NASIONAL

Rocky Gerung: Dari Presiden Sampai Menteri, Sibuk “Blingsatan”

MESKI masih 2 tahun lebih masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, kasak-kusuk mencari pasangan Capres-Cawapres 2024 mulai dilakukan. Padahal, juga baru reshuffle kabinet, semua dikasih masuk ke dalam, sampai partai nonparlemen yang pendukung pun dimasukkan. Tapi kalau kita lihat fenomena hari-hari ini, ternyata partai-partai politik itu sudah blingsatan ke sana-sini semua datang. Muhaimin Iskandar, misalnya, setelah partainya dengan Partai Demokrat dan PKS, tiba-tiba sekarang dia datang ke Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Dan yang menarik, “Pak Prabowo ini bukan hanya didatangi Cak Imin tapi di Hambalang didatangi juga oleh Gibran Rakabuming, anaknya Pak Jokowi, dan alasannya belajar menunggang kuda. Saya bilang ini pasti kuda politik, cari kuda tunggangan,” ungkap wartawan senior FNN Hersubeno Arief di kanal Rocky Gerung Official, Senin (20/6/2022). Bagaimana akademisi dan pengamat politik Rocky Gerung melihat hal ini? Berikut jawabannya kepada Hersubeno Arief. Saya bilang, ini pasti kuda politik, cari kuda tunggangan ya? Yang musti diwaspadai itu langkah kuda. Jadi Prabowo mungkin akan pakai langkah kuda, seolah-olah maju padahal akan ke kanan atau ke kiri. Begitu langkah kudanya. Tapi betul istilah tadi. Semua politisi akhirnya blingsatan dan itu cuma dua hal: cemas atau pingin kabur. Dua-duanya menyebabkan nggak fokus lagi pada program. Jadi buat apa ada reshuffle kalau pada akhirnya para politisi yang punya akses kekuasaan pada Istana akhirnya cari selamat sendiri-sendiri. Ini penataan lembaga politik yang kacau menyebabkan semua tokoh yang berpotensi jadi presiden kasak-kusuk kiri-kanan. Itu sebabnya yang kita ingin supaya dinolkan supaya tidak kasak kusuk. Coba kita lihat sebetulnya apa dasarnya kasak-kusuk atau takut. Jangan-jangan memang ada semacam kecemasan melihat keadaan akhir-akhir ini yang memungkinkan orang berpikir tidak sampai 2024. Jadi lebih baik sekarang saja mulai mempersiapkan, sebab kalau pemilu dipercepat ya pencalonan meski dipercepat juga kan? Jadi kecelakaan-kecelakaan semacam itu juga mesti diantisipasi walaupun tentu kita ingin supaya ada kenormalan di dalam politik. Tapi kelihatannya agak susah. Nah, ini masalah yang ditinggalkan oleh Pak Jokowi sebetulnya pelembagaan politik yang kacau menyebabkan semua jadi blingsatan. Orang semacam Pak Prabowo juga yang seharusnya stabil akhirnya terlihat galau juga hingga musti melapor pada Gibran. Kan itu jadi semacam tradisi, harus melapor pada Gibran. Dan, biasa kita anggap bahwa permainan politik Indonesia itu memang enggak ada polanya, sehingga setiap sudut yang memungkinkan dapat informasi itu dimasuki atau dilirik atau diintai. Itu faktanya. Artinya memang dalam situasi semacam ini semakin kelihatan betapa Jokowi itu betul dia itu Presiden tapi dia tidak sepenuhnya berkuasa. Dia memerintah tetapi sebenarnya perintahnya tidak ditaati oleh para bawahannya. Iya, kalau Pak Harto (Presiden Soeharto) itu memerintah sekaligus berkuasa, kalau Gus Dur (Presiden Abdurrahman Wahid) itu berkuasa tapi tidak bisa memerintah, kalau yang ini memerintah enggak, berkuasa juga enggak. Itu yang terjadi sebetulnya. Bahayanya, kalau presiden pada akhirnya menemukan dirinya tidak mampu memberi sinyal harapan, itu yang menyebabkan politiknya kasak-kusuk, peluang untuk terakhir kali menghirup sisa-sisa APBN segala macam. Kita mungkin bisa prediksi dalam dua tiga bulan ke depan kasak-kusuk ini bisa betul-betul menjadi manuver yang sangat berbahaya. Dan orang akan tinggalkan saja Istana. Apalagi kalau ekonomi memburuk, lalu mungkin yang di-reshuffle sekarang akhirnya meletakkan jabatan. Kita musti prediksi itu karena polanya betul-betul jadi liar. Terakhir saya baca Nasdem harus menerangkan bahwa mereka akhirnya memilih Andika Perkasa karena pertimbangan-pertimbangan macam-macam. Kalau Erick Thohir yang dipasang mungkin ada soal kebangsaan. Kita tidak tahu apa masalah kebangsaan dengan Erick Thohir, karena itu dipilih Pak Andika. Jadi, ada prediksi potensi kekacauan, sehingga Pak Andika musti dimunculkan. Kan di belakang analisis Nasdem begitu. Mengapa tidak Erick Thohir yang sebenarnya ratingnya lebih tinggi daripada Andika. Kenapa dipilih Pak Andika yang disebutkan bersamaan dengan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Nah itu baru sekarang kita dapat keterangan bahwa memang walaupun Pak Andika ratingnya di bawah, tetapi pemilihan calon hasil konvensi itu tidak didasarkan pada rating, tapi pada variabel-variabel kesatuan bangsa, potensi perpecahan, segala macam. Jadi sebetulnya Nasdem sendiri mencium ada bibit perpecahan. Kan gampang kita pastikan itu. Dan ini seperti kita ketahui bahwa yang terlibat dalam kampanye sana sini kebanyakan sekarang malah justru orang yang berada dalam pemerintahan. Kita sebutlah Erick Thohir, Prabowo, dan siapa lagi di kabinet yang namanya disebut potensial menjadi presiden. Saya membaca keterangan dari mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asidiqi, harusnya para menteri yang mau nyapres mundur. Dan itu ada aturannya. Itu pikiran yang akhirnya datang terlambat karena tentu semua orang sudah menganggap hal semacam itu harus didahulukan bahwa mengundurkan diri supaya bebas, tidak ada beban pada presiden. Kan Presiden setiap kali rapat dia musti cari tahu dulu menterinya ada di mana. Mungkin lagi konsolidasi partai. Kan susah juga. Jadi repot sebetulnya. Itu kan semacam permintaan untuk meneduhkan badai. Nggak mungkin. Badai nggak bisa diteduhkan. Kita tinggal berlindung dari badai sebetulnya. Jadi Pak Jimly betul, berupaya untuk membujuk para politisi ini supaya taat kode etik politik. Tapi bagi para politisi ya mungkin dia anggap bahwa ini saat terakhir, sebelum badai menerjang kita mending cari selamat masing-masing. Dan itu yang telah terbaca dalam gesturnya Cak Imin. Cak Imin mondar-mandir kiri-kanan untuk cari tempat ngumpet, dan sekaligus cari tempat untuk memperluas wilayah pengaruh. Nah, bagian ini yang tidak bisa diprediksi oleh Pak Jokowi. Pak Jokowi sendiri sibuk untuk mempersiapkan kadernya sendiri. Jadi, masing-masing orang di sana, dari Presiden sampai menteri, sibuk untuk blingsatan. Kalau dulu sibuk blusukan, sekarang sibuk blingsatan. Sebenarnya soal-soal begini tidak perlu menunggu aturannya, ada atau tidak. Kalau etikabilitas dijunjung tinggi orang mungkin tanpa diingatkan oleh ahli hukum tata negara seperti Pak Jimly, sudah tahu. Ya, bagaimana mungkin Pak Jimly akhirnya musti ucapin itu. Artinya, dia merenungkan bahwa memang bangsa ini sudah hancur. Sebagai mantan ketua Mahkamah Konstitusi, bikin saja move untuk menekan MK supaya nol persen. Kalau Pak Jimly misalnya majukan petisi 0% atau judicial review ke MK, itu mungkin ketua MK-nya akan merasa bahwa ini semacam sindiran walaupun nggak diproses. Tapi nama Pak Jimly itu akan diingat oleh publik, Jimly Asshidiqie sebagai orang yang pernah berumah di Mahkamah Konstitusi meminta supaya rumah itu mengembalikan demokrasi ke nol persen. Itu kan jadi headline juga. Itu saya kira lebih berguna daripada mengimbau menteri-menteri supaya mengundurkan diri. Itu berat. Itu kalkulasi politiknya nggak akan dianggap oleh para politisi. (mth/sws)

