OPINI

Enak Bener Si Aguan, Risiko Cuma Dibongkar

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan  SEWENANG-wenang buat pagar laut, kalau tidak keras reaksinya, pasti agenda akan berjalan terus dan mulus bisa sampai pengurugan. Masif reaksi dari berbagai kalangan baik tokoh seperti Said Didu, kelompok aktivis Aliansi Rakyat Anti Oligarki, Kesultanan Banten, Tim Advokasi Perlawanan Oligarki Properti Perampasan Tanah Rakyat, Lembaga Hukum Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan kelompok masyarakat lainnya termasuk Jawara Banten dan APP TNI. Desakannya adalah cabut PSN atas PIK-2 karena PSN yang diperuntukkan bagi proyek Tropical Coastland telah disalahgunakan oleh pengusaha Aguan menjadi alat penggusuran dan pembelian murah tanah yang dikuasai rakyat. Ada pemaksaan atau intimidasi serta pergerakan dari aparat pemerintahan setempat. PSN sendiri terindikasi sebagai jembatan terjadinya kolusi dan suap. Pelanggaran hukum menjadi warna dari proyek PIK 2 termasuk pembuatan pagar laut yang membentang 30,16 KM. Meski skenario berbelit dibuat dari pengakuan palsu nelayan hingga forum jadi-jadian tetapi semua sudah mampu membaca bahwa pagar laut itu sangat terkait dengan Aguan. Soal pembongkaran dijamin sukses, siapa yang berani mencegah? Boss lho.  Masalahnya adalah masih sembunyinya sang pembuat. Aguan dan jajaran berskema tidak mengakui. Polisi beralasan tidak ada yang lapor, padahal beberapa nama sudah bisa diminta keterangan seperti Ali Hanafiah, Ghozali alias Engcun, Kades \"Rubicorn\" Kohod, Sandi \"JRP\" Martapraja, dan nama lain yang muncul di media sosial. Pembongkaran pagar laut menggembirakan pembuat karena alat bukti sudah hilang. Oleh marinir lagi.  Korps Marinir, dan juga Prabowo, sudah terjebak dalam \"obstruction of justice\" sehingga akan terpaksa menghentikan pengusutan pelaku. Ini kemauan Prabowo atau memang disain Aguan, atau keduanya? Publik terlanjur bahagia bahwa  pagar laut dibongkar, tetapi di balik itu Aguan selamat. Belum ada satupun terperiksa apalagi tersangka.  Akhirnya Aguan tentu sedang senyum atau tertawa-tawa bahwa risiko membangun pagar laut hanya dibongkar. Mungkin dalam hatinya \"gua bayarin pembongkaran juga, oke yang penting masalah pagar selesai\". Kini bisa jalan-jalan ke Singapura atau ke negeri leluhur, China. Atas serangan pada PIK-2 masih tetap dicari akal agar lolos dan dapat tetap berjalan. Meskipun demikian rakyat, khususnya rakyat Banten, tidak akan merasa bahwa masalah telah selesai sebelum tuntutan utama terealisasi, yakni cabut PSN dan batalkan PIK-2, ganti pihak yang dirugikan. Bonus primair tangkap dan adili Aguan. Bonus subsidair tangkap dan adili Jokowi, Lebih subsidair tangkap dan adili Airlangga. Lebih lebih subsidair lagi tangkap dan adili Aguan, Jokowi dan Airlangga. Jika ada rencana melakukan sertifikasi laut seperti area pagar laut bekasi, dipastikan bakal gagal. Aneh-aneh saja ada Sertifikat Tanah di laut. BPN itu Badan Pertanahan Nasional, bukan Badan Perlautan. Di negara Konoha memang segala bisa dan mengada-ada. Siapa dulu Presidennya? (*)

Presiden Prabowo Harus Keluar dari Kendali Mochtar Riady, James Riyady, dan Keren Brooks

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  KEBERANIAN Presiden Prabowo membongkar pagar laut di pantai utara Banten dengan perintahnya melalui Kepala Staf TNI AL, layak kita apresiasi.  Selanjutnya dieksekusi oleh Brigadir Jenderal Harry Indarto, Tentara Angkatan Laut, bergerak cepat bersama 600 marinir, pasukan katak, pasukan penyelam bawah laut  membongkar pagar laut ilegal  yang terpasang berbulan bulan, tanpa ada seorangpun yang berani merubuhkannya. Ditengarai justru saat menteri dan instansi terkait masih berdiplomasi gaya kampungan, indikasi masih terkena gendam oligarki, TNI Angkatan Laut tidak ambil pusing bertindak cepat bongkar pagar laut tanpa basa basi. Jokowi pun dipastikan terkejut, sebagai mantan Presiden antek oligarki, yang masih diperintah oligarki agar  bisa mengendalikan semua kebijakan Presiden Prabowo,  kekuatan dan jaringannya mulai rontok berantakan. Mohtar Riyadi sesepuh jaringan Overseas Chinese, untuk mengamankan semua program Oligarki tidak boleh ada gangguan dan perlawanan dari kekuatan apapun, terbelalak harus  berhitung ulang dengan keberanian Presiden Prabowo. Presiden Prabowo pasti sudah mempersiapkan antisipasi perlawanan dari Mohtar Riyadi dkk., yang tidak akan tinggal diam, karena selama ini merasa besar kepala akan melakukan perlawanan.  Mochtar Riyadi merasa berpengalaman sebagai donatur   partai Demokrat Amerika faksi Arkansas connection, dengan tokohnya mantan Presiden Bill Clinton, mantan Menlu Madelin Albright yang juga ketua NDI (National Demicratic Institute) arsitek/konsultan perubahan/amandemen 4 kali  UUD 45 menjadi UUD 2002 yang liberal kapitalistik. Keberanian Presiden Prabowo pasti mengejutkan Faksi Arkansas connection dari Partai Demokrat USA yang juga mensponsori Jokowi jadi presiden Indonesia tahun 2014 dan diduga mensponsori Prabowo pada Pilpres 2024 ternyata melakukan perlawanan. Sejarahnya setelah AS dan RRC berhasil mencetak Indonesia menjadi negara liberal kapitalistik dengan mengubah UUD 45 menjadi UUD 2002. Dan masih berfungsinya operator Karen Brooks Indonesianis yang pernah menjadi direktur Asia Tenggara di National Security Council (NSC) dan berkantor di gedung putih, tugasnya di indonesia antara lain membina Presiden Presiden dan calon presiden Indonesia, akan bereaksi lebih hati hati dengan Presiden Prabowo Subianto. Mochtar Riady karena usianya memberikan mandat kepada James Riady agar terus kerjasama dengan operator Karen Brooks untuk mengendalikan Presiden Indonesia, sesuai kepentingan politik dan ekonominya masing-masing. James Riady terus membangun  jalinan  politik dan ekonomi sesuai rempt  Xi Jinping (RRC), untuk menjaga, mengamankan dan menjalankan program Belt and Road Initiative (BRI). Awal berkuasa Jokowi membuat kesepakatan Program Strategis Nasional sebagai pintu masuk RRC akan menguasai Indonesia. Termasuk perampasan tanah, pagar laut dan membuat hunian pendatang baru warga etnis Tionghoa. Politik konspirasi AS dan RRC telah menimbulkan bencana politik dan ekonomi yang mengerikan. Bencana  menguras Sumber Daya  Alam, perampasan tanah, pematokan laut dan bencana politik dan ekonomi lainnya yang makin liar. Presiden Prabowo harus berani keluar dari kendali AS dan RRC, pegang teguh amanah tujuan negara sesuai Pembukaan UUD 45, lawan segala bentuk penjajahan gaya baru. Pada waktu yang tepat negara harus kembali ke UUD 45. ( * ).

