OPINI

Adili Jokowi Makzulkan Gibran

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan KETIKA Prabowo adalah Jokowi dan Jokowi adalah Prabowo maka rakyat sudah kehilangan harapan. Bagaimana bisa seorang Presiden tidak peduli atas kejahatan politik yang dilakukan oleh seorang mantan Presiden. Presiden Prabowo tidak diberi amanah oleh rakyat untuk melindungi kejahatan hukum yang dilakukan oleh siapapun, termasuk mantan Presiden Jokowi. Acara HUT ke 17 Partai Gerindra di Sentul 15 Februari 2025 telah membongkar aib Ketum Partai yang menjadi Presiden Republik Indonesia. Terlepas bahwa jabatan Presidennya didapat secara halal atau tidak, Prabowo telah membuat tiga langkah kontroversial yang sekaligus bunuh diri, yaitu : Pertama, pengakuan bahwa \"kita begini\" karena bantuan Presiden ke 7 Jokowi. Makna dalamnya adalah bahwa Prabowo menjadi Presiden itu atas bantuan Jokowi. Presiden Jokowi saat itu diduga kuat \"all out\" menggerakkan aparat, menyimpangkan dana Bansos, merekayasa Sirekap, serta mengolah lemhaga survey. Kedua, pengakuan \"tulus dan konsisten\" bahwa  Jokowi adalah guru politik Prabowo. Prabowo akan selalu berkhidmah dan melindungi guru politiknya. Sejalan dengan pernyataan di Muslimat NU tentang tidak mau berpisah, menjadi tekad untuk selalu bersama berdua baik dalam suka maupun duka,  sehidup semati, dan cinta sampai ke ubun-ubun. Wo and Wi. Ketiga, teriakan histeris Prabowo \"Hidup Jokowi\" sama saja dengan pekik \"Mati Prabowo\". Di tengah arus deras tuntutan \"Adili Jokowi\" bahkan \"Hukum Mati Jokowi\" Prabowo melawan arus dengan  \"Hidup Jokowi\". Inilah model bunuh diri Prabowo. Sikap emosional dan kurang peka pada suara hati nurani rakyat. 100 hari wafatnya aspirasi dan redupnya demokrasi. Kalimat kasar \"Ndasmu\" yang ditujukan kepada pengeritik justru menggambarkan kekosongan \"Ndasku\". Tudingan Prabowo dikendalikan Jokowi itu bersandar pada sinyal-sinyal politik yang dibuatnya sendiri seperti komposisiMenteri, persetujuan personalia Pimpinan KPK, titipan Gibran, mempertahankan Bahlil, tetap dengan RRC, serta pembelaan mati-matian pada Jokowi. Indonesia dibuat gelap oleh Jokowi. Harapan habis gelap terbitlah terang hanya angan-angan. Prabowo membuat Indonesia tetap gelap, bahkan lebih gelap. Tidak tertolong oleh model retreat-retreat. Reatreat Menteri dan kini Kepala-Kepala Daerah di Akmil Magelang hanya pemborosan uang negara. Piknik menuju ke ruang gelap-gelapan. Masyarakat marah, mahasiswa tidak mungkin diam. Ada waktu omon-omon akan mendapat perlawanan dan perlawanan itu pasti semakin serius. Isu bergeser dari sekedar adili Jokowi menjadi adili Jokowi dan makzulkan Prabowo Gibran.  Prabowo adalah Jokowi.Jokowi adalah Prabowo.Gibran itu anak Jokowi.Diasuh oleh Prabowo.Aku dan kamu bersatu.Membuat Indonesia gelap dan semakin berdebu. *)  Bandung, 18 Februari 2025

Lepaslah Foto Panglima Besar Jenderal Sudirman, Ganti dengan Foto Joko Widodo

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  FOTO Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman terpampang dengan anggun diapit Merah Putih dan Bintang Lambang seorang Jenderal di salah ruangan kediaman Prabowo Subianto. Kalau benar Prabowo Subianto mantan tentara, masih mau menghargai perintah Panglimanya dan ingat sejarah perjuangannya, harus  paham Jendral Sudirman dari foto terpampang mengatakan : \"Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan  kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya, sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara disiplin harus di pegang teguh.... Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang dan siapapun juga\" (Jogjakarta 12 November 1945). \"Hendaknya perjuangan kita harus didasarkan atas kesucian, dengan demikian perjuangan kita selalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci dan kami percaya bahwa perjuangan suci  itu senantiasa  mendapatkan pertolongan dari Tahun\".  (Jogjakarta, 18 Desember 1945).. \"Tentara akan hidup sampai akhir zaman, jangan menjadi alat oleh suatu badan atau orang\". (Jogjakarta, tanggal 27 Mei 1946). \"Kami Tentara Republik Indonesia akan timbul dan tenggelam bersama negara\". (Jogjakarta, 9 Februari 1946). \"Jangan sekali kali di antara kita ada yang menyalahi janji, menjadi pengkhianat Nusa, Bangsa dan Agama.\" \"Tentara kita jangan sekali kali mengenal sifat dan perbuatan menyerah pada siapapun juga yang akan menjajah dan menindas kita kembali\" (Jogjakarta, 9 April 1946) \"Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai titik darah penghabisan. Sejengkal tanah pun tidak akan diserahkan kepada lawan, tapi akan kita pertahankan habis habisan\"  (Jogjakarta 25 Mei 1946). Sangat jelas perintah Jenderal Sudirman tentara jangan melacurkan diri menjadi : \"Alat oleh suatu badan atau orang\"\"Menyalahi janjinya menjadi penghianat Nusa, Bangsa dan Agama\"\"Menyerah pada siapapun juga yang akan menjajah dan menindas kita kembali\"\"Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara RI yang telah di diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai titik darah penghabisan dan ;\"Sejengkal tanah pun tidak akan di serahkan kepada lawan, tapi akan kita pertahankan habis habisan...\" Prabowo Subianto tetap terikat sebagai  tentara dengan Sumpahnya (Sumpah Perwira, Sumpah Prajurit dan Sapta Marga) sebagai  tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional. Cobalah Presiden Prabowo Subianto, ada waktu menepi merenungkan apa yang baru terjadi menyanjung bahkan ikrar tidak bisa di pisahkan dengan komprador dan agen Oligarki ( RRC ) orang yang berbahaya sebagai penghianat negara   yang telah membentangkan karpet merah dan terlibat dalam   eksploitasi penindasan, pengusiran kaum pribumi dengan paksa dari tempat tinggalnya. Seorang Presiden menyandang bintang empat, terkesan melawan seorang Panglima Besar Jendral Sudirman tanpa merasa bersalah bahkan merasa benar dari jalur sumpahnya baik sebagai Presiden atau TNI . Kalau tidak sanggup instrospeksi, memperbaiki diri dan kembali pada Sumpahnya sebagai Presiden dan Jenderal (Purnawirawan). Sebaiknya lepas (copot) foto Panglima Besar Jenderal Sudirman yang terpampang di rumah, silahkan ganti dengan foto Joko Widodo. (*)