Hersubeno: Pencapresan Dari Nasdem Pelampung Penyelamat Bagi Anies

Jakarta, FNN – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merupakan salah satu nama yang diusungkan oleh Partai NasDem menjadi Bakal Calon Presiden (Bacapres) 2024.  “Pencapresan Anies Baswedan oleh Partai Nasdem dapat dikatakan sebagai pelampung penyelamat bagi Anies, bila Anies tidak dimasukkan oleh Nasdem maka secara teoritis dan praktis Anies bakal menjadi figure popular yang melayang-layang di udara, tidak ada partai yang mengusungnya,” tutur salah satu Jurnalis Senior Forum News Network (FNN) Hersubeno Arief dalam kanal Youtube Hersubeno Point, Senin, 20 Juni 2022. Hal ini, kata Hersu, disebabkan terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu yang terdiri dari PAN-Golkar-PPP. Maka dari itu secara teoritis peluang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah tertutup atau sangat berat untuk muncul dalam Bakal Calon Presiden. Pasalnya, kalau kita hitung-hitungan Parlemen ada 9 Partai Politik dengan jumlah kursi 575, dengan PT 20 persen atau 115 kursi. Dengan tiket yang dimiliki kita tahu bahwa ada upaya akan menjadikan Anies berpasangan dengan Puan Maharani. Namun apabila terwujud Anies akan selamat karena mendapatkan tiket, bahkan sangat akan ada partai lain bergabung. Sebaliknya PDIP juga bagus karena akan menutuputi elektabilitas Puan Maharani yang sangat rendah. Hersubeno mengungkapkan realitasnya sangat berat untuk menyatukan pendukung Anies yang mayoritas Islam, terdidik, berasal dari perkotaan, intelektual sedangkan pendukung Puan yang kurang terdidik, dan berada di desa, bahkan secara ideologi pendukung Anies sudah menolak secara paksa dipasangkan dengan Puan karena Anies merupakan kelompok Islam radikal. “Jadi sejauh ini lebih terdengar enak tapi sulit atau dapat dikatakan to good to be true, sulit untuk diwujudkan,” kata Hersubeno Arief Lebih lanjut, Hersubeno menyinggung apabila asumsi bahwa Koalisi Indonesia Bersatu terwujud dan Anies dan Puan juga akan menjadi pasangan Capres terwujud, atau PDIP mengusungkan anggotanya sendiri, berarti hanya tersisa Gerindra, Demokrat, PKB, NasDem. Gerindra sudah mematok harga mati yang akan mengungsungkan Prabowo sebagai Capres dengan pasangan Cak Imin dari PKB. Soal peluang antara Prabowo dan Cak Imin sudah bertemu kalau kedua partai berusung menjadi Capres dan Cawapres. Tetapi menurut Hersubeno, Prabowo berharap bisa menggandeng PDIP dengan skenario Puan, dikarenakan pasangan Prabowo dengan Cak Imin akan sangat sulit. Hersubeno menjabarkan, Koalisi Indonesia Bersatu dugaan kuat akan mengusungkan Jokowi maju atau kalau tidak Ganjar Pranowo. PKB, Gerinda akan mengusungkan Prabowo dan Cak Imin, PDIP mengusungkan calon sendiri. Nasdem, PKS, Demokrat tersisa 163 atau 28,65 persen, apabila ketiga partai itu  bergabung bakal menjadi koalisi terbesar di DPR-RI. Sekretaris Jenderal PKS sudah sepakat dengan Surya Paloh mengusungkan Anies, Demokrat melalui SBY juga sudah sepakat terlebih dahulu. Tapi, ternyata, dalam politik tidak mudah seperti itu, harus jelas, kalau Anies diusungkan Capres siapakah Cawapres? Sekjen PKS tidak mau berada di luar pemerintahan 2024 artinya mereka dipastikan mendukung calon yang mereka pastikan akan menang begitu juga Demokrat juga sudah saya pastikan tidak mau jadi oposisi 2 periode di luar pemerintahan. Menurutnya, kalau Pemerintahan Jokowi melemah, Koalisi Indonesia Bersatu bakal bubar karena saya menyebutkan koalisi ini kawin paksa. Sebagai gambaran prediksi pilpres, Cakra Nusantara membuat kalkulisasi ada 4 pasang: Ganjar-Khofifah dari Golkar, PPP, PAN. Anies-AHY dari d]Demokrat, PKS, Nasdem. Puan-Erick Thohir PDIP, Prabowo-Cak Imin PKB Gerindra. Anda percaya? Walaupun sangat ideal? Tapi Hersubeno tidak yakin akan terwujud karena design itu bukan yang diinginkan pemerintahan oligarki, dari pemerintahan yang berkuasa saat ini, mereka sudah merancang pilpres ini dengan calon tunggal yang mereka siapkan, jadi paling banyak 2 pasang, yaitu sebagai bonekanya. “Kalau sekarang Ketua Umum dan Politisi beranuver hanya gimmick saja, untuk menaikan elektabilitas partai masing masing,” tegas Hersubeno Arief. (mth/sws)

Hersubeno: Usung Anies dan Ganjar, Surya Paloh Siap Hadapi Jokowi

Jakarta, FNN – Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh mengumumkan tiga nama yang akan menjadi Bakal Calon Presiden (Bacapres) dalam Pilpres 2024 pada Jumat (16/6/22) malam. Pertama, Anies Rasyid Baswedan Gubernur DKI Jakarta, kedua Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah, ketiga Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Tiga nama itu diumumkan Surya Paloh berasal dari peserta Rakernas yang melalui proses dari bawah. Seleksi diawali dengan rapat paripurna yang dihadiri oleh 32 DPW dan selanjutnya diseleksi oleh Steering Committee. Pada saat pengusulan, Anies mendapat 32 dukungan dan menduduki peringkat pertama. Kemudian diikuti Ganjar Pranowo dengan 29 suara. Erick Thohir dengan 16 suara, dan Andika Perkasa jauh tertinggal dengan 13 suara. Namun, nama Erick yang masuk usulan tereliminasi dalam rapat pleno. Setelah itu, Ketua Umum NasDem akan mempersempit tiga nama menjadi satu nama untuk diusung sebagai capres definitif. Nama yang satu ini diprediksi baru akan ditentukan Surya Paloh pada akhir tahun. Diusungnya ketiga nama tersebut oleh Partai NasDem ternyata mengundang banyak komentar tokoh. Salah satunya adalah jurnalis senior Forum News Network (FNN) Hersubeno Arief dalam kanal Youtube Hersubeno Point, Ahad, 19 Juni 2022. Hersubeno Arief berspekulasi sebelumnya bahwa pengusungan nama Bacapres 2024 oleh Partai Nasdem merupakan bentuk tukar tambah politik antara Surya Paloh dengan Presiden Jokowi, dan salah satu agendanya adalah agar nama Anies tidak muncul dalam daftar calon Presiden dari Partai Nasdem. Akan tetapi tetap munculnya nama Anies sebagai Bacapres mengisyaratkan bahwa partai NasDem siap untuk tetap mengusung Anies meskipun hubungan Jokowi dengan Gubernur DKI Jakarta tersebut panas dingin. Hersu menilai Jokowi akan berjuang mati-matian agar Anies tidak muncul dalam Bacapres 2024. Dalam reshuffle kabinet Jokowi menarik Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan masuk ke dalam Kabinet Indonesia Maju di bawah pimpinannya dengan menjadi Menteri Perdagangan. Hal ini membuat pintu Anies tertutup rapat untuk memperoleh tiket dari Partai Amanat Nasional. Selain Zulkifli Hasan, menteri baru lainnya adalah mantan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang, menggantikan Sofyan Djalil. Pertemuan yang dilakukan antara Ketua Umum NasDem dengan Presiden Jokowi pada hari sebelumnya pun memicu ada isu kesepakatan antara keduanya, namun isu tersebut langsung dibantah oleh Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali kalau tidak ada pembicaraan mengenai jatah kursi menteri NasDem di kabinet, antara Surya Paloh dan Presiden Jokowi. Isu tersebut datang karena saat pengumuman reshuffle, tiga menteri dari Partai Nasdem tidak terkena reshuffle Kabinet Indonesia Maju kali ini. Ketua Umum NasDem menuturkan bahwa NasDem merdeka dalam menentukan arah politik. Paloh juga meyatakan Pemilu merupakan mekanisme agar kekuasaan tidak dimonopoli oleh satu kelompok saja. Menurut Hersu, pernyataan Paloh tersebut menyinggung kepeda Pemerintahan Jokowi yang mana sangat berkuasa saat ini. “Sinyalnya jelas sekali kalau dimonopoli oleh satu kelompok saja, siapa yang sekarang berkuasa,” tegas Hesubeno Arief. (mth/sws)

Gibran Bakal “Tunggangi” Gerindra Maju Pilkada DKI Jakarta?