Arus Bawah Bergerak, Polemik PSN PIK 2 dan Seruan untuk Istana

Oleh Ida N. Kusdianti | Sekjen Forum Tanah Air (FTA) POLEMIK seputar Proyek Strategis Nasional (PSN) PIK 2 terus menjadi perhatian publik. Isu yang telah berlangsung selama berbulan-bulan ini tidak hanya menimbulkan kerugian besar, tetapi juga menjadi sorotan utama karena melibatkan hak rakyat dan kedaulatan bangsa. Dr. Said Didu, tokoh yang dikenal vokal, menjadi pelopor dalam membuka fakta-fakta terkait PSN PIK 2. Dengan data yang ia paparkan, berbagai aksi penolakan mulai dari deklarasi, pernyataan sikap, hingga demonstrasi telah dilakukan. Namun, hingga kini, solusi konkret masih jauh dari harapan rakyat. 9Spanduk-spanduk protes memang dicabut, tetapi pagar-pagar di pesisir utara tetap berdiri kokoh, simbol dari perlawanan yang belum usai. Media Mulai Angkat Suara KOMPAS TV dan TV One menjadi media pertama yang berani mengangkat isu PSN PIK 2, meskipun baru satu kali. KOMPAS TV menyoroti isu ini pada 3 Desember 2024, diikuti oleh TV One pada 14 Januari 2025. Kedua media ini memberikan panggung bagi rakyat untuk bersuara langsung, langkah yang diapresiasi sebagai bentuk dukungan terhadap arus bawah. “Ini langkah awal yang baik. Suara rakyat harus terus didengar dan disampaikan tanpa manipulasi,”. Arogansi Oligarki dan Tantangan Perjuangan Perjuangan mempertahankan wilayah yang diduga akan dikuasai oleh oligarki atas nama PSN tidaklah mudah. Para aktivis menghadapi tembok keadilan yang dianggap telah tergadai. “Arogansi kapitalis terus mencoba memiskinkan pribumi. Mereka menawarkan hedonisme kepada para pengambil kebijakan, dari tingkat elit hingga akar rumput,”   Di sisi lain, perjuangan rakyat sering kali dirusak oleh “penumpang gelap” yang memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi. Harapan dari Arus Bawah Meski demikian, harapan tetap ada. “Selama masih ada rakyat yang berpikir waras dan berniat lurus, perjuangan ini akan terus hidup,” ujar seorang pejuang dari lapangan. Pesan untuk rakyat adalah tetap waspada, peka terhadap siapa yang benar-benar berpihak pada perjuangan, dan tidak takut untuk bergerak. “Arus bawah lebih kuat daripada arus permukaan. Bergeraklah!” Pesan untuk Presiden Prabowo SubiantoPesan khusus juga disampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto. “Pasang mata dan telinga, lihat rakyat sudah bergerak. Ambil keputusan dan berpihaklah kepada rakyat. Akankah Istana memanggil rakyat, atau rakyat yang mendatangi Istana secara paksa?” #PSNPIK2 #ArusBawahBergerak #KedaulatanRakyat #PrabowoDengarRakyat  (*)