Prabowo Masuk Perangkap Jokowi

Indonesia gelap, di balik yel-yel \"terima kasih Jokowi, infiltrasi sempurna Jokowers untuk mengubur Prabowo sebelum 2029. Oleh Ida N Kusdianti| Sekjen FTA  DRAMA di negara ini terus berlanjut.  Skenario demi skenario dilancarkan untuk membungkam isu-isu besar yang menjadi pekerjaan rumah (PR) berat bagi para penegak hukum. Dari kasus Hasto yang tak kunjung selesai sampai mundurnya kejaksaan agung dalam penanganan pagar laut menunjukkan hegemoni oligarki yang secara simbolik diwakili oleh Aguan telah mengangkangi lembaga lembaga hukum direpublik ini. Penegak hukum menghadapi Arsin yang selevel kepala desa saja tidak mampu bahkan Arsin masih bisa sesumbar dan merasa sebagai korban atas kasus yang menimpa dirinya sebaga makelar tanah dan pembuatan surat fiktif dasar keluarnya sertifikat hak guna bangunan (SHGB) dan sertifikat di atas laut Tangerang. Presiden Prabowo sedang menari dalam gendang hipnotis para menteri titipan Jokowi yang bercokol di kabinetnya.Presiden Prabowo sedang dibuatkan kubur oleh Jokowi lewat para pengkhianat yang berada di circle demi Gibran di 2029 untuk melanjutkan misi taipan mencaplok Republik ini secara sempurna. Aksi mahasiswa 17 Februari 2025 dengan tagline \"INDONESIA GELAP\" di Jakarta dan Surabaya merupakan bentuk protes dan kritik terhadap kebijakan pemerintah, terutama terkait dengan Munaslub Partai Gerindra yang meneriakkan yel-yel \"Terima kasih Jokowi\". Di sisi lain banyak bermunculan spanduk-spanduk di berbagai kota yang meminta Jokowi untuk diadili akibat selama memerintah lebih berpihak kepada oligarki dibandingkan kepada rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa aksi mahasiswa ini merupakan bagian dari gerakan yang lebih luas untuk menuntut perubahan dan akuntabilitas dari pemerintah. Mahasiswa dalam beraksi protes dan kritik terhadap pemerintah selalu dilakukan secara damai dan konstruktif, serta tidak melanggar hukum dan norma-norma sosial yang berlaku.meskipun seringkali diperlakukan tidak manusiawi oleh para aparat kepolisian yang sejak dipimpin Jokowi menjadi lembaga pemerintah yang paling arogan di Republik ini. Unjuk rasa di Indonesia Timur seperti Papua yang menolak program makan gratis adalah sebuah realisme \"Anak ayam mati di lumbung padi. Itulah Papua\" mengingat Papua adalah daerah yang mempunyai tambang emas tapi rakyatnya hidup dalam kemiskinan karena sumber daya alamnya dipecundangi oleh para pejabat dan taipan di republik ini. Rakyat Papua tidak butuh makan gratis tetapi butuh pendidikan gratis. Sepertinya kita tidak bisa berharap berlebihan terhadap pemerintah yang selalu memberikan narasi surga tetapi pada saat yang hampir bersamaan narasinya terbantahkan oleh ucapannya sendiri. Presiden Prabowo terlalu lugu dalam bersikap terhadap orang yang dinobatkan masuk nominasi tokoh terkorup dunia ini. Presiden Prabowo tidak menyadari bahwa apapun dilakukan Jokowi adalah untuk anaknya di 2029 untuk menyempurnakan misi oligarki yang punya agenda besar menjadikan Indonesia secara utuh dalam kekuasaannya. Jangan kotori jiwa patriotmu dengan candaan candaan yang tidak berarti, jenderal! Teriakan yel yel terima kasih Jokowi adalah candaan yang menyakiti demokrasi yang telah dipecundangi oleh rezim Jokowi. Jangan pancing kemarahan rakyat, Jangan berlagak tidak mendengar jeritan rakyat Banten korban keangkuhan dan kebiadaban Aguan. Ingat tidak ada yang bisa menghentikan kemarahan rakyat jika perut mereka kosong akibat sumber daya alamnya dirampok oleh para oligarki dan pejabat pengkhianat di republik ini. Jika penguasa menebar angin pengkhianatan, maka  rakyat akan menjadi badai yang siap meluluhlantakkan kebiadaban kalian. Akumulasi dari kekecewaan rakyat, selama.1.dekade muncul fenomena hebat di X  ketika tagar #KaburAjaDulu jadi trending dan  menggema. Inilah bentuk kekecewaan rakyat, kekecewaan kaum muda, rasa frustasi Gen Z yang sudah muak dengan kondisi bangsa saat ini. Ini tidak.bisa dianggap remeh. Pemerintah harus menanggapi hal ini dengan serius, jangan lontarkan bahasa sinis seperti.yang dikatakan Bahlil Bin Bahlul. Nasionalisme? Apa ukurannya bagi warga negara yang  belajar / bekerja di luar negeri dianggap tidak punya rasa nasionalisme? Menggelikan. Pemerintah harus mau mengkaji kritik dari Gen Z, karena di pundak merekalah nasib bangsa ini akan ditentukan. Anak emaskan generasi Indonesia sendiri bukan menganakemaskan TKA China dan para perampok SDA. PR untuk pemerintah, hentikan kekonyolan, sadar dan berhenti menari di atas genderang Jokowi. Berjuang tanpa batas untuk Indonesia berdaulat. (*)

