hal Ini tentu menyangkut prestise politik sang Presiden sendiri.  Jika Jokowi konsisten \"bersahabat\" dengan Anies sebagaimana kunjungan ke Sirkuit Formula E Ancol yang lalu yakni dengan melaksanakan shalat Ied di JIS, maka lagi-lagi publik dan media akan menilai \"kekalahan\" kesekian kali Jokowi. Di samping tentu akan menuai marah dari kubu Megawati yang semakin kurang akur akhir-akhir ini.  Pilihan politik atas kondisi yang membingungkan ini ya hengkang dari Jakarta menuju Istana Yogyakarta. Mengapa bukan Surakarta kampung halamannya  ? Ini pun membingungkan sebab jika \"mudik\" ini terjadi, akan melanggar fatsoen lebaran yaitu anak yang pulang untuk berkumpul dengan orang tuanya bukan ayah bunda yang pulang ke rumah anaknya.  Kata Wamenag alasan shalat Ied di Yogyakarta karena Jokowi ingin menyapa warga dan Yogyakarta pernah menjadi Ibu Kota Negara. Entah relevan atau tidak alasan ini faktanya Jokowi tidak shalat di Jakarta. Para Menteri juga bertebaran shalat di mana mana, terpisah dan terpecah-pecah. Magnet Wapres KH Ma\'ruf Amien yang shalat di Istiqlal tidak begitu kuat.  Pikiran nakal bisa juga muncul, jangan-jangan pilihan shalat di Yogyakarta itu akibat dari bisikan gaib. Yogya tempat yang pernah menjadi ibu kota lama dan ingin memiliki ibu kota baru. Untung tidak ada bisikan untuk sholat Ied di IKN Kalimantan. Jama\'ah terbatas atau seorang diri. Selfi lagi. Bisa berabe menghadapi komentar publik kalau begini.  Pandangan Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad yang menyayangkan Presiden tidak shalat Ied di Istiqlal sangat wajar. Semestinya Jokowi menang harus mendeklarasikan diri tetap sebagai Presiden Republik Indonesia yang berkedudukan di Jakarta, bukan warga negara biasa yang harus ikut-ikutan mudik. Lucunya baru Prabowo yang menghadap dan berhalal bil halal di Istana Yogyakarta. Mungkin ada maunya, nih.  Presiden minta rakyat berhalal bil halal tanpa makan dan minum, tapi di Yogyakarta Jokowi dan Prabowo berhalal bil halal dengan makan dan minum hidangan opor dan tempe bacem. Membingungkan. Dari urusan ibadah hingga makan minum ternyata membingungkan.  Semoga bangsa Indonesia kelak tidak memiliki pemimpin yang terus menerus bingung apalagi linglung.  Bandung, 4 Mei 2022

Presidium ARM, Nico Silalahi, Berkunjung ke Rumah DPD RI

Jakarta, FNN - Aktivis Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) mendatangi Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, di Kediaman Ketua DPD RI, kawasan Kuningan, Jakarta itu. Aktivis ARM menyampaikan aspirasi mengenai laju bangsa yang telah dikuasai oleh oligarki. Pada pertemuan itu, Ketua DPD RI didampingi Senator asal Aceh, Fachrul Razi. Sementara aktivis ARM yang hadir adalah sejumlah Presidium, di antaranya Menuk Wulandari, Ida Nurhaida, Tita, Silvia Christie, Esa dan Nico Silalahi. Presidium ARM, Nico Silalahi, mengatakan tak ada lagi harapan yang bisa diandalkan untuk menyalurkan aspirasi selain DPD RI.  \"DPR sudah tidak bisa diharapkan lagi. Saat ini, negara kita sudah dibajak oligarki. DPD RI adalah palang pintu untuk menghalau hal tersebut sebagai satu-satunya saluran aspirasi rakyat,\" kata Nico, Selasa (3/5/2022). Dikatakannya, tersumbatnya saluran hal politik rakyat untuk dipilih sebagai kandidat Presiden dan Wakil Presiden adalah salah satu bukti bahwa oligarki sudah mencengkeram begitu kuat bangsa ini. \"Hak rakyat tak diberikan dalam mencalonkan diri selain calon yang disodorkan oleh partai politik dan gabungan partai politik. Tentu ini sangat menciderai konstitusi kita,\" kata Nico. Ida Nurhaida, Presidium ARM lainnya, menambahkan dalam waktu dekat, pihaknya akan menggelar konsolidasi Nasional di depan Gedung DPR RI untuk menyampaikan sejumlah tuntutan mereka. \"30 ribu buruh korban PHK akibat pemberlakuan Omnibus Law sudah siap untuk bergabung. Kita harus luruskan kembali arah bangsa yang sudah melenceng jauh,\" kata Ida. Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, sependapat jika arah perjalanan bangsa ini mesti diluruskan karena sudah melenceng jauh dari konstitusi. \"Namun, cara-cara yang ditempuh juga harus sesuai dengan Undang-Undang. Jangan sampai kita mau meluruskan arah perjalanan bangsa ini dengan cara-cara yang inkonstitusional,\" kata LaNyalla. Senator asal Jawa Timur itu melanjutkan, sebagai bagian dari rakyat, ARM mempunyai hak melekat yang tak dapat diganggu-gugat untuk mengontrol jalannya pemerintahan. \"Tapi sekali lagi, harus konstitusional. ARM juga punya hak untuk mengontrol laju jalannya pemerintahan. Justru bagi saya, seharusnya kita berterimakasih terhadap semua elemen yang melakukan kontrol terhadap pemerintah, karena kepedulian itu masih ada,\" kata LaNyalla. Sebagai Pimpinan Lembaga Negara, LaNyalla mengaku menjalankan amanah sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai wakil rakyat. Sejauh ini, katanya, sudah banyak aspirasi yang diterima oleh DPD RI. \"Ada banyak sekali aspirasi yang kami terima dan tampung. Kami akan meneruskan aspirasi itu kepadanya pemerintah, termasuk apa yang disampaikan oleh Presidium ARM hari ini,\" tutur LaNyalla. (sws)

Jokowi Tidak Sholat Idul Fitri di Istiqlal Takut Bersaing dengan Anies yang Sholat di JIS

Jakarta, FNN  - Pilihan Presiden Jokowi untuk sholat ied dan berlebaran di Yogyakarta dengan Sultan Hamengkubuwono X ketimbang di Jakarta  kembali menjadi sorotan publik. Seperti yang diketahui Jokowi membawa seluruh anggota keluarganya untuk merayakan Idul Fitri ke Keraton Yogyakarta. Menurut Pengamat Politik Rocky Gerung, sebenarnya keputusan Jokowi lebaran di Yogyakarta sudah bisa diprediksi oleh banyak orang. \"Lebaran selain bersalam-salaman juga orang berbisik-bisik siapa ketemu siapa. Dari Lebaran juga orang bisa memanfaatkan untuk berpolitik. Kenapa Jokowi berlebaran di Jogja.  Kenapa Jokowi seolah oleh menghindar dari Jakarta, karena tak ingin menyaingi Anies yang melakukan sholat ied di JIS. Takut seolah-oleh ada matahari kembar,\" katanya kepada wartawan senior FNN Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official Selasa, 03 Mei 2022. Jika Jokowi sholat di Istiqlal, kata Rocky nanti orang menghitung siapa yang datang ke JIS (Jakarta International Stadion) dan siapa yang ke istiqlal.  \"Sebetulnya tradisinya Presiden dan kabinet sholat di Istiqlal,\" tegasnya  Menurut Rocky, alasan lain mengapa Jokowi lebih memilih ke Jogja, karena gak bakal Jokowi datang ke ibu Megawati, karena Pak Jokowi Presiden. \"Apalagi kalau datang mungkin dicuekin oleh Ibu Mega kan, atau nggak diundang gitu,\" lanjut Rocky Gerung. Di sisi lain Rocky Gerung menilai bahwa Megawati pun memiliki pemikiran yang sama dengan Jokowi. \"Demikian juga ibu Mega, merasa lebih penting orang sowan ke Teuku Umar,\" ungkap Rocky Gerung. Rocky Gerung juga menambahkan bahwa Lebaran ini bisa dilihat sebenarnya Megawati merupakan pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Padahal jika dilihat kenyataannya Megawati tidak menduduki posisi jabatan apapun dalam jajaran kabinet Jokowi. \"Karena bagaimana pun, walaupun informal, tapi bu Mega itu memegang kekuasaan yang riil sebetulnya walaupun beliau tidak punya portofolio di dalam kabinet,\" imbuh Rocky. Sebagai informasi bahwa Jokowi beserta seluruh anggota keluarganya memilih Yogyakarta sebagai tujuan untuk merayakan Idul Fitri. Jokowi melakukan silaturahmi dengan anggota Keraton Yogyakarta pada Senin 2 Mei 2022. Presiden Jokowi memilih Gedung Agung, Istana Kepresidenan Yogyakarta sebagai tempat untuk beristirahat dengan anggota keluarganya. “Iya ini pertama karena saya Idul Fitri saat ini berada di Yogya, tentu saja pertama kali yang kami kunjungi untuk silaturahmi dan menghaturkan selamat hari raya, mohon maaf lahir dan batin, kepada Bapak Sultan Ngarso Dalem beserta Ibu Ratu dan keluarga,” kata Jokowi. (Ida, sws)

Jilbab, Kesalehan Sosial dan Islamophobia

Oleh Dr. Syahganda Nainggolan, Alumni ITB REKTOR Institut Teknologi Kalimantan, Budi Santoso, menghina perempuan di akun medsosnya. Dia juga menghina Islam. Menurutnya perempuan berjilbab merupakan perempuan gurun yang tidak mempunyai value (nilai-nilai) yang universal. Kenapa mahasiswi tidak mau bersalaman dengan dosennya?, Katanya.  Dia juga mengekspresikan sangat beruntung melihat penerima beasiswa negara LPDP, yang dia ikut seleksi, tidak ada yang memakai jilbab. Budi, yang juga tercatat dalam kelompok Gerakan Anti Radikalisme (GAR)- ITB, sebuah kelompok bersemangat rasis dan Islamophobia, yang memfitnah Din Syamsuddin beberapa waktu lalu, saat ini menjadi perhatian publik. Dalam tulisan saya terdahulu, \"Cadar, Cingkrang dan Kebangkitan Peradaban Islam\", 2019, saya sudah membongkar bagaimana negara, khususnya pemerintahan Jokowi, terlibat dalam semangat Islamophobia. Saat itu menteri agama dan juga menteri PAN mempersoalkan dan melarang pegawai mereka yang memakai cadar dan bercelana cingkrang. Hal ini membentuk opini terstruktur dalam lingkungan kekuasaan bahwa Islam atau Islam dalam simbolistik budaya tertentu perlu disingkirkan. Dalam tulisan itu saya menjelaskan bahwa jilbab (baca: hijab) adalah sebuah simbol perlindungan perempuan dalam Islam. Perempuan yang semakin banyak aktifitas mandiri di luar rumahnya maupun perempuan yang ditinggal suami/orang tua yang bekerja, mendapatkan simbol kesalehan yang memproteksi mereka dari interaksi sosial yang berpotensi melewati batas, misalnya ketika bertemu lelaki bukan muhrim ketika suami/orangtuanya tidak melihatnya. Konsep ini selain melindungi dan mendorong emansipasi perempuan Indonesia, tentu juga memberikan proteksi pada keluarga, sebagai institusi sosial yang