3 Hari Menjelang 100 Hari Kerja, Prabowo Masih di Bawah Bayang-Bayang Jokowi

Oleh Ida N. Kusdianti | Sekjen Forum Tanah Air (FTA) DINAMIKA politik Indonesia semakin menarik menjelang 100 hari kerja Presiden Prabowo Subianto. Namun, hingga saat ini, belum ada gebrakan besar dari sang presiden terkait isu-isu fundamental yang menyentuh hak-hak rakyat, sebagaimana dijanjikan dalam kampanye. Salah satu polemik yang mencuat adalah Proyek Strategis Nasional (PSN) PIK 2. Presiden Prabowo diharapkan mengambil langkah tegas dan konkret untuk menyelesaikan masalah ini, terutama karena dampaknya sangat dirasakan oleh rakyat Banten. Kasus ini menggambarkan bagaimana oligarki, yang menjadi sorotan publik, terus memperlihatkan kekuasaannya tanpa batas. Nama besar seperti Aguan kembali menjadi pembicaraan, terutama setelah dugaan pelanggaran hukum terkait penggusuran pribumi dan pemagaran laut yang menuai kontroversi. Jokowi Masih Mencuri Panggung Meskipun sudah tidak menjabat, mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampaknya masih aktif di panggung politik. Kunjungan Jokowi ke Jawa Tengah beberapa hari lalu dengan pengawalan ketat dan ribuan aparat menunjukkan upaya untuk tetap relevan. Namun, kehadirannya dianggap mengganggu momentum Prabowo sebagai presiden baru. Lebih jauh, nama Gibran Rakabuming, putra Jokowi, juga terus menjadi sorotan. Dengan dukungan oligarki dan sorotan media yang besar, Gibran dianggap sebagai \"anak macan\" yang suatu hari bisa menjadi ancaman bagi Prabowo. Pernyataan legendaris Dr. Conny tentang Jokowi sebagai seorang pengkhianat kembali relevan: “Bu Megawati saja dikhianati, apalagi Pak Prabowo?” Raport 100 Hari Kerja: Ujian bagi Kabinet Merah Putih Rakyat Indonesia kini menanti apa yang akan ditunjukkan oleh Kabinet Merah Putih dalam 100 hari kerja pertama. Akan ada banyak pihak yang memberikan \"rapor sementara\" untuk menilai apakah pemerintah benar-benar berpihak pada rakyat atau justru tunduk pada oligarki. Masalah besar seperti konflik sosial akibat PSN PIK 2 harus segera ditangani. Salah satu fakta mencolok adalah pengakuan Tasrin, yang mengaku sebagai nelayan dan membangun pagar laut secara swadaya. Banyak pihak melihat ini sebagai upaya cuci muka oleh Aguan dan kelompoknya. Presiden Prabowo tidak punya pilihan lain selain segera mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) untuk mencabut PSN PIK 2. Jika tidak, potensi konflik sosial yang lebih besar bisa saja terjadi, dengan dampak buruk bagi hubungan etnis dan stabilitas nasional. Rakyat Harus Tetap Waspada Dalam perjalanan menuju satu semester masa kerja, rakyat harus tetap kritis dan mengawasi setiap langkah pemerintahan. Jika Prabowo terus berada di bawah bayang-bayang Jokowi, kepercayaan publik bisa semakin menurun. Akhirnya, masa depan bangsa ini ada di tangan kita semua. Jangan biarkan oligarki dan kepentingan segelintir pihak menguasai Indonesia. Prabowo harus mendengar suara rakyat dan bertindak tegas! #BatalkanPSNPIK2 #SaveNelayanCilamayaKarawang #PrabowoBersamaRakyat #ArusBawahBergerak #KembaliKeUUD1945Asli #ForumTanahAir 

KESEPAKATAN ISRAEL-HAMAS: Pergi ke Bulan, atau ke "Neraka"!

Oleh Sabpri Piliang | Wartawan Senior     \"KITA memilih pergi ke Bulan\"! Presiden AS  John F. Kennedy (JFK) berujar, suatu hari. Setelah terpilih dan dilantik sebagai Presiden AS ke-35 (20 Januari 1961).     Tak sampai satu dasawarsa. Dari Kennedy Space Center,  tepatnya 8,5 tahun kemudian (1969). Pesawat Apollo 11 mendarat ke Bulan. Kata-kata seorang Presiden, dan janjinya tertepati.     \"Bersepakatlah (gencatan senjata)! Atau neraka akan terjadi di Timur Tengah. Jika perdamaian tidak tercapai, sebelum pelantikan Presiden\" (20 Januari 2025). Kata-kata Presiden terpilih AS ke-47 (Donald Trump), akan tertepati? Seperti memperingatkan, dan mengancam.      Hari itu, hari \"Sabat\". Hari dimana tidak ada yang bekerja ke kantor, menanam pohon, menggembalakan ternak.     Dalam agama Yahudi, itu adalah hari istirahat, dan berasal dari bahasa \'ibrani\' (Sabbath).     Tergopoh-gopoh. PM Benyamin Netanyahu \"melanggar\" ketentuan hari istirahatnya. Di bawah protes stafnya, pemimpin Partai Likud  ini masuk kantor (bekerja). Menerima Utusan  Presiden terpilih Donald Trump, Steve Witkoff, pastinya ada pesan dari Donald Trump.     Sebegitu pentingkah! Menerima seorang Utusan Presiden yang belum dilantik? Tak punya jabatan kenegaraan.    Hanya sekali! Catat! Hanya sekali pertemuan, Netanyahu langsung memerintahkan Kepala Mossad (David Barnea), dan Kepala Shin Bet (Ronen Bar), berangkat bertemu perunding Qatar, Mesir, dan AS.     Dalam hitungan jam, ter-\"declared\", kesepakatan gencatan senjata, dalam klausul yang sama seperti draf Mei 2024. Hampir semua pihak: Mesir, Qatar, AS, Hamas, dan Israel menyebutkan, perundingan hampir mencapai kesepakatan.     Semua orang terkejut. Ini ajaib. Bahkan, PM Benyamin Netanyahu, setelahnya menyempatkan menelepon Donald Trump. Untuk mengucapkan terima kasih. Di luar nalar saya!     Sebegitu kukuhnya Netanyahu. Alot menolak klausul Hamas, sejak Mei 2024. Harga perdamaian yang dituntut Hamas: tarik semua pasukan IDF dari Gaza, mundur dari koridor Philadelphia sepanjang 14 kilometer (Gaza Selatan), juga Poros Netzarim selebar 4 km (Gaza Tengah). Israel tak pernah setuju.     Setahunan Menlu AS Antony J. Blinken bolak-balik Washington-Qatar-Mesir, untuk mengupayakan titik temu Israel-Hamas. Hasilnya nihil. Israel semakin ganas membom Gaza, secara acak (random). Korban tak terkirakan.     Semua diabaikan! Israel tak peduli: PBB, sanksi kejahatan perang di Den Haag, himbauan badan pangan dunia, dan anggota NATO.  Dianggap remeh!      Target Operasi (TO) Israel adalah mengusir Hamas (mengeliminasi) dari Gaza. Bila itu telah tercapai, Netanyahu baru mau membuat kesepakatan perdamaian permanen dengan Palestina. Lantas, mengapa tiba-tiba Israel setuju dengan klausul  tersebut?     Bahkan, selepas pertemuannya dengan Steve Witkoff. Netanyahu menelepon terlebih dahulu Donald Trump. Bukan Joe Biden selaku ex-officio Presiden AS.     Sekali lagi! Kata-katanya. Terima kasih atas bantuan Trump, dalam membantu Israel mengakhiri penderitaan puluhan sandera, dan keluarga mereka. Bagi saya sebagai pengamat, narasi Netanyahu ini mengejutkan!       Media ternama Inggris \"The Guardian\", bahkan menyebut. Utusan Donald Trump (David Witkoff), mempengaruhi PM Benyamin Netanyahu, hanya dalam sekali pertemuan saja. Dibanding dengan pertemuan-pertemuan dengan Biden (Utusan), sepanjang tahun (berkali-kali). Hasilnya minimalis.       Apa yang terjadi setelah 15 bulan perang berdarah berlangsung di Gaza (sejak 7 Oktober 2023)? Semua orang frustrasi. Rasanya \"moon shot\" (jauh sekali) untuk menggapai penghentian pembantaian rakyat Gaza.       Tak ada yang bisa berbuat, apalagi mencegah Israel meluluhlantakkan perisai \"Tanah Gaza\".  Tak ada penduduk yang mau pergi keluar (mengosongkan) Gaza. Meski beresiko kematian. Seperti yang diharapkan Israel.     Bahkan, dalam dialog beberapa keluarga yang kehilangan anggotanya menyebut. Kematian adalah satu \"keberuntungan\". Saking \"kejam\" dan rasa sakit tak terperikan  yang mereka alami.       Mengapa bisa seperti ini daya tahan rakyat Gaza? Jim Collins, seorang penulis. Dalam bukunya \"Good To Great & Built To Last mengatakan satu idiom yang disebut BHAG, yaitu:      Sebuah sasaran yang besar (big), berbahaya dan mengerikan (hairy), serta menuntut keberanian (audacious), telah dilalui. Rakyat Gaza khususnya, dan Palestina umumnya sudah melewati fase yang sangat sulit dan kini telah datang \"moonlight\". Sinar Bulan yang mencerahkan.     Pertanyaan yang muncul sekarang. Siapa yang  berperan melunakkan Israel? Mengapa PM Israel menempuh \"bahaya\", yaitu bakal ditinggalkan koalisi garis kerasnya? Neraka Timur Tengah, lebih menakutkan Netanyahu?      Tekanan Donald Trump lewat Steve Witkoff, jelas lebih dominan terhadap Netanyahu. Trump tanpa \"basa basi\", telah memaksa Netanyahu menerima klausul dan konsesi Hamas menyangkut: Koridor Philadelphia, Netzarim, dan keluarnya Israel dari Gaza.      Israel paham karakter Donald Trump yang ingin perang \"gila\" (\'unhinged war\') ini,  diakhiri lebih cepat. Israel memahami, cara beroperasi Trump, sangat berbeda dengan Biden. Satu lagi, Trump akan menjabat Presiden kurun empat tahun ke depan.     Terlepas dari itu, Israel juga telah letih. Perekonomian hancur, pariwisata tak bergerak. Yang juga penting, Hamas adalah sebuah Ideologi yang tak bisa diberangus. Israel akhirnya memahami.      Semoga gencatan senjata Israel-Hamas yang akan dimulai Minggu (19 Januari) lusa, tanpa halangan. Persetujuan Knesset (Parlemen Israel) dan pemungutan suara Kabinet Israel hari ini, adalah tantangan yang sulit. Namun, optimistis dunia terus membuncah.     Keduanya (Israel-Palestina) bisa hidup berdampingan, tanpa perlu lagi darah tertumpah. (***).