Ndasmu-Ndasku dalam Nafsu Kemauanku dan Kemauanmu

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  SEJAK ditandatanganinya 23 Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Indonesia dan Tiongkok dalam pertemuan Belt and Road Initiative (BRI) di Beijing pada 26 April 2019, muncul berbagai kekhawatiran mengenai dampak investasi asing terhadap kedaulatan ekonomi dan kepemilikan aset strategis di Indonesia. Kesepakatan tersebut mencakup berbagai proyek infrastruktur, energi, dan pengembangan kawasan industri, yang disebut-sebut akan mempercepat pembangunan nasional. Namun, sebagian pihak mempertanyakan sejauh mana investasi ini menguntungkan rakyat Indonesia dan apakah ada risiko dominasi ekonomi oleh pihak asing. Salah satu kebijakan yang menimbulkan perdebatan adalah lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (UU IKN) dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ). Pemerintah menyatakan bahwa UU IKN bertujuan untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan Timur guna mengurangi beban Jakarta dan meningkatkan pemerataan pembangunan. Sementara itu, UU DKJ mengatur tata kelola Jakarta setelah tidak lagi menjadi ibu kota, dengan konsep aglomerasi yang mencakup Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur (Jabodetabekjur). Namun, kritik muncul bahwa kebijakan ini justru membuka peluang bagi kelompok oligarki dan investor asing untuk menguasai kawasan strategis. Beberapa analis menyoroti bahwa dalam UU DKJ, Pasal 55 Ayat 3 menetapkan bahwa Dewan Kawasan Aglomerasi dipimpin oleh Wakil Presiden, yang dianggap memberikan kewenangan besar terhadap pengelolaan kawasan tersebut. Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional (PSN), berbagai proyek infrastruktur dikembangkan, termasuk yang berlokasi di kawasan pesisir. Salah satunya adalah proyek Pantai Indah Kapuk (PIK), yang disebut-sebut sebagai salah satu bentuk investasi properti besar yang melibatkan pengusaha terkemuka. Ada kekhawatiran bahwa proyek ini mengancam kedaulatan negara. Beberapa laporan menyebutkan bahwa kepemilikan lahan di kawasan pesisir semakin didominasi oleh kelompok sering, memicu pertanyaan tentang keberpihakan kebijakan ini terhadap rakyat (kaum pribumi) Dalam konteks geopolitik, banyak negara mengkhawatirkan strategi ekspansi ekonomi Tiongkok yang dikenal sebagai lebensraum (perluasan wilayah ekonomi) dan frontier (penguasaan wilayah strategis untuk kepentingan ekonomi dan politik). Sejumlah analis berpendapat bahwa proyek-proyek infrastruktur yang didanai oleh Tiongkok bisa menjadi alat bagi negara tersebut untuk memperluas pengaruhnya untuk menguasai Nusantara. Di Indonesia, proyek-proyek yang melibatkan Tiongkok, baik melalui skema Belt and Road Initiative (BRI) maupun investasi langsung, sering kali dikaitkan dengan potensi ketergantungan ekonomi. Jika tidak dikelola dengan baik, ada risiko mengancam kedaulatan nasional  Presiden  Prabowo Subianto menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara investasi asing dan kedaulatan nasional. Pemerintah harus memastikan bahwa regulasi yang ada tidak justru merugikan kepentingan rakyat dan menguntungkan segelintir elit ekonomi (oligarki). Pidato Presiden Prabowo Subianto di berbagai kesempatan  masih melayang kesana lemari, terperangkap bingkai narasi kosong Ndasmu - Ndasku dalam nafsu kemauanku dan kemauanmu. Hilang fokus, tanpa langkah riil, jangan banyak omong, bertindak, berbuat, berpihak dan lindungi  masyarakat lokal (pribumi) dari bencana pengusiran dan pemusnahan menjadi kunci utama untuk memastikan bahwa rezim berjalan adil dan berkelanjutan. (*).