PEMILU 2024 itu masih dua tahun lagi, tapi kalau Anda cermati para politisi sudah mulai mengambil ancang-ancang siapa yang akan maju dengan siapa akan berpasangan? Siapa yang akan dimintai dukungan dengan siapa akan berkoalisi? Tanda-tandanya itu sudah mulai bisa kita baca dari sekarang. Yang sulit kita baca itu siapa cukong yang akan membiayainya karena transaksinya selalu di belakang layar dan di bawah meja, baru nanti setelah terpilih, kita nanti bisa menduga-duga dari kebijakan yang diambil itu menguntungkan siapa. “Dari situlah kita bisa tahu ternyata kandidat ini didukung oleh Taipan ini, ternyata pejabat yang ini dulu pada waktu dia maju ke Pilpres itu didukung oleh cukong ini,” kata warawan senior FNN Hersubeno Arief dalam kanalnya, Hersubeno Point, Ahad (19/6/2022). Calon ini didukung oleh kelompok bisnis ini begitulah konsekuensi dari sistim politik biaya tinggi seperti di Indonesia saat ini, hanya kandidat yang direstui dan didukung Taipan oligarki yang bisa maju dan memenangkan pemilihan. Semuanya sudah diatur mulai dari siapa yang boleh maju, siapa yang akan menjadi wasitnya, bagaimana aturan permainannya, dan siapa yang akan jadi pemenang? Syarat utamanya figur itu harus nurut apapun kepentingan dari oligarki, begitulah realitanya politik Indonesia saat ini. Menurut Hersubeno, siapa kandidat yang sudah mengambil ancang-ancang akan berlaga pada pilpres 2024? Coba perhatikan siapa saat ini yang paling banyak bertemu atau ditemui siapa. Anda pasti bisa dengan mudah menyebut satu nama, yakni Ketum Partai Gerindra yang kini menjabat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Dia ini menjadi salah satu figur yang paling sibuk mondar-mandir sana-sini bertemu dengan tokoh ini, dengan tokoh itu, dengan ulama ini, bertemu dengan ulama itu dan sebagainya. Hari Sabtu kemarin itu menjadi hari yang sangat sibuk bagi Prabowo. Siang harinya dia menerima kedatangan putra sulung Presiden Joko Widodo yang menjadi Walikota Solo Gibran Rakabuming di kediamannya itu di Kawasan Bukit Hambalang, Kabupate Bogor, Jawa Barat. Pada malam harinya dia menerima kunjungan Ketum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin di rumahnya di Jalan Kertanegara Kebayoran Baru, Jakarta. Jadi dia dari Phuket di Hambalang untuk menemui Gibran dan turun pada sore harinya hingga malam harinya bertemu dengan Cak Imin. Di Hambalang, Prabowo menyambut sangat hangat Gibran. Dia mengajak Gibran belajar naik kuda. Pertemuan itu divideokan dan diposting di akun Instagram pribadi Gibran. Dia memberi keterangan cukup panjang berkesempatan silaturahmi dengan Pak @Prabowo. Kunjungan ini memenuhi undangan beliau waktu kami bertemu beberapa minggu lalu di pernikahan bulik saya di Solo. Pada momen itu saya juga diajari berkuda. Ternyata cukup menyenangkan. Matur nuwun pak @Prabowo atas jamuan dan sambutanya yang begitu hangat, kami banyak mengobrol santai diskusi ringan namun membangun. Saya banyak ngangsu kaweruh soal Patriotisme, kebangsaan, dan berkendaraan dari beliau sebelum pulang beliau memberi oleh-oleh untuk Ethes ini sepatu untuk Jan Ethes ayok ajak dia ke Hambalang. Saya mau ajari dia berkuda itu tulis Gibran. Ada pernyataan yang berbau-bau politik yang mengindikasikan bahwa ada tujuan lain selain silaturahmi, kemudian diajari naik kuda dan sebagai anak muda Gibran menyebut dirinya itu ngangsu kaweruh. Bahasa Jawa itu kalau dalam bahasa Indonesia, artinya menimba ilmu tentang patriotisme dan kenegaraan seperti dari figur seperti Pak Prabowo. Ini beda sekali saat pertemuan dengan Cak Imin yang publik itu bisa langsung menafsirkan adanya agenda penjajakan politik antara Gerindra dan PKB pada Pilpres 2024, apalagi setelah pertemuan, kepada media, Prabowo menjelaskan mereka punya titik temu, titik kerjasama. Titik kesepakatan untuk bekerjasama menghadapi tanggungjawab kenegaraan tersebut, yakni Pilpres, Pileg, dan Pilkada pada 2024. Sementara Cak Imin, dia mengatakan bahwa sebenarnya pengurus PKB dan Gerindra itu sudah sering berkomunikasi dan berlangsung secara intensif. Pertemuan dengan Prabowo menurut Cak Imin, makin menguatkan kerjasama tersebut dan seperti dikatakan oleh Prabowo, mereka siap bekerjasama pada Pilpres dan Pileg serta Pilkada 2024, clear apa hasil yang dikandung oleh Cak Imin maupun Prabowo ketika mereka bertemu itu semuanya jelas. “Yakni muaranya pada pilpres 2024. Kalau tadi disebut ada soal pemilihan legislatif dan Pilkada, saya kira itu hanya sampingan itu bahasa pemanis saja atau dalam politik modus-lah ya kalau bisa, misalnya mereka bekerjasama di Pilkada kalau Pileg, saya enggak bisa kerjasamanya. Tapi yang paling utama tujuannya adalah Pilpres 2024, ini rupanya memang sudah disiapkan jauh-jauh hari. Karena pertemuan baru berlangsung tadi malam tapi hari ini sudah beredar video-video ini kalau gak salah videonya diambil di Bandung. Iya semacam deklarasi barisan Prabowo-Muhaimin 2024. Wow mereka sudah branding angkot-angkot dengan wajah Prabowo dan Cak Imin, itu pada tanggal 31 Oktober 2016 atau ya kira-kira satu setengah tahun berselang atau hampir dua tahun berselang Presiden Jokowi mengunjungi Prabowo di Hambalang juga. Pertemuan tersebut sebagaimana penjelasan dari DPP Partai Gerindra digelar atas permintaan Istana. Jokowi hadir ditemani Luhut Binsar Panjaitan dan setelah di saat ada sambutan resmi ada marchingband dan kemudian ada jamuan makan siang. Prabowo juga mengajak Jokowi naiki kuda. Ini kudanya waktu itu adalah kuda milik Prabowo bernama Salero. Diplomasi naik kuda Prabowo dengan Jokowi pada saat itu jelas penuh makna dan tafsir politik. Apalagi pertemuan itu digelar di tengah kontroversi rencana “Aksi 411”, dulu banyak sekali “Aksi 212”, “Aksi 411” dan beberapa aksi-aksi lainnya. Jadi bisa diduga pertemuan pada waktu itu dimaksudkan untuk meredakan tensi ketegangan-ketegangan politik. Karena, bagaimanapun pada waktu itu para penggelar aksi ini kelompok-kelompok Islam, yang ini dianggap identik dengan pendukung Prabowo. “Beda sekali dengan sekarang. Ketika Pak Probowo masuk ke kabinet tafsirnya sudah berbeda lagi,” katanya. Sekarang apa dong tafsir politiknya diplomasi berkuda Prabowo dengan Gibran ini dari sisi Prabowo jelas ini tidak bisa ditepis bahwa pertemuan ini adalah apa pertemuan ini sarat dengan tafsir politik jelang Pilpres 2024. Pada hari raya lalu Prabowo adalah satu-satunya menteri yang silaturahmi ketika Jokowi menyepi ke Istana Gedung Agung Yogyakarta setelah bertemu dengan Jokowi. Kemudian barulah Prabowo terbang kembali ke Jakarta lagi, bersilaturahmi dengan Megawati di Jakarta. “Dari rangkaian silaturahmi itu sangat terlihat bahwa Pak Prabowo tampaknya tetap mencoba merangkul dua kekuatan politik besar, yakni gerbong politik Jokowi dan Megawati, dalam hal ini kalau Megawati PDIP tentu saja sebagai partai pemenang Pemilu,” jelas Hersubeno. Prabowo tampaknya tetap memperhitungkan kekuatan Jokowi itu bisa kita lihat dari bocoran yang disampaikan oleh politisi Panda Nababan, katanya ada empat menteri yang pernah ditanya Jokowi apakah mereka akan maju pada pilpres 2024? Mereka itu adalah Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Sandiaga Uno dan Prabowo. Ketiga menteri yang ditanya dengan tegas menyatakan bahwa akan nyapres ini adalah Airlangga, Erik, dan Sandiaga Uno. Hanya Prabowo yang menjawab bila seizin dari Jokowi. Ini sungguh sangat jawani dan jauh dari kesan dan Citra yang muncul selama ini dari seorang Prabowo. Dengan mengundang Gibran mengajarinya naik kuda dan mengirim sepatu berkuda untuk Jan Ethes, cucu Jokowi, ini Prabowo ingin mengirim pesan bahwa dia bersahabat sekaligus tetap menghormati dan loyal pada Jokowi. Jelas ujung-ujungnya itu dukung-mendukung pada pilpres 2024, walaupun selama ini sudah disebut-sebut bahwa Prabowo akan berpasangan dengan Puan, namun sejauh ini belum ada langkah yang kongkrit. Namun, belajar dari pengalaman pada pemilu sebelumnya, Prabowo selalu dikecewakan Megawati karena ada kesepakatan Batutulis bahwa Megawati nantinya akan mendukung Prabowo, tetapi ternyata kesepakatan itu tidak dipenuhi. Jadi Prabowo ini tidak boleh taked for granted pasti akan didukung Megawati pada pilpres kali ini seperti pada Pilpres 2014 lalu. “Kejadian pada Pilpres 2014 di mana Megawati lebih mendukung Jokowi berhadapan dengan Prabowo, saya kira, bisa saja terulang kembali dengan figur yang berbeda,” ungkap Hersubeno. Karena itulah Prabowo sangat menyadari itu dan kemudian dia sangat aktif Safari bertemu dengan para sesepuh dan alim ulama NU, kemudian dengan tokoh-tokoh lain. Bahkan, bertemu dengan Ketua Nasdem Surya Paloh. Bagaimana dengan Gibran? Nah Gibran ini kan belakangan namanya banyak disebut-sebut akan didorong menjadi Gubernur DKI pada Pilkada 2024, meski pada Pileg di Solo dia diusung oleh PDIP, maka tidak ada jaminan dia tetap akan didukung kembali oleh PDIP bila maju pada Pilkada 2024 mendatang. Kepentingannya bisa saja berbeda apalagi bila benar nantinya Jokowi itu pada Pilpres 2024 bersimpang jalan dengan Megawati. Misalnya, ternyata Jokowi masih tetap mendukung Ganjar, sementara Megawati mengusung Puan, maka mau nggak mau mereka pasti punya perbedaan penilaian politik. Dan Gibran ini harus realistis mencari partai lain sebagai tiket pencalonan PDIP dipastikan tidak akan mendukung Gibran lagi. Di sinilah kemudian Gerindra bisa menjadi tumpuan harapan. Tukar-tambah politik semacam ini sangat mungkin terjadi pada Pemilu 2024 nanti. Tanda-tanda bahwa Gibran akan didorong maju ke DKI-1 itu sebenarnya sudah cukup lama beredar. Ketua DPW NU DKI Samsul Ma\'arif misalnya, dalam sebuah kegiatan donor darah itu memanggil Gibran dengan Gus Gibran, sebuah panggilan yang terkesan dipaksakan. “Karena enggak dikenal Gus itu dalam tradisi NU Jakarta ini beda dengan NU di Jawa Timur dan Jawa Tengah, tapi kita sama-sama tahulah apa makna dan maksud dibalik panggilan itu,” kata Hersubeno. DPD KNPI DKI Jakarta juga tiba-tiba mengusung Gibran sebagai Calon Ketua Umum DPP KNPI. Dan yang paling mencolok adalah publikasi survei dari CSIS yang menempatkan Gibran dalam daftar 10 orang kandidat terkuat Gubernur DKI Jakarta. Skor Gibran, kata CSIS itu, bahkan mengalahkan Wagub DKI Ahmad Riza Patria dan politisi Nasdem Ahmad Sahroni dan juga ada komentar di media. Pengamat psikologi politik dari Universitas Negeri Surakarta Abdul Hakim, bahkan itu menyebut kinerja Gibran sebagai Walikota Solo tersebut sangat mumpuni. Panggilan Gus, pencalonannya sebagai ketua umum KNPI dan pujian setinggi langit dari CSIS dengan kedok hasil survei ini sudah bisa kita duga ke mana arah dan tujuannya. “Karena itu sekali lagi sulit untuk menerima penjelasan bahwa kunjungan Gibran ke Prabowo di Hambalang itu hanya sebatas silaturahmi, apalagi sekedar belajar menunggang kuda enggak bisa cukup sekali,” lanjutnya. Pertanyaannya, apakah Anda juga percaya bahwa kegiatan tersebut betul-betul hanya memenuhi undangan Prabowo dan kemudian tertarik untuk belajar kuda atau belajar menunggang kuda? (mth/sws)