Pemerintahan Tikus Celurut

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan PEMAGARAN laut tanpa izin dari sisi manapun tentu salah. Apalagi jika motifnya adalah penguasaan area untuk reklamasi demi kepentingan usaha. Pagar laut di area PIK-2 mudah untuk dibaca maksudnya, hanya pihak yang berniat melindungi berupaya membuat alasan berbelit-belit. Intinya adalah takut untuk menindak. Ada hantu raksasa di depan.  Pemerintah sejak awal takut dan pengecut. 30,16 KM bukan jarak pendek yang tidak terlihat. Aparat pemerintahan dan penegak hukum pasti tahu tetapi mendiamkan. Setelah ramai baru bereaksi, itupun sekedarnya, baru pasang spanduk penghentian. Keharusan untuk menangkap dan mengadili masih dicoba untuk dihindari.  Menteri ATR/BPN Nusron Wahid yang awal menggebu teriak pelanggaran hukum oleh pengembang PIK-2 mulai beralasan sumier saat ditanya tentang pagar laut dengan memproteksi. Menurutnya tidak dapat menangkap karena tidak ada yang dicuri. Mungkin maksudnya laut aman-aman saja tidak tercuri.   Bagi orang yang belajar hukum, membuat cerobong asap yang menghalangi pemandangan tetangga saja sudah bisa diproses. Dikenal dengan arrest cerobong asap. Lalu ingat interpretasi soal pencurian listrik, bukan pencuri itu yang mengambil kabel listrik, tapi mencantolkan aliran. Nah mencuri laut bukan dengan mengambil air laut, pak Nusron, tetapi membuat batas pagar laut ! Ada lagi Polisi yang menunggu gangguan ketertiban dan keamanan dulu untuk bertindak dalam masalah pagar laut PIK-2. Belum ada laporan katanya, ditunggu. Nah bapak-bapak  Polairud kasus ini bukan delik aduan (klacht delict) atau harus ada laporan dulu baru melangkah. Pagar laut adalah pelanggaran. Karenanya Polisi mencari dan menangkap pelanggarnya.  Memagar laut bukan perkara perdata. Pagar laut ini sudah diketahui banyak orang dan tentu diketahui oleh Polairud juga. Sudah ada yang mengaku seperti JRP, sudah ada yang menyebut Alijaya dan Engcun, sudah viral video Kades Kohod yang mengatur-ngatur, ada video penataan bambu-bambu. Mudah bagi Polairud untuk menyelidiki, tanpa menunggu laporan. Pencegahan dan penindakan merupakan tugas Kepolisian. Presiden Prabowo sudah keluar keringat berpidato tentang penegakan hukum, tidak ada negara dalam negara, evaluasi PSN hingga bongkar pagar. Akan tetapi aparat penerintahan di bawahnya seperti berbelit-belit menghindari tindakan nyata. Ada yang ditakuti seperti hantu jangjawokan atau genderuwo.  Pemerintah takut berhadapan dengan Naga, takut pada Cina, takut pada pagar bambu, takut pada negara Tirai Bambu, takut pada tidak dapat cuan, takut terbongkar suap, takut pada hilang fasilitas, takut pada ancaman penyanderan, takut pada Aguan, takut pada Luhut, dan takut pada Jokowi. Pemerintah memang penakut alias pengecut. Kata Aguan pagar laut masalah kecil hwa ha ha Pemerintahan Prabowo adalah Pemerintahan Tikus Celurut. Bukan macan. (*)