Prabowo Bawa Rakyat ke Alam Mimpi

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan SETELAH teriak dengan semangat luar biasa \"Hidup Jokowi..!\" maka mulailah harapan rakyat berubah jadi mimpi dan ketika terbangun ternyata Prabowo itu tidak nyata. Menjadi makhluk bayang-bayang yang terbang menyerupai Voldemort dalam ceritra Harry Potter. Tidak membahagiakan. Mimpi bahwa Prabowo sedang mendeklarasikan kembali ke UUD 1945 karena berekonomi dan berpolitik kini sudah sangat liberalis dan kapitalis. Keadilan hukum juga mengikuti mekanisme pasar dan sayangnya pasar itu ditentukan oleh oligarki bisnis. UUD menjadi sarana untuk meminggirkan rakyat. Mimpi Prabowo sedang melakukan penghematan dengan memangkas personalia Kabinetnya menjadi 25 Menteri saja tanpa Wamen dan Menko. Kabinet itu bukan perwakilan partai politik tapi zaken kabinet. Menteri Orde Jokowi sudah dibersihkan. Demi aspirasi dan orientasi kerakyatan. Mimpi Prabowo serius memberantas korupsi dengan mulai mengganti Kapolri, Jaksa Agung dan Pimpinan KPK. Presiden berani mengeluarkan Perppu reformasi hukum demi keadilan dan efek jera bagi koruptor. Tidak ada maaf bagi koruptor meskipun mereka telah mengembalikan uang hasil curiannya.  Mimpi Prabowo memerintahkan Kapolri atau mendorong Komnas HAM agar membuka kembali kasus \"unlawful killing\" KM 50 dengan mengendus pelanggaran HAM berat yang harus diselesaikan dengan aturan UU No 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Penjahat yang masih banyak berkeliaran harus dibekuk. Mimpi Prabowo menuntaskan skandal PIK 2 dengan mencabut status PSN dan membatalkan proyek PIK 2 milik Aguan dan Antoni Salim yang telah menyengsarakan rakyat Indonesia. Memerintahkan pembongkaran patung Naga PIK 2 yang telah memakan Garuda. Cina menjajah Indonesia. Mimpi Prabowo mengikuti kemauan rakyat yang mendesak agar menangkap dan mengadili Jokowi. Berharap tentu tidak sampai hukuman mati, bukankah teriakannya \"Hidup Jokowi..!\". Namun, jika dihukum matipun Jokowi akan tetap hidup di dunia lain dan harus bertanggungjawab. Prabowo tidak akan bisa cawe-cawe ke alam kubur Jokowi.  Mimpi Prabowo melepaskan Gibran untuk proses pemakzulan DPR dan MPR. Prabowo yang sadar Gibran itu ancaman sekaligus penyakit bagi kelangsungan pemerintahannya. Gibran cacat konstitusi, moral, agama, dan ideologi. Prabowo bijak dengan menempatkan anak kecil kembali ke ruang bermain di kamarnya sendiri.  Mimpi lain tentu masih banyak, akan tetapi semua hanyalah mimpi. Fakta saat bangunnya adalah Voldemort yang  bergentayangan. Dari kabinet Voldemort, aparat penegak hukum Voldemort, birokrasi Voldemort, DPR Voldemort, taipan Voldemort, hingga omon-omon Voldemort. Sama sekali tidak menggembirakan. Jokowi sudah tidak berkuasa, penggantinya Prabowo kurang berguna. Para pejabat di negara Indonesia seperti terkena guna-guna. Syndroma rasa percaya walau kerja baru sebatas kata-kata. Prabowo adalah figur biasa tidak istimewa apalagi pahlawan bangsa. Belum ada tanda-tanda ia perkasa, apalagi punya jasa. Kepemimpinannya pun masih coba-coba. Berpijaklah pada moral keadilan, kejujuran, dan kebenaran rakyat. Berusaha untuk menghapus kekecewaan publik atas kemenangan yang didapat dengan curang. Berkat bantuan Jokowi sang Bapak Curang Nasional...Hidup Jokowi..! (*)