Hersubeno: Jokowi Akan Mati-matian Tutup Peluang Anies Jadi Capres 2024

Jakarta, FNN  - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan fix dijadikan calon presiden oleh Partai Nasdem. Pencalonan ini diumumkan sendiri oleh Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Ia mengumumkan 3 nama yang akan diusung menjadi bakal calon presiden (Capres) dalam Pilpres 2024 pada Jumat, 16 Juni 2022 lalu. Selain Anies Baswedan, ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Diusungnya Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Andika Perkasa oleh NasDem mendapat banyak komentar tokoh. Salah satunya adalah Jurnalis senior Forum News Network (FNN) Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Hersubeno Point, Ahad, 19 Juni 2022. Hersubeno Arief menduga, diusungnya 3 nama bakal Capres 2024 oleh NasDem merupakan bentuk tukar tambah politik antara Surya Paloh dengan Presiden Jokowi. Salah satunya adalah jangan sampai nama Anies muncul dalam daftar calon presiden dari NasDem,\" kata Hersu panggilan akrab Hersubeno Arief. Hal ini, kata Hersu,  disebabkan oleh adanya rivalitas antara Anies Baswedan dan Jokowi. Pasalnya, kebijakan Anies Baswedan di DKI Jakarta kerap dianggap merugikan kepentingan para oligarki yang selama ini menjadi penyokong utama Jokowi. Karena itu, Hersu menilai Jokowi akan berusaha mati-matian untuk menutup peluang Anies Baswedan agar tidak muncul dalam bursa Capres 2024. \"Karena potensinya kalau sampai kemudian Anies mendapat tiket, ini bisa mengubah peta politik. Karena memang dari hasil-hasil survei, nama Anies yang paling menonjol,\" tuturnya. Hersu menjabarkan, buruknya hubungan antara Anies Baswedan dan Jokowi salah satunya ditandai dengan nihilnya dukungan perusahaan BUMN di ajang balap mobil listrik Formula E yang digelar di Ancol, Jakarta Utara pada 4 Juni 2022 lalu. \"Apakah anda percaya bahwa putusan yang sangat besar itu merupakan inisiatif dari Erick Thohir pribadi? Tentu saja tidak, ada tangan-tangan kekuasaan di atas Erick yang ikut bermain,\" serunya. \"Bahwa Erick juga punya kepentingan yang sama karena dia sendiri juga salah satu kandidat yang ingin run pada Pilpres 2024, ya itu pasti ada, tapi tidak semata-mata itu keputusan Erick pribadi,\" kata Hersubeno Arief menambahkan. Hersu mengungkapkan spekulasi bahwa Jokowi sengaja menutup tiket untuk Anies adalah karena semula mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu akan diusung koalisi PAN, NasDem, dan PPP. Tapi, ternyata semuanya kandas ketika Partai Golkar, PAN, dan PPP membentuk Koalisi Indonesia Bersatu. Koalisi ini diduga akan digunakan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 sebagai proxy dari Jokowi. Pintu Anies untuk memperoleh tiket dari PAN semakin tertutup rapat ketika akhirnya Zulkifli Hasan ditarik masuk kabinet oleh Jokowi dengan menjadi Menteri Perdagangan,\" tutur Hersubeno Arief. Lebih lanjut, Hersu menyinggung pernyataan Surya Paloh yang menyebut bahwa NasDem merdeka dalam menentukan arah politik. Surya Paloh juga mengatakan Pemilu merupakan mekanisme agar kekuasaan tidak dimonopoli oleh satu kelompok saja. Menurutnya, pernyataan Surya Paloh itu sengaja ditujukan kepada pemerintahan Jokowi yang kini tengah berkuasa. \"Ini kan sinyalnya jelas sekali kalau dimonopoli oleh satu kelompok saja, itu siapa yang sekarang berkuasa,\" tegas Hersubeno Arief. (Ida, sws)

Natalius Pigai: Jangan Mancing Kami Keluar Menjadi Harimau!