Baik Buruknya Wajah Polisi, Tergantung Prilaku Kapolri (Bagian-1)

Oleh Joharuddin Firdaus/Pemerhati Politik Sosial dan Budaya Ikan itu kalau membusuk, biasanya dimulai dari kepala. Begitu kata filusuf Marcus Tullius Cicero 106 – 43 tahun silam Sebelum Masehi. Untuk itu, kepala ikan yang sudah terlanjur busuk harusnya dipotong atau dilepaskan dari badan ikan. Tujuannya, agar daging ikan yang tidak ikut-ikutan membusuk bersama kepala ikan, sehingga bagian ikan yang lain masih bisa dimanfaatkan sebagai salah satu sumber protein terbaik untuk tubuh manusia. SUATU hari di awal Fabruari tahun 1991 silam, Presiden Soeharto memanggil Mayor Jendral Polisi Kunarto ke kediaman pribadi di Jalan Cendana Jakarta. Dua hari kemudian Pak Kurnarto menumui Pak Harto di Jalan Cendana. Saat menemui Pak Harto, Pak Kunarto membawa buku catatan, seperti biasanya anak buah menghadap komandan. Pertemuan antara Pak Harto dan Pak Kunarto terjadi di pada sore hari.  Sebenarnya pertemuan sore itu antara Pak Harto dengan Pak Kunarto itu adalah hal yang biasa-biasa saja. Pertemuan tersebut bukan yang pertama kali. Sering terjadi pertemuan diantara dua tokoh bangsa ini. Apalagi Pak  Kunarto adalah ajudan Presiden dari tahun 1979-1986. Hampir tujuh tahun Pak Kunarto menjabat sebagai ajudan Presiden Soeharto. Namun pertemuan Februari 1991 menjadi istimewa, karena beberapa hari lagi Pak Kunarto dilantik menjadi Kapolri yang ke-11.  Selama dalam perjalanan menuju Jalan Cendana, Pak Kunarto mulai menduga-duga apa gerangan arahan yang bakal diberikan oleh Pak Harto kepadanya. Setelah salaman, Pak Harto mempersilahkan Pak Kunarto untuk duduk di kursi. Sementara Pak Harto mengambil cerutu untuk persiapan mengisap cerutu. Suasana pertemuan sangat santai. Terkesan seperti orang tua dengan anaknya sendiri atau dua sahabat. Setelah duduk beberapa menit, Pak Harto bertanya kepada Pak Kunarto, kapan dilantik sebagai Kapolri? Pak Kunarto jawab, siyap seminggu lagi. Kata Pak Harto, ya sudah, tunggu saja kalau begitu. Semoga semua berjalan dengan lancar sampai pelantikan nanti, lanjut Pak Harto. Dijawab Pak Kunarto, siyap Pak. Selanjutnya mohon arahan, do’a, nasehat dan bimbingan dari Bapak Presiden.  “Hehehehe, ya ndak ada arahan, nasehat dan bimbingan, kata Pak Harto. Dilanjutkan Pak Harto, kalau mau lihat polisi itu baik dan bagus di mata rakyat, ya terserah kepada dirimu saja. Dari dirimu itulah wajah dan marwah polisi yang sebenanrnya. Kalau Kapolrinya baik, pasti polisi juga baik. Sebaliknya, bila Kapolrinya buruk, maka wajah polisi juga di mata masyarakat. Jika sudah buruk, maka sulit untuk diperbaiki lagi”. Penggalan nasehat dari Pak Harto itu, dicatat oleh Pak Kunarto kata per kata, kalimat per kalimat. Pak Kunarto masih setia menunggu untuk mencatat nasehat, arahan dan bimbingan dari Pak Harto berikutnya. Sayangnya, setelah tunggu hampir dua puluh menit, dengan posisi bolpoin tetap di tangan untuk mencatat, Pak Harto tidak juga memberi nasehat, arahan dan bimbingan untuk dicatat Pak Kunarto. Akibatnya Pak Kunarto memberanikan diri untuk bertanya kepada Pak Harto. “Mohon izin, selanjutnya Bapak Presiden? “tanya Pak Kunarto sambil berharap ada nasihat lagi dari Pak Harto. “Ya ndak ada lagi. Suah, cuma itu saja. Yang penting itu jaga dirimu baik-baik, agar tidak merusak dan memperburuk polisi di mata masyarakat. Wajah dan marwah polisi itu sangat tergantung kepada sikap dan prilaku Kapolri, “kata Pak Harto. Entah sangaja atau tidak. Apakah Pak Harto sudah lebih dulu membaca penggalan kalimat Cicero bahwa “ikan itu membusuk dari kepala”. Baik Marcus Tullius Cicero maupun Pak Harto mempunyai kesamaan pandangan bahwa baik-buruknya marwah dan wajah sebuah entitas pemerintahan itu, sangat tergantung kepada tampilan dan prilaku pucuk pemimpin tertingg di instansi tersebut. Pertanyaannya, bagaimana wajah polisi selama era reformasi? Terutama setelah polisi lepas dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang dulu itu bernama ABRI? Jawabannya, tergantung dari sudah pandang mana melihat wajah polisi. Ibarat gajah, kalau dari depan kelihatan taring atau belalai. Dari samping kelihatan perut gajah. Sedangkan kalau dari belakang kelihatan ekornya gajah. Semua sudut bisa.  Diantara dua belas Kepolri selama reformasi, Jendral Polisi Roesmanhadi, Jendral Polisi Roesdihardjo, Jendral Polisi Surojo Bimantoro, Jendral Polisi Da’i Bachtiar, Jendral Polisi Sutanto, Jendral Polisi Bambang Hendarso Danuri, Jendral Polisi Timur Pradopo, Jendral Polisi Sutarman sampai Jendral Polisi Badrodin Haiti, wajah polisi masih bisa baik-baik saja. Mekipun banyak juga kekurangan disana-sini. Namun masih dalam batas-batas kewajaran sebagai institusi yang sedang menata diri.    