Keris Kyai Garuda Yaksa Prabowo ke Jokowi dan Sejarah Keris Ken Arok

Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes | Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen  Dalam Puncak Acara Peringatan Ulang Tahun Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ke-17 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu (15/02/25) pagi, ada momentum menarik, bukan saja soal kehadiran \"Dinasti Jokowi\" yang cukup lengkap (Bapak-Anak-Menantu) di acara tersebut saja, namun saat Prabowo Subianto memberikan Sebilah Keris Emas kepada pendahulunya di pemerintahan tersebut. Banyak yang mulai menerka-nerka, apa sebenarnya makna di balik pemberian senjata khas tradisional Jawa tersebut, sebagaimana informasi khusus yang diterima, dimana spesifikasi ini masih jarang ditulis oleh media. Keris emas yang diberikan Prabowo ke Jokowi tersebut dinamakan \"Kyai Garuda Yaksa\" - mirip dengan nama Padepokannya di Hambalang- yang memiliki luk/lekukan yang dihitung dari Gagang keris ke atas berjumlah 13 (tiga belas). Dipilihnya Kyai Garuda Yaksa Luk-13 ini tentu sudah merupakan pertimbangan tersendiri, karena memiliki makna simbolis yang kuat dalam budaya dan perpolitikan Indonesia. Meski angka 13 sering disebut-sebut sebagai \"angka sial\", sampai-sampai ada sebutan \"celaka tiga belas\", \"Friday the third teen\" hingga beberapa hotel menghilangkan lantai 13 dan menggantinya dengan \"12A\", tetapi ternyata angka 13 ini yang dipilih Prabowo untuk jumlah luk keris yang diberikan ke Jokowi. Jadi apakah untuk buang sial? Boleh saja jika ada orang yang memaknai di atas, karena bagaimanapun juga Prabowo harus menerima \"warisan buruk\" dari rezim Jokowi selama 10 tahun sebelumnya (2014-2024) yang sampai-sampai mendapatkan \"penghargaan International\" berupa Finalis Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) yang secara de facto -dan de jure- merupakan bukti pandangan dunia terhadap Indonesia tersebut. Oleh karenanya tidak heran sampai-sampai Prabowo harus melakukan efisiensi di berbagai bidang yang disampaikannya di forum internasional sebagai \"jawaban\" atas prestasi buruk Jokowi sebelumnya. Namun kalau kita mau melihat secara filosofi positif, keris dengan luk (lekukan) 13 sering dikaitkan dengan kepemimpinan, kewibawaan, dan perlindungan. Dalam tradisi Jawa, keris bukan sekadar senjata, tetapi juga lambang kekuatan spiritual dan tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya. Apalagi nama \"Garuda Yaksa\" yang encerminkan jiwa patriotik: Garuda melambangkan lambang negara Indonesia, yang merepresentasikan kekuatan, keberanian, dan perlindungan terhadap rakyat dan Yaksa berarti raksasa atau penjaga, yang melambangkan tanggung jawab besar dalam menjaga bangsa dan negara. Pemberian keris ini bisa juga dianggap sebagai simbol persatuan dan legitimasi kepemimpinan dimana Prabowo dan Jokowi pernah menjadi rival politik dalam beberapa Pilpres sebelumnya, tetapi sejak 2019, Prabowo mau bergabung dalam pemerintahan Jokowi sebagai Menteri Pertahanan. Dalam budaya Jawa, pemberian keris adalah bentuk penghormatan. Keris dianggap memiliki tuah dan energi spiritual yang diberikan kepada orang yang dianggap layak menerimanya, dalam hal ini Jokowi yang dianggap Prabowo sebagai \"guru\"-nya. Jadi Penyerahan Keris Kyai Garuda Yaksa Luk-13 bukan sekadar seremoni, tetapi memiliki makna mendalam untuk menunjukkan penghormatan dari \"murid\" kepada \"guru\"-nya. Keris memang memiliki sejarah panjang di Indonesia, salah satunya yang legendaris adalah Keris Ken Arok, Kisah ini tercatat dalam Pararaton (Kitab Raja-Raja) dan Negarakertagama. Kerisnya dibuat oleh Empu Gandring, seorang pandai besi terkenal pada masa Kerajaan Tumapel (cikal bakal Kerajaan Singasari) pada abad ke-13. Dimana saat itu Ken Arok, seorang bangsawan ambisius, memesan keris sakti kepada Empu Gandring. Namun, sebelum keris selesai sepenuhnya, Ken Arok membunuh Empu Gandring dengan keris tersebut. Saat sekarat, Empu Gandring mengutuk bahwa keris itu akan membawa malapetaka bagi pemiliknya dan 7 (tujuh) keturunannya. Kutukan ini terbukti ketika Keris tersebut digunakan Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung, penguasa Tumapel, sehingga Ken Arok bisa mengambil alih kekuasaan dan menikahi istri Tunggul Ametung, Ken Dedes. Ken Arok sendiri terbunuh oleh keris itu oleh Anusapati, anak tirinya. Anusapati dibunuh Tohjaya (putra Ken Arok dari Ken Dedes), Tohjaya kemudian terbunuh dengan keris yang sama dan kutukan terus berlanjut dalam konflik dinasti Singasari. Keris Empu Gandring menjadi simbol keserakahan, pengkhianatan, dan nasib tragis akibat perebutan kekuasaan. Selain Keris Ken Arok, sebenarnya ada lagi Keris yang tidak kalah legend-nya dan sempat kabarnya sempat membuat hubungan Jokowi dengan mas Anies Baswedan bersitegang, yakni Keris Pangeran Diponegoro bernama \"Kyai Naga Siluman\". Keris ini dianggap sakral dan memiliki nilai historis tinggi karena merupakan salah satu senjata utama Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830). Keris ini sempat disimpan di Belanda sebagai barang rampasan perang, menjadi koleksi museum dan pada 10/03/20, Belanda mengembalikan beberapa benda bersejarah milik Pangeran Diponegoro, termasuk keris tersebut. Namun karena saat pengembaliannya Jokowi berhalangan, maka diterima oleh Anies Baswedan. Karena kisah ini juga sangat menarik, maka akan saya tuliskan dalam kesempatan berikutnya mendatang. Kesimpulannya, pemberian Keris Emas  \"Kyai Garuda Yaksa\" Luk-13 dari Prabowo ke Jokowi kemarin sangat banyak maknanya, bisa berarti positif sebagai simbol persatuan dan legitimasi kepemimpinan dari \"murid\" ke \"guru\"-nya, sebagaimana juga diakui dalam narasi pidatonya sebelumnya, Namun tidak salah kalau ada juga yang mengartikan sebagai \"buang sial\" dengan pemilihan jumlah lekukan/luk 13 (tiga belas) di bilah kerisnya. Semoga saja kisah Keris Ken Arok yang sempat terjadi pada abad (angka yang sama) ke-13 di atas tidak terjadi lagi di Indonesia, karena \"pembunuhan\" juga tidak mesti leterlijk diartikan secara harfiah tetapi bisa juga secara sosial, ekonomi dan politik. Oleh sebab itu Waspadalah, waspadalah ... (*)