CANDAAN “Kopi Susu” Ketum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri telah memantik “kemarahan” aktivis HAM Natalius Pigai. “Ini sobat lama saya yang rupanya uring-uringan berkaitan dengan guyonan Bu Megawati soal kopi susu, yakni menggambarkan orang salah satu Wakil Menteri dari Papua, yang disebutnya hitam seperti kopi, dan Mega seperti susu,” kata Hersubeno Arief, wartawan senior FNN dalam kanal Hersubeno Point, Sabtu (18/6/2022). Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa Bung Pigai menjadi enggak nyaman dengan guyonan semacan ini? Berikut petikan wawancara Hersubeno Arief dengan Natalius Pigai.   Kenapa anda merasa bahwa Bu Mega ini kok rasis gitu? Begini, Bu Mega itu negarawan ya tokoh bangsa, tokoh Indonesia, jadi apapun pernyataan yang dikeluarkan oleh Bu Mega bisa semua penuh makna, atau seorang presiden itu sebuah sinyal politik gitu. Jadi tidak asal ucapan sesaat begitu saja yang mengatakan bahwa kopi susu itu sama saja dengan kamu. Itu diperkuat juga oleh Hasto Kristiyanto dalam konteks kopi itu hitam, susu itu putih. Ibu Mega itu tidak tahu atau Hasto itu tidak tahu. Justru orang kulit hitam di dunia itu korban rasisme. Sampai sekarang lebih dari 700 tahun itu karena kata warna itu, warna hitam ketika orang Portugis dan Spanyol masuk di Afrika Barat ya mereka temukan orang berkulit gelap, maka disebut negro. Negro itu bahasa Latin Spanyol yang disebut hitam. Kemudian di Amerika dalam perkembangannya Black Man dalam bahasa Inggris yang tadi dalam bahasa Spanyol adalah negro. Kemudian orang Anglo saxon atau orang Eropa berbahasa Inggris menggunakan kata blackman. Jadi negro dan Blackman itu adalah warna nama, warna kulit sama dengan yang sekarang Hasto sudah menyatakan bahwa kopi susu itu adalah warna. Berarti ini sama saja dengan orang Spanyol, orang-orang berbahasa Inggris maupun juga orang Indonesia, yang bernama Ibu Mega dan tokoh nasional, termasuk Hasto itu melabeli kami itu kulit berwarna. Padahal, di Amerika sudah tidak lagi orang-orang yang berkulit seperti kami ini menerima apa yang namanya Negro atau Blackman karena itu penghinaan, karena itu mereka lebih sebut African-American. African-american, bukan Negro atau bukan Blackman. Karena itulah menurut saya, memahami kopi susu itu biasanya lebih terorientasi pada segregatif, rahasialistik, diskriminatif, dan merendahkan martabat atau mempertegas perbedaan bahwa kamu itu warna lain dengan kami begitu. Berbeda kalau ketika Ibu Megawati bilang pelangi Indonesia, pelangi Indonesia itu kata-katanya lebih pluralistik sejalan dengan maintream integrasi sosial di seluruh dunia. Mainstream integrasi sosial di seluruh dunia itu pakai mosaik atau pelangi. Lambang pelangi itu persoalan integrasi sosial. Tapi, kalau kopi susu itu ke  perbedaan, mempertegas perbedaan bahwa kamu dengan kami. Begitu Ibu Mega menyatakan kami orang Papua itu berbeda dengan dia begitu. Dia berbeda dengan kami. Sedangkan Indonesia itu ada 700 suku dan 1.013 bahasa, kalau dia dalam konteks kebangsaan, maka dia harus pakai pelangi Indonesia yang dimana menyebut ini salah satu warna dari 13 abad 700 suku tersebut yang disebut pelangi bangsa atau kebhinekaan bangsa. Tapi kalau disebut kopi susu di kampung-kampung juga sama. Kkalau waktu dulu misalnya saya jalan dengan seorang perempuan yang, katakanlah orang di luar Papua, mereka sebut kopi susu. Atau misalnya ada orang kulit hitam, orang Papua jalan dengan orang lain disebut kopi susu. Kopi susu itu konotasi negatif. Ok saya baru tahu. Iya, bisa lebih cenderung menyindir, menyindir yang dimaksud itu, kamu kok berani kopi susu. Kamu kok bisa kopi susu itu. Karena itulah, menurut saya, alam bawah sadar Ibu Megawati sebenarnya menyatakan adanya diskriminasi atau rasionalistik. Itu (adalah) kecenderungan teror kata-kata yang berorientasi pada rasialistik. Bayangkan seorang anak Soekarno aja alam bawah sadar itu mengungkapkan perbedaan. Karena kan rasialisme itu muncul yang pertama itu dari kata-kata seperti tadi, negro. Di Amerika selanjutnya setelah kata-kata itu, yang berikutnya adalah ada ideologi yang muncul yaitu segregasi perbedaan, atau perwujudan dari ideologi segregasi tersebut, maka dilakukan kebijakan politik di apartheid misalnya, di Afrika Selatan atau Amerika, sekolah dibedakan. Setelah itu selanjutnya adalah mempertegas perbedaan sosial. Jadi, pertama itu dimulai dari pikiran, yang kedua menyebutkan warna atau mengucapkan, yang ketiga, itu menjadi sebuah ideologi yang tertanam di dalam kalbu setiap orang. Orang kulit putih atau orang kulit berwarna. Kemudian, berikut menjadi setelah jadi ideologi diwujudnyatakan di dalam kebijakan politik dan pemerintahan, kebijakan ekonomi, dan kebijakan sosial oleh pemerintah resmi seperti Afrika Selatan dan Amerika yang terjadi sejak dulu sebelum tahun 1960-an ke bawah. Lalu yang berikutnya adalah dampak-dampak yang muncul dalam berbagai aspek itu ya karena itu kalau alam bawah sadar Megawati menyatakan kopi susu, di saya meyakini karena Megawati itu adalah tokoh politik nasional di PDIP. Jadi, itu sudah pasti ada yang pertegas kebijakan menjadi sebuah ideologi yang mempertegas dan melaksanakan, apa yang menjadi pemikiran dasar Ibu Mega itu, menurut saya, nyatanya bayangkan orang Papua saja hanya Wakil Menteri. Masih mending Gus Dur dulu, masih mending SB. Ini Wakil Menteri, itu ecek-ecek. Maaf saja jauh itu anak Soekarno lo. PDI Perjuangan yang kita kasih itu bukan hanya satu. Kita kasih sumberdaya luar biasa. Kemudian kami juga bergabung dengan Negara ini dengan emas, uranium, plutonium, californium, semua kita kasih. Jadi dia anggap itu hebat, kasih wakil ke saya saja saya tolak semua jabatan itu. Saya bilang, kecil ecek-ecek kok jadi. Maksudnya itu tidak dalam konteks pemberian dan penghargaan posisi dan jabatan dan sumberdaya. Belum lagi persoalan sumber daya, belum lagi persoalan politik, dan konflik. Jadi bisa saja saya berpandangan bahwa kebijakan operasi militer di Papua, kebijakan ada politik pendudukan, melalui pemekaran di Papua itu dilakukan sebenarnya di atas bangunan pemikiran dasar yang namanya rasialisme, rasialistik, orientasi dan titik terakhir dampak utama dari kebijakan rasialistik itu adalah Jono Said menghilangkan suku, menghilangkan sebuah bangsa dan kata-kata itu tidak hanya diucapkan oleh Ibu Mega, Risma (Tri Rismaharini, Mensos) juga menyatakan hal yang sama. Jokowi sampai sekarang orang Papua jadi menteri itu tidak ada. Kebijakan separatis Jono Said, kemudian sumber daya alam di Papua dibangun di luar Papua seperti smelter, kantor private di Jakarta itu bisa dipandang sebagai bagian dari kebijakan segregatif, rasialistik itu. ‘ Jadi ungkapan Ibu Mega ini menurut saya satu sisi memang kami kecewa karena kami sakit hati. Karena itu ungkapan menyakitkan, tapi saya sebagai intelektual yang saya merasa ya inilah potret Indonesia dan kemungkinan sulit orang Papua menerima dan tidak akan bercak percaya sampai dunia kiamat, enggak bakal selesai perbedaan itu, sudah dilakukan pemimpin-pemimpin bangsa kok. Saya, bapak saya itu, selama 30 tahun, saya itu pembela kemanusiaan. Saya bisa saja sekarang, besok bisa jadi warga negara Amerika, bisa di Australia, bisa Eropa, bagi saya tidak ada pengaruh. Tapi bagi orang Papua selain saya, itu pengaruhnya besar dengan sebuah pernyataan itu. Karena itu apa yang saya bicara ini untuk melindungi rakyat, melindungi kepentingan orang-orang kecil, orang-orang lemah, orang-orang tidak berdaya di Papua. Begini saja, Ibu Mega tidak usah pakai mewakili sekretaris, juga tidak usah mewakili menteri-menterinya untuk menyampaikan. Biarlah dia sendiri yang menyampaikan apa yang dimaksud dengan kopi susu itu karena di Amerika sekalipun kalau dia bilang misalnya blackman, negros. Seorang misalnya Joe Biden keluarkan pernyataan itu pasti diserang habis-habisan. Tapi kalau di Indonesia dianggap pahlawan, pahlawan bagaimana? Produksi rasialisme itu muncul dari mereka kok. Ya sebentar dulu pelan-pelan dulu nih, saya sampai ini rupanya kelihatannya serius sekali Anda menganggapnya. Karena saya tadinya konteksnya ini saya mohon maaf. Kalau Anda kemudian menilai saya juga jadi rasialis, saya membacanya ini tadinya ketika nemu cuitan Anda, saya mencari sumbernya apa sih, saya sih menurut. Tadinya saya anggap juga ibu Mega sekedar candaan dan kemudian menyatakan bangga karena sepatu kadernya pun dari Papua begitu. Bukankah begitu konteks seharusnya Bung Pigai. Iya jadi begini. Kalau persoalan saya itu tidak ia menganggap orang luar Jawa itu cuma rasionalistik nggak, kita kan mendikte sekarang ini karena tokoh politik nasional, tokoh besar, saya pelajari buku pertama itu tentang negros, Negroid History yang ditulis oleh E Dubois, Profesor di Harvard University tahun 1912. Dia yang menuliskan buku tentang sejarah panjang waktu disertasi S3 di Harvard University. Saya sudah baca semua perjalanan sejarah penderitaan orang kulit hitam di seluruh dunia. Karena itu kenapa saya respon begini, karena ini masalah serius. Contoh tiba-tiba ada seorang jenderal bintang empat polisi waktu menjadi Kapolda dia bilang, kalau kamu malas saya kirim ke Puncak Jaya Papua sana. Terus ada seorang menteri dari PDI Perjuangan Ibu Risma menyatakan, kalau kamu ini saya kirim ke Papua. Papua dijadiin sebagai sebuah tempat sampah. Kemudian dulu waktu Ali Moertopo menyatakan, orang Papua itu sebaiknya tinggal di Pasifik sana. Padahal dia tidak tahu bahwa Papua itu Pasifik South. Pacific kami itu Pasifik, bukan Pasifik yang di Hawaii sana, bukan. Kami ini Pasifik atau Luhut Binsar Pandjaitan juga pernah menyatakan hal yang sama. Hendropriyono juga mau pindahkan orang Papua ke Maluku. Jadi kalau dilihat dari tokoh-tokoh bangsa seperti ini orang Papua itu ada kesabaran. Jadi saya mau ingin sampaikan terakhir bahwa sebelum Bung sampaikan sama saya atau ajukan pertanyaan orang Papua itu adalah bangsa terakhir yang teraniaya lebih dari 700 tahun atas nama rasialisme sampai detik ini. Dan saya mendengar dari orang Afrika, orang Amerika, orang Eropa, orang Afrika Latin yang terutama African-American, Afrika-European, mereka cerita hal yang sama. Kamu itu bangsa terakhir yang masih menghadapi rasialisme serius. Diplomaship terstruktur dan terencana.  Jadi artinya tidak semua, ada juga orang yang empati gitu, orang yang punya kemanusiaan ada di luar Papua Salah satunya adalah misalnya Bung Hersu. Juga ada banyak yang baik. Tetapi menjadi pertanyaanku dan lebih dari 10 tokoh nasional dan tokoh bangsa mengeluarkan pernyataan yang sifatnya segregatif dan rasionalistik itu, berarti itu sangat serius begitu. Karena itu maka jangan mancing kami keluar menjadi harimau, karena ada berjuta-juta orang yang tinggal hidup dan makan di kampung halaman kami. Kamu juga harus mengasihani, jangan sampai terjadi konflik horizontal yang lebih luas. Padahal kita bukan itu. Ingat Suriname. Itu merdeka, tapi orang-orang dari rantauan Suriname itu tidak pernah diganggu. Mereka jadi warganegara New Caledonia itu merdeka. Tapi orang-orang yang rantauan dijadikan sebagai bagian dari kekuasaan penjajah, juga dijadikan pemimpin India EVg, misalnya Inggris dengan baik orang-orang India ke Vg akhirnya juga jadi presiden di sana. Jadi tidak ada namanya sebuah negara setelah sebuah negara itu Merdeka. Orang-orang yang dimanja atau orang-orang keturunan penjajah misalnya itu tidak diberi kesempatan, tuh tidak ada. Non sense tidak mungkin satu bangsa, satu warna, satu kelompok yang berasal dari Bumiputera bisa berdiri sendiri, tidak mungkin. Karena itu hati-hati, Jakarta bisa mendorong konflik sosial. Itu menurut saya begitu karena Papua itu. Saya ingin sampaikan terakhir bahwa Papua tidak ditentukan oleh Jakarta. Ini kata saya, ini nasib Papua tidak ditentukan oleh Jakarta, wong Jakarta saja tidak dikenal orang Indonesia, tidak tahu bahasa Inggris, presiden tidak dikenal. Orang Papua punya bangsa satu Ras dunia, memiliki sebuah semangat karena mengalami trauma dan penderitaan yang panjang soal rasisme di seluruh dunia, jadi jangan main-main. Belum lagi yang kedua misalnya. Saya menanggapi ini ada kemarahan Anda. Biasanya kalau kita ngobrol Anda itu sangat analitis, argumentatif tapi sekarang ini saya agak terkejut ketika Anda kelihatan emosional. Iya saya soal rasisme sudah pasti saya sakit hati. Karena saya sudah baca, saya sudah belajar dari segala. Keluarga saya 200 orang di kampung dibunuh oleh para pendatang hanya dalam dua bulan, dan itu ada disertasi S3-nya di Belanda, Frey Universitas Amsterdam. Karena itu sudah pasti soal suara rasis itu kita pasti sakit. Anda membayangkan 400 orang pendatang, di luar Minang, di Papua, suami anak 2019 dibantai, hampir mendekati 400 orang pendatang. Tapi kita tahu kekuasaan negara dialihkan seakan-akan orang Minang yang kena. Padahal 7 restoran orang Minang di Wamena itu sama sekali tidak kena. Poinnya apa anda ceritakan tentang 7 restoran orang Minang yang tidak diapa-apakan itu? Artinya begini, jujur saja, boleh saya jujur enggak, apa adanya, kalau konflik sosial terjadi mayoritas berasal dari asal yang sama dengan orang-orang yang berkuasa di Republik ini. Karena sudah ketakutan, saya tidak boleh sebut nama tempatnya, tapi bisa mengerti, Jakarta ketakutan. Karena itu mau tidak mau dialihkan kepada orang Minang yang sama sekali tidak ada, tapi memiliki ikatan persatuan yang sama untuk menyerang pas membangun opini. Kan yang mati itu bukan orang Minang. Yang mati dibunuh di Wamena 2019 itu orang yang agak sedikit sama dengan pemimpin penguasa republik ini. Karena itu imbasan dari Surabaya, dari Malang. Jadi, maksudnya hati-hati soal begini karena soal rasisme itu sangat sensitif. Keduanya, kalau saya itu akan atas nama kemanusiaan supaya tidak boleh terjadi. Itu bukan persoalan memunculkan konflik. Kalau memunculkan konflik, ngapain gue, kasih saja 1 miliar Koperasi di lapangan tapi kan saya tidak pernah. Sampai detik ini apalagi saya pembela kemanusiaan. Jadi sebenarnya di poinnya bukan persoalan Ibu Mega atau siapapun begitu? Kebetulan saja sekarang ini Ibu Mega yang mengucapkan. Artinya Anda ingin menyampaikan pesan ini kepada terutama para pemimpin-pemimpin bangsa kita? Terutama ibu Mega itu, selain pemimpin bangsa kami sering ucapkan yang terakhir ini ke Ibu Mega harus menyampaikan secara terbuka secara jantan. Beliau pakai Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto, klarifikasi pakai kulit. Justru saya bilang tadi malah hitam. Negro itu bahasa Spanyol. Kalau orang Inggris negro menjadi bahasa Blackman. Kalau di Indonesia pakai hitam. Jadi klarifikasi kan begitu. Oke poinnya sudah kita tangkap. Saya kira ini penting juga buat yang lain ya? Buat viewer, terutama FNN lebih sensitif bicara ini. Mungkin Anda bermaksud tidak menghina, tetapi itu bisa menunjukkan di bawah sadar, tanpa sadar kita ada semacam tadi, secara berpikir yang sergrefatif, seperti yang dipersoalkan oleh Bung Natalius Pigai. Terima kasih. (mth/sws)