Saat Jendral Polisi Tito Karnavian menjabat Kapolri, institusi polisi mulai bermasalah. Tito banyak bicara tentang masalah-masalah banga yang berkaitan dengan politik. Bukanya fokus pada persoalan-persoalan yang bekaitan dengan penegakkan hukum. Puncaknya, Tito membuat buku dengan judul “Politikal Polisi”. Wajah polisi yang mulai buram di eranya Tito Karnavian Kapolri tersebut, disempurnakan oleh Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo. Akibatnya polisi jatuh terjerambak ke titik paling nadir paling dalam di mata masyarakat Indonesia. Polisi dihina, dicibir, dicemoh memalui berbagai satire, metapore dan mem. Sangat sempurna Jendral Listyo Sigit membuat wajah rendah dan hina di mata rakyat. Wajah polisi sekarang, mirip-mirip TNI di akhir Orde Baru dan awal reformasi dulu.  Tito Karnavian merusak polisi dengan gagasan “Politikal Polisi”. Akibatnya, perjuangan panjang civil society selama puluhan tahun untuk melepaskan polisi dari TNI, hari ini hancur berantakan. Polisi seperti diluluhlantakan di depan pemiliknya sendiri, rakyat Indonesia. Semua penilaian buruk tentang polisi itu berawal dari libido, ambisi murahan, dan syahwat kekuasaan yang tinggi dari Jendral Polisi Prof. Dr. Tito Karnavian.  Melalui konsep “Politikal Polisi” yang digagas Tito Karnavian, berhasil menyeret polisi masuk dalam kubangan lumpur yang dalam. Polisi seperti mengambil peran ABRI selama 32 tahun untuk menopong kekuasaan Presiden Soehato. Bedanya polisi menjadi penyangga utama kekuasaan Joko Widodo. Seperti ada dendam kekuasaan, karena tidak diikutkan bermain selama 32 tahun kekuasaan Orde baru. Selama Orde Baru, polisi hanya sebagai pelengkap penderita saja. Wajah polisi yang buram dan jatuh di masyarakat itu disempurnakan oleh Kapolri Listyo Sigit Prabowo. Polisi benar-benar babak belur jatuh di titik nadir. Eranya Kapolri Listyo Sigit inilah, polisi mengukuhkan diri sebagai institusi tukang rekayasa perkara terbaik dan terhebat dibading Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Paling kurang ada dua jendral bintang dua polisi yang terlibat rekayasa perkara di era Kapolri Listyo Sigit. Ada kasus Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo yang menjadi aktor utama pembunuhan terhadap anak buahnya Brigadir Yosua Huatabat. Selama tiga hari Kapolri Sigit percaya semua cerita dan rekayasa Ferdy Sambo. Untung ada dua adik dari mamanya Yosua, Roslin Simanjuntak dan Rohani Simanjuntak. Dua wanita pemberani yang berani membongkar rekayasa Ferdy Sambo yang sudah dipercaya Kapolri Listyo Sigit.  Selain itu, ada kasus Kapolda Sumatera Barat Irjen Teddy Minahasa, yang merekayasa perdagangan narkoba jenis sabu. Padahal dari fakta persiddangan, Teddy Minahasa sudah terlibat perdagangan narkoba jenis sabu sejak masih menjabat Staf Ahli Kapolri. Tragisnya dipromusikan dua kali sebagai Kapolda oleh Kapolri Listyo Sigit. Pertama sebagai Kapolda Sumatera Barat, dan kedua sebagai Kapolda Jawa Timur.    Masih di Polda Sumatera Barat. Belum lama ini ada polisi yang menembak polisi sampai meninggal. Sementara di Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) Kepolsek Aipda Rudy Soik dipecat dari polisi. Padahal Aipda Rudy Soik terkenal di NTT sebagai sosok polisi yang berdiri paling depan melawan mafia perdagangan solar ilegel.  Rekayasa perkara paling heboh yang dilakukan polisi adalah penembakan siswa SMK Negeri 4 Semarang. Polrestabes Semarang pamerkan barang bukti gadungan yang konon dipakai untuk tawuran antar geng motor. Padahal semua itu hanya kebohongan dan rekayasa polisi. Tentu kebiasaan rekayasa masih banyak lagi, namun belum diributin saja. Hari ini polisi juga punya nama baru sebagai Partai Coklat atau Parcok.       Untuk pergantian Kapolri Listyo Sigit, sebaiknya Presiden Prabowo ambil dari jajaran Jendral Polisi bitang dua. Terutama mereka-mereka yang selama ini dizalimi Listyo Sigit. Mereka yang berprestasi, baik di penugasan maupun akademik seperti Irjen Polisi Rudi Darmoko, peraih Adhi Makayasa tahun 1993. Begitu juga dengan Irjen Polisi Alberd Teddy Benhard Sianipar sebagai peraih Adhi Makayasa tahun 1994, dan Irjen Polisi Sandi Nugroho sebagai peraih Adhi Makayasa tahun 1995, .  Mereka lulusan terbaik peraih Adhi Makayasa 1993, 1994 dan 1995 sampai sekarang belum juga diberikan jabatan Kapolda oleh Kapolri Listyo Sigit. Huebat benar Kapolri Listyo Sigit ini, entah apa pertimbangannya. Padahal lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1996 sudah ada yang menjadi Kapolda, yaitu Irjen Polisi Jhonny Edison Isir, yang menjabat sebagai Kapolda Papua Barat.  Irjen Polisi Jhonny Edison Isir melewati tiga kaka tingkat tingkat di atasnya. Sudah satu tahun lebih Irjen Polisi Jhonny Edison Isir menjabat sebagai Kapolda Papua Barat, sejak tanggal 7 Desember 2023 sampai sekarang. Tampaknya merit system benar-benar lumpuh di eranya Kapolri Listyo Sigit Prabowo. Sementara praktek like and dislike begitu dominan dan subur. (bersambung). 