Kekerasan Verbal Disonansi Israel-Hamas

Oleh Sabpri Piliang | Wartawan Senior        DISONANSI moral \'leader\' dan \"leadership\" perang Gaza, makin runtuh. Tak ada wibawa!     Dunia harus bersiap menghadapi kekacauan moral dan kekacauan verbal! Karena rasa takut tak bisa diciptakan. Dengan ancaman dan intimidasi!     Kekacauan kawasan Timteng, akan bermula dari Gaza. Kekerasan  verbal, seperti: \"menjadikan Gaza sebagai neraka\" (Trump), telah melahirkan psikologi emosional bagi lawan yang diancam.     Konsonansi, atau titik seimbang semestinya dihadirkan dari orang yang \"disegani\". Begitu juga resonansi sebagai asosiatif konsonansi, tak bisa diserahkan pada \"leadership\" yang tak punya tolok ukur (benchmarking).         Pelajaran empirik. \"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari\", telah menjadikan gencatan senjata Gaza, rapuh dan mudah runtuh.      \"Membuat Gaza jadi neraka\", mendorong Donald Trump masuk \"terlalu jauh\" dalam arena.  Hamas makin yakin, tak ada pilihan. Karena \"bola\" bukan ada di tangan mereka. Bukan pula di tangan Netanyahu. Tapi, ada di tangan Trump.      Kepura-puraan untuk mendamaikan semasa Joe Biden. Telah berubah menjadi \"outspoken\", blak-blakan.  Tak ada lagi resonansi (titik seimbang) untuk \"menghardik\" pihak-pihak yang bertikai. Agar berhenti berperang dan saling bunuh.    Hamas yang tak sedikit pun takut terhadap Donald Trump, berbalik mengingatkan. Tak ada cara lain pembebasan sandera, kecuali melalui negosiasi. Semacam pesan, kekekerasan verbal, tidak laku bagi Hamas.     Patuhi persyaratan perjanjian gencatan senjata. Itulah yang gerakan perlawanan Islam (Harakat sl-Muqawama al-Islamiyya/Hamas) ini \"takuti\", bukan Trump. Bukan pula Netanyahu.     \"Kami katakan pada seluruh dunia. Tidak ada migrasi kecuali ke Yerusalem.\" Itulah respon berani Hamas terhadap kekerasan verbal Donald Trump. Menyangkut memukimkan rakyat Gaza ke Mesir, Yordania.     Ancaman Trump, agar Hamas membebaskan seluruh 70-an sandera Israel. Tidak diperdulikan Hamas. Hamas hanya telah membebaskan tiga sandera (15/2): Sagui Dekel-Chen, Iair Horn, dan Sasha Troufanov. Kini sudah di tangan IDF.     Terlalu \'hiperbolik\' untuk memgatakan Hamas telah memenangkan \"psywar\" terhadap Israel, juga Donald Trump.      Namun ada yang menarik, pembebasan sandera Palestina oleh Israel kali ini. Israel meng-imitasi, meniru cara Hamas membebaskan rakyat Palestina. Kali ini, ratusan tahanan Palestina telah didandani rapi. Seolah Israel ingin mengatakan. \"Kami manusiawi\".     Biasanya tirus, kurus, lusuh, tahanan Palestina dipakaikan kemeja bergambar \"Awal Zaman Daud\". Ber-\'banner\': \"Kami tidak akan melupakan, atau memaafkan\" . Dalam bahasa Arab, seolah Israel ingin mengatakan. \"Hamas kejam\".      Kekerasan fisik dan mental,  kurang tudur, kelaparan di penjara Israel.  Dialami oleh para  tahanan Palestina.       Dilaporkan oleh Pusat Informasi Israel untuk HAM yang berjudul. \"Selamat datang di neraka\" (2024). Merilis 55 tahanan Palestina yang dibebaskan. Memperlihatkan \"gap\", antara perlakuan Israel dan Hamas terhadap tawanan.      Fase ke-6, dari tujuh fase tahap ke-1, telah berjalan baik. Sabtu depan, sebelum memasuki perundingan Tahap ke-2, akan menuntaskan jumlah 33 sandera Israel yang  dibebaskan.      Bagaimana kelanjutannya. Masih teka-teki. Terlebih bila AS tidak berupaya mendinginkan keadaan. Minggu depan, masih teka-teki. (*)

Percuma Omon omon Internasional, Adili Jokowi Pak!

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan.  KEJUTAN memang terjadi mungkin seperti yang dijanjikan. Sayangnya itu hanya pengakuan dosa di forum Internasional. Adalah di depan World Government Summit 2025 Dubai 13 Februari 2025 Prabowo mengakui bahwa Indonesia menghadapi persoalan korupsi yang mengkhawatirkan. Bertekad untuk mengatasi meski menghadapi perlawanan dari birokrasi dalam pemberantasannya.  Tidak jelas urgensi pidato pengakuan, tekad, dan curhat korupsi Indonesia di depan forum tersebut. Apa kontribusi bagi negara-negara dunia dengan keluh kesah tersebut, sekedar harapan ingin dianggap bahwa Prabowo sebagai figur omong hebat? Bagi rakyat Indonesia yang dibutuhkan adalah tindakan nyata bukan omon-omon. Menurut Prabowo korupsi telah merusak berbagai sektor dan telah mengakar di Indonesia. Dalam 100 hari kekuasaannya \"saya belum mulai berperang\". Lucu juga. Tahukah atau butakah Prabowo bahwa salah satu penyebab korupsi itu mengakar adalah rezim Jokowi? Prabowo sendiri selama 5 tahun ikut andil di dalamnya. Prabowo juga bukan figur bersih.  Paradoks Indonesia adalah keluhan bahwa korupsi telah mengkhawatirkan tetapi Prabowo justru melindungi, memuja, dan menganggap Jokowi itu berjasa. Rezim Jokowi jelas-jelas korup. Bahkan dunia tahu akan hal tersebut sebagaimana rilis OCCRP yang menempatkan Jokowi sebagai finalis tokoh korup kelas dunia.  Prabowo sesungguhnya buta atau dibutakan sehingga \"gajah di pelupuk mata tidak terlihat\". Jokowi yang maling bahkan perampok dilihat sebagai orang suci dan pahlawan. Rakyat yang menuntut agar Jokowi diadili itu justru dalam rangka upaya  memberantas korupsi.  Teriak-teriak Prabowo sampai ke ujung dunia tentang  memberantas korupsi, hanya pertunjukan drama dari kebodohan diri sendiri. Mempermalukan bangsa di mata dunia tanpa agenda dan langkah nyata. Sementara soal pemangkasan yang dipamerkan di forum tersebut justru unjuk kemiskinan. Jokowi sumber korupsi malah dianggap mitra, sahabat, guru bahkan teman hidup kebahagiannya. Ironi Prabowo ini, tanpa tekad untuk mendorong pengadilan Jokowi, maka isu memberantas korupsi hanya jadi main-mainan saja. Prabowo nampaknya ingin menjadi tontonan sebagai Presiden terlucu di dunia fantasi.  Pidato menggebu memuja, melindungi, dan mengecam pengkritik Jokowi di acara Muslimat NU Surabaya telah memupus harapan bahwa Prabowo akan mampu menjadi singa yang menakutkan para koruptor, mafia, dan perusak demokrasi. Pada HUT Partai Gerindra Prabowo memekik \"Hidup Jokowi\". Sesungguhnya Prabowo bukan saja bermental budak, juga sedang mengejek aspirasi rakyat.  Pidato di World Government Summit tentang pemberantasan korupsi menjadi bukti dan saksi bahwa Prabowo sukses meningkatkan diri dari \"tukang omon-omon Nasional\" menjadi \"tukang omon-omon Internasional\".  Dulu Jokowi juga meningkat dari tukang bohong nasional menjadi Internasional. Putin dibohongi Jokowi soal pesan Zelensky. Tanpa mendorong adili Jokowi, bukan mustahil esok akan muncul isu baru, yaitu adili Prabowo. Prabowo dan Jokowi dikhawatirkan akan  menjadi satu paket sebagai musuh rakyat. \"Wo and Wi as a public enemy\". Dan tentu rakyat mampu untuk menumbangkan. Suara rakyat suara Tuhan--vox populi vox dei. Bravo Prabowo, tokoh Paradoks Indonesia 2025. (*)