Aktivis Lintas Generasi Minta Jokowi Turun Terhormat

GARUT, FNN --- Pada hari Sabtu 18 Juni  2022, bertempat di kaki gunung Cikuray, Kabupaten Garut, Jawa Barat, berlangsung konsolidasi dan temu Aktivis lintas generasi mulai dari era 1970- an sampai sekarang.  Acara yang difasilitasi Siaga 98 itu dihadiri ratusan aktivis dari sejumlah kota. Acara berlamgsung tengah hari dan di tutup malam hari dengan prosesi puncak orasi dari mantan tahanan politik yakni Andrianto, Jumhur Hidayat dan Syahganda Nainggolan. Bahkan Jumhur dan Syahganda merupakan tapol era Orde Baru dan era rezim Jokowi. Syahganda maupun Jumhur sudah menjadi aktivis sejak Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1980-an. Jumhur Hidayat pernah dipenjara tahun 1989-1992 karena terlibat dalam aksi mahasiswa yang menolak kedatangan Menteri Dalam Negeri waktu itu Rudaini. Dia ditangkap bersama beberapa teman, di antaranya Fadjroel Rachman, Arnold Purba, Supriyanto alias Enin, Amarsyah, Bambang Sugiyanto Lasijanto, Lendo Novo, A.Sobur, Wijaya Santosa, Adi SR, dan Dwito Hermanadi.  Menurut Syahganda, penggagas acara ini adalah Masinton Pasaribu, kader PDI-P dan Hasanudin, pendukung berat Jokowi yang mengaku sekarang sudah tobat tidak lagi mendukung Presiden Jokowi.  Hasanudin selaku inisiator kegiatan menyatakan bahwa acara ini untuk memberi peringatan keras kepada Presiden Jokowi untuk turun terhormat dan jangan lagi berupaya untuk memperpanjng jabatannya. Syahganda mengajak forum aktivis itu untuk membuat resolusi menyatakan bahwa rezim Jokowi sudah dikuasai oligarki dan rakyat harus melawan.  \"Keadaan sekarang tidak jauh berbeda dengan era Kolonial Belanda. Situasi sekarang tidak lagi sesuai dengan makna kemerdekaan Indonesia,\" ungkap Syahganda berapi-api.  Aksi satu juta buruh Sementara itu Jumhur Hidayat mengatakan, nasib buruh sekarang sangat tertindas di rezim Jokowi ini.  Upah buruh tidak jauh berbeda dengan era Kolonial Belanda. Semua bermula UU Omnibus Law. Jumhur Hidayat yang juga Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), bertekad  untuk mengerahkan satu juta buruh turun ke jalan menuntut agar UU Omnibus dicabut.  Andrianto sebagai pelaku sejarah 98 meminta rezim Jokowi untuk mengakhiri politik pecah belah rakyat. Di forum tersebut Andrianto meminta agar semua kalangan aktivis bersatu melawan musuh utama masyarat yaitu oligarki.  \"Oligarki ini sangat serakah dan sekarang mereka bersiap hendak menciptakan boneka baru kekuasaan,\" demikian Andrianto.   Acara tersebut juga dihadiri aktivis senior Paskah Irianto, Agustiana, Santoso, Sunjati, Galih F Qurbani, Rinjani,  Mimih, Inam dan ratusan aktivis lainnya. (TG)

Kita Bicara Politik Tanpa Oligarki Itu Fakta!