Presiden Prabowo Jangan Bunuh Diri

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  PAGAR laut Banten, belajarlah dari perjuangan  masyarakat Bali. Tahun 2014, sebelum lengser Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengeluarkan Keppres No. 51 tahun 2014: tentang reklamasi Teluk Benoa Bali, sekitar 700 ha.  Proyek ini akan dikerjakan oleh Tomy Winata atau sering dikenal dengan inisial TW, akan menjadi daerah wisata, dibangun Hotel dll. Master plan nya sudah jadi. Dipajang di loby Hotel Kartika Kuta, masyarakat Bali rame rame menolak, akhirnya di batalkan, karena menabrak Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014. Pematokan laut di wilayah Banten, sama menabrak atau melanggar Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, mengatur tentang: \"Pemberian hak kepada masyarakat untuk mengusulkan penyusunan rencana pengelolaan, rencana zonasi, rencana strategis, dan rencana aksi pengelolaan. Pengaturan izin pengelolaan dan izin lokasi bagi masyarakat lokal, masyarakat adat, dan masyarakat tradisional. Pengaturan pemanfaatan perairan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Pemberian kewenangan kepada bupati/wali kota, gubernur, dan menteri dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil\" Pematokan laut di wilayah Banten, perbuatan  liar karena kegiatan pemagaran laut tanpa dasar aturan dan izin,  melanggar Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL).  Sangat fantastis panjang pagar patok bambu bertambah hingga mencapai 30 kilometer pada September 2023, mutlak harus di musnahkan atau di hancurkan.  Masyarakat Banten bukan hanya wajib menolak pematokan laut juga wajib menolak proyek PIK 2. Apabila pengembang bandel dengan alasan berlindung pada PSN. Harus di ingat PSN adalah program State Corporate  Crime, yakni proyek di era Presiden boneka Jokowi.  Presiden Prabowo wajib melaksanakan dan mewujudkan tujuan negara adalah mengatur kehidupan rakyat dan kesejahteraan umum, serta melindungi rakyat dari bahaya luar. Segera ambil tindakan keras dan tegas batalkan PSN, PIK 2 dan bongkar secepatnya patok laut di pantai Banten, yang merupakan proyek persekongkolan antara pengusaha bengis dengan pejabat pejabat publik yang telah berkhianat kepada rakyatnya  sendiri  Bahkan berkhianat kepada negara merampas dan menjual kedaulatan negara maka layak semua bangunan dan fasilitas yang ada harus di hancurkan.  Presiden Prabowo jangan bunuh diri karena ragu ragu melaksanakan amanah tujuan negara. Kalau lamban bahkan tidak mampu melindungi rakyat dari ancaman Oligarki maka Kabinet Merah putih akan berubah menjadi Kabinet Lentera Kuning itu tanda kematian. (*).

Menyibak Tabir Misteri Nusantara: Budak Angon Memiliki Sifat Waliyullah (8 Selesai)

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih  Serat Kalatidha Ronggowarsito Setelah kita melewati cerita siapa Budak Angon (Waliyullah) yang akan muncul dan agar di cari dengan  tempat yang ditunjuknya adalah Lebak Cawéné = Gunung Perahu = Semarang Tembayat Ronggowarsito memberikan nasehat sifat Waliyullah digambarkan seorang pandhita - Putra Betara Indra yang juga Budak Angon seperti telah diungkap di atas. Berikut ini adalah sifat-sifat yang dimiliki dengan lambang : 1. Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro: Melambangkan sifat yang dimi­liki oleh orang yang telah menguasai Artadaya (ma’rifat sebenar-benar ma’rifat). Diberikan anugerah kewaskitaan atau kesaktian oleh Allah SWT, namun tidak pernah menampakkan kesaktiannya itu. Jadi sifat ini melambangkan orang berilmu yang amat sangat tawadhu’. 2. Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar :  Melambangkan orang yang kaya akan ilmu dan berwibawa, namun hidupnya kesandung kesampar, artinya penderitaan dan pengorbanan telah menjadi teman hidupnya yang setia. Tidak terkecuali fitnah dan caci maki selalu menyertainya. Semua itu dihadapinya dengan penuh kesabaran, ikhlas dan tawakal. 3. Satrio Jinumput Sumelo Atur : Melambangkan orang yang terpilih oleh Allah SWT guna melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjalankan missi-Nya. Hal ini dibuktikan dengan pemberian anugerah-Nya berupa ilmu laduni kepada orang tersebut. 4. Satrio Lelono Topo Ngrame: Melambangkan orang yang sepanjang hidupnya melakukan perjalanan spiritual dengan melakukan tasawuf hidup (tapaning ngaurip). Bersikap zuhud dan selalu membantu (tetulung) kepada orang-orang yang dirundung kesulitan dan kesusahan dalam hidupnya. 5. Satrio Hamong Tuwuh : Melambangkan orang yang memiliki dan membawa kharisma leluhur suci serta memiliki tuah karena itu selalu mendapatkan pengayoman dan petunjuk dari Allah SWT. Dalam budaya Jawa orang tersebut biasanya ditandai dengan wasilah memegang pusaka tertentu sebagai perlambangnya. 6. Satrio Boyong Pambukaning Gapuro: Melambangkan orang yang melakukan hijrah dari suatu tempat ke tempat lain yang diberkahi Allah SWT atas petunjuk-Nya. Hakekat hijrah ini adalah sebagai perlambang diri menuju pada kesempurnaan hidup (kasampurnaning ngaurip).  7. Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu: Melambangkan orang yang memiliki enam sifat di atas. Sehingga orang tersebut digambarkan sebagai seorang pinandhita atau alim yang selalu mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Maka hakekat Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu adalah utusan Allah SWT atau bisa dikatakan seorang Aulia (Waliyullah).  Memahami makna tersebut sepertinya kita harus hati hati  dengan istilah Satrio Piningit kalau akan disentuhkan dengan nama Presiden yang telah muncul selama ini. Karena Satrio Piningit yang di sebut Budak Angon (melayani rakyat) yang diramalkan akan muncul adalah Waliyullah ( * )