PEMBEBASAN SANDERA, Jebakan Perdamaian 'ala' Israel

Oleh Sabpri Piliang | Wartawan Senior      \"BAHASA ancaman tidak memiliki nilai. Hanya memperumit masalah\". (Pejabat Senior Hamas, Sami Abu Zuhri/\"The Guardians\").       Beberapa hari setelah melontarkan \"ancaman\" kepada Hamas. Presiden AS Donald Trump memperbaharui \'komunike\'nya.    \"Saya berbicara atas nama saya sendiri. Israel dapat mengesampingkannya. Hamas tahu apa yang saya maksud\". Trump, sepertinya baru \"ngeh\", bahwa dia adalah Presiden sebuah negara demokrasi terbesar di dunia.     Hamas nampak tak bisa digertak oleh siapa pun. Statemen organisasi perlawanan yang didirikan, karena faksi Al-Fatah (mewakili rakyat Palestina) terlalu moderat ini. Tidak menanggapi serius Donald Trump. Tidak ada ketakutan!     Pembebasan seluruh  sandera di pekan ke-enam (besok), yang diminta Donald Trump. Mengacaukan tiga tahapan (fase) perdamaian mediator: Mesir-Qatar-AS yang telah ditandatangani sebelum 19 Pebruari lalu.     Israel yang bimbang dengan dua \"rally point\" Trump: mengambilalih Gaza, membebaskan seluruh sandera Sabtu besok. Menerjemahkannya, dengan menahan truk-truk bantuan (makanan-tenda-alat berat-obat-menyerang sipil), yang telah termaktub dalam kesepakatan gencatan senjata Kairo.      Kecerdikan Hamas, membuat Israel (terpaksa) mengesampingkan (\"psywar\") Donald Trump. Israel tak bisa mengelak, saat para mediator (Mesir dan Qatar) mengingatkannya, bahwa mereka telah menandatangani (terikat) kesepakatan.  Lengkap dengan \"butir-butir\"nya. Kesepakatan itu \"suci\"!     Membaca orisinal \"roadmap\" dan pikiran Israel. Terutama kelompok sayap kanan yang menopang pemerintahan PM Benyamin Netanyahu.     Ada rasa kesal dan sesal,  gagal menaklukkan Hamas. Hamas yang \"kecil\", ternyata tak dapat dikalahkan. Semua menjadikan tokoh \"ekstreem\" Israel,  Bezalel Smotrich dan Ittamar Ben-Gvir tak bisa menerima \"realitas\".     Terlebih ketika Hamas, terlihat \"klimis\", berpakaian seragam militer rapi, terawat. Laik-nya tidak sedang susah, itu ketika  pembebasan sandera: fase 1,2,3,4,5.     Di sisi lain, \"pressure\" di dalam negeri Israel. Untuk menuntaskan pembebasan sandera, \"berderu kencang\". Tekanan dan kemarahan rakyat Israel, tak kalah berbahayanya , dengan konsolidasi Hamas selama tujuh minggu kesepakatan gencatan senjata \"Tahap-1\", yang akan berakhir pekan depan.     Perilaku Amerika Serikat (AS) lewat Donald Trump. Telah mengubah paradigma Hamas dan negara-negara Arab, bahkan dunia. Bahwa AS tidak lagi berfungsi sebagai negosiator yang melerai. Namun telah menjadi \"player\" yang memperkusut keadaan.      Tak urung Arab Saudi.  Lewat putra bungsu mantan Raja Faisal, Pangeran Turki bin Faisal al Saud mengecam keras apa yang dikatakan Donald Trump, dan PM Benyamin Netanyahu. Menyangkut pengusiran warga Palestina dari Gaza.      Ambiguitas AS yang ingin memetik \"laba\" perdamaian Israel-Arab Saudi. Dengan mengesampingkan nasib rakyat Palestina, dikecam oleh mantan Kepala Intelejen Umum Arab Saudi (1979-2001) ini.       Penderitaan rakyat Palestina tak akan pernah berakhir. Dengan, atau tanpa peristiwa serangan Hamas 7 Oktober 2023 (Banjir Al-Aqsa). Peta geopolitik, pun berubah drastis setelah peristiwa, di luar skenario Israel ini.      Serangan itu telah menggagalkan upaya AS mengikat Arab Saudi, dan sekaligus mengunci Palestina. Untuk tidak merdeka selamanya. AS-Israel sangat menyesali \"terlepasnya\" Arab Saudi dari \"perangkap perdamaian\".      Arab Saudi adalah kunci! Ya, kunci untuk \"melupakan\" kembalinya Israel ke perbatasan sebelum tahun 1967.       Lazimnya perdamaian Israel-Mesir (1978), \"Abraham Peace\" 2020 antara Israel dengan: Sudan, Maroko, dan UAE.  Telah \"menjebak\" mereka untuk tak boleh lagi membantu Palestina (militer dan logistik).       \"Abraham Peace\",  menggembok negara-negara Arab. Mereka wajib ikut menjaga kepentingan pertahanan Israel dari serangan, termasuk serangan pejuang Hamas.       Seandainya, Arab Saudi-Israel jadi berdamai. Seandainya tak ada \"Banjir Al-Aqsa\", maka Palestina tak lagi memiliki \'patron\' strategis di Timur Tengah (Arab Saudi). Yang mampu menjembati secara gradual, upaya memerdekakan Palestina.      Dua hal yang memperlihatkan kecemasan akut (amat sangat) Israel terhadap eksistensi Hamas. Pertama, Israel berupaya menahan alat-alat (mesin) berat pembersih puing perang Gaza. Kedua, di luar konteks. Polisi Israel menahan pedagang buku di Tepi Barat.          Menahan pedagang buku, adalah sebentuk \"radikalisasi\" Pemerintahan Israel (Pemerintahan koalisi) terhadap rakyat sipil yang tak punya kepentingan perang. Ketakutan pemerintahan (sayap kanan Israel), telah menjadikan paranoid berlebihan, dan buku dianggap sebagai \"ancaman\".       Besok, Sabtu (15 Pebruari), dalam kesepakatan Israel-Hamas. Tiga sandera Israel akan dibebaskan oleh Hamas. Israel pun akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina. Akankah berjalan mulus, untuk mengeliminasi kembalinya perang Gaza?     Trump merupakan \'investor\' terbesar bagi berhentinya eskalasi perang Hamas-Israel. Trump tak boleh membuat Netanyahu ragu, dengan kesepakatan yang telah dijalankan sejak 19 Pebruari lalu. Hamas yang \"lemah\", pasti patuh.       Trump, Netanyahu, juga Hamas. Harus menjamin, tak ada lagi fasis sekelas Benito Mussolini. Fasis   berbasis gerakan sayap kanan yang terpusat pada militeristik dan pemberangusan \"hantam kromo\".      Teruskanlah perdamaian Israel-Hamas hingga tahap \'dua\', dan \'tiga\'. Besok kita saksikan pembebasan sandera. (***).