  KEMARIN sebagian besar dari Anda pasti menonton wawancara wartawan senior FNN dengan akademisi dan pengamat politik Rocky Gerung mengenai PKS di kanal Hersubeno Point, Jum’at (17/6/2022). Judulnya itu “Waspada, Jangan Sampai itu PKS Masuk Angin, Kemasukan Roh Oligarki”, begitu. Bagaimana informasi yang sebenarnya, dalam kanal Hersubeno Point, Sabtu (18/6/2022), Hersubeno Arief mewawancarai Sekjen PKS Habib Abubakar al-Habsyi. Berikut petikannya. Sekarang kita ajak ngobrol dengan Sekjen PKS Habib Abubakar al-Habsyi Assalamualaikum. Walaikumsalam wa rahmatullah mitra FNN yang saya cintai, salam hormat. Salam sehat sama bahagia. Kita bukan ngomongin kangen-kangenan ya, tapi mau jelasin itu bagaimana ceritanya media ini menyimpulkan bahwa PKS sudah lelah jadi oposisi, dan kemudian memang rupanya setelah saya baca-baca kutipannya ada statement dari Sekjen PKS bahwa ingin pada 2024 tidak masuk dalam pemerintahan coba jelasin dulu? Oke kasih pengantar dulu Mas Hersu (Hersubeno Arief). Terus terang yah, kemarin saya melihat podcast-nya Hersubeno Arief. Bagi saya apalagi dekat dengan Bung Gerung bahwa statement saya soal PKS menjadi lelah karena dari oposisi itu saya dengar. Karenanya saya merasa perlu memberikan semacam klarifikasi, penjelasan atas ungkapan itu. Ya tabayyun, makanya saya langsung kontak Mas Hersu kok gak diangkat-angkat. Ini ada apa nggak diangkat. Ternyata sibuk. Jadi saya kontak untuk minta ada semacam cover-bothside dalam pemberitaan yang ada. Mas Hersu jangan terlalu tegang-tegang bahas begini. Santai sajalah mukanya, agar rileks sedikit. Saya akan kasih pantun dulu sebagai pengantar supaya jangan terlalu tegang ngurus republik ini. Demokrasi itu harus kita buat santai, tidak menegangkan, tidak melanjutkan, pikir membahagiakan. “Pagi ke pasar mau beli bakmi, asik gitu dong, ah ya jangan dimakan bersama nasi, agar tidak salah pahami mungkin saya perlu klarifikasi”. Cakep begitu, dong. Berapa kali saya sampaikan, iya kami tidak mau lagi jadi oposisi. Itu berapa kali saya ngomong kayak gitu. Ini bukan berarti merendahkan makna oposisi. Bukan bareng saya tidak mau, tidak begitu berarti saya mau di pemerintahan, itu artinya saya harus menang, begitu dong terjemahannya. Kalau saya bilang PKS mau di oposisi, itu berarti saya siap kalah di pemilu mendatang, gitu dong. Iya kan? Kan nggak mungkin saya mau menyemangati anggota PKS bahwa tahun depan kita akan oposisi lagi ada apa cerita besok begitu ya. Inikan seperti menyatakan bahwa kita mau kalah pada pemilu itu. Kira-kira begitu. Jadi bukan dimaksud di sini kami lelah dalam menjalankan oposisi di periode ini, tidak seperti itu Bos. Tidak seperti itu mas Hersu. Jadi salah besar perikatan PKS itu Partai Kurang Sabar. Tapi saya senang dikatakan gitu. Artinya itu cinta sahabat-sahabat saya yang cinta kita, cinta kita. Jadi, dikatakan Partai Kesayangan Saya ke tempat Partai Kesayangan Semua. Yang saya maksud lelah menjadi oposisi itu adalah kita membicarakan Pemilu mendatang, kami harus membangun koalisi yang kuat, sehingga bisa menang dalam Pilpres nanti. Nggak boleh kalah lagi, kita udah biasa, udah pernah dua periode di luar. Waktu udah di dalam, udah biasa, udah 2 periode ada di luar lagi. Sekarang ayo dong kita harus menang, kita ada di dalam gitu. Sehingga kami tidak berada di oposisi. Sekali lagi konteksnya tersebut adalah memberikan semangat buat anggota PKS itu. Di PKS juga saya juga sering menggunakan ungkapan bahasa saya begini. Kader PKS tidak boleh sakit menjelang pemilu, itu saya ungkapkan begitu, enggak boleh ada yang sakit mesti sehat semua, ngeri gak bahasanya! Ini apa di mana kader tidak boleh kena flu, nggak boleh kena Omicrom, nggak boleh kena Covid. Sehat semua dalam 108 hari sekarang saya enggak boleh demam. Beg,itu kira-kira kalau bahasa-bahasa Mas Hersu tuntas jin memberi semangat. Jadi ini dimaknai bahwa kader menjaga fix kesehatan, harus warming, aku segar, makan yang bergizi, olahraga, minum suplemen, dan lain sebagainya agar badan kita tidak sakit menjelang Pemilu 608 hari lagi. Begitulah kira-kira Nah, sebagai titik-titik sebelum lanjut, Mas Hersu saya kasih senyum saya, supaya gak tegang acara nih. “Pedas legit sambal terasi, gua tadi sekilo udang, ih PKS konsisten jadi oposisi, ada demokrasi menjadi seimbang”. Oke sekarang ini pertanyaan tadi menyebutkan bahwa pada 2024 tidak mau lagi jadi oposisi, dengan sistem yang sekarang ini dengan PT 20% itu harus berkoalisi? Tapi ada soal berarti kalau tanpa itu sama sekali tidak bisa mengusung kenapa kok sampai sekarang rencana pengajuan judicial review 0% itu belum diajukan juga ke Mahkamah Konstitusi?  Sudah, tunggu waktunya saja bos, masa kita hubungi cepet-cepet. Santai saja, beberapa orang yang gagal itu dalam antrian. Sebentar lagi kita punya cara kerja sendiri untuk mendeskripsikan MK. Tunggu waktunya. Sedih, pokoknya 0% yang Mas Hersu dan kawan-kawan katakan, kita punya angka tersendiri untuk supaya tidak berbeda dengan apa yang sedekakal dengan timbal balik begitu, jangan cepet-cepet. Anda kesan-kesan nggak ada masalah, tapi kita punya timeline yang sudah direncana. Tidak kesusu gitu ya? Iya. Kalau Jokowi bilan, kok orang kesusu. Oke ini saya pegang ya ini viewer kita juga pegang bahwa PKS pasti maju 0%, kenapa? PT 20% karena ini penting kalau dengan tanpa ini kan seperti biasa kita akan lihat hanya terbatas Capresnya seperti yang terjadi kan luar biasa sekarang ini. Oke saya ceritakan dulu ya rencana kerja kita deh supaya lebih enak saya ihat dianggap kita cuma ngomong doang. Omdo nggak ini partai mesin bukan main nih siap Tarung. Tadi soal judicial review kemarin di video yang ada seolah-olah PKS menurut Hersu Cs ini sudah terpengaruh oligarki, bukan seolah-olah cenderung agak mencucuk sedikit ya, tapi saya sih santai saja. Saya biasa kalau Hersu yang bicara itu menggambarkan bahwa lu baik-baik, lu hati-hati. Orang lihat lu. Kira-kira begitulah bahasa alus nya, belum ajukan syiar. Jadi kita belum Judicial Review. Begini asupan, heboh memang, ada semangat ya itu di kawan-kawan PKS ini untuk PR Prejest Resouces, termasuk ada wacana untuk mengadukan, PR satu wacana. Ini disampaikan oleh presiden partai. MK itu ada delapan perkara, sudah delapan perkara yang diajukan untuk muncul. Materi terakhir pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Permohonan Pengujian. Pada saat itu beberapa yang menyarankan agar ditunggu dulu. Ini putusan kita masuk di wilayah sudah pada gagal. Karena sebelumnya sudah empat belas kali di MK memutus yang ini belum tertutup, belum ada terkait pasal tersebut, enggak ada yang boleh. Tapi kan beda-beda yang mereka dianggap tidak punya Legal Standing kalau PKS dan partai peserta pemilu yang bisa mengkalkulasi. Kita tunggu saja. Makanya kita lihat entar makanya kita harus begitu. Kita masuk nanti saja. Kita podcast yang kenceng lagi, kita siap. Artinya Pasal soal Presidential Threshold ini sudah 22 kali telah diajukan ke MK maka disarankan PKS untuk lebih berhati-hati dalam soal ini kita juga punya strategi jangan cara yang sama. Legal Standing kita juga harus kuat. Jadi saat ini tim melakukan kajian dan telah dikumpulkan para pakar-pakar kita, telah duduk, lalu siap dan tinggal menunggu hasil presiden yang sedang berjalan di MK. Jadi jangan khawatir lah ya. “Sungai dibuat jadi Bendungan membuat kita tidak berenang, PT memang menjadi sandungan untuk demokrasi yang lebih matang”. Oke sekarang kita ngomong soal Pilpres. Apakah PKS sekarang sudah mulai memikirkan itu untuk mempermudah siapa yang akan dipilih, ajukan, dan sebagainya. Nanti kalau PT 0% beres PKS sendirian mengajukan meskipun secara kalkulasi politik tentu enggak kuat tersendiri yang harus tetap koalisi bukan basisnya 20%, tetapi basisnya harus bekerjasama. Iya. Jadi kalau kita lihat PKS ini mengikuti detik-detik perkembangan setelah KPU memutuskan 14 Februari. Dia dipersiapan untuk jadwal Pemilu berarti O. Alhamdulillah, perpanjangan 3 periode. Pokoknya semangat, semangat kerja aja dulu deh kita kita positive thinking dulu kita. Sebagai Sekjen di partai ini urusannya kerja sesuai dengan aturan mengikuti prosedur. Siapkan semua jadwal-jadwal dan simbol-simbol, terus sampai pileg-pilpres, dan sebagainya, itu urusan kami. Adapun nanti yang berkembang lain, ada lagi skenario yang lain, menyiapkan agenda. Adapun kalau ditanya bagaimana PKS? Ya iyalah kita ikuti semua perkembangan. Kenapa milad kita kemarin mengadakan sebuah suasana yang membuka kepada seluruh peluang calon untuk berbicara di Medan PKS? Mas Hersu gak datang soalnya! Nggak diundang gimana mau dateng kan gak boleh kalau ketemu kematian kita tanpa diundang datang, tapi kalau pesta enggak boleh dong. Jadi kalau nggak diundang, artinya Mas Hersu harus melacak ada apa di PKS. Begitu dong, jadi dikejar. Kita undang tuh Mas, semua datang tuh ya tokoh-tokoh semua, bicara Muhaimin (Iskandar) ada yang pakai typing, ada Sandi (Sandiaga Uno), ada Anies Baswedan. Ada konflik-lah. Beberapa dari situ pertemuan Perjodohan dibuka dan berkain bersambut. Muhaimin melanjutkan di jalur tengah dimainin, nggak perlu di langitan, di langitan kita nggak penting. Sekarang ombak kita buat saja dulu biar berputar, bergerak arah ke mana nih jalur tengah. Cocok dengan statement Jusuf Kalla kemarin di acara NasDem saya ikuti. Dan benar Jusuf Kalla, ini lagi ditentukan oleh partai tengah, sudah kita siapkan calon-calon, udah di depan meja kita. Tinggal kapan kira mau mengambil alih, kita putuskan itu saja.   Iya kan ini berkaitan dengan statement yang menyatakan bahwa tidak mau lagi di luar pemerintah, harus masuk dalam pemerintahan. Bagaimana strateginya untuk menjadikan itu? Strategi mencari calon yang pasti menang itukan sekarang ada KIB, silakan saja KIB bergerak, kita senang ada KIB. Kita juga PKS mulai membuat dengan PKB. Sebentar lagi kita ajak, tunggu aja sewaktu-waktu di pekan depan, pekan depan lagi, apa yang akan terjadi biar ombak gelombang ini berjalan. Jangan sampai ombak ini sepi, siapa yang akan memimpin nggak penting. Siapa dulu tapi penjajakan terus berjalan kemistri. Dari titik temu nanti pada waktu dijodoh ketemu, selesai itu barang pada waktunya. Cuma kita enggak model last minute. Detilnya Bos capek kita harus jelas siapa Presiden, Siapa Wakil, supaya jelas. Pemenang itu bisa kelihatan nanti auranya tuh. Kelihatan udah banyak para hamba-hamba Allah berdatangan. Juga kelihatan ini ciri-ciri khas. Oke, apakah dengan begitu berhenti terus PKS tidak akan lagi mengulang koalisi pada pilpres 2014 2019 yang terbukti kemudian kalah, karena tadi menyatakan tidak mau kalah lagi, maunya jadi pemenang? Ya kita buktikan aja nanti, kita lihat ini berhari-hari keputusan. Oke ini itu yang saya inginkan dan ini juga berkaitan dengan Koalisi kemarin mengapa kemudian yang pertama dipilih itu bersama dengan PKB apakah karena memang menghindari KIB atau ada strategi lain?   Begini ini strategis bukan untuk diceritakan tapi karena Hersu yang ngomong lebih baik kita blak-blakan aja. Kita diajak KIB dari awal, tapi kita tidak mau terikat. PKS itu partai kecil Bos partai kecil. Kita bisa bermain saja dulu. Kita tidak mau terikat si A si B si C si D, tapi kepada mereka, kita buka pintu. Dari jalur kita ada ketok pintunya, kita tahu betul perkembangannya. Ketika dari nilai pada waktu milad itu saya katakan hati-hati, jangan salah ya. Para pimpinan di depan ini bisa jadi dilamar PKS itu. Iya, senyum Anies juga wah hari itu bukan main ya tahu sendiri PKS kalau sama Anies kayak gimana. Oke jadi ini pekan depan jadi itu tradisinya bahwa akan ada kepastian bergabung dengan partai semut merah ini kualifisi semut merah ini ya. Ya betul-betul. Oke nah kan begini walaupun ada stigma antara kalau PKB bisa bekerjasama PKS sebuah fakta yang menarik tetapi orang tetap saja melihat itu  Islam ke Islam ditekan dan selama ini apakah PKS memang mencoba tidak mencoba keluar dari stigma itu bahwa ada stigma walaupun sebenarnya harus Stigma tidak tepat ya bahwa kalau Islam itu berarti politik aliran kalau nasionalis dan aliran itu sama-sama politik aliran kan sebenarnya tapi stigma Islam selalu seperti itu? Iya jadi kalau kita ya orang nyebut edrntitas, aliran, polarisasi udahlah jangan kau tanggapi baik-baik lampu semangat ngomongin itu mana ada nggak ada kualisi identitas sampai kapanpun pasti ada itu orang Jawa bukan identitas. Jawa otang Jawa itu ujung-ujungnya selalu ini kita kumat juga its oke nggak papa tapi kita meminimise pesan itu. Sekarang nih PKS posisi dikatakan diujung kanan kita lihat aja sekarang tidak perlu dengan adat fakta yang membuktikan bagaimana PKS bisa lebih bisa bermain dengan banyak pihak kita siap dengan nasional religius. satu titik rahmatan lil\'alamin kita bertemu dengan kalimat itu sama tersebut titik temu rahmatan lil\'alamin itu nanti kita kita partai nasionalis bersama nih kan udah beegabung bos kira-kira bagaimana ini? Kalau enggak para penyanyi-penyanyi tertarik lihat kita nih para artis woh tertarik ibarat tapi perlu waktu begitu kira-kira. Kok jadi pinter banget saya. Pak Hersu terlebih Ustad daripada ustad-ustad. Oke mari kita saya ingin bertanya lebih tahu tentang apa sih sebenarnya dipikirkan oleh PKS ini tentang bangsa, di tengah situasi orang sebenarnya sekarang sudah mulai putus harapan, ketika oligarki luar biasa mendominasi politik dan sehingga suara-suara rakyat ini sebenarnya cuma diperlukan untuk stempel setiap lima kali seriap lima tahun datang. Itu sebagai Pilpres Pemilu datang apa sebenarnya ingin dilakukan oleh PKS? Ada satu hal budaya psikologis yang terjadi di Republik itu soal pencapresan pencalegan Pilkada. Budaya ini menjadi sebuah hal yang sulit dihilangkan. Tapi bisa sebenarnya tinggal kemampuan pemimpin yang akan datang yang mampu mengendalikan pola kerjanya sistem yang kita harus kita rubah kalau sistem masih seperti ini saya yakin sudah untuk kita berbicara tanpa oligarki. Anda pun sebagai caleg tidak bisa anda harus jadi oligarki sendiri pada saat itu kepada anggota-anggota anda, anda enggak bisa memanggil mereka kalau tanpa sesuatu yang bisa buat mereka tersenyum dan mereka bisa berkata itulah fakta, inilah Indonesia, inilah pileg kita ente pikir bisa kosong-kosong andai jadi caleg enggak ada ya cukup kapasitas, kapabilitas, intelektual apa sebagainya kalau sementara yang ditenteng enggak kelihatan, enggak berbentuk orang juga bikin siapa dia. Inilah fakta dan ini yang mesti dirubah cara merubahnya itu perlu ada kerjasama itu oleh sistem yang diubah sistem pemilunya, undang-undang pemilu nya, bagaimana pencalegan dan pencapresan, Pilkada semua itu terkait dan itu dibutuhkan pemikiran-pemikiran inilah yang kita bekerja besar gitu kira-kira. Dari mana PKS mau mulai melakukan perubahan itu? Ya kita mulai dari kita sendiri kita mulai dari kita apa yang bisa kita lakukan tapi saya katakan saat ini boleh dikatakan namanya oligarki politik uang saat ini masih belum bisa dirubah total ini fakta lapangan jangan ngomong soal idealis deh ngak ada itu. Bagaimana caranya? Ya kita harus memulai kita sudah mendidik rakyat memilih orang tuh kalau ada sesuatu ifu problemnya enggak ada cerita kosong-kosong begitu-begitu juga Pilpres kita bilang tanpa mahar tanpa apa ini fakta. Jadi kita jadi kayak para munafikin antara yanf djkatakan dikerjakan tuh berbeda  ini perlu kebersamaan perlu pemimpin-pemimpin menjadi contoh itu harapan kedepan. Kalau saya lihat polanha masih demikian jangan-jangan periode yang akan datang masih jauh berbeda masih kelihatan putarannya ini tak sekarang udah kebaca siapa dukung siapa-siapa dukung yang kuat dukung siapa yang punya kekuatan pendukung siapa kecepatan masing-masing tafsirnya jalan-jalan lain ini tafsirnya. Itu tafsirnya NU kalau jalur lain itu bahkan  tafsir PKS. Coba politik ini enggak bisa di lugas lugas dan juga kadang-kadang mahwar azzarifa apa yang dibaca dibalik itu semua. (*)