paling penting dalam masyarakat. Terpilihnya rektor ITK yang Islamophobia dan  suasana, sekali lagi suasana, pemilihan rektor ITB yang Islamophobia dua tahun lalu (meski Prof Din Syamsuddin memberitahu saya Rektor ITB saat ini tidak Islamophobia), sebagai contoh, adalah keberhasilan kelompok2 anti Islam memanfaatkan struktur negara untuk kepentingannya. Persoalannya adalah apakah hal ini akan baik bagi perkembangan pendidikan di Universitas?? Kembali pada value universal yang dimaksud Budi Santoso tentang salaman, sekali lagi salaman itu adalah bagian interaksi sosial, yang tidak sepenuhnya universal. Penghormatan antara dosen dan mahasiswi dalam sebuah interaksi memang perlu dilakukan. Tapi penghormatan dan kesopanan bukan berarti harus dengan salaman dan jabat tangan. Di Arab antar lelaki saling cium pipi jika bertemu. Di Eskimo saling beradu hidung. Di Jepang mereka beradu lama menundukkan kepala. Di Indonesia dua telapak tangan disatukan dekat ke dada. Dan banyak cara lainnya. Di Belanda, antar lawan jenis, misalnya, selain bersalaman kita harus cium  pipi sebanyak 3 kali. Itu saya lakukan bertahun-tahun dalam kehidupan keluarga jika di Belanda. Di beberapa negara eropa lainnya cium pipi hanya dua kali saja. Kalau dengan kaum homoseks kita harus menepukkan beberapa kali kepunggung belakangnya tanda kita bukan gay. Jadi klaim universal itu tidaklah mutlak. Substansinya yang teramat penting adalah saling respek atau jika dosen berhadapan dengan mahasiswa, bagi dosen pemaham ortodoks atau konservatif atau gila hormat, setidaknya mahasiswa memberi kan hormat dengan cara yang mahasiswa itu nyaman melakukannya. Rezim Jokowi sudah berlangsung delapan tahun. Mahfud MD beberapa hari lalu telah mengangkat isu keterbelahan atau perpecahan di Indonesia yang begitu dalam. Ini adalah akibat semangat anti Islam atau Islamophobia yang dikembangkan rezim Jokowi. Selama delapan tahun ini saya melawan pemerintahan Jokowi dan sudah masuk penjara karena itu. Namun, saat ini situasi semakin kompleks. Ketidakpuasan rakyat sudah meluas dengan spektrum ekonomi yang parah. Kompas melaporkan hasil surveinya beberapa hari lalu, bahwa 70% orang Indonesia kesulitan makan atau membeli kebutuhan pokok. Mungkin ledakan sosial akibat persoalan konflik identiti dan struktural ini akan terjadi habis lebaran. Ketika uang habis dipake mudik. Ketika kerjaan tidak ada. Ketika biaya-biaya kebutuhan pokok, BBM dan pendidikan anak tidak terjangkau lagi. Semua akan menjadi pemicu. Persoalannya adalah apakah rezim ini punya jalan keluar? Mungkin Jokowi akan melakukan reshuffle kabinet bulan Juni? Tapi apakah itu sebuah jalan yang berarti? Lieus Sungkarisma sudah mengeluarkan isu rekonsiliasi nasional pemerintah dan oposisi. Andi Arif, ketua Bappilu Partai Demokrat, sudah mendorong adanya dialog besar yang melibatkan juga tokoh tokoh oposisi. Namun, isu utama yang harus diselesaikan menurut saya adalah Islamophobia. Seiring dengan Perserikatan Bangsa-bangsa mengeluarkan resolusi anti-Islamophia, Indonesia harus masuk pada arus besar itu. Apalagi Indonesia sesungguhnya 80an % beragama Islam. Kenapa kita justru membuat arus yang berlawanan? (Catatan Akhir Ramadhan, 1443 H)