Prabowo Stop Hanya Omon-omon

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  \"Di ILC tvOne (Selasa, 21/4/2020), Rizal Ramli sebut Jokowi antek China\" Rencana RRC akan memindahkan 200 juta warganya ke Indonesia itu nyata dan sudah terjadi 10 tahun ini, atas kuasa rezim Jokowi sebagai antek China, kata Rizal Ramli telah masuk imigran baru China 19 juta lebih dan kedepan terasa  makin tidak terkendali. Sejarah telah membuktikan sejak akhir abad 19, pemerintah penjajah Inggris, banjiri Singapura  (luas sekitar 728,6 km2) dengan imigran dari China, sejak itu penduduk Melayu  jadi minoritas dan  imigran China kuasai Singapura, sampai sekarang   Etnis China  74,3% tersisa 13,3%  Islam Melayu. Indonesia dalam bahaya, RRC berpenduduk 1,42 Miliar, terasa wilayahnya tidak akan kuat lagi menampungnya, ekspansi penduduk dengan dalih tenaga kerja harus di pindahkan kenegara lain, termasuk ke Indonesia yang saat ini berpenduduk 283,49 Juta. Inilah yang sekarang  terjadi di Indonesia. Xi Jinping menganggap Jokowi sebagai bonekanya, orang yg paling berjasa bagi RRC, harus bangun IKN,  buldoser seluruh  pulau Kalimantan dan Sulawesi akan menjadi hunian baru untuk penduduk imigran China.  Kalimantan ; Luas743.330 km2penduduk 21.258.000 jiwa, diperkirakan masih bisa  muat 400 jutaan orang imigran China. Sulawesi ; Luas 180.680 km2, penduduk 22,724,837 jiwa, bisa muat jumlah yang sama. Negara Indonesia ini di era Presiden Jokowi sudah disergap sejak 10 tahun lalu dan Presiden berikutnya akan disergap lebih dahsyat bahkan Prabowo Subianto seperti  ramalan Ghost Fleetnya sudah memperkirakan tahun 2030, Indonesia sudah bubar. Makna paling rasional makna bubar adalah sejak berlakunya UUD 2002, ketika Indonesia sudah masuk menjadi negara kapitalis menjadi jarahan pasar bebas, saat bersamaan kekuatan kekuasaan politik akan beralih ke tangan etnis China ( RRC ) Peralihan kekuasaan oleh RRC dengan perampasan tanah, mengusir warga pribumi bahkan karena tololnya di bantu oleh para penghianat opsir pribumi sendiri adalah pemandangan dahsyat, sadis, keji yang sedang kita saksikan saat ini, akan diganti dengan imigran etnis China. Ras pribumi melayu  yang sangat lemah pertahanan ekonominya akan digilas  menjadi minoritas dan akan tersisa atau di sisakan sedikit sebagai, kuli, budak China. Untuk menghindari segala kemungkinan terburuk, Presiden Prabowo Subianto harus bertindak cepat, tidak ada lagi tempat untuk pencitraan, menjual janji kosong, omong kosong (stop hanya omon-omon), meniru niru Jokowi sebagai antek China (RRC), untuk bisa keluar dari aneksasi RRC yang mengerikan dan sedang terjadi. Masa pemerintahan Prabowo Subianto adalah akan menjadi penentu Indonesia akan tetap bisa eksis atau akan tenggelam dalam sejarah. (*)