Dukung Perkembangan Batik Pesisir Selatan, LaNyalla: Bisa Bantu Pulihkan Ekonomi

Padang, FNN - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mendorong perkembangan industri kecil dan menengah (IKM) di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, termasuk perkembangan batik khas daerah. Menurut LaNyalla, IKM yang berkembang akan turut membantu pemulihan ekonomi yang sempat terganggu pandemi Covid-19. “Saya mendorong sepenuhnya aktivitas ekonomi batik tanah liek produksi Industri Kecil dan Menengah (IKM) Pesisir Selatan. Usaha ini harus lebih dikembangkan secara optimal, hingga dikenal di seluruh tanah air. Sehingga dampaknya akan sangat bagus untuk pemulihan ekonomi,” kata LaNyalla, yang sedang kunjungan kerja di Padang, Sabtu (18/6/2022). Senator asal Jawa Timur ini mengatakan, potensi pasar batik Indonesia sangat besar. “Masyarakat peminat berbagai jenis batik sangat banyak. Hal ini merupakan potensi pasar yang besar dan tentunya sangat menjanjikan,” katanya. Agar pengembangan batik lokal lebih maksimal, LaNyalla mendorong supaya pemerintah daerah lebih berperan aktif dalam pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Pesisir Selatan. Satu hal yang menurut LaNyalla harus diperhatikan adalah pemasarannya. “Setiap daerah memiliki kain yang khas. Untuk itu, pemasaran kain batik tanah Liek sangat terbuka di setiap daerah lain, asalkan dilakukan dengan lebih gencar agar diketahui keberadaannya,” kata Alumnus Universitas Brawijaya Malang itu. Rombongan Ketua DPD RI itu disambut Senator Sumatera Barat Leonardy Harmainy dan Alirman Sori, Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah dan Kepala Biro Administrasi Pimpinan Maifrizon. (mth/*)

Efek Reshuffle, Potensi Kekacauan Bertambah, Siap-Siap Luhut Dapat Tugas Baru

Hari pertama kerja sebagai Menteri Perdagangan yang baru, Zulkifli Hasan blusukan ke Pasar Cibubur, Jakarta Timur dan langsung kaget. Di pasar itu, ia mendapat banyak keluhan dari pedagang maupun masyarakat soal harga bahan pokok yang naik semua. Untuk cabai merah misalnya, ia mendapat keluhan bahwa harganya melesat dari Rp80 ribu menjadi Rp100 ribu per kg. Kemudian, telur dari Rp26 ribu naik ke Rp29 ribu per kg. Ayam dari Rp21 ribu naik ke Rp26 ribu per kg. Kekagetan Zulhas justru mendapat cemoohan masyarakat. Bahkan rekan sesama politisi Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB menyindir dengan telak. Dia menyebut Zulhas sedang akting. Pengamat politik Rocky Gerung menyesalkan reshuffle yang hanya dipakai bukan untuk menyelesaikan masalah, tapi untuk mengamankan Presiden. “Jadi, ini bahayanya kalau reshuffle  hanya untuk mengamankan posisi presiden dan bukan untuk menyelesaikan masalah policy,” kata Rocky dalam wawancara dengan wartawan senior FNN Hersubeno Arief, Sabtu, 18 Juni 2022. Berikut petikannya: Yang membuat saya senyum-senyum saja itu adalah saya dikirimi status Twitter dari Cak Imin, rupanya orang sudah tahu siapa yang dimaksud.  Begini statusnya, “Menteri baru kok akting! Barang sudah naik lama kok baru kaget.” Ini cuitan dari Cak Imin. Dan kita tahu sebenarnya maksudnya apa, tapi kemudian ada netizen yang menjawab begini: “La Anda ini malah aneh, sudah tahu gitu kok pakai update status, Gus? Kenapa nggak bilang saja di depan orangnya, wong ya Anda makan bareng gitu. Apa jangan-jangan ada kecewa karena nggak jadi menteri, terus Anda agak kaget juga gitu”. Bener kan mereka makan-makan bareng. Foto-foto ini menunjukkan mereka bareng, terus jalan bareng juga. Kenapa mesti lewat status Twitter ini Cak Imin menyindir Pak Zulhas? Ya, saat pelantikan kabinet itu yang paling santai sebetulnya Cak Imin, tidak ada beban, ngeledek kiri ngeledek kanan, dan bahasa tubuh Cak Imin memang didesain untuk ngeyel kan? Memang Cak Imin paham. Opini publik merasa bahwa ini menteri ngerti apa nggak keadaan itu. Masa menteri ngeluh. Bagian-bagian yang sebetulnya sudah bisa diprediksi nggak perlu lagi dia sok pamer di pasar, saya kaget segala macem. Jadi, fasilitas kita untuk melihat politik akhirnya terhalang oleh kecurigaan kita bahwa dari awal menteri-menteri ini memang sekadar ditaruh di situ, bukan untuk menyelesaikan masalah, tapi untuk mengamankan Presiden doang. Jadi, bahayanya kalau reshuffle  itu hanya untuk mengamankan posisi presiden dan bukan untuk menyelesaikan masalah policy. Jadi, kita bedakan antara politik dan policy. Departemen Perdagangan harusnya diasuh dengan policy, bukan dengan politik. Cak Imin tentu ingin kasih tahu bahwa ya kalau gua di situ ya gue lebih jago. Kira-kira begitu. Tapi kita nggak usah anggap itu sebagai rasa iri Cak Imin. Itu rasa nakal aja tuh, buat ngledek teman-teman makannya tuh. Mungkin setelah itu ketemu di parkiran lalu sama-sama gila lu ngapain ngledek-ngledek saya. Cak Imin merasa bahwa ya mesti diledek karena itu yang bisa membuat orang ingat Cak Imin. Jadi Cak Imin juga lagi kampanye supaya namanya enggak lenyap. Biasalah itu. Ya tapi sebenarnya cuitan Cak Imin juga mengonfirmasi bahwa apa yang kita katakan kemarin makan-makan bareng, jalan bareng, duduk bareng itu sebenarnya cuman pura-pura saja kan? Iya saya bayangkan itu makan siang dengan Presiden lalu Presiden kasih sinyal bahwa ini adalah koalisi persatuan. Begitu diucapkan kata persatuan, saling senggol kaki di bawah meja. Presiden tidak tahu bahwa di antara menteri begitu. Kalau sedang sidang  kabinet juga kan begitu, saling kaget atau saling kirim WA. Jadi, dinding istana kan suka kasih bocoran kita bahwa si ini sebenarnya begini tuh. Jadi kita akhirnya harus nonton inkapasiti dari Presiden untuk menertibkan kabinetnya. Dan sebenernya kita nggak perlu merasa bahwa presiden memang ingin membuat kabinet persatuan atau mengembalikan soliditasnya karena dari awal ide untuk reshuffle itu bukan untuk menguatkan kabinet, tapi untuk mengamankan proyek politik presiden. Kan PAN dibawa ke situ untuk memastikan bahwa Anies akan lewat PAN. Jadi bukan untuk menyelesaikan minyak goreng. Memang bukan itu maksudnya Zulhas ada di kabinet. Ini topiknya masih Pak Zulhas karena kemarin orang juga terkejut ketika membaca berita (di CNN) yang judulnya “Belum sepekan menjabat menteri perdagangan Zulhas lempar urusan minyak goreng ke Pak Luhut”. Nggak lama kemudian beritanya diralat, judulnya diubah. Judulnya menjadi “Zulhas dukung Luhut urus minyak goreng curah, Cek stok ke pasar”” Jadi ini kan dua hal yang berbeda karena kata-kata ini setelah dia mendapat penjelasan dari Kementerian Perdagangan. Jadi rupanya katanya wartawannya salah-kutip. Ya mustinya wawancara Pak Luhut dulu. Jangan-jangan memang Pak Luhut maksudkan begitu. Jadi sebetulnya wartawan juga mustinya klarifikasi ke Pak Luhut, apa betul Pak Luhut pasti ngurus minyak goreng setelah Menteri Perdagangannya baru. Kan begitu juga. Kan akhirnya kalau ada reshuffle tupoksinya musti balik ke menteri-menteri teknisnya. Kan dulu Pak Jokowi minta Pak Luhut mengurusi minyak goreng karena dianggap Pak Luthfi tidak bisa. Sekarang sudah di-reshuffle. Artinya, menteri yang baru, yaitu Pak Zulhas, harus mampu untuk menjalankan fungsi teknis dari menteri sebelumnya. Dengan kata lain, seharusnya begitu di-reshuffle makan tupoksi yang dipindahkan ke Pak Luhut berhenti. Jadi, memang harusnya Menteri Perdagangan yang ngurus itu. Jadi kalau dilempar ulangi Pak Luhut juga merasa ngapain dilempar ke gue. Lu di-reshuffle buat menyelesaikan tugas yang ditinggal oleh menteri sebelumnya. Jadi, kelihatannya memang kacau aja jobdesnya. Itu artinya di kepala presiden dari awal enggak tahu apa guna atau apa fungsi utama reshuffle.  Lalu disalahin wartawan lagi. (ida, sws)