Pelantikan Presiden AS: Demi "Legacy", Biden 'Tekan' Israel

Oleh Sabpri Piliang | Wartawan Senior      BERPACU dengan waktu! Tanpa \"legacy\", atau dengan \"legacy\"? Presiden Amerika Serikat (AS)Joe Biden risau! masa jabatan tinggal lima hari.     \"Legacy\"nya? Membiarkan Israel  sebebas-bebasnya. Semau-maunya, sekehendak hatinya. Padahal, siapa yang berani menolak \"hardikan\", siapa yang berani melawan  \"political will\" AS?      Perasaan \"tidak enak\" pada dunia. Meninggalkan \"White House\" 20 Januari, dengan  Gaza seperti \"neraka\". Meninggalkan Gedung Putih dalam paradigma AS tidak berani menekan Israel. Sejatinya adalah \"legacy berdarah\" (bloody legacy).     Tiba-tiba kita dikejutkan, hal yang bukan Israel \'an sich\'. Kesepakatan damai Israel-Hamas, hampir rampung! Apa yang terjadi? Sebegitu cepatkah pembicaraan yang titik temunya sangat rumit?      Diperkenalkan oleh filsuf Jerman Immanuel Kant dalam konsep filsafat \"Ding an sich\", yang artinya \"pada dirinya sendiri\". Merefleksikan sebuah dominasi dan kegagahan satu pihak, terhadap pihak yang lain.      Israel telah menjadi \"hukum positif\" yang tidak akan pernah keliru. Dibenarkan, dengan banyak varian asumsi. Apa pun yang dilakukan, harus dibenarkan. Protes di mana-mana, demo di seantero. Tak ada arti! Tak ada yang bisa menghentikan, kecuali \"political will\" AS.    Memblokade makanan, menghancurkan RS, memberangus jurnalis, bisa dibenarkan. Itulah \"Israel an sich\".     Joe Biden, kini berpacu dengan waktu! Tak ada \'remah\' kebaikan yang akan dikenang dunia, dan khususnya oleh rakyat Palestina. Kecuali darah, dan darah.      Sejumlah 46.000 lebih korban, entah itu kombatan (Hamas). Entah itu anak-anak, perempuan, orangtua. Israel tetap merasa tak bersalah. Israel merasa membela diri. Dunia, pun menonton dan meng-iyakan!     Kita dikejutkan! Secepat itukah kesepakatan untuk berdamai? Secepat itukah Israel setuju dengan klausul Palestina. Padahal, hampir setahun ini, misi bolak-balik perunding AS-Mesir-Qatar, buntu! Mentok!      Israel butuh pembebasan 90-an sandera yang masih hidup! Palestina butuh pembebasan pemimpin kharismatik Palestina Marwan Barghouti (faksi bersenjata Fatah). Dan, satu tokoh lagi  Ahmad Saadat (faksi PFLP). Di samping, tentu delapan tokoh utama lain.      Tahukah? Marwan Barghouti bukanlah Hamas.  Tokoh 65 tahun ini, berasal dari faksi  berseberangan dengan Hamas (baca: Fatah). Dia adalah tokoh yang sangat dihormati bangsa Palestina secara inklusif. Tanpa sekat, oleh Hamas sekalipun.      Hamas mensyaratkan pembebasan Barghouti untuk dipertukarkan dengan sandera.      Saya memprediksi, andaikan Palestina merdeka. Barghouti  bisa diterima oleh semua faksi untuk menjadi Presiden dan pemimpin bangsa Palestina. Dalam wilayah sebelum Perang 1967 (Tepi Barat dan Jalur Gaza).     Marwan Barghouti merupakan harapan bangsa Palestina. Di tangannya, akan terjadi Persatuan Palestina ketimbang Mahmoud Abbas yang dinilai terlalu lembek, kompromistis, dan fragmatis. Atau Muhammad Dahlan, sosok yang disukai AS-Mesir-Israel.      Ditahan tahun 2002, tokoh Intifada Palestina ini, dihukum seumur hidup oleh pengadilan Israel. Hingga kini, Barghouti telah mendekam sekitar 23 tahun di penjara Israel.      Alotnya perundingan Israel-Hamas, karena Israel tetap ingin berperang. Setelah sandera dibebaskan. PM Israel Benyamin Netanyahu implisit, mau kesepakatan yang dibuat tersegmentasi. Tidak inklusif!       Israel memaksakan. Hak prerogatif pembebasan tahanan Palestina (di penjara Israel), berada di pihaknya. Hamas tidak diperkenankan meminta pembebasan dan pertukaran dengan menyebut nama.      Negeri zionis ini akan memilih siapa yang bisa dibebaskan, siapa yang tidak. Satu hal yang juga berbahaya, hak prerogatif  menyebut Israel boleh memulai lagi pertempuran (permusuhan), setelah tenggat kesepakatan berakhir.      Gaza, sungguh sudah sangat menderita. Hamas menginginkan perdamaian, dengan membebaskan seluruh sandera Israel. Imbalannya: pengakhiran peperangan, penarikan Pasukan Israel dari Gaza, dan pembebasan Marwan Barghouti.     Syarat Hamas ini tak pernah disetujui Israel. Sejak perundingan Agustus 2024 lalu. Lantas, tiba-tiba setelah ada  Utusan Presiden terpilih AS Donald Trump, Steve Witkoff dan Utusan Presiden Joe Biden (Bret McGurk), ter-\'declared\' kesepakatan. Perdamaian sudah hampir terlaksana (rampung).     Saya menganalisis, \"pressure\" AS mulai serius terhadap Israel. Masa jabatan Joe Biden sudah \"injury time\". Sementara,  mentahnya normalisasi hubungan Israel-Arab Saudi, opini publik yang memperburuk citra AS sebagai negara demokrasi terbesar. Membuat AS tak punya pilihan.  Waktunya sudah habis.     Sebelum ini, AS berasumsi. Hamas akan menyerah pasca habisnya para pimpinan teras: Saleh Al-Aroury, Mohammad Deif, Marwan Issa, Ismail Haniyeh, dan Yahya Sinwar. Ternyata tidak!      \"Deadline\" hingga jelang 20 Januari (pelantikan Presiden AS), ternyata Hamas masih berdiri kokoh.  Tak ada pilihan, demi \"legacy\" baik, dan \"happy ending\"nya Joe Biden saat lengser.      Kali ini Israel harus menuruti apa kata AS! Penuhi prasyarat Hamas, sekalipun berisiko jatuhnya PM Benyamin Netanyahu.     Dengan begitu. Potensi ditinggalkan Menteri Keuangan Bazalel Smotrich (partai Jewish Home) dan Menteri Keamanan Dalam Negeri Ittamar Ben-Gvir (partai Otzma Yehudit), terbuka lebar. Keduanya tokoh garis keras Israel.     Itu artinya, koalisi Pemerintahan akan bubar, dan Benyamin Netanyahu harus mundur.     Pilihan sulit, namun Joe Biden juga tak ingin meninggalkan \"jejak berdarah\", ! (*).